PENDAHULUAN
yang sangat penting. Program imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi
kesehatan yang sangat efektif untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita.
imunisasi seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio, dan campak.
Oleh karena itu, perlindungan awal melalui pemberian imunisasi untuk anak usia
Tinggi bulan Juli 2018, melalui wawancara dengan koordinator imunisasi yang
ada di puskesmas. Hasil survei awal diperoleh bahwa semua wilayah kerja
Puskesmas Satria yang terdiri dari 7 kelurahan sudah dalam kategori UCI. Survei
awal juga dilakukan di posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Satria
menjadi lebih baik sehingga kesadaran untuk hidup sehat dan menyehatkan
lengkap.
1
2
Pertusis dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Diperkirakan di seluruh
dunia, pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8% pada tahun 2015 dan perlu
Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga
sebesar 91,58%. Capaian ini lebih besar dari capaian tahun 2015 sebesar 86,54%.
Angka ini mencapai target Rencana Strategis (Renstra) tahun 2016 sebesar 91,5%.
Sedangkan menurut provinsi, terdapat dua belas provinsi yang mencapai target
bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi
dasar lengkap. Pada tahun 2016 terdapat tiga provinsi memiliki capaian tertinggi
yaitu Bali (100%), DI Yogyakarta (100%), dan Jawa Tengah sebesar 99.93%.
2016 mengalami penurunan. Pada tahun 2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4
dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3. Pada tahun
2015, cakupan imunisasi campak mengalami penurunan cukup besar yaitu dari
95,69% (2014) menjadi 89,4% (2015), begitu pula cakupan DPT3/HB3 menurun
dari 89,5% (2014) menjadi 88,5% (2015). Tahun 2016 angka cakupan imunisasi
untuk Polio 4 ada penurunan dari 97.77% (2015) menjadi 90.30% (2016).(3)
Data yang diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi,
bahwa pada tahun 2017 dari 35 Kelurahan di Kota Tebing Tinggi ada sebanyak 33
imunisasi dasar lengkap secara menyeluruh di Kota Tebing Tinggi adalah 90%.
Tinggi pada tahun 2017adalah HB0 (90%), BCG (91%), DPT3/HB3 (91%), Polio
Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi, adalah salah satu Puskesmas yang
ada di Kota Tebing Tinggi. Wilayah kerja Puskesmas Satria terdiri dari 7
Bagelen, Satria dan Kelurahan Tebing Tinggi. Semua wilayah kerja Puskesmas
Satria sudah dalam kategori UCI. Adapun pencapaian program imunisasi dasar
lengkap di Puskesmas Satria pada tahun 2017 adalah 91,21%. Angka pencapaian
Tidak ada hubungan antara faktor penguat (reinforcing) dan faktor pemungkin
anak, semakin baik pengetahuan orang tua maka status imunisasi anak baik atau
lengkap begitu pula sebaliknya. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
Pengetahuan akan membentuk sikap ibu, dalam hal ni adalah kepatuhan dalam
perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada balita.Ibu dengan sikap
negatif mempunyai peluang lebih besar untuk memiliki perilaku negatif dalam
pemberian imunisasi dasar pada balita dan sikap positif mempunyai peluang lebih
besar untuk memiliki perilaku positif dalam pemberian imunisasi dasar pada
balita.(7)
pelayanan kesehatan ini antara lain ditentukan oleh adanya transportasi yang
tersedia sehingga dapat memperkecil jarak tempuh, hal ini akan menimbulkan
kesehatan yang ada dan mudah dijangkau adalah salah satu faktor yang memberi
keterjangkauan sumber daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan yang ada dan
mudah dijangkau merupakan salah satu faktor yang member kontribusi terhadap
menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan bayi serta anak balita
wilayah kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi. Maka yang menjadi rumusan
dasar pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi
tahun 2018.
1.2.2. Bagaimana pengaruh sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada
bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi tahun 2018.
imunisasi dasar pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing
imunisasi dasar pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing
dasar pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi
tahun 2018.
Dapat dijadikan referensi dan acuan bagi peneliti yang akan melakukan
TINJAUAN PUSTAKA
pengetahuan sangatdibutuhkan.(6)
9
10
yang berpengetahuan tinggi akan cenderung mempunyai perilaku yang baik dalam
bidang kesehatan dalam hal ini untuk mengimunisasikan anaknya. Faktor yang
hasil uji statistik didapatkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi adalah
ibu untuk mengimunisasikan dasar pada anaknya. Ibu dengan tingkat sikap yang
tahun 2015. Hasil analisis bivariat diperoleh pengetahuan, sikap dan motivasi
orang tua serta informasi tentang imunisasi merupakan faktor yang mempengaruhi
masalah imunisasi, orang tua/ ibu dengan pengetahuan tinggi tentang imunisasi
maka mereka akan memberikan imunisasi dasar yang lengkap pada bayinya serta
Seseorang yang telah mengetahui kebenaran akan suatu hal maka mereka juga
akan memiliki sikap yang positif terhadap hal tersebut, begitu juga dengan
imunisasi.
11
2.2. Imunisasi
2.2.1. Definisi
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu.(10) Imunisasi adalah salah satu upaya untuk
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhaap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zay anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti
vaksin BCG, Polio, Campak dan melalui mulut seperti vaksin polio.(12)
2.2.2. Tujuan
wilayah. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya daerah kantong yang
akan mempermudah terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Untuk mendeteksi dini
12
2.2.3. Manfaat
berikut:
1) Untuk anak
2) Untuk Keluarga
3) Untuk negara
pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi, maka akan memberikan
13
efek yang kurang memuaskan. Demikian pula ASI yang mengandung IgA
polio yang diberikan secara oral. Meskipun demikian, umumnya kadar sIgA
terhadap virus polio pada ASI sudah rendah pada waktu bayi berumur beberapa
FKUI/RSCM Jakarta, kadar sIgA polio sudah tidak ditemukan lagi pada ASI
setelah bayi berumur 5 tahun. Kadar sIgA yang tinggi terdapat pada kolostrum.
Oleh karena itu bila vaksinasi polio oral diberikan pada masa pemberian
genetik, respon imun manusia terbagi menjadi respon baik, cukup dan rendah
terhadap antigen tertentu tetapi terhadap antigen lain dapat sangat tinggi respon
imunnya. Oleh karena itu sering ditemukan keberhasilan vaksinasi tidak sampai
100%.
polio oral akan menimbulkan imunitas lokal dan sistemik, sedangkan vaksin polio
parental hanya memberikan imunitas sistemik saja. Dosis vaksin vaksin yang
tidak tepat juga mempengaruhi respon imun. Dosis terlalu tinggi menghambat
respon imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu rendah tidak dapat
14
merangsang sel-sel uji klinis karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis
yang direkomendasikan.
dan campak. Adapun jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap adalah sebagai
berikut(11)
a. Imunisasi BCG
mycobacterium bovis yang dibiakkan selama 1-3 tahun, sehingga didapatkan basil
yang tidak virulen, tetapi masih memiliki imunogenitas. Vaksin BCG merupakan
Tujuaan imunisasi BCG untuk mencegah TBC, namun jika terkena paparan yang
Imunisasi diberikan pada bayi umur kurang dari atau sama dengan 2 bulan.
Pemberian pada anak dengan uji Mantoux negatif. Dosis untuk bayi (umur kurang
15
dari 1 tahun) adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. Vaksin diberikan melalui suntikan
dengan alasan lebih mudah (lemak subkutis tebal), ulkus yang terbentuk tidak
mengganggu struktur otot setempat dan sebagai tanda baku untuk keperluan
diagnosis bila dibutuhkan. Efek proteksi terjadi 8-12 minggu setelah penyuntikan,
bervariasi antara 0-80%. Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai, lingkungan
bulan. Apabila diberikan pada usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji
parut bulat dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi, maka ulkus
yang timbul lebih besar. Penyuntikan yang terlalu dalam membuat parut yang
atau leher, tergantung umur anak, dosis dan strain vaksin. Apabila limfadenitis
Kontra indikasi pemberian imunisasi BCG, antara lain reaksi tes mantoux
lebih dari 5 mm, sedang menderita infeksi HIV, atau risiko tinggi infeksi HIV,
pengobatan radiasi, keganasan sumsum tulang atau sistem limfe, gizi buruk,
b. Hepatitis B
terjadinya penyakit hepatitis. Kandung vaksin ini adlaah HbsAg dalam bentuk
dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis B pada anak balita juga
jam pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,
cara intramuskuler pada anak. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral
(antero = otot-otot bagian depan, sedangkan lateral = otot bagian luar). Akan
vaksin.(10)
(monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan
pemberian vaksin HB monovalen adalah usia 0 bulan, 1 bulan dan 6 bulan. Bayi
lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatitis B
DTPw, maka jadwal pemberian pada usia 2 bulan,3 bulan dan 4 bulan. Apabila
vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2 bulan, 4
samping ini hanya berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam
ringan, dan pembengkakan. Namun reaksi ini bisa menghilang dalam waktu dua
hari.(10)
Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan sebagai patokan suksesnya
berusia 1 tahun. Tingkat kekebalan vaksin hepatitis B cukup tinggi, yakni 94-
96%. Pada umumnya setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% anak mengalami
respon imun yang cukup. Penyuntikan vaksin hepatitis B tidak dapat diberikan
c. Imunisasi Polio
Kandungan vaksin ini ialah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan
secara oral. Untuk imunisasi dasar (polio 1, 2 dan 3) vaksin diberikan 2 tetes
Pemberian imunisasi polio bisa jadi lebih dari jadwal yang telah
berlebihan ini tidak berdampak buruk. Sebab tidak ada istilah overdosis dalam
anak lahir (0 bulan), kemudian pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Pemberian imunisasi
18
berikutnya bisa dilakukan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali, saat lahir
polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling sedikit harus
Hanya sebagian kasus kecil pada anak yang mengalami pusing, diare ringan, dan
sakit otot. Kasusnya pun tergolong sangat jarang. Efektivitas imunisasi polio
Vaksin polio tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita penyakit
akut atau demam tinggi, muntah atau diare, penyakit kanker, HIV/AIDS, sedang
menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan
d. Imunisasi DPT
DPT merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah
dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(toxoid). Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahapan
pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ tubuh membuat zat anti.
19
Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi ini
Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat
diberikan vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila
yaitu usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun
diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 dapat diberikan Td/Tdap pada usia
yaitu difteri, tetanus dan pertusis. DPT diberikan pertama kali saat anak berumur
lebih dari 6 minggu, kemudian ketika berumur lebih dari 6 minggu, kemudian
ketika berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DPT diberikan pada umur 18 bulan dan 5
tahun. Pada anak yang berumur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam
DPT diberikan pertama kali sejak anak berusia 2 bulan, dengan interval 4-6
minggu. DPT1 diberikan saat anak berusia 2-4 bulan, DPT2 ketika umur 3-5
bulan dan DPT3 saat usianya memasuki 4-6 bulan. Pemberian vaksin selanjutnya
(DPT4) dapat diberikan 1 tahun setelah DPT3, yaitu pada umur 18-24 bulan.
Sedangkan DPT5 diberikan ketika anak mulai masuk sekolah, yaitu sekitar 5-7
ini dapat diatasi dengan obat penurun panas. Apabila demamnya tinggi dan tidak
kunjung reda setelah 2 hari, hendaknya anak segera dibawa ke dokter. Akan
tetapi, jika demam tidak muncul, bukan berarti imunisasi gagal, namun bisa saja
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada anak yang mengalami kejang
yang disebabkan oleh suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf
yang betul-betul berat, atau seusai dirawat karena infeksi otak dan yang alergi
terhadap DPT. Anak seperti ini hanya boleh menerima imunisasi DT tanpa P,
e. Imunisasi Campak
juga tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. Oleh karena
itu, untuk mencegah tertularnya anak dari penyakit ini, imunisasi campak penting
Imunisasi campak diberikan dengan cara penyuntikan pada otot paha atau
lengan bagian atas. Vaksin campak diberikan sebanyak 2 kali, yaitu ketika anak
pertama sangat dianjurkan sesuai jadwal. Sebab antibodi dari ibu sudah menurun
ketika anak memasuki usia 9 bulan, dan penyakit campak umumnya menyerang
Imunisasi campak tidak memiliki efek samping dan relatif aman diberikan.
demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung
sekitar 1 minggu. Terkadang ada efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
Dalam beberapa kasus, efek samping campak diantaranya adalah demam tinggi
yang terjadi setelah 8-10 hari setelah vaksinasi dan berlangsung selama 24-48 jam
oleh penggunaan berulang alat suntik bekas, maka setiap pelayanan imunisasi
harus menggunakan alat suntik yang akan mengalami kerusakan setelah sekali
imunisasi antara lain adalah dosis, cara pemberian dan tempat pemberian
imunisasi. Adapun dosis, cara pemberian dan tempat pemberian imunisasi dapat
2.3. Perilaku
22
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis,
kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
kelompok :
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
2.4.1. Pengetahuan
a. Definisi
akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia
yang dialami.(16)
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola.
lingkungannya.(17)
b. Tingkat Pengetahuan
1) Tahu (Know)
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
2) Memahami (Comprehension)
secara benar.
3) Aplikasi (Aplication)
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
5) Sintesis (Synthesis)
Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
6) Evaluasi (Evaluation)
1) Pendidikan
agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada
2) Pekerjaan
3) Umur
fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas
ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir
4) Minat
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal,
5) Pengalaman
mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini
lingkungan.
28
7) Informasi
seseorang mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun
tentang isi materi yang diukur dari subyek penelitian atau responden. Arikunto
sikap dan tindakan setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
anak, semakin baik pengetahuan orang tua maka status imunisasi anak baik atau
29
lengkap begitu pula sebaliknya.(19) Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
Pengetahuan akan membentuk sikap ibu, dalam hal ni adalah kepatuhan dalam
pemberian imunisasi dasar lengkap. Pada penelitian ini yang menjadi faktor
pemungkin adalah ketersedian sarana imunisasi pos posyandu di setiap RT. Akan
posyandu disebabkan oleh lama pelayanan posyandu. Faktor penguat terdiri dari
dan dukungan kepada ibu dan masyarakat penting dan manfaatnya imunisasi dan
peran kader yang memberikan dukungan dan tidak segan untuk menjemput ibu
posyandu.
2.4.2. Sikap
a. Definisi
Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu stimulus atas objek yang
berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan, suka atau tidak suka
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
30
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
perilaku.(8)
b. Tingkatan Sikap
1) Menerima (Receiving)
2) Merespon (Responding)
yang diberikan merupakan indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide
tersebut.
3) Menghargai (Valuing)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
pada seseorang. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai
rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam
dua kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala
maupun negatif dinilai oleh subyek dengan sangat setuju, setuju, tidak setuju dan
sangat tidak setuju. Skala likert merupakan skala yang dapat dipergunakan untuk
pengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu gejala atau
fenomena tertentu. Ada dua bentuk skala likert yaitu pernyataan positif yang
diberi skor 4 (sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju)
dan pernyataan negatif diberi skor 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (tidak setuju), 4
mengimunisasikan dasar pada anaknya. Ibu dengan tingkat sikap yang baik maka
ibu akan mengikuti kegiatan imunisasi dengan teratur. Sikap ibu mengenai
imunisasi adalah setuju atau tidak setuju dengan adanya pelaksanaan program
32
imunisasi, dan keyakinan tentang bahwa imunisasi BCG dapat mencegah penyakit
dipteri, imunisasi polio dapat mencegah penyakit yaitu penyakit polio, imunisasi
tentang imunisasi perlu diperbaiki agar generasi penerusnya dapat terhindar dari
imunisasi serta kandungan dari vaksin imunisasi. Hal ini dilakukan dengan
harapan tidak ada lagi anggapan bahwa imunisasi tidak penting.Sikap ibu
berhubungan dengan status imunisasi bayi. Sikap ibu yang positif terhadap
yang sangat beragam merupakan tantangan yang cukup besar di dalam pemberian
pelayanan imunisasi secara merata di seluruh Indonesia. Tanpa akses yang mudah
fasilitas kesehatan. Bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan yang memiliki
33
fasilitas kesehatan lengkap baik rumah sakit maupun klinik dapat dengan mudah
untuk melakukan imunisasi, akan tetapi bagi yang tinggal di pedesaan dengan
imunisasi. Selain itu, faktor biaya yang harus dikeluarkan untuk imunisasi
keberadaan fasilitas kesehatan yang terdiri dari rumah sakit pemerintah, rumah
sakit swasta, Puskesmas atau Puskesmas pembantu, praktik dokter atau klinik,
praktik bidan atau rumah bersalin, Posyandu, Poskesdes atau Poskestren dan
Polindes. Jenis transportasi yang dapat digunakan oleh rumah tangga menuju
fasilitas kesehatan yang terdiri dari mobil pribadi, kendaraan umum, jalan kaki,
sepeda motor, sepeda, perahu, transportasi udara dan lainnya serta penggunaan
lebih dari dari satu jenis transportasi atau kombinasi. Waktu tempuh dengan
transportasi tersebut yang paling sering digunakan oleh rumah tangga dalam
bentuk menit. Kemudian yang terakhir memperoleh gambaran tentang biaya atau
ongkos transportasi oleh rumah tangga menuju fasilitas kesehatan dalam satu kali
pergi.(20)
Semakin banyak sarana dan tenaga kesehatan, semakin kecil jarak jangkau
nasional sebanyak 94,1% rumah tangga berada kurang atau samadengan 5 km dari
salah satu sarana pelayanan kesehatan dan sebanyak 90,8% rumah tangga dapat
kompeten yang memiliki moral dan etika, mempunyai dedikasi tinggi, kreatifdan
merupakan salah satu simpul untuk mengukur kecakapan dari seorang tenaga
kesehatan.(21)
imunisasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktornya adalah
peran tenaga kesehatan. Ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan sebagai garda
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
kesehatan.(23)
tenaga dan pelatihan teknis, pencatatan dan pelaporan, supervisi dan bimbingan
peningkatan derajat kesehatan bayi, juga untuk merubah perilaku masyarakat yang
tidak sehat ke arah perilaku sehat. Dalam menjalakan perannya, tenaga kesehatan
tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap. Oleh karena itu petugas kesehatan
Faktor Predisposisi
(Predisposing Faktor)
1. Umur
2. Pendidikan
3. Status Pekerjaan
4. Biaya Pemeriksaan
5. Pengetahuan
6. Sikap
Faktor Pemungkin
(Enabling Faktor) Faktor yang mempengaruhi
perilaku ibu terhadap
Akses Informasi kelengkapan imunitasi dasar
Faktor Pendorong
(Reinforcing Faktor)
1. Peran Kader
2. Dukungan Tenaga
Kesehatan
3. Dukungan Anggota
Keluarga
Keterangan :
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.(25) Maka hipotesis pada
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi Tahun 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah survei analitik. Survei analitik ialah survei
fenomena, baik antara faktor risiko dengan faktor efek. Survei analitik ini
yang mempengaruhi perilaku ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi
Bonjol Kelurahan Satria Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi. Adapun
awal yang dilakukan peneliti, Puskesmas Satria telah mencapai UCI, sehingga
37
38
Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 3 bulan mulai dari
3.3.1. Populasi
adalah semua ibu yang mempunyai balitausia 13-24 bulan di wilayah kerja
3.3.2. Sampel
objek yang telah diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam
homogen yang terdiri atas kelompok yang homogen atau berstrata secara
Rumusnya :
N
n=
1 + N (e)2
39
Keterangan :
n : Sampel
N : Populasi
649
n=
1 + 649 (0,1)2
649
n=
1 + 649 (0,01)
649
n=
7,49
n = 86,6 = 87
gunakan rumus :
1 Satria 105 x 87
105 = 14
649
2 Damar Sari 96 x 87
96 = 13
649
3 Tambangan 57 x 87
57 = 8
649
4 Tambangan Hulu 63 x 87
63 = 9
649
5 Deblod Sundoro 99 x 87
99 = 13
649
6 Tebing Tinggi 138 x 87
138 = 18
649
7 Bagelen 91 x 87
91 = 12
649
Total 649 87
1) Peneliti mendata semua ibu yang mempunyai balita usia 12-24 bulan di tiap
kelurahan, kemudian membuat potongan kertas yang telah diberi nomor urut
2) Kertas dilipat dan dimasukan ke dalam kotak atau gelas yang diberi lubang
4) Angka atau nomor yang tertera dalam kertas tersebut dilihat dan dicatat
variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Atau dengan kata lain dalam
penelitian. Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (x)
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dan variabel terikat (y) yaitu
sebagai berikut :
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Ibu
- Pengetahuan Kelengkapan Imunisasi
- Sikap Dasar
- Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan
- Peran Petugas Kesehatan
a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang imunisasi
dasar lengkap.
b. Sikap adalah reaksi atau respon dari ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar
pada bayi.
imunisasi.
d. Peran petugas kesehatan adalah suatu perilaku dalam wujud kegiatan untuk
dasar lengkap.
imunisasi yang diberikan kepada bayi dari mulai Hb0, BCG, DPT, Polio dan
campak.
Aspek pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat ukur
(instrumen), hasil pengukuran, kategori dan skala ukur yang digunakan untuk
43
menilai suatu variabel. Adapun aspek pengukuran dari variabel x yaitu faktor-
Jenis
Jumlah Cara dan Alat Skala
No Nama Variabel Value Skala
Pertanyaan Ukur Pengukuran
Ukur
Independen
1. Pengetahuan 15 Kuesioner 76-100% Baik (3) Ordinal
dengan (Skor 11-15)
menghitung 56-75% (Skor Cukup (2)
skor 8-10)
pengetahuan <56% Kurang (1)
(skor max = 20) (Skor 0-7)
Jenis
Jumlah Cara dan Alat Skala
No Nama Variabel Value Skala
Pertanyaan Ukur Pengukuran
Ukur
Dependen
5. Kelengkapan 5 Kuesioner Skor 5 Ya (2) Ordinal
imunisasi dasar dengan Skor <5 Tidak (1)
menghitung
skor
kelengkapan
imunisasi dasar
(skor max = 5)
b. Data sekunder meliputi data deskriptif lokasi penelitian yaitu data tentang
Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi, termasuk visi dan misi, jumlah
balita usia 12-24 bulan, jumlah cakupan imunisasi dasar lengkap dan data
c. Data tertier diperoleh dari berbagai referensi yang sangat valid seperti
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi atas 3 (tiga) yaitu:
a. Data primer diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner yang telah
responden untuk dijawab secara tertulis. Dalam hal ini ibu yang mempunyai
45
b. Data Sekunder diambil dari data jumlah balita usia 12-24 bulan dan data
Tebing Tinggi.
c. Data tertier diambil dari internet berupa data berupa jurnal penelitian yang
a. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Demikian pula kuesioner sebagai alat ukur harus
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun
tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji
korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skors total
kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product
moment”.(25)
signifikan, maka perlu dilihat pada tabel nilai product moment. Dimana jumlah
responden yang akan dilakukan uji validitas sebanyak 20 orang untuk variabel
soal dan peran petugas kesehatansebanyak 5 soal maka taraf signifikansi ialah
0.444 (n=20, α = 0,05) yang dilihat berdasarkan tabel “r” Product Moment.
Apabila nilai korelasi > taraf signifikansi maka dinyatakan valid, tetapi apabila
memiliki nilai lebih besar dari r tabel (n=20, α = 0,05) sebesar 0,444, sehingga ke-
15 dan 17 tidak valid karena memiliki nilai r tabel <α. Pengujian validitas dengan
(pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi (sig. 2-tailed)
≤ taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Berdasarkan hasil SPSS yang telah dilakukan
yang valid, maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang valid adalah 15
memiliki nilai lebih besar dari r tabel (n=20, α = 0,05) sebesar 0,444, sehingga ke-
10, 15, 17, 18 dan 19 tidak valid karena memiliki nilai r tabel <α. Pengujian
validitas dengan SPSS adalah menggunakan korelasi, instrumen valid apabila nilai
korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi (sig.
2-tailed) ≤ taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Berdasarkan hasil SPSS yang telah
pertanyaan yang valid, maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang valid
memiliki nilai lebih besar dari r tabel (n=20, α = 0,05) sebesar 0,444, sehingga ke-
memiliki nilai lebih besar dari r tabel (n=20, α = 0,05) sebesar 0,444, sehingga ke-
b. Reliabilitas
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan
alat ukur yang sama. Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh
suatu angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas dihitung dengan
menggunakan rumus Croncbach’s Alpha. Apabila diperoleh rhitung > dan rtabel,
0,813 (Pengetahuan) 15
0,788 (Sikap) 13
0,727 (Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan) 4
0,685 (Peran Petugas Kesehatan) 5
dapat diandalkan.
a. Collecting
b. Checking
agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil
c. Coding
penelitian.
d. Entering
e. Processing
Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi computer akan diolah sesuai
berikut:
3.8.1. Analisisunivariat
T). Uji statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda pada batas
digunakan adalah:
Dimana :
Y = Variabel dependen
β0 = Konstanta
X1 = Variabel pengetahuan
X2 = Variabel sikap
Tinggi.
yang dihuni 7.901 rumah tangga (RT), berada dalam wilayah yang mempunyai
luas 114.410 KM2, sehingga dapat diperkirakan setiap rumah tangga rata-rata
dihuni oleh 4 sampai 5 jiwa dengan kata lain dengan tingkat kepadatan penduduk
3 jiwa tiap KM2. Wilayah kerja Puskesmas Satria terdiri dari berbagai etnis dan
53
54
adalah:
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA/KB
d. Perbaikan gizi
f. Pengobatan
h. Kesehatan Rujukan
l. Kesehatan Usila
55
Perilaku Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
pengetahuan akan dikategorikan ke dalam tiga pilihan yaitu baik, cukup dan
kurang. Dikatakan baik apabila skor yang diperoleh responden >10, cukup apabila
skor yang diperoleh responden 8-10 sedangkan kurang apabila skor yang dijawab
berikut:
(5,7%).
2. Sikap
dikategorikan ke dalam dua pilihan yaitu Positif dan Negatif. Dikatakan Positif
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar
pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi
tahun 2018
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa mayoritas ibu memiliki sikap
positif sebanyak 76 orang (87,4%), dan minoritas memiliki sikap negatif sebanyak
11 orang (12,6%).
dekat dan jauh. Dikatakan dekat apabila skor yang diperoleh responden 4,
sedangkan jauh apabila skor yang dijawab oleh responden <4. Adapun kategori
Keterjangkauan Fasilitas
No Jumlah (f) Presentase (%)
Kesehatan
1 Dekat 65 74,7
2 Jauh 22 25,3
Total 87 100
bahwa fasilitas kesehatan dekat dengan rumahnya sebanyak 65 orang (74,7%) dan
peran petugas kesehatan akan dikategorikan ke dalam dua pilihan yaitu baik dan
kurang apabila skor yang dijawab oleh responden <5. Adapun kategori peran
bahwa petugas kesehatan memiliki peran yang baik sebanyak 66 orang (75,9%),
(24,1%).
58
dan tidak. Dikatakan ya apabila skor yang diperoleh responden 5, sedangkan tidak
apabila skor yang dijawab oleh responden <5. Adapun kategori kelengkapan
Kelengkapan Imunisasi
Dasar Jumlah P (Sig)
No Pengetahuan
Ya Tidak
f % f % f %
1 Baik 54 62,1 1 1,2 55 63,3
2 Cukup 24 27,6 3 3,4 27 31,0 0,000
3 Kurang 2 2,3 3 3,4 5 5,7
Total 80 92,0 7 8,0 87 100
terdapat 2 orang (2,3%) yang sudah lengkap imunisasi dasarnya dan 3 orang
P (0,000) < α (0,05) maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh pengetahuan ibu
Kelengkapan Imunisasi
Dasar Jumlah P (Sig)
No Sikap
Ya Tidak
f % f % f %
1 Positif 73 84,0 3 3,4 76 87,4
0,004
2 Negatif 7 8,0 4 4,6 11 12,6
Total 80 92,0 7 8,0 87 100
memiliki sikap positif, terdapat 73 orang (84,0%) yang sudah lengkap imunisasi
(8,0%) yang sudah lengkap imunisasi dasarnya dan 4 orang (4,6%) belum lengkap
imunisasi dasarnya.
P (0,004) < α (0,05) maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh sikap ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota
Kelengkapan Imunisasi
Keterjangkauan
Dasar Jumlah P (Sig)
No Fasilitas
Ya Tidak
Kesehatan
f % f % f %
1 Dekat 64 73,6 1 1,1 65 74,7
0,001
2 Jauh 16 18,4 6 6,9 22 25,3
Total 80 92,0 7 8,0 87 100
orang (73,6%) yang sudah lengkap imunisasi dasarnya dan 1 orang (1,1%) belum
Kelengkapan Imunisasi
Peran Petugas Dasar Jumlah P (Sig)
No
Kesehatan Ya Tidak
f % f % f %
1 Baik 65 74,8 1 1,1 66 75,9
0,001
2 Kurang 15 17,2 6 6,9 21 24,1
Total 80 92,0 7 8,0 87 100
menyatakan bahwa petugas kesehatan memiliki peran yang baik dalam program
imunisasi, terdapat 65 orang (74,8%) yang sudah lengkap imunisasi dasarnya dan
orang (24,1%) yang menyatakan petugas kesehatan memiliki peran yang kurang
baik, terdapat 15 orang (17,2%) yang sudah lengkap imunisasi dasarnya dan 6
P (0,001) < α (0,05) maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh peran petugas
menggunakan uji regresi linier berganda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi Tahun 2018 dengan penjelasan
sebagai berikut:
100%). Tabel di atas menunjukkan pula angkaR2 (R Square) sebesar 0,264, hal ini
fasilitas kesehatan dan peran petugas kesehatan. Sedangkan sisanya sebesar 73,6%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
b. F-test (ANOVA)
Pada uji serentak dilakukan uji simultan dengan F-test (ANOVA) yang
baik untuk digunakan sebagai model regresi harus < 0,05. Nilai ini bisa dilihat
pada kolom Sig. Jika Sig. < 0,05, maka Model Analisis dianggap layak. Jika Sig.
Dalam Regresi Linier Berganda, hal utama yang hendak dilihat adalah
Pada tabel ANOVA terdapat kolom F. Nilai yang tertera pada kolom F tersebut
1) Jika Fhitung> Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh
2) Jika Fhitung< Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat
df1 = k – 1 = 5 – 1 = 4
df2 = n – k = 86 – 5 = 82
dan α = 0,05 maka Ftabel : F4.82 pada tabel F adalah sebesar 2,48
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 0,591 ,098 6,019 ,000
Pengetahuan 0,120 ,054 ,264 2,225 ,029
Sikap 0,206 ,105 ,252 1,961 ,053
Keterjangkauan 0,316 ,266 -,504 -1,185 ,240
Peran_Nakes 0,388 ,252 ,610 1,539 ,128
a Dependent Variable: Imunisasi_Dasar
dengan rumus Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 maka hasilnya dari persamaan
sikap yang positif, fasilitas kesehatan yang terjangkau dan peran petugas
d. Uji Partial
Untuk uji partial disini dilakukan uji t-test yang bertujuan untuk
tabel di atas, uji partial (uji t) menunjukkan bahwa dari 4 (empat) variabel
Dimana :
n = jumlah sampel = 87
a. Variabel pengetahuan memiliki nilai sig 0,029< 0,05 (sig <α), artinya
signifikan.
b. Variabel sikap memiliki nilai sig 0,053> 0,05 (sig > α), artinya tidak
signifikan.
d. Variabel peran petugas kesehatan memiliki nilai sig 0,128> 0,05 (sig > α),
4.3. Pembahasan
terdapat 2 orang (2,3%) yang sudah lengkap imunisasi dasarnya dan 3 orang
menggunakan uji Chi-square didapatkan nilai P (0,000) < α (0,05) maka dapat
dasar pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi tahun
2018.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prihanti, GS., tentang faktor-
sebesar 0,019 (p < 0,05), artinya ditemukan hubungan yang bermakna antara
hambatan atau kerugian (misalnya biaya dan waktu), serta keuntungan. Analisis
suatu program interventif seperti imunisasi ingin dilaksanakan secara serius dalam
sikap dan tindakan setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
anak, semakin baik pengetahuan orang tua maka status imunisasi anak baik atau
Pengetahuan akan membentuk sikap ibu, dalam hal ni adalah kepatuhan dalam
pemberian imunisasi dasar lengkap. Pada penelitian ini yang menjadi faktor
pemungkin adalah ketersedian sarana imunisasi pos posyandu di setiap RT. Akan
dan dukungan kepada ibu dan masyarakat penting dan manfaatnya imunisasi dan
70
peran kader yang memberikan dukungan dan tidak segan untuk menjemput ibu
posyandu.
yang baik. Ini menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu semakin baik
pula pencapaian imunisasi dasar pada balita. Namun ibu yang memiliki
dalam penelitian ini, walaupun ibu memiliki pengetahuan kurang tetapi memiliki
bayi yang lengkap imunisasi dasarnya. Hal ini dikarenakan dekatnya jarak rumah
memiliki sikap positif, terdapat 73 orang (84,0%) yang sudah lengkap imunisasi
Sedangkan dari 11 orang (12,6%) yang memiliki sikap negatif, terdapat 7 orang
(8,0%) yang sudah lengkap imunisasi dasarnya dan 4 orang (4,6%) belum lengkap
didapatkan nilai P (0,004) < α (0,05) maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh
sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Wilayah Kerja
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuda,
sikap, dan tindakan ibu dengan kepatuhan imunisasi dengan p = 0,00 (p<0,05).
baik dalam bidang kesehatan dalam hal ini untuk mengimunisasikan anaknya.
pengetahuan ibu dari hasil uji statistik didapatkan bahwa faktor yang paling
Ibu dengan tingkat sikap yang baik maka ibu akan mengikuti kegiatan imunisasi
dengan teratur.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Triana,
lengkap tahun 2015. Hasil analisis bivariat diperoleh pengetahuan, sikap dan
motivasi orang tua serta informasi tentang imunisasi merupakan faktor yang
juga dengan masalah imunisasi, orang tua/ ibu dengan pengetahuan tinggi tentang
imunisasi maka mereka akan memberikan imunisasi dasar yang lengkap pada
imunisasi tersebut. Seseorang yang telah mengetahui kebenaran akan suatu hal
maka mereka juga akan memiliki sikap yang positif terhadap hal tersebut, begitu
mengimunisasikan dasar pada anaknya. Ibu dengan tingkat sikap yang baik maka
ibu akan mengikuti kegiatan imunisasi dengan teratur. Sikap ibu mengenai
imunisasi adalah setuju atau tidak setuju dengan adanya pelaksanaan program
imunisasi, dan keyakinan tentang bahwa imunisasi BCG dapat mencegah penyakit
dipteri, imunisasi polio dapat mencegah penyakit yaitu penyakit polio, imunisasi
tentang imunisasi perlu diperbaiki agar generasi penerusnya dapat terhindar dari
imunisasi serta kandungan dari vaksin imunisasi. Hal ini dilakukan dengan
harapan tidak ada lagi anggapan bahwa imunisasi tidak penting. Sikap ibu
berhubungan dengan status imunisasi bayi. Sikap ibu yang positif terhadap
kepada status kelengkapan dan cakupan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas
73
masyarakat di lingkungan sekitar yang memiliki bayi apabila tidak mengikuti atau
dasar pada balita. Ibu dengan sikap negatif mempunyai peluang lebih besar untuk
memiliki perilaku negatif dalam pemberian imunisasi dasar pada balita dan sikap
positif mempunyai peluang lebih besar untuk memiliki perilaku positif dalam
fasilitas kesehatan dekat dengan rumahnya, lebih banyak yang lengkap imunisasi
lebih banyak yang belum lengkap imunisasi dasarnya. Analisa uji statistik dengan
menggunakan uji Chi-square didapatkan nilai P (0,001) < α (0,05) maka dapat
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota
yang sangat beragam merupakan tantangan yang cukup besar di dalam pemberian
pelayanan imunisasi secara merata di seluruh Indonesia. Tanpa akses yang mudah
fasilitas kesehatan. Bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan yang memiliki
fasilitas kesehatan lengkap baik rumah sakit maupun klinik dapat dengan mudah
untuk melakukan imunisasi, akan tetapi bagi yang tinggal di pedesaan dengan
imunisasi. Selain itu, faktor biaya yang harus dikeluarkan untuk imunisasi
keberadaan fasilitas kesehatan yang terdiri dari rumah sakit pemerintah, rumah
sakit swasta, Puskesmas atau Puskesmas pembantu, praktik dokter atau klinik,
praktik bidan atau rumah bersalin, Posyandu, Poskesdes atau Poskestren dan
Polindes. Jenis transportasi yang dapat digunakan oleh rumah tangga menuju
75
fasilitas kesehatan yang terdiri dari mobil pribadi, kendaraan umum, jalan kaki,
sepeda motor, sepeda, perahu, transportasi udara dan lainnya serta penggunaan
lebih dari dari satu jenis transportasi atau kombinasi. Waktu tempuh dengan
transportasi tersebut yang paling sering digunakan oleh rumah tangga dalam
bentuk menit. Kemudian yang terakhir memperoleh gambaran tentang biaya atau
ongkos transportasi oleh rumah tangga menuju fasilitas kesehatan dalam satu kali
pergi.(22)
Semakin banyak sarana dan tenaga kesehatan, semakin kecil jarak jangkau
nasional sebanyak 94,1% rumah tangga berada kurang atau samadengan 5 km dari
salah satu sarana pelayanan kesehatan dan sebanyak 90,8% rumah tangga dapat
dengan rumah penduduk, semakin baik cakupan pelayanan imunisasi dasar karena
yang seharusnya dapat dinikmati olehsemua kalangan secara adil dan merata.
dijangkau dengan alat transportasi yang tersedia, maka fasilitas kesehatan tersebut
yang baik dalam program imunisasi, hal ini terlihat dari banyaknya responden
uji Chi-square didapatkan nilai P (0,001) < α (0,05) maka dapat disimpulkan
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi tahun 2018.
kompeten yang memiliki moral dan etika, mempunyai dedikasi tinggi, kreatifdan
merupakan salah satu simpul untuk mengukur kecakapan dari seorang tenaga
kesehatan.(23)
imunisasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktornya adalah
peran tenaga kesehatan. Ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan sebagai garda
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
kesehatan.(25)
tenaga dan pelatihan teknis, pencatatan dan pelaporan, supervisi dan bimbingan
peningkatan derajat kesehatan bayi, juga untuk merubah perilaku masyarakat yang
tidak sehat ke arah perilaku sehat. Dalam menjalakan perannya, tenaga kesehatan
tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap. Oleh karena itu petugas kesehatan
untuk memahami struktur data dalam dimensi tinggi. Variabel-variabel itu saling
terkait satu sama lain. Disinilah letak perbedaan antara multivariabel dan
bersamaan.
Sedangkan angkaR2 (R Square) sebesar 0,264, hal ini berarti bahwa persentase
Pada uji serentak (ANOVA) diperoleh nilai Sig adalah 0,000.Maka dapat
lengkapakan meningkat seiring dengan pengetahuan yang baik, sikap yang positif,
fasilitas kesehatan yang terjangkau dan peran petugas kesehatan yang baik.
Secara parsial, hanya variabel pengetahuan memiliki nilai sig 0,029< 0,05
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah di lakukan dalam pembahsan yang telah di
Satria Kota Tebing Tinggi Tahun 2018”, maka di peroleh suatu kesimpulan
sebagai berikut :
a. Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi adalah baik (63,2%),
fasilitas kesehatan (74,7%) dan adanya peran yang baik dari petugas
80
81
5.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Satria yang sudah baik ini. Bagi para petugas Puskesmas serta Kader Posyandu
diharapkan :
pencatatan.
akurat.
g. Meningkatkan kinerja pukesmas yang sudah baik ini menjadi lebih baik lagi.
sehingga tidak ada lagi masyarakat yang merasa jarak pelayanan kesehatan
Diharapkan kepada ibu yang mempunyai bayi dan balita di wilayah kerja
Puskesmas/Posyandu setempat.
b. Orang tua yang memiliki balita melaporkan riwayat kesehatan anak kepada
pihak Puskesmas.
kegiatan posyandu).
83
belum ada di penelitian ini yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku ibu