Anda di halaman 1dari 8

MATERIALISME

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Filsafat

Disusun oleh :
Niko Safira 16.0301.0001
Syafina Qatrunnada 16.0301.0021
Rizky Anissa Irianti 16.0301.0050
Anik Dwi Astuti 16.0301.0055

Program Studi Bimbingan dan Konseling


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Magelang
2019
A. Pengertian Materialisme
Secara umum materialisme berpendapat bahwa keberadaan dan kebenaran
semua yang ada di dunia ini adalah materi atau benda semata-mata. Istilah-istilah, ide,
jiwa, roh, kekuatan magis, dan sebagainya, keberadaannya hanya merupakan akibat
atau bentuk dari materi. Wujud keberadaan manusia misalnya, tidak lain adalah
keberadaan jasmaninya, tidak ada wujud lain, termasuk keberadaan jiwa atau roh.
Kalau ada istilah jiwa atau roh yang dibedakan dengan jasmani keberadaannya hanya
merupakan akibat dari keberadaan jasmani. Istilah-istilah seperti pikiran, perasaan,
kemauan, dan sebagainya hanya merupakan perwujudan proses kejasmanian atau
kebendaan.
Pikiran hanya merupakan aktivitas otak, benda yang ada pada kepala manusia
dan yang terdiri dari susunan syaraf serta kumpulan sel syaraf yang jumlahnya jutaan.
Istilah perasaan tidak lain hanya ekspresi manusia yang muncul karena keluarnya
enzim-enzim tertentu. Kalau enzim tertentu muncul, maka manusia dikatakan senang
dan kalau mnzim lain yang keluar, orang dikatakan merasa sedih, benci, dan
sebagainya. Orang yang ekspresi perasaannya tinggi, suka marah, adalah akibat tekanan
darah tinggi dan penyebabnya, antara lain karena terlalu banyak makan garam. Semua
adalah akibat dari materi.
Poedjawijatna (2005:122) menggambarkan ajaran materialisme antara lain
dengan mengemukakan pendapat yang dianggap pelopor materialisme, manusia itu
tidak berbeda dengan binatang, keduanya adalah sama dengan mesin. Keberadaan
manusia adalah jasmaninya. Hidup (gerak) tidak akan terjadi kalau tidak ada jasmani,
misalnya kalau tidak ada jantung.
Dalam hal yang menyangkut kebutuhan manusia, materialisme yang ekstrem
berpendapat bahwa semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi melalui pemenuhan
kebutuhan materi. Kebutuhan manusia untuk hidup bermasyarakat dengan baik, untuk
mewujudkan manusia yang jujur, disiplin, rajin, dan memiliki nilai-nilai moral yang
lain, harus melalui pemenuhan kebuthan materi terlebih dahulu.
Materialisme sudah muncul sejak yunani kuno, filsafat yunani berangkat dari
filsafat materialisme, yang mengambil bentuk pada upaya untuk menyelidiki tentang
alam sebagai materi. Kebanyakan filsuf bahkan percaya bahwa tidak mungkin ada
sesuatu yang muncul dari ketiadaan materi-materi alam dipelajari secara habis-habisan,
menghasilkan thesis filsafat tentang apa sebenarnya substansi yang menyusun alam
kehidupan ini.
Dimulai dengan sarjana, seperti Thales, para pemikir mulai mengarahkan upaya
untuk mengkaji dan menganalisis watak dan struktur alam fisik, Thales menganggap
bahwa segalanya berasal dari air. Berikutnya muncul anaximander, yang menganggap
bahwa zat yang merupakan sumber segala benda pastilah sesuatu yang berbeda dari
benda-benda yang diciptakannya. Ia begitu yakin bahwa benda itu bukanlah air.
Kemudian, Anaximenes berangapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah udara
dan uap dimana uap merupakan kepadatan dari air. Empedocles berpandangan bahwa
alam itu terdiri dari 4 unsur (yang menjadi akar dari semua materi alam), antara lain
tanah, udara, api dan air. Semua proses alam disebabkan oleh menyatu dan terpisahnya
unsur-unsur itu adalah kekuatan yang bekerja di alam.
Materialisme jelas tak akan bisa mati karena hidup ini sangat nyata (material)
dimana manusia terus saja mengembangkan diri dalam ranah material. Abad kegelapan
dan didominasi agama yang menggelapkan kesadaran jelas tidak dapat membendung
perkembangan material, yaitu teknologi yang merupakan alat bantu manusia untuk
mengatasi kesulitan material dan memudahkan memahami alam.
Dalam era pencerahan, materialisme muncul dalam bentuk filsafat empirisme,
seperti ada pada filsafat Francis Bacon, Thomas Hobbes, dan John Locke. Kemudian
juga menular ke Prancis, lalu ke Jerman melalui pikiran dan karya Karl Marx,
materialisme juga sudah berkembang ditangan Feutbach, tokoh materialis yang
materialismenya dikritik dan dikembangkan oleh Karl Marx.
Materialisme dimungkinkan dirasakan oleh kelas yang lebih dekat dengan alam
dan kerja karena mereka lebih masuk pada wilayah kontradiktif (alam dan geraknya).
Memang dalam suatu hubungan yang menghasilkan pertarungan ide dan pengetahuan,
kelas tertindas didominasi oleh cara pandang kelas penguasa. Tapi, ini tak dapat
bertahan terus. Yang jelas selalu ada potensi untuk bangkit dengan filsafat yang objektif
untuk memicu perlawanan dan gugatan. Yang jelas sulit kaum penindas untuk
menerima filsafat progresif karena kepentingan kelasnya tidak memungkinkan untuk
itu.
Jadi, filsafat materialisme inilah yang digunakan untuk memahami bagaimana
hubungan terjadi apakah menindas ataukah setara. Jika tidak memiliki pandangan
bahwa dunia ini material dan hubungan-hubungannya bisa dijelaskan dan disibak, sulit
untuk memperjuangkan nasibnya demi perubahan.
Jadi, jelaslah bahwa filsafat materialisme beranggapan bahwa hubungan adalah
hubungan material yang saling mempengaruh. Karenanya, memahami hubungan harus
menggunakan landasan berfikir yang materialis.
B. Ciri-Ciri Paham Materialisme
Ada 5 dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan paham ini:
1. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi (ma’dah).
2. Tidak meyakini adanya alam ghaib.
3. Menjadikan panca indra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu.
4. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum.
5. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak, adalah sebuah paham
garis pemikiran, dimana manusia sebagai nara sumber dan juga sebagai resolusi
dari tindakan yang sudah ada dengan jalan dialetis.
C. Hukum-Hukum Materialisme
Berfikir materialis berarti percaya pada hukum-hukum materi, yaitu sebagai berikut :
1. Hukum I :Materi itu ada, nyata dan konkret.
Materi itu ada dan nyata dalam hidup. Kita bisa mengenalinya melalui indra kita
tanpa indra kita tak bisa mengenalinya, tak bisa merabanya, melihatnya,
mendengarnya, merasaknnya, atau menunjukkan keberadaannya dengan seluruh
indra yang saling membantu. Karena ada dan nyata, materi atau kenyataan material
itu independen (tak tergantung) dari keberadaan kita. Karena belum melihat secara
langsung, kadang kita menganggap sesuatu tidak ada. Jadi, bukan karena tak dapat
tertangkap indra kita, lantas kita mengatakan bahwa sesuatu itu idak ada. Sebelum
orang tak mampu mengenali kejadian alam, mereka menganggap bahwa alam ada
yang mengaturnya, karena semua yang terjadi dianggap sebagai yang mengatur itu
maka dihayalkan oleh manusia sebuah kekuatan yang berada di luar materi alam.
2. Hukum II : Materi itu terdiri dari materi-materi yang lebih kecil dan saling
berhubungan (dialegtis)
Jadi, dialegtika adalah hukum keberadaan itu sendiri. Materi-materi kecil
menyatu dan menyusun suatu kesatuan yang kemudian disebut sebagai materi
lainnya yang secara kualitas lain, karenanya namanya juga lain. Tugu misalnya
terdiri dari materi-materi yang lebih kecil, organ (pencernaan, pernafasan,
pengeluaran, dan lain-lain) yang lebih kecil lagi terdiri dari sel-sel yang juga terdiri
dari materi-materi yang lebih kecil hingga indra biasa tak mampu mengenalinya lagi.
Dari sisi ini dunia kita ini adalah satu : satu kesatuan materi yang terdiri dari materi-
materi lainnya yang menyusun keberadaan alam dan jagat raya. Kita, manusia,
hanyalah titik kecil yang tiada artinya jika dibandingkan dengan kebesaran alam ini.
3. Hukum III : Materi mengalami kontradiksi
Karena materi terdiri dari materi-materi yang lebih kecil, antara satu materi satu
dengan lainnya mengalami kontradiksi atau saling bertentangan. Jika tidak ada
kontras, tak akan ada bentuk yang berbeda-beda. Jika tak ada kontradiksi, tak ada
kualitas yang berbeda, kualitas baru atau kualitas yang menunjukkan adanya
perubahan susunan material yang baru. Kontradiksi itu adalah pertentangan antara
materi satu dan lainnya yang memiliki kepentingan dan tendensi gerak yang berbeda.
Hukum kontradiksi ini nyata dan akan terus berlangsung karena justru adanya
kontradiksi inilah perubahan mendapatkan sebabnya.
Hubungan antara manusia dan materi-materi alam dihubungkan secara
produktif melalui apa yang disebut kerja. Dengan kerja, manusia memenuhi
kebutuhan hidup karena kontradiksinya adalah diserang oleh kebutuhan yang harus
dipenuhi karena kalau tidak tak akan eksis sebagai makhluk hidup. Dengan kerja
berarti manusia memperlakukan alam, dan juga mengubah alam, juga kemudian
mengubah hubungan-hubungan yang ada di alam serta hubungan antara manusia
satu dengan lainnya.
Kontradiksi itu kadang menajam menjadi pertentangan yang antagonis, yang
kadang bertubrukan dan kadang menghasilkan perubahan menuju kualitas material
yang baru.
Jadi ada hukum perubahan kuantitas menuju kuantitas. Hubungan material akan
mengubah secara kuantitas, karena kuantitasnya meninggi dan tak dapat lagi
disangga dengan kondisi material lama, akan menghasilkan perubahan baru, menjadi
kualitas baru. Contoh air diperlakukan dengan penambahan kuantitas sushu
(dipanaskan) akan berubah menjadi uap.
Contoh lainnya adalah perubahan telur menjadi ayam. Tanpa adanya intervensi
suatu dari luar berupa pemberian suhu pada telur akibat eraman induk atau bantuan
lampu atau alat perekayasa suhu, telur tak akan berubah menjadi ayam. Perlakuan
kuantitatif secara terus menerus, akan membuat suatu materi bisa berubah menjadi
suatu hal yang baru, bentuk dan nama yang baru pula. Kadang perubahan bisa
menjadi cepat ketika ada intervensi atau suatu faktor dari luar yang mampu
mempertajam kontradiksi dan menyebabkan pertentangan menjadi menajam dan
akhirnya muncul perubahan akibat bertubruknya dua kekuatan material lama. Inilah
hukum perubahan dari kuantitas menjadi kualitas dari yang tak dapat disangkal
dalam kehidupan kita.
4. Hukum IV : “materi selalu berubah, dan akan terus berubah”
Perubahan dimulai dengan kontradiksi atau akibat pengaruh antara materi-
materi yang menyusunnya maupun karena intervensi dari luar. Untuk lebih jelasnya
kita akan menerapkan hukum-hukum material ini untuk melihat perubahan
dimasyarakat.
Dari sini kita mendapatkan pemahaman bahwa yang tidak bisa dihindari adalah
dalam hubungan material, kita selalu berhadapan dengan apa yang sering disebut
dialektika, kontradiksi, atau perubahan. Kontradiksi, dialektika, dan perubahan
terjadi pada ranah material yang konkrit, nyata, dan bisa kita jelaskan dan kita kenali.
Dalam kehidupan kita selalu mengalami perubahan, mengalami masalah-
masalah. Sebagian masalah sudah dapat diatasi dengan penemuan-penemuan yang
dihasilkan oleh manusia sepanjang sejarah peradapannya. Tetapi sebagian besar
tampaknya juga masih dimanipulasi oleh kepentingan-kepentingan sempit dalam
penataan hubungan material yang berimbas pada manipulasi hubungan-hubungan
lainnya, seperti hubungan agama, suku, dan lain-lain. Kontradiksi pokok tetaplah
pada ranah material, sedangkan kotradiksi lainnya (terutama kontradiksi dan
penyimpangan ide, perasaan, filsafat dan budaya) hanyalah imbas dari kontradiksi
material.
Kasus bencana alam, seperti banjir bandang, gempa, dan sunami sering
mengahantam sisi peradaban kita. Seharusnya hal itu bisa dijadikan peringatan
bahwa manusia hingga sekarang ini masih terbelenggu oleh kontradiksi social,
ekonomi, politik atau terjadi pengisapan antar manusia, hingga tak heran kalau
manusia didunia ini masih sibuk mengurusi makan, minum, rumah, pakaian, dan
kebutuhan mendasar.
System penindasan merupakan akar dari kemiskinan kebudayaan. Akar-akar
kemiskinan budaya berasal dari kemiskinan atau kontradiski dalam hubungan
ekonomi masyarakat. Ditengah-tengah penindasan ekonomi globalisasi pasar bebas
(imperialism) yang diterima dengan senang hati oleh rezim Indonesia yang
senantiasa menjadi boneka penjajah asing dan menindas rakyat, jangankan
menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghadapi kontradiksi alam
(banjir, gempa, tsunami, longsor, dan lain-lain), untuk menyediakan sekolah dan
makanan bergizi saja Negara tidak mau dan tidak mampu ketika mereka sendiri
bersenang-senang diatas derita rakyat (buruh kuli, tani, dan kaum miskin kota) yang
ada.
D. Paham materialisme terdiri atas 5 aliran yaitu :
1. Materialisme Modern
Materialisme modern mengatakan bahwa alam itu merupakan kesatuan materil yang
tidak terbatas. Alam di dalamnya segala materi dan energi selalu ada dan akan tetap ada
dan alam (univers) adalah sesuatu yang keras yang dapat diindra atau dapat diketahui oleh
manusia. Materialisme modern mengatakan bahwa materi itu ada sebelum jiwa (mind) dan
dunia materil adalah pertama sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua.
Jelasnya pikiran tentang konsep ide itu ada setelah materi ada terlebih dahulu.

2. Materialisme Mekanik
Materialisme mekanik adalah teori yang mengatakan semua bentuk dapat diterangkan
menurut hukum yang mengatur materi dan gerak. Materialisme mekanik menjadikan sains
sebagai pokok utama dalam aliran ini karena segala sesuatu di dunia dapat dipastikan
dengan sains, semua gerak dan aktifitas fisik dapat dihitung dengan matematika dan
dirumuskan dengan fisika.
Aliran materialisme mekanik menganggap bahwa segala perubahan baik atom maupun
manusia semuanya bersifat kepastian semata-mata. Sebab-musabab yang dijelaskan
melalui jalan sains semata tidak perlu memakai ide seperti pada filsafat Idealisme yang
menggunakans ide sebagai landasan teorinya. Semua gerak yang terdapat di dunia ini
adalah bentuk mekanik yang dapat diuraikan dan diatur oleh hukum-hukum alam dan
berjalan layaknya mesin.
Lebih jauh lagi materialisme mekanik berpendapat bahwa akal dan aktivitas-
aktivitasnya adalah tindak-tanduk makluk hidup (behavior) yang dimaksudkan bahwa otak
dan kesadaran dijelaskan sebagai tindak-tanduk otot, urat saraf atau kelenjar, proses
tersebut dapat dijelaskan dengan fisika dan kimia.
3. Materialisme Alam
Junalien Offray De Lamettrie (1709-1751) berpendapat bahwa manusia tak lain dari
pada mesin, begitu pula dengan binatang, jadi manusia dan binatang itu sama saja. Ia
mengingkari prinsip hidup pada umumnya. Ia mencoba membuktikan bahwa bahan tanpa
jiwa mungkin dapat hidup (bergerak). tetapi jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin dapat
hidup. Seperti pada jantung katak yang dikeluarkan dari tubuhnya, jantung katak itu masih
berdenyut beberapa detik dan kemudian mati. Kejadian ini menunjukan bahwa tidak
mungkin hal yang rohani mampu hidup tanpa bahan.
Rohani tidak mungkin ada bila katak yang dijelaskan di atas itu mati, jadi mana
mungkin rohani manusia dapat hidup tanpa adanya badan yang membungkus rohani.
Jelaslah bahwa aliran ini menganggap bahwa yang ada itu hanya alam yang bermateri saja.
4. Materialisme Dialektika
Meterialisme dialektika pertama kali diperkenalkan oleh Karl Marx. Materialisme ini
muncul akibat perjuangan kelas yang hebat dan muncul akibat revolusi industri. Menurut
materialisme dialektika dunia ini tidak ada sesuatu selain benda dalam gerak, benda tidak
akan bergerak kecuali dalam ruang dan waktu. Tidak ada tempat bagi Tuhan di dunia ini,
oleh karena itu materialisme dialektika merupakan buah dari teori gerak dan
perkembangan.
Teori gerak dan perkembangan ini sesuai dengan hukum-hukum dialektika yang
berlaku. Manusia atau makhluk hidup di dunia ini akan selalu bergerak pada ruang dan
waktu, tidak mungkin manusia bergerak di ruang alam sadarnya (dalam pikirannya). Tidak
ada tempat bagi Tuhan karena Tuhan tidak ada dalam ruang dan tidak ada dalam waktu.
5. Materialisme Historis
Perkembangan gerak pada manusia yang dimaksud Marx adalah perkembangan
menuju kepada sejarahnya manusia. Tidak mungkin manusia hidup tanpa makan, minum
dan bersosialisasi. Manusia dalam hidupnya mendorong terciptanya alat-alat yang
dipergunakan untuk hidup, misalnya manusia membuat alat pertanian, alat perairan dan
terciptanya industri. Semua alat dan industri itu tak lain dari pada materia, yang hendak
dihasilkan juga materi. , Materialisme historis mendasarkan
perkembangan masyarakat atau sejarah atas materia.

Daftar Pustaka

Soegiono dan Muis, Tamsil. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Soyomukti, Nurani. 2016. Pengantar Filsafat Umum. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai