Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN


TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI
DI SMA 1 PUNDONG BANTUL
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
Vita Yuniastuti
201510104048

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2016
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN
TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI
DI SMA 1 PUNDONG BANTUL
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains


Terapan pada Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV
Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
Vita Yuniastuti
201510104048

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2016
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN
TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI
DI SMA 1 PUNDONG BANTUL
YOGYAKARTA1
Vita Yuniastuti2, Suesti3

INTISARI

Latar Belakang: Kehamilan tidak diinginkan pada remaja akan memberikan


dampak negatif baik dari segi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. WHO
memperkirakan ada 200 hingga 225 juta kehamilan di dunia setiap tahunnya.
Berdasarkan SDKI (2012) membuktikan bahwa angka fertilitas remaja pada
kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1000 kehamilan. Tahun 2015 terdapat
976 kasus kehamilan tidak diinginkan pada remaja di Yogyakarta, pada kabupaten
Bantul sebanyak 276 kasus, kota Yogyakarta 228 kasus, kabupaten Sleman 219
kasus, Gunung Kidul 148 kasus dan Kulon Progo 105 kasus. Penyuluhan kesehatan
yang diberikan kepada remaja masih kurang maksimal dan merata sehingga
berdampak pada kurangnya pengetahuan para siswa, selain itu pemilihan metode dan
media sangat menentukan keberhasilan penyuluhan.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
remaja tentang kehamilan tidak diinginkan pada remaja di SMA 1 Pundong.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperiment dengan
rancangan penelitian “One group pre test – post test design”. Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 21 Juli 2016 sampai dengan 28 Juli 2016. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling sebanyak 124 remaja putri. Pengambilan data
menggunakan kuesioner dan analisa data menggunakan Wilcoxon.
Hasil: Terdapat peningkatan tingkat pengetahuan sebanyak 24,52%. Hasil uji
Wilcoxon menunjukkan taraf signifikansi 0,000 (α<0,05).
Simpulan dan Saran: Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
remaja tentang kehamilan tidak diinginkan pada remaja di SMA 1 Pundong Bantul.
Responden diharapkan dapat mengantisipasi dengan mengikuti ekstrakurikuler PIK
KRR supaya tidak terjadi seks bebas dan kehamilan tidak diinginkan.

Kata kunci: Penyuluhan, Tingkat Pengetahuan, Kehamilan Tidak Diinginkan,


Remaja

PENDAHULUAN remaja sebagai pelaku seksual aktif


Kelompok usia remaja (10-25 mengalami penambahan jumlah
tahun) berjumlah hampir setengah dari (Tukiran, dkk, 2010).
penduduk Indonesia. Pergeseran World Health Organization
norma sosial dalam masyarakat akibat (WHO) memperkirakan ada 200
berbagai kemajuan mengakibatkan hingga 225 juta kehamilan di dunia
pergeseran perilaku pergaulan remaja. setiap tahunnya. Sepertiganya sekitar
Perubahan-perubahan yang mendasar 75 juta adalah kehamilan tidak
dalam sikap, perilaku seksual, dan diinginkan seperti dilaporkan Badan
reproduksi dikalangan remaja telah Internasional Kesejahteraan Keluarga
menjadi masalah sosial yang (Family Care International) dan The
memprihatinkan terutama dalam Safe Motherhood Inter-Agency Group.
1
Banyak remaja aktif seksual, reproduksi remaja yang bertujuan
setiap tahun sekitar 15 juta remaja untuk mencegah dan melindungi
melahirkan anak. Proses persalinan remaja dari perilaku seksual berisiko
yang selalu memiliki potensi risiko dan mempersiapkan remaja untuk
kesehatan (PKBI, 2015). menjalani kehidupan reproduksi yang
Berdasarkan Survey Demografi sehat dan bertanggungjawab.
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Pemberian materi KIE tentang
(2012) membuktikan bahwa angka kesehatan reproduksi dilaksanakan
fertilitas remaja pada kelompok usia melalui proses pendidikan formal dan
15-19 tahun mencapai 48 dari 1000 non formal serta kegiatan
kehamilan. Faktanya dari tahun ke pemberdayaan remaja sebagai
tahun frekuensi kehamilan pada konselor sebaya (Raharja, 2014). Di
remaja semakin meningkat. Hal ini Yogyakarta sudah ada PKBI
terjadi karena adanya kecenderungan (Perkumpulan Keluarga Berencana
perilaku seksual tidak sehat Indonesia) yang membentuk PIK-
dikalangan remaja (PKBI, 2015). KRR (Pusat Informasi dan Konseling
Berdasarkan data PKBI DIY Kesehatan Reproduksi Remaja) di
pada tahun 2015 persalinan usia sekolah-sekolah untuk meningkatkan
remaja di DIY sebanyak 1078 kasus, pengetahuan dan kehatan reproduksi
terdapat peningkatan yang signifikan remaja. Sedangkan di SMA 1 Pundong
dari tahun 2014 yaitu sebesar 930 sudah mempunyai PIK-KRR masuk ke
kasus atau peningkatan sebanyak dalam ekstra kulikuler tetapi tidak
14%. Persalinan pada remaja tertinggi semua siswa tertarik untuk
terjadi pada usia 16-19 tahun. Salah mengikutinya, sehingga pengetahuan
satu penyebab dari persalinan usia remaja tentang kesehatan reproduksi
remaja ini adalah kehamilan tidak belum bisa merata.
diinginkan. Tahun 2015 terdapat 976 Berdasarkan studi pendahuluan
kasus kehamilan tidak diinginkan yang dilakukan tanggal 2 Februari
pada remsaja di Yogyakarta, pada 2016 di SMA 1 Pundong diambil dari
kabupaten Bantul sebanyak 276 kasus, data bimbingan konseling pada tahun
kota Yogyakarta 228 kasus, kabupaten ajaran 2012/2013 terdapat 2 siswi
Sleman 219 kasus, Gunung Kidul 148 kelas XII yang mengalami kehamilan
kasus dan Kulon Progo 105 kasus di luar pernikahan, pada tahun ajaran
(PKBI, 2015). 2013/2014 terdapat 1 siswi kelas XI
Anggapan masyarakat yang yang mengalami kehamilan di luar
masih menganggap hubungan seksual pernikahan, dan pada tahun ajaran
di luar pernikahan yang dilakukan 2014/2015 terdapat 1 siswi kelas XI
sekali tidak akan menyebabkan yang mengalami kehamilan di luar
kehamilan. Hal ini meluas di pernikahan, pada tahun ajaran
masyarakat khususnya remaja 2015/2016 terdapat 1 siswi kelas XII
sehingga mereka mencoba-coba dan yang mengalami kehamilan di luar
dengan semakin dini usia menarche pernikahan. Kemudian peneliti
menyebabkan keinginan seksual melakukan wawancara secara tidak
remaja meningkat (PKBI, 2015). terstruktur pada tanggal 27 Februari
Upaya pemerintah dalam 2015 pada siswi kelas X yang terdiri
menangani permasalahan kesehatan dari 7 siswi putri, dari hasil
reproduksi remaja diatur dalam wawancara ketujuh siswi tersebut
Peraturan Pemerintah nomor 61 tahun masih kurang mengetahui secara benar
2014 pasal 11 dan 12 dengan hal-hal yang berkaitan dengan
memberikan pelayanan kesehatan kehamilan remaja seperti pengertian

2
kehamilan remaja, faktor-faktor 3. Tingkat pengetahuan remaja
penyebab kehamilan remaja, dampak tentang kehamilan tidak
dari kehamilan remaja serta diinginkan setelah penyuluhan
bagaimana upaya pencegahan Tabel. 3 Distribusi frekuensi tingkat
kehamilan remaja. pengetahuan remaja setelah dilakukan
penyuluhan
METODE PENELITIAN
Kategori Post test
Penelitian ini merupakan penelitian
Pengetahuan F %
kuantitatif dengan Quasi Eksperiment
Baik 124 100
dan rancangan yang digunakan One
Cukup 0 0
Group Pre test – Post test Design
Kurang 0 0
(Sulistyaningsih, 2014). Populasi
Sumber: Data Primer (2016)
dalam penelitian ini adalah seluruh
4. Pengaruh penyuluhan terhadap
siswa putri kelas X di SMA 1
tingkat pengetahuan remaja
Pundong Bantul dengan total 124
tentang kehamilan tidak
siswa. Teknik pengambilan sampel
diinginkan pada remaja di SMA
pada penelitian ini menggunakan total
1 Pundong Bantul
sampling dengan jumlah sampel 124
Tabel. 4 Hasil uji wilcoxon
responden. Pada penelitian ini uji
bivariate yang digunakan adalah non Pre test – Post test
parametrik uji Wilcoxon. Z -9.724
Asymp. Sig .000
HASIL PENELITIAN (2-tailed)
1. Karakteristik Responden Sumber: Data Primer (2016)

Tabel.1 Karakteristik responden PEMBAHASAN


tentang usia 1. Tingkat pengetahuan remaja
Karakteristik Jumlah % sebelum dilakukan penyuluhan
responden Setelah dilakukan pengujian
Usia menggunakan sistem komputerisasi
14 tahun 18 14,51 didapatkan tingkat pengetahuan
15 tahun 81 68,54 tentang kehamilan tidak diinginkan
16 tahun 20 16,12 pada remaja sebelum dilakukan
17 tahun 1 0,80 penyuluhan (pretest) diperoleh
Sumber: Data Primer (2016) kategori baik sebanyak 56
responden (45,2%), cukup
2. Tingkat pengetahuan remaja sebanyak 66 responden (53,2%),
tentang kehamilan tidak dan kategori kurang 2 responden
diinginkan sebelum penyuluhan (1,6%). Rata-rata nilai pretest
Tabel. 2 Distribusi frekuensi tingkat adalah 17,17 (74,65%) dengan
pengetahuan remaja sebelum kategori cukup, faktor yang dapat
dilakukan penyuluhan memengaruhi tingkat pengetahuan
Kategori Pretest adalah usia responden dengan usia
pengetahuan F % paling banyak pada usia 15 tahun.
Baik 56 45,2 Hal ini sesuai dengan
Cukup 66 53,2 penelitian Batubara (2010) pada
Kurang 2 1,6 usia 15 tahun ini termasuk dalama
Sumber: Data Primer (2016) fase pubertas, pada fase ini remaja
hanya tertarik pada keadaan
sekarang, bukan keadaan masa
depan, dan secara seksual mulai
3
timbul rasa malu, ketertarikan setelah dilakukan penyuluhan
terhadap lawan jenis dan mulai terdapat peningkatan tingkat
bereksperimen dengan tubuh pengetahuan sebesar 7,4%.
seperti masturbasi. Peningkatan pengetahuan
2. Tingkat pengetahuan remaja ini sesuai dengan teori yang
seltelah dilakukan penyuluhan dikemukakan oleh Fitriani (2011)
Setelah diberikan penyuluhan bahwa penyuluhan kesehatan
terdapat peningkatan kategori merupakan kegiatan pendidikan
menjadi baik sebesar 124 kesehatan yang dilakukan dengan
responden (100%). Rata-rata menyebarkan pesan, menanamkan
tingkat pengetahuan setelah keyakinan sehingga masyarakat
dilakukan penyuluhan (postest) tidak hanya tahu dan mengerti
adalah 22,81 (99,17%) dengan tetapi juga dapat melakukan suatu
kategori baik. anjuran yang berhubungan dengan
Pada tingkat pengetahuan kesehatan.
tentang kehamilan tidak diinginkan 4. Pengaruh penyuluhan terhadap
pada remaja terjadi peningkatan tingkat pengetahuan remaja
rata-rata tingkat pengetahuan tentang kehamilan tidak
setelah diberikan penyuluhan yaitu diinginkan pada remaja putri di
sebesar 24,52%. Peningkatan SMA 1 Pundong Bantul
pengetahuan ini sesuai dengan Berdasarkan hasil analisis
penelitian yang dilakukan oleh dengan Wilcoxon Signed Ranks
reproduksi yang ini menunjukkan Test diperoleh nilai signifikan
bahwa pendidikan kesehatan tingkat pengetahuan tentang
dengan metode penyuluhan cukup kehamilan tidak diinginkan pada
efektif digunakan untuk remaja sebesar 0,000 <0,05.
menyampaikan informasi Karena nilai signifikan kurang dari
kesehatan (Notoatmodjo, 2014). taraf kesalahan maka dapat
Keberhasilan penyuluhan ini disimpulkan ada perbedaan yang
dapat dipengaruhi oleh faktor signifikan sebelum dan sesudah
penyuluh yaitu dengan dilakukan penyuluhan.
menyampaikan materi tidak hanya Hasil penelitian ini sesuai
dengan metode ceramah tetapi juga dengan penelitian yang dilakukan
menggunakan metode talking stick oleh Nurkhasanah (2015) dengan
supaya audiens tidak merasa bosan hasil uji signifikan nilai Asymp.
serta bahasa yang digunakan Sig. 0,000 menunjukan adanya
menggunkan bahasa yang mudah pengaruh penyuluhan sebelum dan
dimengerti. Hal ini sesuai dengan sesudah penyuluhan (Sig.
teori yang dikemukakan oleh 0,000<0,05).
Fitriani (2011) bahwa faktor yang Setelah dilakukan
dapat memengaruhi keberhasilan penyuluhan kehamilan tidak
penyuluhan dari faktor penyuluh diinginkan menunjukkan bahwa
yaitu persiapan yang matang, telah 124 responden mempunyai tingkat
menguasai materi yang akan pengetahuan baik (100%), dan rata-
diberikan, penyampaian materi rata tingkat pengetahuan meningkat
tidak monoton, dan bahasa yang sebanyak 24,52%.
digunakan dapat dimengerti Pemberian pendidikan seks
sasaran. dan menanamkan kepercayaan dan
Berdasarkan penelitian Fajar menumbuhkan kesadaran kepada
(2015) yang menunjukkan bahwa remaja untuk menjunjung tinggi

4
nilai dan norma agama dalam mengantisipasi dan mencegah
bentuk penyuluhan kesehatan terjadinya zina dan kehamilan tidak
reproduksi ini cukup efektif untuk diinginkan pada remaja.
meningkatkan pengetahuan remaja
dalam upaya pencegahan SIMPULAN
kehamilan tidak diinginkan 1. Tingkat pengetahuan remaja
(Wisudawati, 2009), hal ini tentang kehamilan tidak diinginkan
diperkuat dalam surah An-Nur ayat sebelum diberikan penyuluhan
2: (pretest) berada pada kategori
cukup dengan rata-rata nilai 17,17
(74,65%).
2. Tingkat pengetahuan remaja
tentang kehamilan tidak diinginkan
Artinya : setelah diberikan penyuluhan
“Perempuan yang berzina dan laki- (posttest) berada pada kategori baik
laki yang berzina, maka deralah dengan rata-rata nilai 22,81
tiap-tiap seorang dari keduanya (99,17%).
seratus kali dera, dan janganlah 3. Ada pengaruh penyuluhan yang
belas kasihan kepada keduanya signifikan terhadap tingkat
mencegah kamu untuk pengetahuan remaja tentang
(menjalankan) agama Allah, jika kehamilan tidak diinginkan
kamu beriman kepada Allah, dan sebelum dan sesudah diberikan
hari akhirat, dan hendaklah penyuluhan dibuktikan dengan uji
(pelaksanaan) hukuman mereka wilcoxon diperoleh hasil nilai
disaksikan oleh sekumpulan orang- Asymp. Sig 0,000 (p-value < 0,05)
orang yang beriman.” dengan peningkatan tingkat
Surah Ali-Imran ayat 104: pengetahuan sebanyak 24,52%.

SARAN
1. Bagi responden
Artinya: Responden diharapkan dapat
“Dan hendaklah ada diantara meningkatkan pengetahuan tentang
kamu segolongan umat yang kesehatan reproduksi dengan
menyeru kepada kebaikan, berpartisipasi dalam ekstrakurikuler
menyuruh kepada yang ma’ruf dan PIK KRR sebagai salah satu cara
mencegah dari yang munkar, mengantisipasi terjadinya seks
merekalah orang-orang yang bebas dan kehamilan tidak
beruntung” diinginkan.
Sehubungan dengan ayat di 2. Bagi SMA 1 Pundong
atas penyuluhan kehamilan tidak Diharapkan ekstrakurikuler
diinginkan ini perlu diberikan kesehatan reproduksi
kepada remaja untuk menyeru dimaksimalkan sehingga melalui
kepada perbuatan terpuji dan ekstrakurikuler siswa dapat
mencegah terjadinya zina dan meningkatkan ilmu
kehamilan tidak diinginkan pada pengetahuannya sehingga dapat
remaja. Sehingga setelah diberikan membentuk karakter yang baik
penyuluhan tentang kehamilan pada siswa dan siswa mempunyai
tidak diinginkan ini tingkat kepedulian terhadap dampak dari
pengetahuan remaja dapat kehamilan tidak diinginkan.
meningkat dan dapat

5
3. Bagi peneliti selanjutnya 10. Wisudawati. 2009. Kesehatan
Diharapkan peneliti Reproduksi. Yogyakarta:
selanjutnya dapat menggunakan Fitramaya.
metode yang lebih menarik seperti
audio visual.

DAFTAR PUSTAKA
1. Batubara. 2010. Adolescent
Development (Perkembangan
Remaja) vol. 12, No 1, Juni 2010.
Jakarta: RSCM.
2. Fajar. 2015. Pengaruh
Penyuluhan Kesehatan
Reproduksi Melalui Media Audio
Visual Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Tentang
Kehamilan Remaja di Luar
Nikah di SMK 17 Bantul
Yogyakarta Tahun 2015.
Yogyakarta: Universitas
Aisyiyah.
3. Fitriani. 2011. Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
4. Notoatmodjo. 2014. Promosi
Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
5. Nurkhasanah. 2015. Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Seksual
Terhadap Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Seks Bebas Pada
Remaja di SMK Negeri 1 Bantul
Yogyakarta Tahun 2015.
Yogyakarta: Universitas
‘Aisyiyah.
6. PKBI. 2015. Data Konseling
KTD. Yogyakarta: PKBI
7. Raharja. 2014. Fertilitas Remaja
di Indonesia Volume.9, No.1
Agustus 2014. Jakarta: Puslitbang
Kependudukan BKKBN.
8. Sulistyaningsih. 2012. Metode
Penelitian Kebidanan Kuantitatif-
Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu
9. Tukiran, dkk. 2010. Keluarga
Berencana dan Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

6
7

Anda mungkin juga menyukai