Anda di halaman 1dari 11

seperti yang kamu ketahui saat ini begitu banyak jenis penawaran mesin fotocopydengan berbagai tipe

dan spesifikasi yang menjadikan calon pembeli menjadi bingung dalam memilih mesin untuk usahanya.
setiap mesin memiliki spesifikasi yang berbeda, yang mungkin tidak semua spesifikasi itu masuk dalam
kebutuhan usaha. tentu saja semakin canggih mesin nya semakin mahal harganya

lalu bagaimana agar calon pembeli dapat menghemat modal usahanya dengan membeli mesin yang
cocok untuk kebutuhan usahanya?

dalam artikel ini akan dijelaskan tentang prinsip dasar kerja fotocopy, dengan memahami hal ini di
harapkan calon pembeli dapat mengerti dan memilih tipe mesin yang sesuai kebutuhannya dan
menghemat modal usahanya
biar lebih mantap sebaiknya kenali juga bagian-bagian mesin fotocopy dan fungsinya

PRINSIP DASAR DAN CARA KERJA MESIN FOTOCOPY

mengetahui prinsip kerja dan cara kerja mesin fotocopy adalah hal penting yang perlu dilakukan sebelum
memulai usaha fotocopy, sehingga mengetahui bagian-bagian penting dalam mesin fotocopy yang
harus di tangani dengan hati-hati.

Pengertian mesin fotocopy


mesin fotocopy adalah mesin yang digunakan untuk membuat salinan dokumen asli kedalam bentuk
dokumen lainnya seperti kertas, mesin fotocopy pada umumnya hanya di gunakan untuk melakukan
kegiatan salin menyalin saja. walau begitu saat ini fitur pada mesin fotocopy sudah banyak seperti
menyimpan dokumen, faximil, scan, send to email, folder, dll

prinsip dan cara kerja mesin fotocopy


prinsip dasar semua mesin fotocopyadalah xerografi. mesin fotocopymenggunakan cahaya, drum dan
toner untuk melakukan penyalinan ketiga komponen ini adalah komponen utama pada
semua mesin fotocopy. untuk melakukan penyalinan kertas yang ditaruh pada kaca mesin akan
disinari, sinar ini akan ditangkap dan dipantulkan oleh lensa ke arah drum. drum memiliki muatan negatif
sehingga serbuk toner yang berbahan dasar serbuk besi halus akan menempel pada toner. drum yang
terkena sinar pantulan oleh lensa akan kehilangan muatan negatif sehingga serbuk toner tidak akan
menempel, sedangkan untuk bagian yang tidak terkena sinar (terbayang) seperti tulisan atau gambar
akan tetap memiliki muatan negatif.

dengan begitu serbuk toner akan menempel mengikuti bayangan dari dokumen asli. setelah drum
selesai menempelkan semua serbuk toner yang dibutuhkan untuk mencetak, kini saatnya kertas salinan
masuk lewat tray sheet ke bagian bawah drum. drum berputar kebawah sejajar dengan permukaan
kertas salinan. alas tempat kertas salinan memiliki daya tarik magnet yang jauh lebih kuat dari drum
mesin sehingga semua serbuk toner jatuh dan menempel pada kertas, langkah terakhir adalah
memanaskan sambil mem-press serbuk toner pada kertas agar menempel dengan kuat dan tidak lentur
itulah alasannya kenapa kertas hasil fotocopy terasa panas.
secara sederhana cara kerjanya dapat dibagi menjadi beberapa tahapan :

1. pre-xposure adalah penyinaran pertama dari mesin


2. primary charging adalah mengalirkan aliran listrik pada drum sehingga membuatnya bermuatan
negatif untuk menarik toner
3. laser-xposure adalah penyinaran dengan laser, untuk mendapatkan kualitas bayangan yang lebih
jelas, pada tahap ini bayangan dokumen asli di tangkap dan di pantulkan oleh lensa
4.development adalah tahapan dimana serbuk toner mulai diisi dan ditempelkan ke drum mengikuti
bayangan pantulan
5.transfer adalah tahapan dimana kertas disiapkan
6.separation adalah saat serbuk toner yang menempel di drum memisahkan diri dan menempel pada
kertas karena tarikan magnet yang kuat dari alas kertas.
7. fixing adalah tahap memanaskan dan mempress toner pada kertas agar menempel dengan kuat.
8. cleaning seperti namanya adalah tahap membersihkan drum dari sisa-sisa toner
Prinsip kerja mesin fotokopi

1. Pencahayaan,cahaya yang sangat terang yang dihasilkan dari lampu expose yang
menyinari dokumen yang sudah diletakkan di atas kaca dengan posisi terbalik ke
bawah pada kaca, gambar pada dokumen kemudian akan dipantulkan melalui
lensa, kemudian lensa akan mengarahkan gambar tersebut ke arah tabung drum.
Tabung drum adalah silinder dari bahan aluminium yang dilapisi dengan selenium
yang sangat sensitif terhadap cahaya.
2. Gambar yang lebih terang pada permukaan drum akan mengakibatkan elektron-
elektron muncul dan menetralkan ion-ion positif yang dihasilkan oleh kawat pijar
(corona wire) sebelah atas drum ( kawat 1 ), sehingga pada permukaan yang
terang tidak ada elektron yang yang bermuatan, sedangkan pada cahaya yang yang
lebih gelap akan menghasilkan tidak terjadi perubahan muatan, tetap bermuatan
positif.
3. Serbuk berwarna hitam ( toner ) bermuatan positif yang berada pada depeloper,
akan tertarik oleh ion positif pada permukaan drum,
4. Tegangan tinggi DC yang diberikan pada kawat pijar ( corona wire ) membuat drum
bermuatan positif, kawat pijar ( corona wire ) terdapat dua buah, satu terdapat
diatas drum ( kawat 1 ), dan di bawah drum ( kawat 2 ).
5. Selembar kertas yang dilewatkan di bawah drum ketika drum berputar, sebelum
kertas mencapai drum terlebih dahulu kertas dijadikan bermuatan positif oleh
kawat 2, sehingga toner yang menempel pada kertas akan tertarik dengan sangat
kuat ke kertas, karena gaya tarik muatan positif pada kertas lebih kuat dari pada
muatan positif pada drum ditambah lagi dengan gaya gravitasi
6. Berikutnya kertas akan di lewatkan melalui dua buah rol panas yang bertekanan,
panas dari kedua rol tersebut akan melelahkan toner yang kemudian akan
menempel erat ke kertas.peristiwa ini akan menghasilkan copian atau salinan
gambar yang sama persis dengan aslinya.
7. Setelah toner turun ke kertas drum akan terus berputar sampai
melewatiblade(cleaning balde) pembersih drum kemudian melalui kawat
1 (primary corona wire), sehingga drum kembali bermuatan positif dan siap
kembali disinari terus berulang-ulang.

ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap debu dengan effisiensi tinggi (mencapai
diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan electro static precipitator (ESP)
ini, jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16 % (efektifitas penangkapan debu
mencapai 99,84%).

Salah satu komponen terpenting dalam proses produksi di Pabrik Gula dan PLTU adalah boiler. Fungsinya adalah
sebagai tempat untuk memanaskan air, sehingga menghasilkan uap yang nantinya akan digunakan untuk proses
selanjutnya. Pada PLTU, uap ini digunakan untuk memutar turbin uap sebagai penggerak generator. Untuk
melakukan kerjanya, boiler membutuhkan adanya panas yang digunakan untuk memanaskan air. Panas ini disuplai
dari bagian yang disebut dengan ruang bakar atau furnace, dimana pada ruang bakar ini dilengkapi dengan alat
pembakaran atau burner. Hasil pembakaran di ruang bakar tersebut mengandung banyak debu mengingat bahan
bakar yang digunakan adalah batubara, dan debu tersebut akan terbawa bersama gas buang menuju cerobong.
Sebelum gas buang tersebut keluar melalui cerobong, maka gas buang tersebut akan melewati kisi-kisi suatu
electrostatic precipitator (ESP).

Gambar 1. Electrostatic precipitator overview.

Gambar 2. Persentase penangkapan partikel debu pada ESP.

Cara Kerja ElectroStatic Precipitator

Cara kerja dari electro static precipitator (ESP) adalah (1) melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan
listrik yang terbentuk antara discharge electrode dengan collector plate, flue gas yang mengandung butiran debu
pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi
sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif (-). (2) Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-)
kemudian menempel pada pelat-pelat pengumpul (collector plate), lihat gambar 4. Debu yang dikumpulkan di
collector plate dipindahkan kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini
kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper), lihat gambar 1 dan 2, dan ditransport (dipindahkan) ke flyash silo
dengan cara di vakum atau dihembuskan.
Gambar 3. Bagian-bagian dari electrostatic precipitator.

Gambar 4. Proses ionisasi.

Proses Pembentukan Medan Listrik

Proses pembentukan medan listrik; (1) Terdapat dua jenis electrode, yaitu discharge electrode yang bermuatan
negatif dan collector plate electrode bermuatan positif. (2) Discharge electrode diletakkan diantara collector plate
pada jarak tertentu (memiliki jarak antara discharge electrode dengan collector plate). (3) Discharge electrode diberi
listrik arus searah (DC) dengan muatan minus (lihat gambar 3), pada level tegangan antara 55 – 75 KvDC (sumber
listrik awalnya adalah 380 volt AC, kemudian dinaikkan oleh transformer menjadi sekitar 55 – 75 Kv dan dirubah
menjadi listrik DC oleh rectifier, diambil hanya potensial negatifnya saja). (4) collector plate ditanahkan (di-grounding)
agar bermuatan positif. (5) Dengan demikian, pada saat discharge electrode diberi arus DC maka medan listrik
terbentuk pada ruang yang berisi tirai-tirai electrode tersebut dan partikel-partikel debu akan tertarik pada pelat-pelat
tersebut, Gas bersih kemudian bergerak ke cerobong asap.

Electrostatic precipitator merupakan salah satu cara agar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ataupun industri
lainnya yang berpotensi menghasilkan limbah debu menjadi ramah lingkungan, setidaknya dapat mengurangi
kandungan polutan yang dibuang melalui cerobong.
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah sebuah teknologi untuk menangkap abu hasil
proses pembakaran dengan jalan memberi muatan listrik padanya. Prinsip kerja ESP
yaitu dengan memberi muatan negatif kepada abu-abu tersebut melalui beberapa
elektroda (biasa disebut discharge electrode). Jika abu tersebut dilewatkan lebih lanjut
ke dalam sebuah kolom yang terbuat dari plat yang memiliki muatan lebih positif (biasa
disebut collecting electrode), maka secara alami abu tersebut akan tertarik oleh plat-plat
tersebut. Setelah abu terakumulasi pada plat tersebut, sebuah sistem rapper khusus
akan membuat abu tersebut jatuh ke bawah dan keluar dari sistem ESP. Untuk lebih
jelasnya, silahkan Anda perhatikan ilustrasi sistem ESP berikut ini.
Prinsip Kerja Electrostatic Precipitators

Proses-proses yang terjadi pada ESP sehingga abu (fly ash) dapat terkumpul adalah
sebagai berikut:

1. Charging. ESP menggunakan listrik DC sebagai sumber dayanya, dimana Collecting


Electrode (CE) terhubung dengan kutub positif dan ter-grounding, sedangkan
untuk Discharge Electrodeterhubung dengan kutub negatif yang bertegangan 55-85
kilovolt DC. Medan listrik terbentuk diantara DE dan CE, pada kondisi ini timbul
fenomena korona listrik yang berpendar pada sisi DE. Pada saat gas buang batubara
melewati medan listrik ini, fly ash akan terkena muatan negatif yang dipancarkan oleh
kutub negatif pada DE. Proses pemberian muatan negatif pada abu tersebut dapat
terjadi secara difusi atau induksi, tergantung dari ukuran abu tersebut. Beberapa partikel
abu akan sulit dikenai muatan negatif sehingga membutuhkan medan listrik yang lebih
besar. Ada pula partikel yang sangat mudah dikenai muatan negatif, namun muatan
negatifnya juga mudah terlepas, sehingga memerlukan proses chargingkembali.
2. Pengumpulan. Abu yang sudah bermuatan negatif, akan tertarik untuk menuju ke CE
atau bergerak menurut aliran gas yang ada. Kecepatan aliran gas buang mempengaruhi
proses pengumpulan abu pada CE. Kecepatan aliran gas yang rendah akan
memperlambat gerakan abu untuk menuju CE. Sehingga umumnya desain ESP
biasanya digunakan beberapa seri CE dan DE yang diatur sedemikian rupa sehingga
semua abu yang terkandung di dalam gas buang boiler dapat tertangkap.
3. Rapping. Lapisan abu yang terkumpul pada permukaan CE harus secara periodik
dirontokan. Metode yang paling umum digunakan adalah dengan jalan memukul bagian
CE dengan sebuah sistem mekanis. Sistem rapper mekanis ini terdiri dari
sebuah hammer, motor penggerak, serta sistem gearboxsederhana yang dapat
mengatur gerakan memukul agar terjadi secara periodik. Sistem rapper tidak hanya
terpasang pada sisi CE, pada DE juga terdapat sistem rapper. Hal ini karena ada
sebagian kecil dari abu yang akan bermuatan positif karena ia ter-chargingoleh CE yang
bermuatan positif.
4. Abu yang rontok dari CE akan jatuh dan terkumpul di hopper yang terletak di bawah
sistem CE dan DE. Hopper ini harus didesain dengan baik agar abu yang sudah
terkumpul tidak masuk kembali ke dalam kompartemen ESP. Selanjutnya dengan
menggunakan udara bertekanan, kumpulan abu tersebut dipindahkan melewati pipa-
pipa ke tempat penampungan yang lebih besar.

Gas buang yang keluar dari boiler mengandung banyak senyawa yang bersifat sangat
korosif, jika senyawa-senyawa tersebut bereaksi dengan uap air yang terkandung di
dalam gas buang itu pula. Pada temperatur rendah uap air hasil pembakaran
hidrokarbon batubara dapat terkondensasi dan bereaksi dengan SO2 atau NOx dan
menghasilkan larutan asam yang sangat korosif. Larutan tersebut jika melewati ESP
akan sangat mungkin dapat merusak komponen-komponennya. Maka pada prakteknya,
pengoperasian ESP pada berbagai sistem boiler, baru dinyalakan jika temperatur gas
buang boiler sudah mencapai nilai tertentu. Hal ini bertujuan selain untuk menghindari
bahaya korosi, juga untuk menghindari terjadinya short circuit akibat adanya senyawa-
senyawa asam tersebut.

Bagian-bagian Electrostatic Precipitators

Secara umum bagian-bagian dari Electrostatic Precipitators (ESP) adalah sebagai


berikut:

1. Casing. Casing dari ESP umumnya terbuat dari baja karbon berjenis ASTM A-36 atau
yang serupa. Casing ini didesain untuk kedap udara sehingga gas buang boiler yang
berada di dalam ESP tidak dapat bocor keluar. Selain itu ia didesain memiliki ruang
untuk pemuaian karena pada operasional normalnya ESP bekerja pada temperatur
cukup tinggi. Oleh karena itu pula sisi luar casing ini dipasang insulator tahan panas
demi keselamatan kerja. Discharge electrodedan collecting electrode didesain
menggantung dengan sisi support(penyangga) berada pada sisi casingbagian atas. Dan
pada sisi samping casing terdapat pintu akses masuk untuk keperluan perawatan sisi
dalam ESP.
2. Hopper. Hopper terbuat dari bahan yang sama dengan casing. Ia berbentuk seperti
piramida yang terbalik dan terpasang pada sisi bawah ESP. Hopperberfungsi sebagai
tempat berkumpulnya abu fly ash yang dijatuhkan dari collecting
electrode dan discharge electrode. Abu hanya sementara berada di dalam hopper,
karena selanjutnya ia akan dipindahkan menggunakan sebuah sistem transport khusus
ke tempat penampungan yang lebih besar. Namun, hopper ini didesain untuk mampu
menyimpan abu sedikit lebih lama apabila terjadi kerusakan pada sistem transport fly
ash yang ada di bawahnya.
3. Collecting Electrode. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, CE menjadi
tempat terkumpulnya abu bermuatan negatif sebelum jatuh ke hopper. Jarak antar CE
pada sebuah ESP didesain cukup dekat yakni 305-406 mm dengan kedua sisi plat
(depan-belakang) yang sama-sama berfungsi untuk menangkap abu. CE dibuat dari plat
yang didukung dengan baja penyangga untuk menjaga kekakuannya. Ia dipasang
dengan suppotyang berada di atas dan menggantung pada casing bagian atas. Untuk
mendapatkan medan listrik yang seragam pada CE, serta untuk meminimalisir terjadinya
loncatan bunga api elektron, maka CE harus dipasang dengan ketelitian yang sangat
tinggi.
4. Discharge Electrode. DE menjadi komponen paling penting di ESP. DE terhubung
dengan sumber tegangan DC tinggi hingga berpendar menciptakan korona listrik. Ia
berfungsi untuk men-charging abu sehingga abu menjadi bermuatan negatif. DE
dipasang pada tiap tengah-tengah CE dengan jarak 152-203 mm tergantung jarak antar
CE yang digunakan. Untuk mencegah short circuit, pemasangan DE harus dipasang
juga insulasi yang memisahkan DE dengan casing dan CE yang bermuatan netral.
Discharge Electrode

5. Sistem Kontrol Aliran Gas Buang. Efisiensi ESP sangat tergantung dengan distribusi
aliran gas buang boiler yang melintasinya. Semakin merata pendistribusian gas buang
tersebut ke seluruh kolom CE dan DE, maka akan semakin tinggi angka efisiensi ESP.
Oleh karena itu dipasang sebuah sistem vaneatau sudu pada sisi masuk gas buang ke
ESP agar gas tersebut dapat lebih merata didistribusikan ke setiap kolom.
6. Rapper. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, sistem rapper berfungsi untuk
menjatuhkan abu yang terkumpul pada permukaan CE ataupun DE agar jatuh
ke hopper. Biasanya motor penggerak rapper terletak di bagian atas ESP, dan
dihubungkan ke bagian pemukul dengan sebuah poros yang terinsulasi untuk
menghindari short circuit.
7. Sumber Energi Listrik. Alat yang berfungsi untuk men-supply energi listrik ke sistem
ESP disebut dengan Transformer Rectifier (TR). Sumber energi listrik berasal dari listrik
AC bertegangan 480 Volt, yang ditingkatkan menjadi 55.000 sampai 75.000 Volt
sebelum diubah menjadi tegangan DC negatif yang akan dihubungkan
dengan discharge electrode. Karena secara elektris ESP merupakan beban kapasitif,
maka sumber tegangannya didesain untuk menahan beban kapasitif tersebut. Selain itu,
sumber tegangan ini didesain harus tahan terhadap gangguan arus yang terjadi akibat
adanya loncatan listrik (sparking) dari abu fly ash
8. http://rajafotocopy.com/jawa/blog-60.html
9. https://naomioprina.wordpress.com/2017/11/19/prinsip-dan-cara-kerja-mesin-fotokopi-
menggunakan-listrik-statis/amp/
10. http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/04/electrostatic-precipitator.html?m=1
11. http://artikel-teknologi.com/electrostatic-precipitator-teknologi-mengendalikan-polusi-abu-fly-
ash-dari-boiler/

Anda mungkin juga menyukai