Anda di halaman 1dari 9

1.

Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia


a. Era pra kemerdekaan
Dalam sidang Teiku Gikoi (Parlemen Jepang) pada tanggal 7 September 1944,
perdana menteri Jepang Jendral Kuniaki Koisi, atas nama pemerintah Jepang
mengeluarkan janji kemerdekaan Indonesia yang akan diberikan pada tanggal
24 Agustus 1945, sebagai janji politik. Sebagai realisasi janji ini, pada tanggal
1 Maret 1945 Jepang mengumumkan akan dibentuknya Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai
/ BPUPKI). Badan ini baru terbentuk pada tanggal 29 April 1945.
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dengan Ketua Dr. KRT. Radjiman
Wedyodiningrat,
Adanya badan ini memungkinkan bangsa Indonesia dapat
mempersiapkan kemerdekaannya secara legal, untuk merumuskan syarat-
syarat apa yang harus dipenuhi sebagai negara yang merdeka. Oleh karena
itu, peristiwa ini dijadikan sebagai suatu tonggak sejarah perjuangan bangsa
Indonesia dalam mencapai cita-citanya.
Badan penyelidik ini mengadakan sidang hanya dua kali. Sidang
pertama pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945, sedangkan sidang
kedua pada tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945.
Pada sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 , Mr. Muhammad
Yamin mengemukakan usul yang disampaikan dalam pidatonya yang berjudul
asas dan dasar negara Kebangsaan Indonesia :
1) Peri kebangsaan
2) Peri kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat.

Tangaal 31 Mei 1945 Prof.Dr. Soepomo mengusulkan perihal yang


pada dasarnya bukan dasar negara merdeka, akan tetapi tentang paham
negaranya yaitu negara yang berpaham integralistik. Adapun rancangan
dasar negara oleh Soepomo ialah :
1. Paham negara persatuan
2. Penghubungan negara dan agama
3. Sistem badan permusyawaratan
4. Sosialisme Negara
5. Hubungan antarbangsa

Selain itu, Prof.Dr.Supomo juga mengemukakan teori-teori negara,


yaitu:
1. Teori negara perseorangan
2. Paham negara kelas
3. Paham negara integralistik

Pada hari berikutnya, tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno juga


mengusulkan lima dasar bagi negara Indonesia. Lima dasar itu atas petunjuk
seseorang ahli bahasa yaitu Mr. M. Yamin. Lima dasar yang diajukan Bung
Karno ialah
1. Nasinalisme (Kebangsaan Indonesia),
2. Internasionalisme atau perikemanusiaa,
3. Mufakat atau demokrasi,
4. Kesejahteraan sosial,
5. Ketuhanan yang Maha Esa (berkebudayaan)

Berdasarkan petunjuk seorang ahli bahasa, Ir. Soekarno menamakan


kelima sas itu Pancasila yang kemudian diusulkan sebagai dasar Negara
Indonesia.
BPUPKI juga membentuk Panitia kecil (Panitia Sembilan) dengan ketua
Ir. Soekarno. Pada tanggal 22 Juni 1945 BPUPKI menghasilkan rumusan yang
disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Di dalam alenia ke-4 Piagam
Jakarta dirumuskan lima asas Negara Indonesia Merdeka yaitu:
1. Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemelik-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerkyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Mulai dari sidang pertama sampai akhir sidang BPUPKI kedua ini rumusan
Pancasila dalam sejarah perumusannya ada empat macam:
 Rumusan pertama Pancasila adalah usul dari Muh. Yamin pada tanggal
29 Mei 1945
 Rumusan kedua Pancasila adalah usul Mr. Soepomo tanggal 31 Mei
1945, yakni usul pribadi dalam bentuk tertulis,
 Rumusan ketiga Pancasila usul Bung Karno tanggal 1 Juni 1945, usul
pribadi dengan nama Pancasila,
 Rumusan keempat Pancasila dalam piagam Jakarta tanggal 22 Juni
1945, hasil kesepakatan bersama pertama kali.
Meskipun Pancasila secara formal belum menjadi dasar negara Indonesia,
namun unsur-unsur sila-sila Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia telah
menjadi dorongan perjuangan bangsa Indonesia pada masa silam. Pada saat
proklamasi, semua kekuatan dari berbagai lapisan masyarakat bersatu dan
siap mempertahankan serta mengisi kemerdekaan yang telah
diproklamasikan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah revolusi Pancasila.
b. Era kemerdekaan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa Pancasila mulai dirumuskan
pada masa sidang pertama BPUPKI tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Pada hari
pertama sidang pertama BPUPKI Moh. Yamin mendapat kesempatan
menyampaikan pikiran-pikiran mengenai dasar Negara Republik Indonesia
disusul oleh Soepomo hari ketiga Tanggal 31 Mei 1941 dan Soekarno hari
keempat tanggal 1 Juni 1945.
Setelah Soekarno menyampaikan pokok pikirannya mengenai dasar
negara beliau mengusulkan agar dasar Negara Indonesia diberi nama
“Pancasila” setelah disempurnakan oleh temannya, Moh. Yamin, yang semula
diusulkannya dengan “Panca Dharma”. Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia 9
membentuk Piagam Jakarta yang di dalamnya tercantum rumusan Pancasila.
Pada masa Sidang II BPUPKI Ir. Soekarno selaku ketua panitia 9
mengusulkan agar Piagam Jakarta ditetapkan menjadi dasar negara. Setelah
dibahas secara alot akhirnya disetujui rumusan Pancasila yang tercantum
dalam Piagam Jakarta secara aklamasi diterima Piagam Jakarta akan
dijadikan dasar Negara Republik Indonesia yang pengesahannya dilakukan
dalam sidang pleno BPUPKI tanggal 14 Juli 1945.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 rumusan Pancasila yang terdapat
dalam Piagam Jakarta itu tidak jadi ditetapkan oleh PPKI menjadi dasar
Negara Republik Indonesia karena terjadi perubahan sila pertama Piagam
Jakarta yang berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Setelah mengalami perubahan maka rumusan yang dihasilkan atau disahkan
oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 resmi menjadi dasar Negara Republik
Indonesia. Selanjutnya diperkuat lagi sejak pemberlakuannya sampai
sekarang setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden Soekarno tanggal 5 Juli
1959 sebagai dasar berlakunya kembali UUD 1945.
Ketika proses perumusan Pancasila para pendiri bangsa berpikir
mendalam dan jauh ke depan untuk merumuskan sebuah ideologi yang
mampu bertahan ditengah arus perubahan di masa depan. Secara historis
Pancasila adalah merupakan suatu pandangan hidup bangsa yang nilai-
nilainya sudah ada sebelum secara yuridis bangsa Indonesia membentuk
Negara.
2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
a. Era orde lama

Pada masa orde lama yang dipimpin Soekarno, Pancasila mengalami


ideologisasi. Pada masa ini Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan
sebagai keyakinan serta kepribadian bangsa Indonesia.

1) Periode 1945-1950
Pada masa ini, dasar yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945
yang presidensial, namun pada praktiknya sistem ini tidak dapat
diwujudkan walau penjajah diusir. Persatuan rakyat Indonesia mulai
mendapatkan tantangan. Muncul upaya-upaya untuk mengganti Pancasila
sebagai dasar negara dengan paham komunis oleh PKI melalui
pemberontakan di Madiun pada tahun 1948 dan olen DI/TII yang ingin
mendirikan negara Islam.
2) Periode 1950-1959
Pada periode ini, penerapan pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal
yang pada nyatanya tidak dapat menjamin stabilitas pemerintahan.
Walaupun dasar negara masih Pancasila, tetapi rumusan sila keempat
tidak berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak.
Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya
pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis.
3) Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai demokrasi terpimpin, akan tetapi demokrasi
justru tidak berada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah
nilai-nilai pancasila tetapi kepemimpinan berada pada kekuasaaan pribadi
Presiden Soekarno. berbagai penyimpangan penafsiran terhadap
Pancasila yang menyimpang terjadi dalam konstitusi. Akibatnya, Presiden
Soekarno menjado otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup,
politik konfrontasi, dan menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis,
yang ternyata tidak cocok dengan kehidupan Negara Indonesia.
Pada periode 1959-1965 menerapkan demokrasi terpimpin. Demokrasi
bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah
nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden
Soekarno.
Presiden Soekarno melakukan pemahaman pancasila dengan
paradigma yang di sebut dengan USDEK dan menyebarkan Nasionalis,
Agama, dan Komunis.
Adanya upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara
paham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948
dan oleh DI/TII yang ingin mendirikan negara dengan dasar Islam.
b. Era orde baru

Setelah berakhirnya era Orde Lama melalui peristiwa Pemberontakan


G30 S PKI, maka bangsa Indonesia telah melewati masa krisis karena usaha
penggantian dasar filosofis negara menjadi paham komunis. Akhirnya lahir
sebuah kebutuhan bahwa Pancasila harus dikembalikan kepada fungsi semula
menjadi dasar filosofi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bangsa Indonesia semakin banyak belajar betapa pentingnya tetap
menjaga landasan dan nilai dasar Pancasila di dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, karena Pancasila sebagai ideologi dan sebagai pijakan bagi
bangsa Indonesia dalam melangkah.
Di masa Orde Baru atau yang dikenal dengan kembali ke UUD 1945,
dan Pancasila dikembalikan fungsinya sebagai dasar negara. Masa Orde Baru
Pancasila ditempatkan pada kedudukannya semula sebagai norma dasar
dalam kehidupan kenegaraan sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 (Darmadi,
2010). Hal ini sesuai dengan analisis di atas bahwa Pancasila dalam
Pembukaan UUD 1945 telihat jelas sebagai sebuah dasar negara sekaligus
cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
Pada masa Orde Baru juga diberlakukan TAP MPRS No XX/MPRS/1966
yang menjadikan Pancasila sumber dari segala sumber hukum. Oleh karena
itu Pancasila kembali menjadi sesuatu nilai dasar yang menjadi sumber dari
hukum positif di Indonesia. Sehingga, Pancasila menjadi pijakan nilai dan
norma bagi seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain itu pada tahun 1978 MPR mengeluarkan TAP MPR No.
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
yang merupakan sebuah program untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila
kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
c. Era reformasi
Era Reformasi ditandai dengan bergantinya tampuk kepepimpinan
nasional dari Presiden Soeharto kepada Presiden B.J Habibie dan selanjutnya
pada tahun 1999, 2004, 2009, 2014, Indonesia telah berhasil mengganti
kepemimpinan nasional secara damai. Pada era Reformasi ada banyak hal
yang perlu direformasi, terutama masalah kebebasan dari warga negara yang
dipandang sangat dibatasi pada era Orde Baru.
Tetapi semangat kebebasan pada masa awal era Reformasi, akhirnya
berdampak pada krisis moral yang terjadi di Indonesia. Masyarakat Indonesia
seakan menghirup kebebasan yang luar biasa dan menyebabkan kehilangan
kontrol terhadap kebebasan yang dimilikinya. Akhirnya, beberapa tahun
belakangan ini muncul gerakan-gerakan moral yang berjuang untuk kembali
menggali nilai-nilai Pancasila dan mengimplementasikan sebagai sebuah nilai
dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal ini sangat terasa, ketika dalam Undang-undang No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 35 mengamanatkan bahwa setiap
program studi pendidikan tinggi wajib mengajarkan Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi Mata Kuliah Umum yang wajib ada. Hal
ini merupakan momentum untuk mengajarkan Pancasila secara ilmiah pada
jenjang pendidikan tinggi. Bahwa Ideologi Pancasila harus diyakini
kebenarannya bukan hanya melalui doktrin, tetapi dikaji secara rasional dan
ilmiah sehingga generasi penerus bangsa dapat memahami Pancasila dengan
landasan berpikir yang ilmiah. Pengkajian Pancasila masuk dalam program
pendidikan tinggi menjadi momentum agar setiap warga negara melalui
pendidikan tinggi dapat memahami Pancasila secara rasional dan ilmiah.
Bahkan Pancasila siap untuk diuji kebenarannya secara ilmiah dan rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Amran, Ali. 2017. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Palembang : BKS
PTN-Barat.

Winarno. 2012. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi: Panduan Praktis


Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Fauzi, N. A. 2013. Pendidikan Pancasila. Universitas Mercu Buana.

Anda mungkin juga menyukai