Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan –


genangan air yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang
tidak lancar serta adanya banjir yang berkepanjangan, perlu diwaspadai
adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya nyamuk pada
genangan – genangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim
nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang melakat pada saat ini.
saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk dengan cara
pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi lingkungan
atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya
pengendalian secara kimiawi.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya


disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan
didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di
seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan
lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini
sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di
Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah merenggut
banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat
14 propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005
tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal
sebanyak 54 orang.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam
penyakit inipun telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan
menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia, hal
ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004).
WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah
kecil dengan daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap
tahun.

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang


disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang
parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh syok
hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita
ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu
langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah
dengan memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk
tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah
dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan
pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas
jentik nyamuk. Program studi Kesehatan Lingkungan Program Diploma
tiga Kesehatan FIK UMS sebagai salah satu institusi yang dapat
melaksanakan fogging merasa bertanggung jawab untuk mencegah
penyebaran penyakit ini. Sebagai wujud kepedulian itu maka dilaksanakan
program fogging di beberapa daerah.

Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue


(DBD) telah dilaksanakan meliputi : promosi kesehatan tentang
pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan penanggulangan faktor
resiko serta kerja sama lintas program dan lintas sector terkait sampai
dengan tingkat desa /kelurahan untuk pemberantasan sarang nyamuk.
Masalah utama dalam upaya menekan angka kesakitan DBD adalah belum
optimalnya upaya pergerakan peran serta masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD tersebut
perlu di tingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan
sarang nyamuk DBD.

B. Tujuan

Tujuan di buatnya makalah ini adalah :

1. Memberi pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dengue


dan penyebabnya.
2. Memberi pengetahuan tentang cara penularan dan vektor penyakit
demam berdarah
3. Memberi pengetahuan tentang patogenitas DBD
4. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit
demam berdarah.
5. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit
demam berdarah tersebut.
BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan


oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus
Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti (infodatin, 2016).
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang
seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya


disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu


masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya
cenderung meningkat danm penyebaranya semakin luas dan penyakit ini
merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak
(Widiyono, 2008).

Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia


Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan
Pak Mantri ;-) seringkali salah dalam penegakkan diagnosa, karena
kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan
Tipes (Typhoid).

B. Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue

Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang


virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda
dan gejala demam berdarah sebagai berikut :

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).


2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura)
perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam
(konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan
kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan
lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi
penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni),
terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal
(Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,
muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare,
menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan
pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah.
C. Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue

1. Klasifikasi vector penyakit demam berdarah

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Genus : Aedes

Upagenus : Stegomyia

Spesies : Ae. Aegypti

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa


virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A.
aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever)
dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua
daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue,
A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan
bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa
dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat
harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis
ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.

Terjadinya penularan virus Dengue tidak dapat dilepaskan dari


keberadaan vektornya, karena tanpa adanya vektor tidak akan terjadi
penularan. Ada beberapa vektor yang dapat menularkan virus Dengue
tetapi yang dianggap vektor penting dalam penularan virus ini adalah
nyamuk Aedes aegypti walaupun di beberapa negara lain Aedes albopictus
cukup penting pula peranannya seperti hasil penelitian yang pernah
dilakukan di pulau Mahu Republik Seychelles (Metsellar, 1997).

Untuk daerah urban Aedes albopictus ini kurang penting peranannya


(Luft,1996). Selain kedua spesies ini masih ada beberapa spesies dari
nyamuk Aedes yang bisa bertindak sebagai vektor untuk virus Dengue
seperti Aedes rotumae, Aedes cooki dan lain-lain. Sub famili nyamuk
Aedes ini adalah Culicinae, Famili Culicidae, sub Ordo Nematocera dan
termasuk Ordo diptera (WHO, 2004).

Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang


mengalami viremia, maka nyamuk tersebut terinfeksi oleh virus Dengue
dan sekali menjadi nyamuk yang infektif maka akan infektif selamanya
(Putman JL dan Scott TW., 1996). Selain itu nyamuk betina yang
terinfeksi dapat menularkan virus ini pada generasi selanjutnya lewat
ovariumnya tapi hal ini jarang terjadi dan tidak banyak berperan dalam
penularan pada manusia. Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk
membutuhkan waktu 8-10 hari untuk menjadi nyamuk infektif bagi
manusia dan masa tersebut dikenal sebagai masa inkubasi eksternal
(WHO, 1997).

2. Ciri morfologi

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan


tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik
dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya
tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang
menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada
umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi
pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap
berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi
yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina
tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya
lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena
nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.

Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina


yang lancip ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci
nyamuk lainnya. Nyamuk dewasa mempunyai ciri pada tubuhnya yang
berwarna hitam mempunyai bercak-bercak putih keperakan atau putih
kekuningan, dibagian dorsal dari thorak terdapat bercak yang khas berupa
2 garis sejajar di bagian tengah dan 2 garis lengkung di tepinya. Aedes
albopictus tidak mempunyai garis melengkung pada thoraknya. Larva
Aedes mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing dan hanya memiliki
satu pasang hair tuft serta pecten yang tumbuh tidak sempurna dan posisi
larva Aedes pada air biasanya membentuk sudut pada permukaan atas.

Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam


keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya. Telur Aedes
aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan membentuk bangunan
menyerupai gambaran kain kasa. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan
rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Pertumbuhan dari telur
sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari (Srisasi G et
al., 2000).

D. Perilaku dan Siklus Nyamuk Aedes Aegypti

Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari.
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk
betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh
asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk
jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar
bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan
benda-benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap
menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas
selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah
meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari
yang dilakukan baik di dalam rumah ataupun luar rumah. Pengisapan
darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak yaitu setelah
matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-
17.00) (Srisasi G et al., 2000).

Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan


perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu
kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat
mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang
kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah
sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya,
risiko penularan virus menjadi semakin besar.

Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di


lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih
dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini
bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung
berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).

Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat menjadi


tempat berkembang biak nyamuk Aedes misalnya gentong air murni,
kaleng kosong berisi air hujan, bak kamar mandi atau pada lipatan dan
lekukan daun yang berisi air hujan, vas bunga berisi air dan lain-lain.
Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan berkembang biak pada
kontainer yang ada dalam rumah.

Tahapan siklus nyamuk Aedes aegypti meliputi :

1. Telur
Telur nyamuk Aedes aegypti memiliki dinding bergaris-garis dan
membentuk bangunan seperti kasa. Telur berwarna hitam dan diletakkan
satu persatu pada dinding perindukkan. Panjang telur 1 mm dengan bentuk
bulat oval atau memanjang, apabila dilihat dengan mikroskop bentuk seperti
cerutu. Telur dapat betahan berbulan-bulan pada suhu -2oC sampai 42oC
dalam keadaan kering. Telur ini akan menetas jika kelembaban terlalu
rendah dalam waktu 4 atau 5 hari.
Gambar telur nyamuk Aedes aegypti dapat dilihat pada hambar berikut ini:

Gambar Telur Nyamuk Aedes aegypti

2. Larva
Perkembangan larva tergantung pada suhu, kepadatan populasi, dan
ketersediaan makanan. Larva berkembang pada suhu 28oC sekitar 10 hari,
pada suhu air antara 30-40oC larva akan berkembang menjadi pupa dalam
waktu 5-7 hari . larva lebih menyukai air bersih, akan tetapi tetap dapat
hidup dalam air yang keruh baik bersifat asam atau basa.
Larva beristirahat di air membentuk sudut dengan permukaan dan
menggantung hampir tegak lurus. Larva akan berenang menuju dasar
tempat atau wadah apabila tersentuh dengan gerakkan jungkir balik. Larva
mengambil oksigen diudara dengan berenang menuju permukaan dan
menempelkan siphonnya diatas permukaan air.
Larva Aedes aegypti memiliki empat tahapan perkembangan yang
disebut instar meliputi : instar I, II, III, dan IV dimana setiap pergantian
instar ditandai dengan pergantian kulit yang disebut ekdisi. Larva instar IV
mempunyai ciri siohon pendek, sangat gelap dan kontras dengan warna
tubuhnya. Gerakkan larva instar IV lebih lincah dan sensitif terhadap
rangsangan cahaya. Dalam keadaan normal (cukup makan dan suhu air 25-
27 oC) perkembangan larva instar ini sekitar 6-8 hari.
Gambar larva Aedes aegypti dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :
Gambar Larva nyamuk A. Aegypti

3. Pupa
Pupa Aedes aegypti berbentuk bengkok dengan kepala besar sehingga
menyerupai tanda koma, memiliki siphon pada thorak untuk bernafas. Pupa
nyamuk Aedes aegypti bersifat aquatik dan tidak seperti kebanyakan pupa
serangga lain yaitu sangat aktif dan seringkali disebut akrobat (tumbler).
Pupa Aedes aegypti tidak makan tetapi masih memerlukan oksigen untuk
bernafas melalui sepasang struktur seperti terompet yang kecil pada thorak.
Pupa pada tahap akir akan membungkus tubuh larva dan mengalami
metamorfosis menjadi nyamuk Aedes aegypti dewasa.
Gambar pupa Aedes aegypti dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :

Gambar Pupa Nyamuk Aedes aegypti.


4. Imago (nyamuk dewasa)
pupa membutuhkan waktu 1-3 hari sampai beberapa minggu untuk
menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari pada
nyamuk betina. Nyamuk betina setelah dewasa membutuhkan darah untuk
dapat mengalami kopulasi. Dalam meneruskan keturunannya, nyamuk Aedes
aegypti betina hanya kawin satu kali seumur hidupnya. Biasanya perkawinan
terjadi 24-28 hari dari saat nyamuk dewasa.
Siklus secara nyamuk Aedes aegypti dalam dilihat pada gambar dibawah ini:

E. Cara Pemberantasan Demam Berdarah

Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam


mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah
memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi
diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat
penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode
tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997).

Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan


menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:
1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara


lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah
padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain
rumah. Sebagai contoh : menguras bak mandi/penampungan air sekurang-
kurangnya sekali seminggu, mengganti dan menguras vas bunga dan
tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat
penampungan? air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban
bekas di sekitar rumah?. Tumpah atau bocornya air dari pipa distribusi,
katup air, meteran air dapat menyebabkan air menggenang dan menjadi
habitat yang penting untuk larva Aedes aegypti jika tindakan pencegahan
tidak dilakukan.

2. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan


pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14). Peran
pemangsa yang dimainkan oleh copepod crustacea (sejenis udang-
udangan) telah didokumentasikan pada tahun 1930-1950 sebagai predator
yang efektif terhadap Aedes aegypti (Kay BH., 1996). Selain itu juga
digunakan perangkap telur autosidal (perangkap telur pembunuh) yang
saat ini sedang dikembangkan di Singapura.

3. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging)


(dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk
mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan
air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah


dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M
Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa
dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti
memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan
insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan
memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al.,
2001).

Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah


dan pekarangannya, selokan selokan di samping rumah serta melakukan
3M ( Menguras kamar mandi (termasuk mengganti air untuk minuman
burung dan air dalam vas bunga), menutup tampungan / tandon air dan
mengubur barang-barang bekas yang mungkin menjadi tempat sarang
nyamuk, termasuk pecahan botol dan potongan ban bekas). Jika diperlukan
dapat ditaburkan abate dengan dosis 10 gr/ 100 liter air, untuk membunuh
jentik-jentik pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam ikan di rumah,
dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut kalau-kalau terjadi keracunan
karena abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman bagi manusia
maupun ikan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus
rantai penularan penyakit demam berdarah adalah dengan pelaksanaan
PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan fogging oleh petugas dan
kembali dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan
oleh seluruh masyarakat secara merata di berbagai wilayah, artinya tidak
hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi telah meluas di semua wilayah maka
pemberantasan demam berdarah akan lebih cepat teratasi. Sebab jika
hanya satu daerah saja yang melaksanakan program tersebut namun daerah
lainnya tidak, maka dimungkinkan orang yang berasal dari wilayah yang
telah bebas namun berkunjung ke daerah yang masih terdapat penderita
demam berdarah dan tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti akan tertular
demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit inipun akan tersebar luas
kembali.
F. Cara Pencegahan Demam Berdarah

1. Bersihkan bak mandi Anda seminggu sekali

Air merupakan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti .


Nyamuk betina bertelur pada dinding bak yang terisi air, larva nyamuk
kemudian akan mendapat makanan dari mikroorganisme yang hidup di
sekitarnya. Selama masa ini, larva nyamuk akan melepaskan kulit
pelindung mereka dan berkembang biak hingga mencapai tahap terakhir.
Ketika larva nyamuk sudah cukup kuat, selanjutnya larva akan berubah
menjadi pupa. Pada tahap pupa, tidak dibutuhkan makanan. Pupa hanya
akan mengalami perubahan bentuk hingga akhirnya menjadi nyamuk biasa
yang siap terbang.

Keseluruhan siklus ini berlangsung 8 – 10 hari dalam suhu ruang.


Membersihkan bak mandi Anda setidaknya satu minggu sekali dapat
memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti.

2. Perhatikan perabotan rumah tangga Anda yang menampung air

Baskom berisi air, vas bunga, ember, dan wadah lain yang dapat
menampung air berpotensi menjadi tempat nyamuk bersarang. Rajin-
rajinlah membersihkan tempat-tempat tersebut setidaknya dua kali
seminggu untuk mengurangi risiko munculnya nyamuk pembawa demam
berdarah.

3. Gunakan kasa nyamuk

Kasa nyamuk berguna untuk mencegah masuknya nyamuk dari luar


rumah. Anda bisa memasang kasa nyamuk ini pada pintu dan jendela
Anda.
4. Jangan menumpuk atau menggantung baju terlalu lama

Sesekali perhatikanlah gantungan baju Anda di balik pintu. Baju


kotor yang menumpuk dapat menjadi tempat favorit untuk dihinggapi
nyamuk. Memang tumpukan baju kotor bukan tempat nyamuk
berkembang biak, tetapi merupakan tempat favorit nyamuk hinggap. Hal
ini dikarenakan nyamuk menyukai aroma tubuh manusia. Jika Anda
memang harus menyimpan kembali baju yang telah dipakai, letakkan baju
pada tempat yang bersih dan tertutup.

5. Gunakan lotion anti nyamuk atau kelambu

Ketika Anda hendak bepergian, jangan lupa gunakan lotion anti


nyamuk terutama pada bagian tubuh yang tidak tertutup oleh pakaian.
Namun tidak hanya saat bepergian, Anda tetap harus melindungi diri dari
gigitan nyamuk ketika sedang tidur karena nyamuk demam berdarah aktif
pada malam hari hingga menjelang subuh.

Selain menggunakan lotion anti nyamuk, menggunakan kelambu


saat tidur juga dapat membantu menghindari gigitan nyamuk dan
mencegah demam berdarah.
BAB III
LAPORAN PRAKTIKUM

A. Waktu dan Lokasi


1. Waktu pemicuan
Pemicuan ini dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2018, dan
dilaksanakan pada pukul 07.00 pagi .
2. Lokasi pemicuan
Pemicuan ini di laksanakan di SMP Negeri 18 Pontianak Utara, Jalan
28 Oktober , Siantan Hulu, kecamatan Pontianak Utara, Kalimantan
Barat.

B. Sasaran
Sasaran kegiatan pemicuan ini yaitu pada Siswa/i SMP Negeri 1*
Pontianak Utara. Disini yang kami picu adalah siswa/i kelas 7F dengan
jumlah siswa/i 34 orang yang terdiri dari 14 laki-laki dan 20 perempuan.

C. Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia pada kegiatan pemicuan ini ada 4 orang
pemicu yaitu terdiri dari Ni Nyoman Sartika Pranasanthi sebagai Leader ,
Amrullah dan Venny Aulia Oktaviani sebagai Co.Leader , serta Rachmat
Dwi Cahyo Maulana sebagai Penjaga Suasana/Alur.
D. Kegiatan

NO KEGIATAN PELAKSANA ESTIMASI KETERANGAN


WAKTU
1 Perkenalan dan bina RM 5 menit
suasana
2 Pre test Semua 10 menit
3 Apa itu DBD Nyoman 10 menit
a. Siswa dipicu sudah
sejauh mana
pengetahuannya tentang
DBD. Pemicu
menanyakan apakah
pernah mendengar
tentang DBD.
b. Apakah ada di kelas
yang pernah sakit DBD.
c. Apakah ada teman atau
anggota keluarga yang
pernah sakit DBD
d. Jika ada / pernah, minta
maju kedepan untuk
menceritakan
pengalamannya
e. Pemicu menjelaskan ciri-
ciri penyakit DBD
f. Pemicu menjelaskan
virus apa yang
menyebabkan DBD
g. Pemicu menyinggung
sedikit binatang apa yang
menyebarkan virus DBD
4 Siklus hidup nyamuk Aedes Aam 15 menit
a. Siswa dipicu
pengetahuannya tentang
nyamuk Aedes. Pemicu
menanyakan apakah ada
yang tahu siklus hidup
dan bagaimana nyamuk
tersebut dapat
menyebarkan DBD.
b. Apakah ada yang tahu
siklus hidup nyamuk
Aedes ?
c. Apakah ada yang tahu
bagaimana / kapan
nyamuk aedes
menghisap darah /
mencari makan ?
d. Apakah ada yang tahu
dimana nyamuk Aedes
biasanya bertelur ?
e. Apakah ada yang tahu
dimana biasanya nyamuk
beristirahat ?
f. Jika ada yang tahu, minta
maju kedepan
g. Pemicu menjelaskan
siklus hidup nyamuk
Aedes
h. Pemicu menjelaskan
kapan nyamuk
menghisap darah
i. Pemicu menjelaskan
dimana nyamuk bertelur
j. Pemicu menjelaskan
dimana nyamuk
beristirahat
k. Pemicu menyinggung
sedikit manfaat
mengetahui siklus hidup
nyamuk untuk upaya
pencegahan DBD
5 Cara mencegah DBD Veni 10 menit
a. Siswa dipicu
pengetahuannya
bagaimana mencegah
DBD yang tepat, mudah
dan murah
b. Apakah ada yang tau
cara mencegah DBD ?
c. Berdasarkan siklus hidup
nyamuk, pada siklus
mana yang paling mudah
dan murah untuk
mencegah DBD ?
d. Jika ada yang tahu, minta
maju ke depan.
e. Pemicu menjelaskan cara
mencegah DBD pada
fase telur, larva dan pupa
f. Pemicu menjelaskan cara
mencegah DBD pada
fase dewasa / nyamuk
g. Pemicu menjelaskan
perbandingan
kemudahan dalam
mencegah DBD dari
siklus siklus tersebut.
h. Pemicu menjelaskan 3M
plus

6 Evaluasi Rachmat 10 menit


a. Mengukur sejauh apa
pengetahuan yang
diterima secara lisan
b. Pemicu menanyakan apa
itu DBD
c. Pemicu menanyakan
siklus hidup nyamuk
d. Pemicu menanyakan
bagaimana mencegah
DBD
7 Post test Semua 10 menit
8 Bagi hadiah untuk nilai pre Rachmat 5 menit
test tertinggi
9 Pamitan Rachmat 10 menit

E. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam kegiatan pemicuan ini bagi kami
yaitu 95% . Karena menurut kami pada waktu pelaksanaan kegiatan ini
kami sudah bisa mencairkan suasana atau mengendalikan situasi di
ruangan tersebut, kami melakukan pretest kepada mereka untuk
mengukur pengetahuan mereka tentang materi kami, dan apa yang
kami sampaikan pun mereka cepat menanggapi atau menyerapi materi
kami, siswa/i nya juga aktif gak malu malu dalam menjawab
pertanyaan bahkan mereka ada yang membenarkan jawaban kawannya
yang salah seperti menegurnya bahwa itu tidak benar/salah , mereka
menjadi tahu apa itu demam berdarah dengue , penyebabnya apa serta
mencegahnya mereka sudah mengetahui apalagi saat kami mengulangi
materi yang kami sampaikan mereka menjawab dengan penuh
semangat dan jawaban mereka dikategorikan benar semua , kami
kembali melakukan postes dan mereka menjawab dengan benar
bahkan mereka pun mau untuk melakukan pemantauan
jentik,memberantas jentik,serta mencegahnya .
NILAI DAN PENGETAHUAN (PRETES DAN POSTEST)
SISWA/I SMP 18 PONTIANAK UTARA

No Nama Siswa Pre Test Post Test rata-rata


1 Wisesa Nadia Sari 4 9 6,50
2 Felicia Anggraini 4 10 7,00
3 Mira 3 8 5,50
4 Grace Venicia 3 9 6,00
5 M.Raymond .S. 3 9 6,00
6 Vizzelo 3 10 6,50
7 Almadinah Riyaduljannah 3 8 5,50
8 Muhammad Rizla Ari Nugraha 3 9 6,00
9 Aprianti Aulia Putri 3 9 6,00
10 Nataria Naibano 3 7 5,00
11 Frezzy Chandra .S. 1 7 4,00
12 Samuel Bernado Dwi Putra 2 8 5,00
13 Harisky Afriyadi 1 8 4,50
14 Chelsey Veliysia Bong 1 8 4,50
15 M.Adittyo 0 9 4,50
16 Mikechel Fardaus 2 9 5,50
17 Okta Vianti 2 6 4,00
18 Keseprando 2 10 6,00
19 Putri Riamayani 2 9 5,50
20 Nebrenia Panesa 1 7 4,00
21 Indriyani 0 10 5,00
22 Nigol Naupiran Amitran 1 9 5,00
23 Ara Bella 2 10 6,00
24 Aisyah Nur'Aini 2 7 4,50
25 Alfarizi 1 10 5,50
26 Saiful Munir 3 10 6,50
27 Dhuta Erlangga Suprayitno 2 10 6,00
28 Fadia Ayufida Khairani 1 10 5,50
29 Kesia Azana 1 10 5,50
30 Tara sammy Wijaya 2 10 6,00
31 Malista Oktaviani 0 5 2,50
32 Valena Indrawan 3 10 6,50
33 Siti Aida 2 8 5,00
34 Jeremy Hasea Yolanda Manalu 2 7 4,50
Jumlah 68,0 295,0 181,5
Rata-Rata 2,0 8,7 5,34
BAB IV

PEMBAHASAN
A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang kami lakukan di SMPN 18 Pontianak


Utara strategi pemicuan yang telah kami laksanakan di Kelas VII F Siswa/i
Keseluruhan yang berjumlah 34 Orang dimana 14 orang laki-laki dan 20
orang perempuan. Dalam strategi pencapaian yang kami lakukan
mengenai bahayanya demam berdarah dengue di SMPN 18 Pontinak Utara
di ataranya :

 Siswa/i Sudah Terpicu Rasa ingin tau mengenai penyakit demam


berdarah dengue dan penyebabnya.
 Siswa/i Mulai Terpicu Rasa Takut
 Siswa/i Mulai Terpicu Malu
 Siswa/i Mulai Terpicu Rasa Sakit

Sehingga Siswa/i Khususnya Kelas VII F SMPN 18 Pontianak


Utara Ingin Melakukan atau pun menerapkan di rumah dengan
menyampaikan kepada Orang Tuanya dalam pengawasan maupun
pemberantasan Tempat perkembang biakan nyamuk

B. Saran

Saran kami untuk kedepannya agar siswa/i bisa melakukan (3M)+


disekolah maupun dirumah mereka masing-masing yaitu
(menguras,menutup,dan mengubur),memasang kelambu,memakai lotion,
membuang sampah , memasang kasa di fentilasi rumah ,melakukan
fogging serta melakukan gotong royong di sekolah agar nyamuk tidak bisa
berkembang biak lebih banyak dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan
beberapa diantaranya membuang sampah dan menguras bak mandi
maupun air yang tergenang untuk mengurangi penyakit Demam Berdarah
Dengue ini.
Terima kasih kepada pihak sekolah yang telah memberikan waktunya untuk kami
dalam melaksanakan kegiatan ataupun praktikum dalam pencapaian target
pemicuan yang dilaksanakan di SMP 18 Pontianak Utara semoga laporan ini
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai