Anda di halaman 1dari 6

PERTEMUAN KE-5:

TINDAK PIDANA NARKOTIKA

A.TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika; dan
peraturan perundang-undangan Narkotika dan Psikotropika.

B. URAIAN MATERI

Tujuan Pembelajaran 1.1:

Menjelaskan Pengertian Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika


1. Pengertian Narkotika dan Psikotropika
Secara umum, yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang dapat
menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya,yaitu
dengan cara memasukkan ke dalam tubuh.
Istilah narkotika yang dipergunakan di sini bukanlah “narcotics” pada farmacologie
(farmasi), melainkan sama artinya dengan “drug”, yaitu sejenis zat yang apabila
dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-pengaruh tertentu pada tubuh si pemakai,
yaitu:
a. Mempengaruhi kesadaran;
b. Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia;
c. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa:
1) Penenang;
2) Perangsang (bukan rangsangan sex);
3) Menimbulkan halusinasi (pemakainya tidak mampu membedakan antara khayalan dan
kenyataan, kehilangan kesadaran akan waktu dan tempat). 1
Yang dimaksud narkotika dalam UU No. 35 Tahun 2009 adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.

1
Soedjono D., Segi Hukum Tentang Narkotika di Indonesia, Karya Nusantara, Bandung, 1976, hlm. 14.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
2. Jenis-Jenis Narkotika
Jenis-jenis narkotika di dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Pasal 6:
(1) Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 digolongkan ke dalam:
a. Narkotika Golongan I;
b. Narkotika Golongan II; dan
c. Narkotika Golongan III.
Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, bahwa
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digolongkan menjadi:
a. Psikotropika golongan I;
b. Psikotropika golongan II;
c. Psikotropika golongan III;
d. Psikotropika golongan IV.

Tujuan Pembelajaran 1.2:

Menjelaskan Kebijakan Kriminalisasi Tindak Pidana Narkotika


3. Pokok-Pokok Pengertian Tindak Pidana Narkotika
Tindak Pidana Narkotika dapar diartikan dengan suatu perbuatan yang melanggar
ketentuan-ketentuan hokum narkotika, dalam hal ini adalah Undang-Undang No. 22
Tahun 1997 dan ketentuan-ketentuan lain yang termasuk dan atau tidak bertentangan
dengan undang-undang tersebut. 2
4. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Narkotika
Menurut Ketentuan Hukum Pidana para pelaku tindak pidana itu pada dasarnya dapat
dibedakan:
a. Pelaku utama;
b. Pelaku peserta;
c. Pelaku pembantu. 3
Bentuk tindak pidana narkotika yang umum dikenal antara lain berikut ini:
2
Moh. Taufik Makarao, Tindak Pidana Narkotika, Galia Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 41
3
Ibid., hlm. 45
a. Penyalahgunaan/melebihi dosis; hal ini disebabkan oleh banyak hal.
b. Pengedaran narkotika, karena keterikatan dengan sesuatu mata rantai peredaran
narkotika, baik nasional maupun internasional.
c. Jual beli narkotika.
Ini pada umumnya dilatarbelakangi oleh motivasi untuk mencari keuntungan materil,
namun ada juga karena motivasi untuk kepuasan.
5. Sanksi-Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Narkotika
Sanksi hukum berupa pidana, diancamkan kepada pembuat tindak pidana kejahatan
dan pelanggaran (punishment) adalah merupakan ciri perbedaan hukum pidana dengan
jenis hukum yang lain. Sanksi pidana umumnya adalah sebagai alat pemaksa agar
seseorang mentaati norma-norma yang berlaku, dimana tiap-tiap norma mempunyai
sanksi sendiri-sendiri dan pada tujuan akhir yang diharapkan adalah upaya pembinaan
(treatment).
Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 10 diatur mengenai jenis-jenis
pidana atau hukuman.
a. Pidana Pokok:
1) Pidana mati
2) Pidana penjara
3) Kurungan
4) Denda
b. Pidana Tambahan
1) Pencabutan hak-hak tertentu
2) Perampasan barang-barang tertentu
3) Pengumuman putusan hakim
Ketentuan Pidana mengenai tindak pidana narkotika, diatur dalam Undang-Undang
No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai berikut:
Pasal 74
(1) Perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,
termasuk perkara yang didahulukan dari perkara lain untuk diajukan ke pengadilan guna
penyelesaian secepatnya.
(2) Proses pemeriksaan perkara tindak pidana Narkotika dan tindak pidana Prekursor
Narkotika pada tingkat banding,tingkat kasasi, peninjauan kembali, dan eksekusi pidana
mati, serta proses pemberian grasi, pelaksanaannya harus dipercepat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 111
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 130
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113,
Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121,
Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129 dilakukan oleh
korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari
pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.

Pasal 131
Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117,
Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal
126, Pasal 127 ayat (1), Pasal 128 ayat (1), dan Pasal 129 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).

Pasal 132
(1) Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana Narkotika dan
Prekursor Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal
114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal
122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129, pelakunya dipidana
dengan pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal-Pasal tersebut.
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal
114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal
122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129 dilakukan secara
terorganisasi, pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 1/3 (sepertiga).
(3) Pemberatan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi tindak pidana
yang diancam dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara 20
(dua puluh) tahun.
Sedangkan ketentuan pidana mengenai tindak pidana psikotropika diatur dalam
Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, sebagai berikut:
Pasal 59
(1) Barang siapa :
a. menggunakan psikotropika golongan 1 selain dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); atau
b. memproduksi dan/atau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan 1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; atau
c. mengedarkan psikotropika golongan 1 tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (3); atau
d. mengimpor psikotropika golongan 1 selain untuk kepentingan llmu Pengetahuan; atau
e. secara tanpa hak memiliki, menyimpan dan/atau membawa psikotropika golongan 1
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah), dan paling banyak Rp.750.000 000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terorganisasi
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama
20 (dua puluh) tahun dan pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh
juta rupiah).
(3) Jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporasi, maka di samping
dipidananya pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar Rp.
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Pasal 69
Percobaan atau perbantuan untuk melakukan tindak pidana psikotropikasebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini dipidana sama dengan jika tindak pidana tersebut dilakukan.

Pasal 70
Jika tindak pidana psikotropika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62,
Pasal 63, dan Pasal 64 dilakukan oleh korporasi, maka di samping dipidananya pelaku tindak
pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar 2 (dua) kali pidana denda yang
berlaku untuk tindak pidana tersebut dan dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa
pencabutan izin usaha.

C.LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan perbedaan antara tindak pidana narkotika dan tindka pidana psikotropika?
2. Sebutkan jenis-jenis atau penggolongan narkotika dan psikotropika!
3. Bagaimanakah upaya pencegahan dan penyelesaian tindak pidana narkotika dan
psikotropika?
D.DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anwar, Yesmil, Saat Menuai Kejahatan; Sebuah Pendekatan Sosiokultural Kriminologi,
Hukum, dan HAM, Refika Aditama, Bandung, 2009.

D., Soedjono, Segi Hukum Tentang Narkotika di Indonesia, Karya Nusantara, Bandung,
1976.

Makarao, Moh. Taufik, Tindak Pidana Narkotika, Galia Indonesia, Jakarta, 2003.

Anda mungkin juga menyukai