Pada tahun 1955, beberapa apoteker di Jakarta mulai merasakan perlunya suatu
organisasi apoteker yang dapat memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan-
kepentingan farmasi pada umumnya dan kepentingan-kepentingan apoteker pada
khususnya.
Sehubungan dengan keinginan di atas, pada 20 April 1955 dibentuklah suatu Panitia
Persiapan untuk mempersiapkan dan melaksanakan pembentukan perhimpunan
apoteker nasional. Anggota Panitia Persiapan tersebut adalah Drs. E. Looho, Drs.
Liem Tjae Ho (Wim Kalona), Drs. Kwee Hwat Djien dan Drs. Ie Keng Heng. Tugas
dari panitia tersebut ialah menyiapkan Rancangan Anggaran Dasar, nama
organisasi, dan lambangnya, Rancangan Anggaran Rumah Tangga dan menyiapkan
urgensi program untuk diajukan pada Muktamar I.
MUKTAMAR I.
Para apoteker Indonesia berhasil melaksanakan Muktamar I pada tanggal 17-18
Juni 1955 dengan mengambil tempat Gedung Metropole (Gedung Megaria, red).
Hasil dari Kongres I itu ialah : - Pengesahan nama organisasi "Ikatan Apoteker
Indonesia" yang disingkat IKA. - Pengesahan lambang IKA. - Pengesahan Anggaran
Dasar IKA. - Menetapkan Urgensi Program : Penyusunan Daftar Kebutuhan Obat,
mengatur distribusi obat dan mempersiapkan industri farmasi. - Pemilihan anggota
MUKTAMAR II.
Muktamar ke II IKA berlangsung di Jakarta tahun 1956 dengan mengambil tempat di
Gedung PB IDI, Jl. Sam Ratulangi. Pada Muktamar tersebut dilakukan pengesahan
Anggaran Rumah Tangga yang tidak sempat disahkan dalam Muktamar I. Muktamar
juga berhasil memilih Pengurus Baru, yakni : Drs. E. Looho (Ketua), Drs. M. Kamal
(Penulis), Drs. Tio Tiang Hoey (Bendahara I), Drs. Liem Oei Yam Djien (Bendahara
II), Drs. Zakaria Raib (anggota), dan Drs. Liem Tjae Ho (anggota). Sekretariat masih
di Jl. Teuku Umar 66 (Rumah Drs. M. Kamal).
MUKTAMAR III.
Muktamar ke III IKA dilangsungkan di gedung Perhimpunan Ilmu Pengetahuan
Alam, Jl. Surapati No. 1, Bandung, pada 31 Agustus - 2 September 1957. Pada
Muktamar tersebut dilakukan pengesahan Laporan Tahunan 1956 - 1957,
pengesahan Laporan Keuangan, pembentukan Panitia Verifikasi, menetapkan
Muktamar ke IV di Jawa Tengah pada tahun 1958 dan memindahkan Redaksi dan
administrasi Majalah Suara Farmasi dari Jakarta ke Bandung di bawah pimpinan
DR. Poey Seng Bouw. Muktamar ke III IKA ini menghasilkan pengurus baru sebagai
berikut : Drs. Zakaria Raib (Ketua), Drs. Soemartojo (Wakil Ketua), Drs. Agus
Garmana (Penulis), Drs. Liem Oey Jam Djien (Bendahara), Drs. M. Kamal
(anggota), Drs. Liem Tjae Ho (anggota), dan Drs. Ruskanda (anggota). Alamat
Sekretariat pengurus IKA Pindah Ke Jl. Tebah III no. 25, Blok E, Kebayoran Baru,
Jakarta.
MUKTAMAR IV.
Muktamar ke IV IKA diselenggarakan di Salatiga Jawa Tengah tahun 1958. Tidak
ada dokumen tentang hasil keputusannya.
MUKTAMAR V.
Muktamar V IKA dan Lustrum I IKA dilangsungkan di Cipayung pada 19 sampai
dengan 22 Agustus 1960. Pada acara tersebut ditetapkan Program Kerja di bidang
Organisasi, Pendidikan, Produksi dan Distribusi Obat, Undang Undang Farmasi,
Farmakope Indonesia dan penyebaran tenaga apoteker. Muktamar berhasil memilih
pengurus baru sebagai berikut : Drs. Zakaria Raib (Ketua), Drs. E. Looho (Wakil
Ketua), Drs. Purnomo Singgih (Penulis), Drs Tjoa Kian Kie (Bendahara), Drs. Liem
Tjae Ho (anggota), Dra. Sri Sugati Sjamsuhidajat (anggota), Drs. Goei Tjong Tik
(anggota) dan Drs. Surastomo Hadisumarno (anggota). Juga ditetapkan tempat
Muktamar ke VI : Jawa Timur.
MUKTAMAR VI.
Muktamar ke VI ini dilangsungkan di Murnayati - Lawang (Jawa Timur) pada 31
Agustus - 4 September 1961, dan memilih Pengurus Besar baru yang terdiri dari
Drs. Zakaria Raib (Ketua), Drs. E. Looho (Wakil Ketua), Drs. Purnomo Singgih
(Penulis), Drs Tjoa Kian Kie (Bendahara) dan Drs. Lim Tjae Ho (Komisaris Umum).
Muktamar juga mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang
baru dan menetapkan tempat berlangsungnya Muktamar ke VII / Perayaan Windon
ke I pada tahun 1963 di Jawa Barat.
MUKTAMAR VII.
Muktamar ke VII ini mempunyai arti khusus karena tidak lagi menggunakan sebutan
Muktamar IKA melainkan Kongres Nasional Sarjana Farmasi. Pada Kongres ini
diputuskan beberapa hal penting antara lain : - Mengubah nama, bentuk dan sifat
organisasi para apoteker dari Ikatan Apoteker Indonesia (IKA) menjadi Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). - Keanggotaan ISFI terdiri atas Sarjana Farmasi -
Apoteker dan Sarjana Farmasi Non Apoteker. - Membentuk Korps Sarjana Farmasi
menurut bidangnya masing-masing : Korps Sarjana Farmasi Produksi, Korps
Sarjana Farmasi Distribusi, Korps Sarjana Farmasi Rumah Sakit, Korps Sarjana
Farmasi ABRI (TNI, red) dan lain-lain. Muktamar ke VII ini juga telah memilih Drs.
Purnomo Singgih sebagai Ketua Umum ISFI. Beberapa bulan kemudian terjadi
perubahan dalam pengurus dimana Drs. Heman diangkat sebagai Ketua Sementara
BPP ISFI. Karena kesibukan dalam pekerjaannya tidak memungkinkan Drs. Heman
mencurahkan seluruh perhatiannya bagi organisasi, Drs. Heman kemudian
digantikan oleh Drs. Soerastomo Hadisoemarno. Kemudian jabatan Ketua
Sementara ini dipindahkan lagi kepada Drs. Soekaryo hingga dilaksanakan Kongres
Nasional ISFI VIII di Jakarta, tanggal 30 Oktober hingga 3 Nopember 1967.
Kongres Nasional ke VIII di Jakarta ini mempunyai arti penting karena dilaksanakan
ketika permulaan era kepemimpinan orde baru. Banyak keputusan dan rekomendasi
yang dihasilkan antara lain adalah dipilihnya Drs. Soekaryo terpilih sebagai Ketua
Umum.
Semenjak itu pula lewat beberapa kongres berkali-kali Drs. Soekaryo terpilih sebagai
Ketua Umum BPP ISFI, jabatan ini dipegangnya terus sampai kini. (dikutip oleh
Ahmad Subagiyo dari buku Profil Sarjana Farmasi Indonesia 1981)
Pada Kongres XVIII Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia di Jakarta pada tanggal 07-09
Desember 2009, nama organisasi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) berubah
menjadi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).