Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RSUD CIBINONG
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ANGIOEDEMA
ICD 10 : T78.3

1. Pengertian Edema mendadak pada dermis bagian bawah dan subkutis dengan manifestasi edema sewarna
(Definisi) kulit atau eritema pada area predileksi, yang sering disertai keterlibatan lapisan submukosa.
Kadang-kadang disertai gejala subyektif nyeri atau panas, rasa gatal jarang ada. Angioedema
disebut akut jika berlangsung kurang dari 6 minggu

2. Anamnesis  Gejala objektif berupa edema kulit mendadak pada area predileksi.
 Gejala subjektif berupa rasa nyeri atau rasa terbakar, dan gatal ringan.
 Dapat disertai atau tidak disertai urtikaria. Sebanyak 43,8% angioedema alergi
disertai urtikaria.
 Dapat disertai kesulitan menelan atau bernafas apabila ada keterlibatan mukosa
saluran nafas dan cerna.
 Biasanya gejala timbul beberapa jam hingga 72 jam.
 Episode angioedema/urtikaria yang menetap lebih dari 6 minggu disebut kronis,
yang terbagi atas angioedema/urtikaria autoimun kronik dan idiopatik kronik.
 Etiologi angioedema akut pada umumnya adalah obat, makanan, infeksi, atau faktor-faktor
metabolik.
3. Pemeriksaan  Didapatkan edema sewarna kulit, atau kadang eritema.
Fisik  Lokasi anatomis berurutan dari paling sering yaitu wajah, periorbital, bibir,
ektremitas, glottis, lidah, genitalia.
 Dapat disertai gejala sesak nafas
4. Kriteria
Diagnosis
1. Diagnosis Angioedema
Kerja
2. Diagnosis Diagnosis banding etiologi:
Banding 1. Erupsi obat alergi
 Diperantarai imunoglobulin E (IgE)
 Metabolik-idiosinkrasi
 Imunitas seluler
2. Reaksi akibat makanan
 Diperantara IgE
 Tidak diperatarai IgE (contoh: scombroid poisoning)
3. Jalur intravena
4. Produk darah
 Zat kontras
 γ-globulin intravena
5. Infeksi
 Infeksi virus pada anak-anak
 Infectious mononucleosis atau gejala prodromal hepatitis B
 Infeksi bakteri pada anak-anak
Fisik:
1. Lesi individu timbul <2 jam
 Urtikaria dingin
 Urtikaria kolinergik
 Dermatografisme
 Urtikaria panas lokal
 Urtikaria aquagenik
 Urtikaria kolinergik diinduksi oleh dingin
 Cold-dependent dermatographism
2. Lesi timbul >2 jam
 Urtikaria akibat tekanan
 Angioedema akibat getaran (vibratory)
 Familial cold-induced syndromes, biasanya disertai demam

Kronik (>6 Minggu):


1. Autoimun, kadang disertai antibodi antitiroid
2. Idiopatik
3. Vaskulitis urtikaria
 Idiopatik-hanya pada kulit
 Berhubungan dengan penyakit jaringan ikat yang lain
4. Familial febrile syndromes dengan erupsi menyerupai urtikaria
5. Sindrom Schnitzler
6. Angioedema herediter
7. Angioedema didapat (acquired)
3. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan pada angioedema akut.
Penunjang 2. Pemeriksaan penunjang disarankan pada angioedema kronik.
3. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bergantung pada penyebab yang dicurigai
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
4. Jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, fungsi tiroid, komplemen
(C1, C3, C4), Imunoglobulin, biopsi kulit, uji tusuk, dan autologous serum skin test
(ASST)

4. Terapi
Non medikamentosa
1. Identifikasi dan eliminasi faktor-faktor penyebab endogen dan eksogen.
2. Apabila didapatkan sesak nafas, suara serak atau odinofagia dikonsulkan
ke spesialis THT untuk dilakukan nasopharyngolaryngoscopi (NPL)
dengan terlebih dahulu diatasi keadaan darurat di Unit Gawat Darurat.
3. Apabila didapatkan edema laring berdasarkan hasil NPL maka dirawat
di ICU untuk monitor jalan nafas.
4. Pasien dengan edema terbatas pada kulit dapat diobservasi di unit
gawat darurat dalam 6 jam, dan diperbolehkan rawat jalan.

Medikamentosa
1. Prinsip
 Mengurangi pelepasan mediator oleh sel mast dan/atau efek mediator
tersebut pada organ target, serta menginduksi toleransi.
 Pada angioedema akut pengobatan difokuskan untuk mengurangi gejala.
2. Topikal
Tidak ada terapi khusus
3. Sistemik
 Apabila ada gangguan nafas: epinefrin atau adrenalin (1:1000) dosis
0,3 ml subkutan atau intramuskular, diulangi setiap 10 menit.
 Pengobatan
selanjutnya:
Lini
pertama:
(B,1)
o Antihistamin H-1 generasi ke-2 seperti loratadin, cetirizin,
desloratadin, atau feksofenadin, dapat diberikan pada pasien
rawat jalan
o Atau antihistamin H-1 generasi ke-1
o Apabila gejala menetap setelah 2 minggu pengobatan, maka
diberikan pengobatan lini kedua.
Lini kedua:
o Dosis antihistamin H-1 generasi kedua ditingkatkan 2-4 kali
lipat2,10 (C,3)
o Apabila gejala menetap setelah 1-4 minggu berikutnya
diberikan pengobatan lini ketiga.
Lini ketiga:
o Kortikosteroid diindikasikan pada pasien dengan syok
anafilaksis, edema laring, dan gejala yang berat yang tidak
berespons dengan pemberian antihistamin. Dosis 0,5-1
mg/kgBB/hari dengan atau tanpa tappering
o Kortikosteroid jangka pendek (maksimal 10 hari) dapat juga
digunakan apabila terjadi eksaserbasi
o Dapat ditambahkan omalizumab atau siklosporin A

5. Edukasi Hindari pencetus


(Hospital
Health
Promotion)
ad vitam : dubia ad bonam
6. Prognosis ad fungsionam : ad bolnam
ad sanactionam: dubia ad bonam
7. Tingkat
I/II/III/IV
Evidens
8. Tingkat
A/B/C
Rekomendasi
Dokter Spesialis ………. :
9. Penelaah
1.
Kritis
2.
10. Indikator Perawatan …………. (mengalami perbaikan klinis/sampai dengan sembuh) selama hari.
Medis Target :
90% Pasien ……………… (mengalami perbaikan klinis/sampai dengan sembuh) selama hari.

*target lama perawatan di RSUD Cibinong


15. Kepustakaan Panduan Praktek Klinis Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia Tahun
2017

Mengetahui,
KETUA KOMITE MEDIK KEPALA KSM …………….

dr. I Wayan Wisnu Brata, Sp.B …………………………..


NRPTT. 1000 681 ……………………..

Anda mungkin juga menyukai