ABSES SUBMANDIBULA
Oleh:
Tessa Amanda
1410311005
1410311100
Preseptor
RSUP.DR.M.DJAMIL PADANG
PADANG
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Abses submandibula merupakan bagian dari abses leher dalam. Abses leher
dalam terbentuk diruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat
penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus
paranasal, telinga tengah dan leher.Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan
pembengkakan diruang leher dalam yang terlibat. 1
2.2 Epidemiologi
Penelitian Yang pada 100 kasus abses leher dalam yang diteliti April
2001 sampai Oktober 2006 mendapatkan perbandingan antara laki-laki dan
perempuan 3:2. Abses submandibula merupakan kasus terbanyak (35%),
diikuti oleh abses parafaring (20%), mastikator (13%),peritonsil (9%),
sublingual (7%),parotis(3%), infra hyoid (26%), retrofaring (13%), ruang
karotis (11%)3. Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang selama
periode Oktober 2009 sampai September 2010 didapatkan abses leher dalam
sebanyak 33 orang. Abses submandibula (26%) merupakan kasus kedua
terbanyak setelah abses peritonsil (32%), diikuti abses parafaring (18%),
abses retrofaring (12%), abses mastikator (9%), dan abses pretrakeal (3%).4
2.3 Etiologi
Sebagian besar infeksi bersumber dari infeksi gigi. Kelenjar ludah, faring,
tonsil dan sinus juga dapat menjadi sumber infeksi. Penyebaran infeksi dapat terjadi
secara langsung maupun melalui kelenjar limfe. Lokasi perforasi infeksi dengan
perlekatan m.mylohyoid dapat menjadi faktor penentu apakah infeksi terjadi di ruang
sublingual atau ruang submandibula. Apabila lokasi infeksi terletak lebih tinggi
dibanding perlekatan dengan m.mylohyoid maka infeksi cenderung terjadi di ruang
sublingual. Sedangkan bila lokasi infeksi terletak lebih rendah dibanding perlekatan
m.mylohyoid maka infeksi akan terjadi di ruang submandibula.5
Kuman penyebab abses submandibula dapat berasal dari kuman aerob dan
anaerob. Golongan kuman aerob yang sering ditemukan adalah Streptococcus sp,
Staphylococcus sp, Neisseria sp, Klebsiella sp, Haemophilus sp. Kuman anaerob
yang dapat ditemukan adalah Bacteriodes melaninogenesis, Eubaacterium
Peptostreptococcus, dan yang jarang ditemukan ialah kuman Fusobacterium.6
2.4 Patogenesis
2.8 Diagnosis
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologis
b. Rontgenpanoramik
c. Rontgenthoraks
d. Tomografi komputer(CT-scan)
2.10 Penatalaksanaan
Antibiotik(parenteral)
2.12 Prognosis
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Unur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pedagang
No. MR : 01020259
Tanggal Pemeriksaan : 8 Juli 2018
Alamat :Lubuk Kilangan
Status : Menikah
Nageri Asal : Indonesia
Nama Ibu Kandung : Pik Daro
Agama : Islam
Suku : Minang
Nomor HP : 082389241374
AUTOANAMNESIS
Seorang pasien perempuan, Ny.K berusia 56 tahun datang ke Instalasi
Gawat Darurat RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 30 Juni 2018, dengan:
Keluhan Utama
Bengkak di leher dan pipi kiri sejak 2 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelumnya pasien mengeluhkan sakit gigi kiri atas dan bengkak sejak 1
bulan yang lalu
Pasien berobat ke bidan dan mendapatkan obat minum tapi pasien lupa
namanya. Keluhan tidak hilang
Bengkak dirasakan membesar sejak 2 hari SMRS.
Sukar menelan ada, pasien tidak bisa minum dan makan
Sesak nafas tidak ada
Susah membuka mulut ada sejak 2 hari SMRS
Nyeri dan sukar menggerakan leher sejak 2 hari SMRS
Mulut berbau ada
Suara bergumam ada
Riwayat trauma leher pasien tidak ada
Demam batuk dan pilek tidak ada
Wajah mencong ada
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
Riwayat Pengobatan
Pasien mendapatkan obat minum dari bidan untuk mengatasi sakit gigi
namun keluhan tidak hilang
RiwayatPenyakit Keluarga/Riwayat Atopi/Alergi
Anggota keluarga tidak ada mengalami hal yang sama.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran Umum : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Nafas :18 kali/menit
Suhu : 36,50C
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 20,83
Status Gizi : Normal
Pemeriksaan sistemik
Mata
Konjungtiva : tidak anemis
Toraks
1. Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Sempit - -
Dinding liang
telinga Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Bau - -
Serumen
Warna Cokelat tua Kekuningan
Membran timpani
Bulging - -
Utuh
Retraksi - -
Atrofi - -
Sklerotik - -
Jumlah perforasi - -
Jenis - -
Perforasi
Kuadran - -
Pinggir - -
Rinne + +
Tes garpu tala Schwabach Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
2. Hidung
Pemeriksaan Kelainan
3. Sinus paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
4. Rinoskopi Anterior
Pemerikssaan Dekstra Sinistra
Cukup lurus/deviasi -
Permukaan licin licin
Septum Warna Merah muda -
Spina - -
Krista - -
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Massa Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -
vasokonstriktor
Koana Sempit
Lapang
Warna - -
Edem - -
Mukosa
Jaringan granulasi - -
Ukuran - -
Warna - -
Konka inferior
Permukaan - -
Edem - -
Adenoid Ada/tidak - -
Lokasi - -
Ukuran - -
- -
Bentuk
Massa - -
Permukaan
Jenis - -
Trismus (+)2cm
Uvula Posisi -
Edema -
Bifida -
Simetris/tidak -
Warna -
Palatum mole + Arkus Faring
Edem -
Bercak/eksudat -
Permukaan -
Ukuran - -
Warna - -
Permukaan - -
Muara kripti - -
Detritus - -
Tonsil Eksudat - -
Warna - -
Edema - -
Peritonsil
Abses - -
Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Tumor Permukaan - -
Konsistensi - -
R. Submandibula Bengkak +
Hiperemis -
Fluktuatif -
Nyeri tekan +
R.Submental Bengkak +
Hiperemis -
Fluktuatif -
Nyeri tekan +
Gigi Karies/Radiks - -
Bentuk Normal
Deviasi +
Lidah
Massa -
Bentuk - -
Warna - -
Edema - -
Epiglotis
Pinggir rata/tidak - -
Massa - -
Warna - -
Edema - -
Ariteniod
Massa - -
Gerakan - -
Warna - -
Edema - -
Ventrikular band
Massa - -
Warna - -
Gerakan - -
Plica vokalis Pingir medial - -
Massa - -
Subglotis/trakea Massa - -
Sekret - -
Sekret - -
Valekula Massa - -
Sekret - -
( jenisnya )
Pro insisi
Post insisi :
Diagnosa Kerja
Post insisi dan eksplorasi Abses Submandibula Sinistra perluasan parafaring dan parotis
Diagnosa Tambahan
Paralisis nervus facialis HB V
Diagnosa Banding
Parotitis
Pemeriksaan Rutin
Hb :11,6 gr/dl
Leukosit : 17.190 /mm3
Trombosit : 180.000 /mm3
HT : 36%
GDS : 171 mg/dl
GD puasa : 127 mg/dl
GD2PP : 164 mg/dl
Pemeriksaan Laboratorium/Anjuran
- Kultur pus abses
- Rontgen panoramik gigi
Resume
Seorang pasien Perempuan datang dengan keluhan bengkak dibawah dagu sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku pernah sakit gigi 1 bulan yang lalu dan dibawa ke
bidan dan diberikan obat akan tetapi tidak mengalami perbaikan. Pasien mengeluhkan bengkak
yang semakin membesar dibawah dagu dan terasa nyeri. Pasien merasa nyeri menelan dan susah
untuk membuka mulut sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien sulit untuk menggerakan
leher.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada pemeriksaan oral cavity pada ruang
submandibular adanya bengkak hiperemis dan adanya nyeri tekan. Terdapat juga pada ruang
submentalis bengkak, hiperemis dan nyeri tekan.
Diagnosis
Post Insisi dan Eksplorasi Abses Submandibula Sinistra perluasan parafaring dan parotis
Diagnosa Tambahan
Paralisis nervus facialis HB V
Penatalaksanaan
Redresing luka
Ceftriaxon 2 x 1 gr (iv)
Betadine Gargle 3 x 1
Prognosis
Dubia et Bonam
BAB 4
DISKUSI
Pasien perempuan 56 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M Djamil Padang pada tanggal 30
Juli 2018 dengan keluhan bengkak di leher dan pipi kiri sejak 2 hari SMRS. Keluhan ini dapat
disebabkan oleh adanya abses pada ruang potensial di leher dalam. Dapat juga dipikirkan
kemungkinan keganasan di daerah sekitar, infeksi pada gigi, ataupun peradangan pada daerah
parotis.
Bengkak yang ada pada daerah bawah dagu pasien bisa disebabkan oleh adanya proses
radang pada salah satu daerah potensial leher dalam. Abses leher dalam ini bisa disebabkan salah
satunya oleh infeksi gigi khususnya gigi molar 2 dan 3. Kemungkinan penyebab lainnya yaitu
adanya keganasan pada daerah leher. Hal ini juga nantinya dapat menimbulkan rasa nyeri pada
pasien. Pasien yang mengeluhkan sulit untuk membuka mulut dikarenakan terganggunya fungsi
M. PPterigoid Interna.
Dari anamnesis pasien mengeluhkan ada bengkak dan nyeri di bawah dagu. Pasien tidak
ada riwayat demam, batuk dan pilek sebelumnya. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya sesak
nafas. Pasien merasa kesulitan untuk makan dikarenakan tidak bisa membuka mulut. Nyeri
menelan tidak didapatkan pada pasien ini. Serta sebelumnya pasien mengeluhkan adanya sakit
gigi. Hal ini dapat menjadi salah satu kemungkinan penyebab terjadinya abses pada pasien ini.
Diketahui bahwa salah satu etiologi dari abses mandibula adanya infeksi gigi sebelumnya.
Dari Status lokalis THT didapatkan adanya bengkak hiperemis dan nyeri tekan pada
ruang submentalis. Dan juga adanya bengkak, hiperemis, nyeri tekan dan terdapat luka terbuka
bekas insisi pada ruang submandibula. Selain itu, juga terdapat bengkak, hiperemis dan nyeri
tekan pada daerah parotis. Dimana dengan pemeriksaan fisik tersebut sudah bisa menegakkan
diagnosis adanya post insisi dan eksplorasi abses submandibula sinistra perluasan parafaring dan
parotis.
Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya darah rutin dimana leukosit
yang tinggi menandakan adanya suatu infeksi. Dan juga dilakukan pemeriksaan CT Scan pada
pasien untuk melihat pembengkakan pada leher pasien. Serta telah dilakukan insisi dan
eksplorasi pada abses yang ada pada pasien.
Pada pasien ditemukan adanya parese nervus fasialis. Sebagai saraf motorik nervus
fasialis keluar dari foramen stilomastoideus memberikan cabang yakni nervus auricularis
posterior dan kemudian memberikan cabang ke otot stilomastoideus sebelum masuk ke glandula
parotis. Di dalam glandula parotis nervus fasialis dibagi atas lima jalur percabangannya yang
nantinya akan mensyarafi daerah wajah. Pasien mengalami perluasan abses hingga parafaring
dan parotis sehingga dapat mengganggu fungsi persyarafan.
Pada pasien tatalaksana yang diberikan yaitu redresing luka setiap harinya. Serta
pemberian betadine kumur 3 kali sehari untuk desinfeksi. Dan yang paling penting yakni
pemberian antibiotik parenteral jenis ceftriaxone. Hal ini disebabkan pemberian antibiotik
ceftriaxone menunjukan sensifitas tinggi terhadap kuman aerob. Namun untuk tatalaksana lebih
lanjut pada pasien, dilakukan kultur pus pada kuman abses untuk mengetahui etiologi kuman dan
antibiotik yang sensitif terhadap pasien.
Edukasi pada pasien diantaranya untuk tidur dengan tidak menggunakan bantal agar
nanah yang tersisa tidak turun ke rongga mediastinum atau rongga thorax. Prognosis biasanya
baik pada kasus abses submandibula apabila ditatalaksana dengan insisi abses dan diberikan
antibiotik segera.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fachrudin D. Abses Leher Dalam: Iskandar M, Soepardi AE editor, Buku ajar Ilmu
Penyakit Telinga hidung Tenggorok, Edisi ke 7, Jakarta:Balai Penerbit FK-UI. 2012
p.185-188
2. Yang S.W, Lee M.H, See L.C, Huang S.H,et al. Deep neck abscess; an analysis of
microbial etiology and effectiveness of antibiotics. Infection and Drug Resistence.
2008;1:1-8
3. Novialdi, M.Rusli Pulungan. Pola Kuman Abses Leher Dalam. Bagian Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/
RSUP Dr.M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2010.