UTILITAS
PENGGUNAAN KAYU SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DALAM
MEMENUHI KEBUTUHAN UTILITAS PADA INDUSTRI SEMEN
PT. HOLCIM INDONESIA
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Amir Husin, ST., MT.
Disusun Oleh :
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Profil Perusahaan ................................................................................1
1.3 Visi Misi Perusahaan ..........................................................................1
1.4 Alamat Perusahaan .............................................................................1
ii
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menipisnya cadangan bahan bakar fosil dan meningkatnya populasi manusia
sangat kontradiktif dengan kebutuhan energi bagi kelangsungan hidup manusia beserta
aktivitas ekonomi dan sosialnya. Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami
penurunan produksi minyak nasional akibat menurunnya secara alamiah cadangan
minyak pada sumursumur produksi. Padahal dengan pertambahan jumlah penduduk
meningkat pula kebutuhan akan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat
pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk
memenuhi kebutuhan BBM tersebut (Arhamsyah,2010).
1
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa
Secara umum bahan baku biomassa dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu
pohon berkayu (woody) dan rumputrumputan (herbaceous) . Saat ini material berkayu
diperkirakan merupakan 50% dari total potensial bioenergi sedangkan 20% lainnya
adalah jerami yang diperoleh dari hasil samping pertanian (Rohman, 2009). Batang kayu
merupakan contoh aplikasi biomassa untuk energi yang pertama kali dikenal.
Bagaimanapun juga penggunaan batangan kayu untuk tujuan energi saat ini bersaing
dengan penggunaan non-energi yang mempunyai nilai lebih seperti untuk produksi pulp,
industri furniture, dan lain-lain sehingga menyebabkan tingginya harga bahan baku
pengolahan biomassa menjadi senyawa turunan dari syinthesis gas (Biomass To Liquid)
serta meningkatnya konsumsi terhadap pohon. Bahan baku berkayu yang dimaksud
adalah bahan berkayu hasil sisa pengolahan kertas, furniture, dan lain-lain (Arhamsyah,
2010).
2
dan kandungan kotoran-kotoran. Oleh karena itu biomassa berkayu memerlukan
perlakuan pendahuluan dan transformasi menjadi bahan baku yang tepat untuk proses
gasifikasi dan proses yang lebih lanjut, dimana bahan baku tersebut biasa berupa
serpihan kayu, serbuk kayu atau dalam bentuk pellet (Arhamsyah,2010).
2.4 Boiler
Menurut United Nations Environment Programme (2006 via situs
http://www.energyefficiencyasia.org/) ketel uap atau boiler adalah bejana tertutup
dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air
panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas
ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke
suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat
sekitar 1600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah
meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan
sangat baik. Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi
energi kimia yang tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas yang ditransfer
ke fluida kerja (Tambunan,2016).
Kedua keluaran gas panas ini dapat dimanfaatkan oleh dua boiler PH dan AQC
dalam satu sistem waste heat recovery power generation (WHRPG) yang terintegrasi
untuk menghasilkan uap bertekanan yang digunakan sebagai penggerak turbin uap yang
terhubung dengan generator untuk membangkitkan daya listrik. Komponen yang
terdapat di dalam boiler terdiri dari susunan pipa pembentuk uap diantaranya
ekonomiser, evaporator dan superheater. Ekonomiser berfungsi sebagai pemanas awal,
evaporator berfungsi sebagai penghasil uap dan superheater berfungsi untuk pemanas
lanjut. Optimalisasi siklus termodinamika kedua boiler dalam sistem WHRPG sangat
diperlukan untuk mencapai efisiensi yang tertinggi berdasarkan konfigurasi tekanan
pada desain turbin uap yang diteliti (Sasono,2019).
3
1. Bahan bakar
2. Oksigen
Berbagai jenis bahan bakar (seperti bahan bakar cair, padat, dan gas) yang
tersedia tergantung pada berbagai faktor seperti biaya, ketersediaan, penyimpanan,
handling, dan lain-lain.
1. Bahan Bakar Padat
Bahan bakar padat yang terdapat dibumi kita ini berasal dari zat-zat organik.
Bahan bakar padat mengandung unsur-unsur antara lain: Zat arang atau Karbon (C), zat
lemas atau Nitrogen (N), Hidrogen (H), Belerang (S), zat asam atau Oksigen (O), Abu,
dan Air yang kesemuanya itu terikat dalam satu persenyawaan kimia.
2. Bahan Bakar Cair
Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam
tanah dengan jalan mengebornya pada ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai
ke atas permukaan bumi, untuk selanjutnya diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis
minyak bakar.
3. Bahan Bakar Gas
Didalam tanah banyak terkandung: Gas Bumi (Petrol Gas) atau sering disebut
pula dengan gas alam, yang timbul pada saat proses pembentukan minyak bumi, gas
tambang, dan gas rawa CH4 (Methane) (Tambunan,2016).
Keterangan:
Ws = kapasitas produksi uap (kg uap/jam)
Wf = konsumsi bahan bakar (kgBB/jam)
hu = entalpi uap (kJ/kg)
ha = entalpi air umpan/pengisi ketel (kJ/kg)
LHV = nilai kalor pembakaran rendah (kJ/kg)
4
Proses Pembentukan Uap Sebagai fluida kerja di ketel uap, umumnya digunakan
air (H2O) karena bersifat ekonomis, mudah di peroleh, tersedia dalam jumlah yang
banyak, serta mempunyai kandungan entalpi yang cukup tinggi bila dibandingkan
dengan fluida kerja yang lain.
Sebagai energi masuk atau suplai energi (Qin) adalah jumlah energi hasil pembakaran
bahan bakar: Jadi suplai energi:
“Energi berguna” (Qout) adalah energi yang diserap oleh air umpan sampai
terbentuk uap didalam ketel. Jadi energi yang diserap:
5
a. Nilai Kalor Pembakaran Tinggi
Nilai kalor pembakaran tinggi atau juga dikenal dengan istilah High Heating
Value (HHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan air dari proses
pembakaran ikut diperhitungkan sebagai panas dari proses pembakaran. Dirumuskan
dengan:
HHV = 33950C + 144200 (H2 - O2 8 ) + 9400S kJ/kg
6
b. Berat gas asap sebenarnya/aktual (Gact)
7
BAB 3: ANALISA NILAI KALOR
8
BAB 4 : KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Biomassa kayu dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan yaitu
sumber energi yang dapat diperbaharui.
2. Sebagai bahan bakar, biomassa perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu agar
dapat lebih mudah dipergunakan yang dikenal sebagai konversi biomassa.
Teknologi konversi biomassa tentu saja membutuhkan perbedaan pada alat yang
digunakan untuk mengkonversi biomassa dan menghasilkan perbedaan bahan
bakar
3. Beberapa teknologi konversi biomassa yang bisa diterapkan antara lain :
biobriket, gasifikasi, pirolisa, liquification, biokimia dan karbonisasi. Teknologi
konversi gasifikasi yang paling baik digunakan untuk biomassa kayu.
4. Dengan mengetahui tentang biomassa dari kayu dan pengolahannya sebagai
sumber energi terbarukan maka kita dapat mengembangkan Industri di
Indonesia khususnya dalam rangka mengatasi krisis bahan bakar minyak.
9
DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, Iskandar. 2016. Analisa Efisiensi Water Tube Boiler Kapasitas 200
Ton/Jam Dan Tekanan 84 Bar Di Pt Toba Pulp Lestari Tbk. Jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan: Medan.
Talla, Harli, Hendra Amijaya, Agung Harijoko, Dan Miftahul Huda. 2013. Karakteristik
Batubara Dan Pengaruhnya Terhadap Proses Pencairan. Reaktor, Vol. 14
No. 4, Oktober 2013, Hal. 267-271
Arhamsyah. 2010. Pemanfaatan Biomassa Kayu Sebagai Sumber Energi Terbarukan
The Utilization Of Wood Biomass As A Source Renewable . Pemanfaatan
Biomassa Kayu Sebagai Sumber Energi Terbarukan.
Sasono, Teguh, Tjatur Udjianto. 2019. Optimasi Siklus Termodinamika Integrasi Boiler
Aqc Dan Ph Pada Desain Whrpg Di Industri Semen. Jurnal Teknik Energi.
Volume 9 Nomor 1. Issn: 2089-2527.
Cahyono, Tekat Dwi, Zahrial Coto, dan Fauzi Febrianto. 2008. Analisis Nilai Kalor Dan
Kelayakan Ekonomis Kayu Sebagai Bahan Bakar Substitusi Batu Bara Di
Pabrik Semen1). Forum Pascasarjana Vol. 31 No. 2 April 2008: 105-116.
Sopan, Teddy. 2018. Skripsi Analisis Sistem Pendingin Tipe Grate Cooler Nar 2 Di
Pabrik Narogong Pt. Holcim Indonesia, Tbk. Program Studi Sarjana
Teknik Mesin Fakultas Teknik:Universitas Sriwijaya
10