Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia yang terlahir ke dunia ini berharap untuk lahir

dan berkembang dalam kondisi yang sempurna tanpa kekurangan suatu

apapun. Namun demikian terdapat sebagian dari manusia yang harus

menerima kondisi untuk hidup dalam kondisi keterbatasan. Kondisi

keterbatasan yang dimaksud di sini adalah keterbatasan yang dimiliki

oleh orang-orang yang dalam UU No 4 Tahun 1997 disebut sebagai

penyandang cacat. Menurut UU No 4 Tahun 1997 tentang penyandang

cacat, yang dimaksud penyandang cacat adalah setiap orang yang

mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu

atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan

selayaknya. Seiring dengan diterbitkannya UU No 19 Tahun 2011

tentang pengesahan konvensi hak-hak penyandang disabilitas, istilah

penyandang cacat yang digunakan dalam UU sebelumnya tidak lagi

digunakan dan diganti dengan istilah penyandang disabilitas.

Saat ini jumlah penyandang disabilitas di seluruh di dunia

terbilang cukup banyak. Berdasarkan data yang dirilis oleh WHO,

Bank Dunia dan ILO, yang di kutip dari harian pikiran rakyat edisi 2

desember 2015, saat ini terdapat sekitar 1 Milyar penyandang

disabilitas di seluruh dunia. Jumlah ini sama dengan 10% dari

1
2

keseluruhan jumlah penduduk di dunia. Di Indonesia sendiri, jumlah

penyandang disabilitas juga terbilang cukup banyak. Menurut data

Pusdatin Kemensos, hingga tahun 2010 tercatat bahwa di Indonesia

terdapat sedikitnya 11.580.117 penyandang disabilitas atau 5% dari

total keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia yang menurut hasil

sensus penduduk tahun 2010 berjumlah 237.641.326 jiwa. Dari 33

Provinsi yang ada di Indonesia, berdasarkan hasil pendataan yang

dilakukan PT Surveyor Indonesia, Provinsi Jawa Barat merupakan

Provinsi dengan jumlah penyandang disabilitas terbanyak di Indonesia.

Data yang dimiliki PT Surveyor Indonesia menyebutkan bahwa dari

keseluruhan penyandang disabilitas di Indonesia, 50,9% diantaranya

berada di Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Ujungberung, Kota bandung

yang dijadikan sebagai lokasi penelitian oleh peneliti, berdasarkan

hasil pendataan pada kegiatan praktikum I STKS Bandung Tahun 2015

memiliki jumlah penyandang disabilitas sebanyak 153 orang. Dari

jumlah tersebut, 139 diantaranya merupakan penyandang disabilitas

fisik.

Dalam kondisi yang penuh dengan keterbatasan, penyandang

disabilitas khusunya penyandang disabilitas fisik, dituntut untuk tetap

bisa bertahan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Bagi penyandang

disabilitas fisik, hal ini merupakan tantangan berat yang harus mereka

hadapi. berbeda dengan penyandang disabilitas mental yang tidak

mengalami perkembangan emosional dan intelektual yang normal,


3

penyadang dasibilitas fisik mengalami perkembangan emosional dan

intelektual yang sama dengan manusia normal. Berdasarkan hal

tersebut penyandang disabilitas fisik memiliki kebutuhan yang sama

dengan manusia normal pada umumnya. Tidak hannya sekedar

kebutuhan untuk hidup secara layak, mereka juga membutuhkan hal-

hal yang bersifat emosional seperti pengakuan dari orang lain dan lain

sebagainya. Namun dengan keterbatasan yang mereka miliki, untuk

memenuhi kebutuhan tersebut akan menjadi sesuatu yang tidak mudah

untuk dicapai, terlebih jika mereka hidup ditengah-tengah lingkungan

yang mendskriminasi keberadaan mereka, hal itu akan semakin sulit

untuk dicapai.

Penyandang disabilitas fisik perlu memiliki efikasi diri yang

tinggi agar mampu beradaptasi dan memenuhi kebutuhan dirinya

dalam kehidupan bermasyarakat. Efikasi diri merupakan elemen

kognitif yang berkaitan dengan keyakinan individu mengenai

kemampuan dirinya dalam melaksanakan suatu tugas guna mencapai

hasil tertentu. Albert Bandura sebagai tokoh yang memperkenalkan

istilah efikasi diri menyebutkan bahwa efikasi diri merupakan salah

satu aspek yang paling mempengaruhi kehidupan manusia. Hal ini

disebabkan efikasi diri yang dimiliki seorang individu akan

menentukan bentuk tindakan yang akan ditampilkan dalam mencapai

tujuan tertentu.
4

Menurut Lauster (1997), efikasi diri seorang penyandang

disabilitas fisik dapat menggambarkan seberapa besar keyakinan dan

semangat yang dimiliki dirinya dalam menjalani hidupnya hingga

mampu mengatasi kesulitan dalam hal penyesuaian sosial dan

psikologis yang diakibatkan keterbatasan yang dialami oleh dirinya.

Pentingnya efikasi diri yang tinggi bagi penyandang disabilitas turut

didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Macchiagodena, Dubuc,

Wittich, Robbilard dan overbury pada tahun 2008. Hasil Penelitian

yang mereka lakukan menunjukkan bahwa efikasi diri yang tinggi

dapat membantu individu dalam mengatasi depresi yang diakibatkan

dari adanya kerusakan penglihatan yang dialami penderita low vision.

Penggagas teori efikasi diri, Albert Bandura, dalam tulisan

pertamanya tentang teori efikasi diri; Self Efficacy: Toward a Unifying

Theory of Behavioral Change yang dimuat dalam Psichological

Review volume 84 menjelaskan bahwa Efikasi diri yang tinggi pada

penyandang disabilitas dapat memberikan dampak positif bagi

kehidupannya. Penyandang disabilitas yang memiliki efikasi diri yang

tinggi akan memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat melakukan

berbagai hal. Efikasi diri yang tinggi juga akan membuat mereka

menjadi pribadi yang lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan

baru yang muncul dalam kehidupannya. Berbeda dengan hal tersebut,

penyandang disabilitas fisik dengan efikasi diri yang rendah cenderung

menjadi pribadi yang pesimis terhadap kemampuan dirinya sendiri.


5

sikap pesimis ini tentunya menjadi faktor yang mempengaruhi

kesiapan penyandang disabilitas dalam menghadapi berbagai tantangan

baru yang muncul di kehidupannnya. rendahnya efikasi diri pada

penyandang disabilitas fisik dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah

satunya adalah ketidakmampuan dirinya untuk berkompromi dengan

prilaku-prilaku diskriminasi yang ditunjukkan lingkungannya yang

semakin mempertegas pernyataan bahwa mereka berbeda dengan

orang pada umumnya.

Bentuk nyata dari diskriminasi yang dialami golongan

penyandang disabilitas fisik adalah sulitnya akses terhadap fasilitas

penunjang aktifitas penyandang disabilitas di ruang-ruang publik.

Menurut pernyataan Siswadi yag merupakan Penanggung jawab

GAUN (Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional) yang dimuat dalam

harian Kompas edisi 26 juni 2015, Indonesia masih harus terus

berbenah terkait penyediaan akses yang memadai bagi golongan

penyandang disabilitas. Pernyataan ini merupakan hal yang memang

bersesuaian dengan kenyataan yang harus dihadapi golongan

penyandang disabilitas di indonesia. Gedung-gedung serta fasilitas

publik yang menyediakan fasilitas penunjang bagi penyandang

disabilitas seperti jalan landai dan toilet khusus penyandang disabilitas

masih jarang ditemukan.

Contoh lain dari pelanggaran bagi golongan penyandang

disabilitas fisik adalah kesulitan yang dihadapi golongan ini dalam


6

memperoleh pekerjaan yang layak. Menurut data yang disampaikan

Direktur Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Kementerian

Sosial dalam acara perayaan hari disabilitas internasional tahun 2014

di Indramayu, sebanyak 2,1 juta penyandang disabilitas di indonesia

adalah penyandang disabilitas yang belum memiliki pekerjaan.

Tingginya angka penyandang disabilitas yang tidak memiliki pekerjaan

dalam data ini turut di dukung dengan fakta dilapangan yang

menunjukkan bahwa Sangat jarang dijumpai perusahaan yang

memberikan kesempatan bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan

untuk menjadi karyawan. Bahkan kesempurnaan fisik kini cenderung

menjadi salah satu persyaratan bagi setiap orang ketika ingin melamar

pekerjaan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti,

peneliti menemukan sebuah fenomena yang menunjukkan rendahnya

tingkat efikasi diri yang di miliki penyandang disabilitas, khusunya

penyandang disabilitas fisik di Kecamatan Ujungberung. Fakta-fakta

yang menunjukkan rendahnya tingkat efikasi diri penyandang

disabilitas fisik di Kecamatan Ujungberung diperoleh peneliti melalui

hasil observasi langsung maupun melalui hasil kajian literatur dari

berbagai sumber terkait permasalahan penyandang disabilitas di

Kecamatan Ujungberung.

Berbagai fenomena terkait rendahnya tingkat Efikasi diri

penyandang disabilitas di Kecamatan Ujungberung yang ditemukan


7

peneliti diantaranya adalah permasalahan yang dihadapi penyandang

disabilitas yang belum memiliki pekerjaan meskipun telah mengikuti

program pelatihan keterampilan. Dengan bekal keterampilan yang

telah dimiliki, mereka seharusnya telah mampu untuk hidup ditengah-

tengah masyarakat sebagai individu yang mandiri. Namun untuk

mencapai hal tersebut dibutuhkan efikasi diri yang tinggi agar mereka

memiliki keyakinan untuk menunjukkan apa yang seharusnya mampu

mereka lakukan.

Fenomena lain yang ditemukan peneliti adalah kurang

kepercayaan diri penyandang disabilitas fisik di Kecamatan

Ujungberung. Hal ini menyebabkan mereka cenderung berinteraksi

sosial secara pasif dengan lingkungan sosialnya. Mereka jarang terlibat

dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan tempat

tinggalnya. Hal ini membuat keberadaan mereka kurang memberikan

manfaat bagi masyarakat disekitarnya. Individu dengan efikasi diri

yang tinggi harusnya mampu tampil ditengah-tengah lingkungan

sosialnya dengan penuh percaya diri serta mampu memberikan

sumbangsih yang bersifat positif.

Berdasarkan fenomena-fenomena yang ditemukan peneliti di

lapangan, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang

efikasi diri penyandang disabilitas fisik di Kecamatan Ujungberung

Kota Bandung. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

manfaat dalam hal perumusan berbagai program dan kebijakan yang


8

ditujukan bagi upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi

golongan penyandang disabilitas terutama penyandang disabilitas fisik.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah: “Bagaimana tingkat Efikasi Diri Penyandang Disabilitas di

Kecamatan Ujungberung Kota Bandung?”

Berdasarkan teori Bandura (1997) yang memaparkan 3 aspek

efikasi diri, yaitu kemampuan dalam menghadapi tugas yang sulit

(level), kemampuan dalam menghadapi masalah (generality), dan

keyakinan terhadap kemampuan diri (strength),, rumusan masalah

diatas dijabarkan kedalam sub rumusan masalah berikut ini:

1. Bagaimana karakteristik responden?

2. Bagaimana tingkat kemampuan dalam menghadapi tugas yang sulit

(level) penyandang disabilitas fisik di Kecamatan Ujungberung

Kota Bandung?

3. Bagaimana tingkat kemampuan dalam menghadapi masalah

(generality) penyandang disabilitas fisik di Kecamatan

Ujungberung Kota Bandung?

4. Bagaimana tingkat keyakinan terhadap kemampuan diri (strength)

penyandang disabilitas fisik di Kecamatan Ujungberung Kota

Bandung?
9

C. Tujuan Penelitian

Berikut tujuan dilakukannya penelitian ini:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran umum tentang efikasi diri penyandang disabilitas di

Kecamatan Ujungberung Kota Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik informan.

b. Mengetahui tingkat kemampuan dalam menghadapi tugas yang

sulit (level) penyandang disabilitas di Kecamatan Ujungberung

Kota Bandung.

c. mengetahui tingkat kemampuan dalam menghadapi masalah

(generality) penyandang disabilitas di Kecamatan Ujungberung

Kota Bandung.

d. Mengetahui tingkat keyakinan terhadap diri (strength) yang

dimiliki penyandang disabilitas di Kecamatan Ujungberung

Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, manfaat penelitian dibagi menjadi dua yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan pandangan keilmuan (teoiritik) dan pengembangan

konsep praktek pekerjaan sosial, khususnya mengenai Efikasi Diri


10

Penyandang Disabilitas fisik. Efikasi diri merupakan konsep

psikologi yang menurut peneliti dapat diaplikasikan dalam

pengembangan teori pekerjaan sosial. efikasi diri yang menurut

Bandura (1997) terdiri dari 3 aspek, yaitu kemampuan dalam

menghadapi tugas yang sulit (level), kemampuan dalam

menghadapi berbagai masalah (generality), dan keyakinan terhadap

kemampuan diri (strength), dapat diaplikasikan dalam teori terapi

pekerjaan sosial yang berfokus pada upaya pemulihan rasa percaya

diri demi mewujudkan kesejahteraan sosial bagi individu yang

mengalami masalah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Memperluas khazanah wawasan penulis tentang konsep efikasi

diri sebagai konsep yang berkaitan dengan teori pekerjaan

sosial dan dapat diaplikasikan dalam pengembangan kapasitas

peneliti dibidang praktek pekerjaan sosial.

b. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Menambah kekayaan karya tulis tentang efikasi diri

penyandang disabilitas di Indonesia.

c. Bagi pembuat kebijakan

Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi masalah

yang dihadapi penyandang disabilitas Sebagai bahan acuan


11

konseptual bagi pembuat kebijakan yang terkait dengan

penanganan permasalahan kaum disabilitas.

E. Sistematika Penelitian

Sistematika Penelitian dalam Karya Ilmiah Akhir ini adalah

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN, yang berisi tentang latar belakang

permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, serta sistematika laporan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA, yang berisi tinjauan tentang

aspek-aspek yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian

BAB III: METODE PENELITIAN, yang berisi tentang desain

penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data, alat dan pengujian validitas relibilitas,

teknik Analisis data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN, yang berisi tentang gambaran

lokasi penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan

mengenai permasalahan penelitian.

BAB V: REKOMENDASI PROGRAM, yang berisi tentang dasar

pemikiran, nama program, tujuan pelaksanaan program,

sasaran program, sistem pengorganisasian program, metode

dan teknik pelaksanaan program, langkah-langkah


12

pelaksanaan, rencana anggaran biaya, rencana evaluasi,

analisis dan indikator keberhasilan.

BAB VI: KESIMPULAN, yang berisi rangkuman keseluruhan hasil

penelitian dan rekomendasi.

Anda mungkin juga menyukai