Balanced Score Card Akuntansi Sektor Publik
Balanced Score Card Akuntansi Sektor Publik
Kelompok VI :
Rifkiana (1731030041)
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Balanced scorecard (BSC) pada saat pertama kali diperkenalkan, fokus dan aplikasinya
adalah pada organisasi sektor swasta. Namun, saat ini balanced scorecard juga dipandang
perlu untuk diterapkan pada organisasi sektor publik. Organisasi sektor publik memiliki
karakteristik yang berbeda dengan organisasi sektor swasta. Perbedaan karakteristik
mendasar antara kedua jenis organisasi tersebut terletak pada tujuan utamanya. Tujuan utama
organisasi sektor publik adalah pemberian pelayanan publik untuk kesejahteraan masyarakat,
dan bukan memaksimumkan laba untuk kesejahteraan para pemegang saham seperti pada
organisasi sektor swasta. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan modifikasi terlebih
dahulu terhadap balanced scorecard sebelum dapat diterapkan pada organisasi sektor publik.
Modifikasi utama yang harus dilakukan adalah mengubah driver dalam balanced scorecard
menjadi misi untuk melayani publik sehingga perspektif yang dijadikan tujuan akhir
bukanlah perspektif keuangan melainkan perspektif pelanggan.
Pada organisasi sektor publik BSC dapat digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi
kinerja organisasi pada perspektif proses internal (misalnya jumlah sampah yang diangkut),
kepuasan pelanggan (publik dan pemimpin politik sebagai pelanggan), keuangan (misalnya
tingkat kredit, saldo dana), dan pada perspektif lainnya. Secara umum terdapat perbedaan-
perbedaan perspektif BSC yang diterapkan pada organisasi bisnis yang berorientasi laba dan
pada organisasi sektor publik yang berorientasi pelayanan pada publik.
Meskipun organisasi publik tidak bertujuan untuk mencari profit, organisasi ini terdiri
atas unit-unit yang saling terkait yang mempunyai misi yang sama, yaitu melayani
masyarakat. Untuk itu, organisasi publik harus dapat menerjemahkan visinya ke dalam
strategi, tujuan, ukuran, serta target yang ingin dicapai. Selanjutnya dikomunikasikan kepada
unit-unit yang ada untuk dapat dilaksanakan sehingga semua unit mempunyai tujuan yang
sama, yaitu pencapaian misi organisasi. Untuk itu, organisasi publik dapat menggunakan
BSC dalam menerjemahkan misi organisasi ke dalam serangkaian tindakan untuk melayani
masayarakat. Dengan adanya perbedaan-perbedaan antara organisasi bisnis dan publik, maka
BSC harus dimodifikasikan terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan organisasi publik.
Maka dari itu, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai aplikasi balanved scorecard
pada organisasi sektor publik/pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Perspektif Customer
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan harus mengidentifikasikan pelanggan
dan segmen pasar di mana mereka akan berkompetisi. Elemen yang paling penting
dalam suatu bisnis adalah kebutuhan pelanggan, sehingga kebutuhan pelanggan harus
diidentifikasi secara tepat. Kebutuhan pelanggan tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut; demografi, daya beli konsumen, posisi atau tanggung jawab
pembeli, tingkat pendapatan, dan karakteristik pribadi pembeli lainnya (seperti usia,
jenis kelamin dan tingkat pendidikan). Disamping itu, konsep segmentasi pasar juga
penting untuk diketahui karena akan bermanfaat bagi penilaian pasar dan penetapan
strategi memasuki pasar (strategi pemasaran). Selanjutnya mengidentifikasi kekuatan
kompetitif dan dilakukan analisis agar dapat diketahui secara dan pasar realistik
dapat diidentifikasi.
5) Mengukur Performance
Mengukur performance berarti memantau dan mengukur kemajuan yang sudah
dicapai atas tujuan-tujuan strategis yang telah diciptakan. Pengukuran kinerja ini
bertujuan untuk meningkatkan kemajuan organisasi kearah yang lebih baik. Untuk
dapat mengukur kinerja, maka harus ditetapkan ukuran-ukuran yang sesuai untuk
setiap tujuan-tujuan strategis. Dalam setiap perspektif dinyatakan tujuan-tujuan
strategis yang ingin dicapai, yang kemudian untuk setiap tujuan–tujuan strategis
tersebut ditetapkan paling sedikit satu pengukuran kinerja. Untuk dapat
menghasilkan pengukuran kinerja yang bermanfaat maka organisasi harus dapat
mengidentifikasikan hasil (outcome) yang diinginkan dan proses yang dilakukan
untuk mencapai outcome tersebut. ebut. Terdapat 3 model yang bisa digunakan
untuk menentukan ukuran-ukuran kinerja, yaitu:
- Program Logic Model
Program logic model menunjukkan hubungan antara 4 tipe ukuran kinerja
yaitu input (apa yang digunakan untuk menghasilkan value), proses
(bagaimana transformasi input menjadi produk atau jasa), output (apa yang
dihasilkan) dan outcome (apa yang dicapai). Untuk organisasi publik,
ditambahkan satu ukuran yaitu intermediate outcome untuk menjembatani
antara output dengan outcome.
- Causal Analysis
Model ini menggambarkan hubungan sebab akibat dari suatu kinerja. Dimulai
dengan menentukan hasil yang didinginkan (effect) dan kemudian
mengidentifikasikan penyebab (cause) yang mengakibatkan tercapainya hasil
tersebut.
- Process Flow
Process flow mengidentifikasikan aktivitas atau ukuran yang menghasilkan
outcome yang diinginkan dengan menggambarkan arus dari tindakan-tindakan
yang harus dilakukan.
6) Menyusun Inisiatif
Inisiatif merupakan program-program yang harus dilakukan untuk memenuhi salah
satu atau berbagai tujuan strategis. Sebelum menetapkan inisiatif, yang harus
dilalukan adalah menentukan target. Target merupakan suatu tingkat kinerja yang
diinginkan. Untuk setiap ukuran harus ditetapkan target yang ingin dicapai.
Penetapan target ini bisa berdasarkan pengalaman masa lalu atau hasil benchmarking
terhadap organisasi-organisasi yang unggul dalam bidangnya. Target-target tersebut
biasanya ditetapkan untuk jangka waktu tiga sampai lima tahun. Setelah target-target
ditentukan maka selanjutnya ditetapkan programprogram yang akan dilakukan untuk
mencapai target tersebut. Setelah program-program tersebut ditetapkan maka
program-program tersebut harus diuji terlebih dahulu, artinya program-program
tersebut harus dinilai apakah program yang ditetapkan dapat memberikan dampak
positif bagi organisasi atau sebaliknya, dengan menggunakan matriks keterkaitan
hubungan program dengan setiap tujuan strategis.
G. HAMBATAN IMPLEMENTASI BSC PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK /
PEMERINTAHAN
Hambatan dalam implementasi konsep BSC pada organisasi publik berbentuk
pemerintahan antara lain adalah:
1. Hambatan Umum.
Terdapat beberapa hambatan umum yang muncul pada setiap organisasi baik
publik maupun, antara lain adalah:
1) Kurangnya komitmen dari para pimpinan,
2) Rendahnya semangat individu terhadap implementasi BSC,
3) BSC hanya familiar pada level atas saja,
4) Proses implementasi BSC yang sangat lambat,
5) Memperlakukan BSC hanya sebagai suatu proyek belaka,
6) Kesalahan dalam menunjuk konsultan yang tidak berpengalaman,
7) Pemahaman bahwa implementasi BSC hanya sebagai kewajiban belaka.
Kaplan R.S & D.P. Norton. 1996. “The BSC: Translating Strategy Into Action. Boston”
Harvard Business School Press.