Disusun oleh:
Ester Rante Panggelo, S.Kep. 19150033
Nurjani Taufik, S.Kep. 19150048
Khairil Anwar, S.Kep. 19150104
Mengetahui,
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik
RSUD Panembahan Senopati Bantul Universitas Respati Yogyakarta
A. Latar Belakang
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) merupakan suatu penyakit dimana terjadi
pembesaran dari kelenjar prostat akibat hiperplasia jinak dari sel-sel yang biasa terjadi pada
laki-laki berusia lanjut (Bufa, 2006 dalam Arifianto, Aini, & Sari, 2019). Kondisi patologis ini
paling sering terjadi pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering ditemukan untuk
intervensi medis pada pria di atas usia 50 tahun (Wijaya & Putra, 2013). Perjalanan penyakit
pada BPH sangat kompleks, sekitar 50% kasus BPH berkembang menjadi benign prostatic
enlargement (BPE) yang menggambarkan bertambahnya volume prostat sebagai akibat adanya
perubahan histopatologis jinak pada prostat. Pada keadaan yang lebih lanjut, BPE akan
menimbulkan obstruksi pada saluran kemih yang dikenal sebagai benign prostatic obstruction
(BPO), apabila obstruksi terjadi pada leher uretra disebut bladder outlet obstruction (BOO).
Adanya obstruksi, akan menimbulkan keluhan pada saluran kemih bawah atau lower urinary
tract symptoms (LUTS) (IAUI, 2015).
Di dunia, hampir 30 juta pria menderita BPH pada usia 40 tahun sekitar 40%, usia 60-
70 tahun meningkat menjadi 50% dan usia lebih dari 70 tahun mencapai 90%. Diperkirakan
sebanyak 60% pria usia lebih dari 80 tahun memberikan gejala Lower Urinary Tract sympstons
(LUTS). Di Amerika Serikat, hampir 14 juta pria menderita BPH. Prevalensi dan kejadian
BPH di Amerika Serikat terus meningkat pada tahun 1994-2000 dan tahun 1998-2007.
Peningkatan jumlah insiden ini akan terus berlangsung sampai beberapa dekade mendatang
(Sampekalo, Manoarfa, & Salem, 2015). Menurut data WHO (2013), diperkirakan terdapat
sekitar 70 juta kasus degeneratif, salah satunya ialah BPH, dengan insidensi di negara maju
sebanyak 19%, sedangkan di negara berkembang sebanyak 5.35% kasus. Angka kejadian BPH
di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital prevalence di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun 1994-2013 ditemukan 3.804 kasus
dengan rata-rata umur penderita berusia 66,61 tahun (IAUI, 2015). Angka kejadian BPH di
Jawa Tengah secara mikroskopi dan anatomi sebesar 40% dan 90% terjadi pada rentang usia
50-60 tahun dan 80-90 tahun (Amalia, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa itu penyakit Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dan asuhan
keperawatannya.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui definisi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
b. Diketahui etiologi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
c. Diketahui manifestasi klinis Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
d. Diketahui patofisiologi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
e. Diketahui pathway Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
f. Diketahui pemeriksaan penunjang Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
g. Diketahui komplikasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
h. Diketahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada pasien Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH)
i. Diketahui salah satu masalah Basic of Health pada pasien Benigna Prostat Hiperplasia
(BPH)
j. Diketahui pengkajian keperawatan pada pasien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
k. Diketahui diagnosa keperawatan pada pasien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
l. Diketahui rencana keperawatan pada pasien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Etiologi
Menurut Nursalam (2008), penyebab khusus hiperplasia prostat belum diketahui secara
pasti, beberapa hipotesis menyatakan bahwa gangguan ini ada kaitannya dengan peningkatan
kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prostat adalah adanya perubahan keseimbangan antara hormone testosteron
dan estrogen pada lanjut usia. Apabila peran faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan
stroma kelenjar prostat akan meningkatkan lama hidup sel-sel prostat karena kekurangan sel yang
mati. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem menyebabkan
produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat. Akibatnya uretra prostatic menjadi tertekan dan
sempit yang menyebabkan kandung kemih menjadi kencang untuk bekerja lebih keras
mengeluarkan urine. Normalnya jaringan yang tipis dan fibrous pada permukaan kapsul prostat
menjadi spons menebal dan membesar menimbulkan efek obstruksi yang lama dapat
menyebabkan tegangan dinding kandung kemih dan menurun elastisitasnya.
Menurut (Purnomo., 2003) dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Urologi
menyebutkan bahwa etiologi BPH terjadi karena beberapa faktor, antara lain :
1. Teori dihidrotestosteron (DHT)
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron di dalam sel prostat oleh enzim
5α-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk berikatan dengan
reseptor androgen membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis
protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat.
C. Manifestasi Klinis
Gejala yang terjadi berupa harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy), pancaran
miksi yang lemah (weak stream), miksi terputus (Intermittency), harus mengejan (straining).
Gejala Iritatif disebabkan oleh pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna pada saat miksi
atau berkemih, sehingga kandung kemih sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejala yang
terjadi adalah frekuensi miksi meningkat (Frequency), nookturia, dan miksi sulit ditahan
(Urgency) (Kapoor, 2012 dalam Kobarubun, 2017). Gejala-gejala yang biasanya dirasakan oleh
penderita pembesaran prostat jinak yaitu nookturia, inkontinensia urin, aliran urin tersendat-
sendat, mengeluarkan urin disertai darah, dan merasa tidak tuntas setelah berkemih (Dipiro et al,
2015 dalam Kobarubun, 2017).
Pola keluhan penderita hiperplasia prostat sangat berbeda-beda. Alasannya belum
diketahui, tetapi mungkin berdasarkan atas peningkatan atau penyusustan ringan dalam volume
prostat. Keluhan lain yang berkaitan akibat hiperplasia prostat jika ada infeksi saluran kemih,
maka urin menjadi keruh dan berbau busuk. Hiperplasia prostat bisa mengakibatkan pembentukan
batu dalam kandung kemih. Bila terjadi gangguan faal ginjal, bisa timbul poliuria yang kadang-
kadang mirip dengan diabetes insipidus, mual, rasa tak enak di lidah, lesu, haus dan anoreksia
(Scholtmeijer & schroder, 1987 dalam Kobarubun, 2017).
D. Patofisiologi
BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel epitel berinteraksi. Sel-
sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seks dan respon sitokin. Di dalam prostat,
testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron (DHT), DHT merupakan androgen dianggap
sebagai mediator utama munculnya BPH ini. Pada penderita ini hormon DHT sangat tinggi dalam
jaringan prostat. Sitokin berpengaruh pada pembesaran prostat dengan memicu respon inflamasi
dengan menginduksi epitel. Prostat membesar karena hyperplasia sehingga terjadi penyempitan
uretra yang mengakibatkan aliran urin melemah dan gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung
kemih, inflamasi, pancaran miksi lemah (Skinder et al, 2016). Penyebab BPH masih belum jelas,
namun mekanisme patofisiologinya diduga kuat terkait aktivitas hormon Dihidrotestosteron
(DHT).
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ikatan Ahli Urologi Indonesia (2015), berikut pemeriksaan penunjang pada
pasien dengan beningna prostat hiperplasia :
1. Urinalisi
Pemeriksaan urinalisi dapat menentukan adanya leukosituriaa dan hematuria. Apabila
ditemukan hematuria, maka perlu dicari penyebabnya. Bla dicurigai adannya infeksi saluran
kemih perlu dilakukan pemeriksaan kulltur urine.
2. Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen)
PSA disintesis oleh el epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer specific.
Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah
manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi,
keganasan prostat, dan usia yang makin tua.
Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal ini jika
kadar PSA tinggi berarti:
a. Pertumbuhan volume prostat lebih cepat,
b. Keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan
c. Lebih mudah terjadi retensi urine akut
Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Semakin
tinggi kadar PSA, maka semakin cepat laju pertumbuhan prostat.
3. Uroflowmetry (Pancaran Urine)
Uroflowmetry adalah pemeriksaan pancaran urine selama proses berkemih. Pemeriksaan non
invasif ini ditujukan untuk mendeteksi gejala obstruksi salura kemih bagian bawah. Dari
uroflowmetry dapat diperoleh informasi mengenai volume berkemih, laju pancaran
maksimum (Qmax), laju pancaran rata-rata (Qave), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
laju pancaran maksimum, dan lama pancaran. Pemeriksaan ini dipakai untuk mengevaluasi
gejala obstruksi infravesika, baik sebelum maupunsetelah terapi.
4. Residu Urine
Residu urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine dikandung kemih
setelah berkemih. Jumlah residu urine pada pria normal rata-rata 12 mL. Pemeriksaan residu
urine dapat dilakukan dengan cara USG, bladder scan atau dengan kateter uretra. Pengukuran
dengan kateter ini lebih akurat dibandingkan USG, tetapi tidak nyaman bagi pasien, dapat
menimbulkan cedera uretra, infeksi saluran kemih, hingga bakteremia. Peningkatan volume
residu urine dapat disebabkan oleh obstruksi saluran kemih bagian bawah atau kelemahan
kontraksi otot detrusor. Volume residu urine yang banyak pada pemeriksaan awal
berkaitan dengan peningkatan risiko perburukan gejala. Peningkatan volume residu urine pada
pemantauan berkala berkaitan dengan risiko terjadinya retensi urine.
G. Komplikasi
Pembesaran prostat jinak yang tidak ditangani dapat menyebabkan sejumlah komplikasi
serius, yaitu:
1. Infeksi saluran kemih
2. Penyakit batu kandung kemih
3. Tidak bisa buang air kecil
4. Kerusakan kandung kemih dan ginjal
(Kobarubun, 2017)
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Transurethral resection of the prostate (TURP)
TURP merupakan metode operasi yang paling sering dilakukan untuk mengangkat kelebihan
jaringan prostat. Dalam prosedur ini, jaringan prostat yang menyumbat diangkat sedikit demi
sedikit, menggunakan alat khusus yang dimasukkan melalui lubang kencing.
2. Transurethral incision of the prostate (TUIP)
TUIP tidak mengangkat jaringan prostat, namun membuat irisan kecil pada prostat agar aliran
urine menjadi lancar. Prosedur ini dilakukan pada pembesaran prostat yang ukurannya kecil
hingga sedang.
3. Metode pengobatan lainnya
Selain kedua prosedur di atas, jaringan prostat yang menyumbat bisa dibakar dengan sinar
laser atau diangkat melalui operasi terbuka. Pengangkatan prostat melalui operasi terbuka
(prostatektomi) dilakukan apabila ukuran jaringan prostat sudah sangat besar atau sudah
terdapat kerusakan pada kandung kemih. Dalam prosedur ini, prostat diangkat melalui sayatan
yang dibuat di perut.
(IAUI, 2015).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(Tidak Ada Nyeri) (Nyeri ringan) (Nyeri Sedang) (Nyeri Berat)
C. Rencana Perawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Rasional
keperawatan Hasil
1 Nyeri akut NOC : Tingkat Nyeri NIC : Manajemen Nyeri 1. Nyeri adalah
b.d agen (2102) (1400) pengalaman subjektif
cidera Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian dan harus di
fisik,biologis/ tindakan keperawatan nyeri secara gambarkan oleh klien
fisik/kimia selaman 3x24 jam komprehensif yang ntuk merencanakan
(00132) diharapkan tingkat meliputi karakteristik, penangan yang efektif
nyeri pasien berkurang onset / durasi, 2. Setap orang
dari level 3 (sedang frekuensi intensitas / mengalami &
menjadi level 5 (tidak beratnya nyeri dan mengungkapkan
ada) dengan kriteria fraktur pencetus. nyeri dengan cara
hasil : 2. Pertimbangan masing-masing
1. Tidak ada nyeri pengaruh budaya menggunakan
2. Tidak ada ekspresi pada respon nyeri berbagai tekhnik
wajah nyeri 3. Kurangi atau adaptasi sosiobudaya
3. Tekanan darah eliminasi faktor- 3. Faktor yang dapat
normal ( systolic: faktor yang dapat mencetuskan/memper
100-140 mmHg, mencetuskan atau parah nyeri harus di
meningkatkan nyeri kurangi/ dihilangkan
diastolic: 60-90 (mis : ketakutan, guna meningkatkan
mmHg) kelelhan, keadaan keseluruhan program
4. RR normal (18-24 monoton & kurang penatalaksanaan nyeri
x/mnt) pengetahuan) 4. Penggunaan upaya
5. Nadi normal (60- 4. Ajarkan teknik pereda nyeridapat
100x/mnt) nonfarmako (mis : meningkatkan
relaksasi, terapi, pelepasan endorphin
musi, imajinasi, & meningkatkan efek
terbimbing, terapi terapi obat pereda
musik, distraksi & nyeri
pijat) 5. Pereda nyeri yang
5. Berikan individu optimal dengan
penurun nyeri yang menggunakan
ptimal dengan analgesic terdiri dari
peresepan analgesic menentukan rute yang
6. Evaluasi keefektifan dipilih, dosis, obat,
dari tindakan frekuensi untuk setiap
pengontrol nyeri individu
yang dipakai selama 6. Penelitian
pengkajian nyeri menunjukan bahwa
dilakukan sebagian besar alas an
umum mengapa nyeri
tidak reda adalah
kegagalan untuk
mengkaji nyeri &
pereda nyeri secara
rutin
1. Pastikan perawat
NIC : Pemberian memiliki obat yang
NOC : kontrol nyeri Analgesik (2210) benar, dosis, yang
(1605) 1. Cek perintah benar, dosis yang
Setelah dilakukan pengobatan meliputi benar, & frekuensi
tindakan keperawatan obat, dosis & yang benar
selama 3x24 jam frekuensi obat 2. Beberapa tipe nyeri
diharapkan nyeri analgesic yang berespon terhadap
pasien dapat direspkan obat-obatan
berkurang dari level 3 2. Tentukan pilihan nonopioid saja,
(kadang-kadang) analgesic (narkotik, sementara nyeri lain
menjadi level 1 (tidak nonnarkotik, dapat diredakan
pernah menunjukkan) NSAID, berdasarkan dengan kombinasi
dengan kriteria hasil: tipe dan keparahan anatar opiod dosis
1. Dapat mengenali nyeri rendah dengan
nyeri 3. Ajarkan tentang nonoiod
2. Menggambarkan penggunaan 3. Nyeri berat sulit di
faktor penyebab analgesik, strategi control dengan
nyeri untuk menurunkan meningkatkan
3. Dapat mencegah efek samping dan ansietas serta
nyeri harpan terkait keletihan pasien
dengan keterlibatan
dalam keputusan
pengurangan nyeri
2 Nyeri kronis NOC : NIC : Manajemen Nyeri
b.d agen 1. Kontrol Nyeri (1400) 1. Agar kebutuhan
pencideraan 2. Tingkat Nyeri 1. Tentukan akibat dari dasar pasien
pengalaman nyeri terpenuhi
3. Nyeri : efek yang terhadap kualitas 2. Meningkatan
menganggu hidup pasien (mis : pengeluaran hormon
4. Nyeri : respon tidur, nafsu makan, endorphin &
psikologis pengertian, perasaan meningkatkan efek
tambahan setelah dll) terapi obat analgesik
dilakukan tindakan 2. Ajarkan penggunaan 3. Nyeri berat sulit &
keperawatan teknik non kontrol dan
selama 3x 24 jam, farmakologi meningkatkan
nyeri : efek yang 3. Ajarkan metode ansietas serta
menggangu farmakologi untuk keletihan pasien
berkurang dari menurunkan nyeri
level…ke level…
dengan kriteria
hasil :
5. Tidak ada
gangguan tidur
6. Tidak ada
gangguan
konsentrasi
7. Tidak ad ekspresi
menahan nyeri
3 Ansietas NOC : NIC:
Faktor yang Tingkat kecemasan Pengurangan Kecemasan
berhubungan (1211) (5820) 1. Agar pasien
dengan: Setelah dilakukan 1. Bantu klien mengetahui situasi
Ancaman tindakan keperawatan mengidentifikasi yang memicu
pada status selama…..x 24 jam, situasi yang memicu terjadinya
terkini stresor diharapkan tingkat terjadinya kecemasan
kecemasan pasien di kecemasan 2. Untuk membina
perthankan / tingkatan 2. Gunakan pendekatan hubungan rasa
dari rangking……. Ke yang tenang dan percaya dan
rangking……. Dengan meyakinkan meyakinkan pasien
kriteria hasil : 3. Berada disisi klien 3. Agar pasien merasa
8. perasaan gelisah untuk meningkatkan aman untuk
berkurang rasa aman dan mengatasi
9. wajah tegang tidak mengurangi kecemasan
ada ketakutan 4. Agar pasien sedik
10. rasa takut dan 4. Instruksikan klien lebih tenang
cemas tidak ada untuk menggunakan 5. Untuk mengurangi
11. tidak berkeringat teknik relaksasi rasa kecemasan
dingin 5. Atur penggunaan pasien
obat-obatan untuk
mengurangi
kecemasan secara
tepat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata :
a. Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Taman Karanggayam RT 01 Bantul
Tanggal Masuk RS : 4 September 2019
Jam MRS : 10.00 WIB
Diagnosa Medis : Hyperplasia Of Prostat (BPH)
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Umur : 63 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Taman Karanggayam RT 01 Bantul
Hubungan dengan : Istri
klien
2. Keluhan utama : Tn K mengatakan nyeri pada area operasi
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan beberapa jam setelah tindakan operasi mengalami nyeri pada bagian
operasi dan pasien meringis kesakitan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
a) Kanak-kanak : Pasien mengatakan tidak perna mengalami penyakit
kronis dan hanya mengalami batu dan pilek
b) Kecelaakan : Pasien mengatakan sering mengalami kecelakaan lalu
lintas dan kecelakaan terakir terjadi sekitar 20 tahun
yang lalu saat mengendarai mobil.
c) Pernah dirawat : Pasien mengatakan perna dirawat di rumah sakit karena
hipertensi dan karena ganglion di kaki kanan dan kiri
d) Operasi : Pasien mengatakan perna di operasi karena ganglion di
kaki kanan dan kiri
2) Alergi : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi baik terhadap
makanan dan kondisi lingkungan
3) Imunisasi : Pasien mengatakan imunisasi sudah lengkap
4) Kebiasaan : Pasien mengatakan tidak merokok dan minum-
minuman beralkohol tetapi suka minum kopi setiap pagi
hari
5) Obat-obatan
a) Lamanya : Pasien mengatakan sudah mengkonsumsi obat
candesartan sekitar 20 tahun yang lalu
b) Macam : Obat hipertensi
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit seperti pasien yaitu
BPH, dan hipertensi.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Perempuan meninggal
: Laki-laki meninggal
: Tn. K
: Keturunan
: Hubungan pernikahan
: Satu rumah
4. Basic Promoting physiology of Health
a. Aktivitas dan latihan
Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit aktivitas yang dilakukan yaitu
mengajar
Selama Sakit
DS : Tn. K mengatakan ia tidak bisa beraktivitas seperti buang air besar
dibantu oleh kelurga di tempat tidur dengan mengunakan pispot.
DO : Tampak Tn. K buang air besar dibantu oleh istri atau keluarganya di
atas tempat tidur
Kemampuan ambulasi & ADL (Indeks Barthel):
Sebelum Selama
Aspek Kriteria
Sakit Sakit
Makan/minum 0 : Tidak mampu 2 1
1 : Butuh bantuan memotong,
menyuap
2 : Mandiri
Mandi 0 : Tergantug orang lain 1 0
1 : Mandiri
Perawatan diri 0 : Membutuhkan bantuan orang 1 0
(Grooming) lain
1 : Mandiri dalam perawatan
muka, rambut, gigi, dan
bercukur
Berpakaian/ber 0 : Tergantung orang lain 2 1
dandan 1 : Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2 : Mandiri
BAK 0 : Inkontinensia atau pakai 2 0
kateter dan tidak terkontrol
1 : Kadang Inkontinensia (maks,
1x24 jam)
2 : Kontinensia (teratur untuk
lebih dari 7 hari)
Buang air besar 0 : Inkontinensia (tidak teratur 2 1
(Bladder) atau perlu enema)
1 : Kadang Inkontensia (sekali
seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
Penggunaan 0 : Tergantung bantuan orang lain 2 1
toilet 1 : Membutuhkan bantuan, tapi
dapat melakukan beberapa hal
sendiri
2 : Mandiri
Berpindah 0 : Tidak mampu 3 2
1 : Butuh bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)
2 : Bantuan kecil (1orang)
3 : Mandiri
Berjalan/mobili 0 : Immobile (tidak mampu) 3 2
tas 1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan satu
orang
3 : Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu
seperti, tongkat)
Naik turun 1 : Tidak mampu 2 1
tangga 1 : Membutuhkan bantuan
(alat bantu)
2 : Mandiri
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan USG Lower Abdomen
Hasil:
Ren sinistra : Ukuran normal, batas cortex dan medulla tegas, sistem pelvicocalyx tak
melebar, tampak batu dengan ukuran 0,34 cm
Ren dextra : Ukuran dan echostruktur normal, batas cortex dan medulla tegas sistema
pelvicocalyx tak melebar, tak tampak batu
Vu : Dinding licin, tak tampak batu maupun massa
Prostat : Ukuran membesar (Vol 35.3 ml) buging ke lumen Vu, echostruktur
normal, tak tampak nodul
Kesan
Pembesaran prostat sesuai gambar gambar BPH
Nefrolithiasis sinistra
Tak tampak kelainan pada ren dextra dan Vu
8. Terapi Medis
Jenis Terapi Nama Obat Dosis Rute Fungsi
Cairan IV Ringer Laktat 20 tpm IV Menambah cairan elektrolit
Obat Parenteral Ranitidine 1 amp/12 jam IV Untuk mengurangi asam
lambung
Cefotaxime 1 gr/12 jam IV Antibiotik
Paracetamol 500 mg/8 jam IV Analgesik
Obat peroral Amlodipin 10 mg 1x1 Oral Untuk menurunkan tekanan
darah tinggi
Candesartan 16 mg 2x1 Oral Obat untuk hipertensi
C. Analisa Data
Nama Klien : Tn. K No. Register :
Umur : 70 Tahun Diagnosa Medis : Post TURP BPH
Ruang Rawat : Nusa Indah Alamat : Bantul
Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem
6/9/2019 DS: Agen Cidera Fisik Nyeri Akut
15.00 WIB O : Tn. K mengatakan nyeri
setelah operasi saat buang air
kecil
P : Tn. K mengatakan nyeri
setelah operasi berkurang saat
istirahat dan bertambah saat
bergerak miring kanan dan kiri
Q : Tn. K mengatakan nyeri
dirasakan seperti tersayat-sayat
R : Tn. K mengatakan nyeri yang
dirasakan pada perut bagian
bawah dan kelamin
S : Tn. K mengatakan nyeri yang
dirasakan skala 6 (nyeri
sedang)
T : Tn. K mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul yang
dirasakan selama 1 detik
6/9/2019 DS : Tn. K mengatakan ia tidak Nyeri Hambatan mobilitas
15.00 WIB bisa beraktivitas seperti di tempat tidur
bangun dari tempat tidur atau
sekedar berjalan kecil.
DO : Tampak Tn. K hanya
berbaring di tempat tidur
6/9/2019 DS : Tn.K mengatakan nyeri di statis cairan tubuh Risiko infeksi
15.00 WIB area bekas operasi
DO : Tampak pasien terpasang
kateter
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 37,3oC
RR: 22 x/menit
Hari Ke-1
No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
1 6/9/2019 15.00 1. Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal S
mengenai ketidaknyamanan O : Tn. K mengatakan nyeri setelah operasi diarea
S : genetalia
O : Tn. K tampak meringis kesakitan P : Tn. K mengatakan nyeri setelah operasi saat
berkurang saat istirahat dan bertambah setelah
15.10 2. Memberikan informasi mengenai nyeri, penyebab operasi saat bergerak miring kanan dan kiri
nyeri, dan lama nyeri dirasakan. Q : Tn. K mengatakan nyeri dirasakan seperti
S : - tersayat-sayat
O : Tn. K dapat menyimak, dan mendengarkan R : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan pada
terkait penyebab nyeri muncul perut bagian bawah dan kelamin
15.15 3. Melakukan pengkajian nyeri secara kompleks S : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan skala 6
S: (nyeri sedang)
O : Tn. K mengatakan nyeri setelah operasi T : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan hilang
diarea genetalia timbul yang dirasakan selama 1 detik
P : Tn. K mengatakan nyeri setelah operasi O : Tn. K tampak meringis kesakitan
saat berkurang saat istirahat dan bertambah TD : 160/100 S: 37.3 0C
setelah operasi saat bergerak miring kanan N: 82 x/menit RR: 20 x/menit
dan kiri A : Tujuan belum tercapai
Q : Tn. K mengatakan nyeri dirasakan seperti P : Lanjutkan intervensi
tersayat-sayat 1. Melakukan pengkajian nyeri secara kompleks
R : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan 2. Mengajarkan metode nonfarmakologi (terapi nafas
pada perut bagian bawah dan kelamin dalam)
No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
S : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan 3. Berkolaborasi dengan tim medis untuk memilih
skala 6 (nyeri sedang) tindakan penurunan nyeri farmakologi
T : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul yang dirasakan selama 1
detik
16.00 4. Mengajarkan metode nonfarmakologi (terapi nafas
dalam dan memberikan posisi yang nyaman (semi
fowler buat Tn.K)
S : Tn.K mengatakan merasa lebih nyaman
O : Tn. K tampak mengikuti yang diajarkan
oleh perawat .
16.15 5. Memberikan informasi yang akurat untuk
meningkatkan pengetahuan dan respon keluarga
terhadap pengalaman nyeri
S :
O : Tn. K dan keluarga tampak menyimak
terkait informasi pengetahuan terhadap
pengalamin nyeri.
17.00 6. Mengolaborasikan dengan dokter
apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan
interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip analgesik
O : Injeksi IV : Paracetamol 500 mg/8 jam
2 6/9/2019 15.00 1. Memonitor lokasi dan kecendrungan adanya nyeri S : Tn. K mengatakan sudah bisa melakukan miring
dan ketidaknyamanan pergerakan/aktivitas kanan dan miring kiri tetapi dibantu oleh
S : Pasien mengatakan masih merasa nyeri di keluarga tetapi belum bisa untuk duduk di
daerah bekas operasi sehingga sulit untuk tempat tidur
melakukan aktivitas O : Tampak Tn. K bisa miring kiri dan miring kanan
18.00 2. Menganjurkan pasien untuk duduk ditempat tidur, A : Tujuan belum tercapai
disamping tempat tidur atau kursi sesuai toleransi P : Lanjutkan intervensi
No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
S: Pasien mengatakan mau untuk melatih 1. Dukung pasien untuk duduk ditempat tidur,
duduk di tempat tidur disamping tempat tidur atau kursi sesuai toleransi
18.05 3. Menganjurkan pasien untuk miring kanan dan miring 2. Dukung pasien untuk miring kanan dan miring kiri
kiri sesuai toleransi sesuai toleransi
S: Pasien mengatakan mau untuk miring
kanan dan miring kiri di tempat tidur
3 6/9/2019 16.45 1. Mendorong intake cairan dan nutrisi yang sesuai S: Tn. K dan keluarga mengatakan sudah mengerti tanda
S: Tn. K mengatakan akan memakan makanan yang dan gejala infeksi
sehat seperti makan sayur dan buah dan akan
mengurangi makan makanan yang tinggi lemak O:
hewani seperti daging sapi dan kambing Tn. K mendapatkan injeksi IV cefotaxime 1 gr/12 jam
16.50 2. Memberikan terapi antibiotik yang sesuai yaitu Tn. K terpasang kateter
cefotaxime 1 gr/12 jam secara IV TD : 160/100 S: 37.3 0C
S: pasien mengatakan mau diberikan obat antibiotik N: 82 x/menit RR: 20 x/menit
17.00 3. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan A: Tujuan belum tercapai
gejala infeksi dan kapan harus melaporkanya P: Lanjutkan intervensi
kepada penyedia perawatan kesehatan 1. Dorong intake cairan yang sesuai
S: Pasien mengatakan mengerti mengenai tanda dan 2. Berikan terapi antibiotik yang sesuai yaitu
gejala infeksi setelah diajarkan cefotaxime 1 gr/12 jam
Hari ke 2
No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
1 7/9/2019 10.00 1. Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal S : Tn.K mengatakan nyeri sudah berkurang
mengenai ketidaknyamanan O : Tn. K mengatakan nyeri masih dirasakan
S : Tn.K mengatakan nyeri sudah berkurang diarea porasi tetapi sudah berkurang
O : P : Tn. K mengatakan nyeri berkurang saat
istirahat dan bertambah saat duduk
10.05 2. Melakukan pengkajian nyeri secara kompleks Q : Tn. K mengatakan nyeri dirasakan seperti
S: tertusuk benda tumpul
O : Tn. K mengatakan nyeri masih dirasakan R : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan
diarea porasi tetapi sudah berkurang pada perut bagian bawah dan kelamin
P : Tn. K mengatakan nyeri berkurang saat S : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan
istirahat dan bertambah saat untuk duduk skala 3 (nyeri ringan)
Q : Tn. K mengatakan nyeri dirasakan seperti T : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan
tertusuk benda tumpul hilang timbul yang dirasakan selama 1
R : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan detik
pada perut bagian bawah dan kelamin O : Kesadaran compesmentis GCS 15
S : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan TD : 130/90 mmHg S : 37,3
skala 3 (nyeri ringan) N : 80 x/menit RR : 20
T : Tn. K mengatakan nyeri yang dirasakan A : Tujuan tercapai sebagian
hilang timbul yang dirasakan selama 1 P : Pasien pulang, konsul ke poli
detik
10.30 3. Anjurkan metode nonfarmakologi (terapi nafas
dalam dan tetap memperhatikan posisi keyamanan
Tn.K)
S : Tn.K mengatakan sudah lebih nyaman
untuk miring kanan dan miring kiri
O : Tn. K tampak mengikuti yang diajarkan
oleh perawat dan.
17.00 4. Mengolaborasikan dengan dokter
apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan
interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip analgesik
No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
O : Injeksi IV : Paracetamol 500 mg/8 jam
2 7/9/2019 15.00 1. Menganjurkan pasien untuk duduk ditempat tidur, S : Tn. K mengatakan sudah dapat untuk miring
kanan dan miring kiri, namun duduk sudah bisa
disamping tempat tidur atau kursi sesuai toleransi
tetapi perlu bantuan dari keluarga
S: Pasien mengatakan mau untuk melatih duduk di O : Tampak Tn. K bisa melakukan miring kanan dan
miring kiri serta duduk di tempat tidur masih
tempat tidur
dibantu oleh keluarga
18.00 2. Menganjurkan pasien untuk miring kanan dan miring A : Tujuan tercapai sebagagian
kiri sesuai toleransi P : Pasien pulang, konsul ke poli
S: Pasien mengatakan mau untuk miring kanan dan
miring kiri di tempat tidur
3 6/9/2019 14.00 1. Dorong intake cairan yang sesuai S: Tn. K mengatakan akan memakan makanan yang 14.00
S: Tn. K mengatakan akan memakan makanan sehat seperti makan sayur dan buah dan akan
yang sehat seperti makan sayur dan buah dan mengurangi makan makanan yang tinggi lemak hewani
akan mengurangi makan makanan yang tinggi seperti daging sapi dan kambing serta akan
lemak hewani seperti daging sapi dan kambing menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah
serta akan menghabiskan makanan yang sakit
diberikan oleh rumah sakit O: -Tn. K tampak
17.00 2. Berikan terapi antibiotik yang sesuai yaitu Terpasang kateter
cefotaxime 1 gr/12 jam - Injeksi IV cefotaxime 1 gr/12 jam
S: Pasien mengatakan mengerti mengenai tanda TD : 130/80
dan gejala infeksi setelah diajarkan N: 82 x/menit
S: 37.2 0C
RR: 22 x/menit
A: Tujuan belum teratasi
P: Pasien pulang, konsul ke poli
DAFTAR PUSTAKA