PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
d) Perencanaan dan Pengembangan Karir
Perencanaan dan pengembangan dapat dilihat dari sudut pandang
individual atau organisasional. Dalam keduanny data penilaian kinerja
penting dalam menilai kekuatan dan kelemahan karyawan serta dalam
menentukan potensi seseorang. Informasi tersebut di gunakan manajer
untuk memberikan konsultasi kepada karyawan dalam mengembangkan
dan mengimpletasikan rencana karir mereka.
e) Program Kompensasi
Hasil penilaian kinerja memberikan sebuah dasar untuk keputusan
rasional yang berkenan dengan penyesuaian gaji.
f) Penialain kompetensi karyawan
Penilaain yang berpotensi untuk prilaku masa yang akan datang.
3
d) Kesempatan kerja yang adil
Penilain kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan
penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.
Mengidentifikasi
Tujuan-tujuan
penilaian spesifik
Memeriksa
pekerjaan yang di
jalankan
Menilai
kinerja
Mendiskusikan
penilaian nbersama
karyawan
4
2.4 Menetapkan Kriteria (Standar) Kinerja
Aspek kriteria dalam penilaian yang paling umum adalah sifat, prilaku,
kompetensi, pencapaian tujuan dan potensi perbaiakan.
a) Sifat
Sifat karyawan seperti sikap, penampilan dan inisiatif, merupakan dasar
untuk beberapa evaluasi.
b) Perilaku
Ketika hasil tugas seseorang sulit di tentukan, organisasi bisa
mengevaluasi perilaku atau kompetensi orang tersebut yang
berhubungan dengan tugas.
Contoh: perilaku yang tepat untuk di evaluasi seorang manajer adalah
gaya kemimpinan untuk orang-orang yang bekerja dalam tim,
mengembangkan orang lain, kerja tim dan kerja sama atau orientasi
pelayanan pelanggan.
c) Kompetensi
Meliputi sekumpulan luas pengetahuan, ketrampilan, sifat dan prilaku
yang bisa bersifat teknis, berkaitan dengan ketrampil;an antar pribadi
atau berorientasi bisnis.
d) Pencapaian Tujuan
Hasil –hasil pencapaian tujuan menjadi faktor yang tepat untuk di
evaliasikan. Hasil-hasil yang di capai harus berada dalam kendali
individu atau tim dan haruslah hasil-hasil yang mengarah pada
kesuksesan perusahaan.
e) Potensi perbaiakan
Perusahaan harus berfokus kepada masa depan, memasukan perilaku-
perilaku dan hasil-hasil yang di perlukan untuk pengembangan karyawan.
Dan dalam proses tersebut mencapai tujuan-tujuan perusahaan.
5
a) Metode penilaian umpan balik 360 derajat
Merupakan metode penilaian kinerja populer yang melibatkan masukan
evaluasi dari berbagai level dalam perusahaan dan dari sumber-sumber
eksternal.
b) Metode skala penilaian
Metode penilaian kinerja dengan menilai karyawan berdasarkan faktor-
faktor yang telah di tetapkan.
c) Metode Inside Kritis
Metode penilaian kerja yang membutuhkan pemeliharaan dokumen-
dokumen tertulis mengenai tindakan-tindakan karyawan yang positif dan
negatif.
d) Metode Standart Kerja
Penilaian kerja yang membandingkan kinerja setiap karyawan dengan
standart yang telah di tetapkan atau tingkat output yang di harapkan.
e) Metode Esai
Metode penialain kinerja dimana penilai menulis narasi singkat yang
menggambarkan kinerja karyawan.
f) Metode Peringkat
Metoide penilaian kinerja dimana peniali menemptkan seluruh karyawan
dari sebuah kelompok dalam urutan kinerja keseluruhan.
g) Metode Distribusi dipaksakan
Metode penilaain kinerja yang mengharuskan penilai untuk membagi
orang-orang dalam sebuah kelompok kerja dalam sejumlah kategori
terbatas, mirip suatu frekuensi nornmal.
6
a) Jumlah pekerjaan
Dimensi ini menunjukan jumlah pekerjaan yang di hasilkan individu atau
kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan.
b) Kualitas pekerjaan
Setiap karyawan dalam perusahaan harus memenuhi persyaratan tertentu
untuk dapat menghasilkan pekerjaan sesuai kualitas yang di tuntut suatu
pekerjaan tertentu.
c) Ketepatan waktu
Setiap pekerjaan memiliki kateristik yang berbeda, untuk jenis pekerjaan
tertentu harus di selesaikan tepat waktu, karena memiliki ketergantungan
atas pekerjaan lainnya.
d) Kehadiran
Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam
mengerjakan sesuai waktu yang di tentukian.
e) Kemampuan kertja sama
Tidak semua pekerjaan dapat di selesaikan oleh satu orang karyawan
saja. Untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus di selesaikan oleh dua
orang karyawan atau lebih.
Rekan kerja
Bawahan sebagai Karyawan yang
penilai di nilai
Atasan atau 7
supervisor
a) Karyawan itu sendiri
Karyawan dapat menilai dirinya sendiri, apakah hasil pekerjaannya sudah
mencapai atau belum sesuai standart pekerjaan. Berdasarkan hasil analisa
karyawan dapat menilai kinerjanya sendiri.
b) Penilaian rekan kerja
Rekan kerja atau para kelompok dalam satu tim dapat menilai kinerja
seorang karyawan, oleh karena itu sangat dibutuhkan keterangan yang
dapat menjadikan masukan dalam penilaian kinerja.
c) Atasan melakukan penilaian
Seorang atasan mempunyai kewenangan atas kinerja para karyawan
sebagai bawahannya. Atasan atau supervisor memiliki kriteria-kriteria
tertentu untuk menilai kinerja karyawan.
d) Bawahan menilai atasan
Sudah banyak perusahaan yang memintak para bawahan menilai kinerja
atasannya. Karyawan di minta minilaim atasannya secara jujur tanpa
tekanan dari berbagai pihak terutama dari atasan itu sendiri.
e) Penilain di lakukan oleh pelanggan
Orang lain dari perusahaan dapat di minta untuk melakukan penilaian
atas kinerja seorang karyawan dalam perusahaan. Pelanggan merupakan
sumber informasi yang dapat di jadikan penilai kinerja dari luar
perusahaan.
a) Efek halo
Efek halo adalah suatu kesalahan di lakukan manajer karena
menggunakan hanya satu faktor mewakili faktor lain dalam mengambil
keputusan untuk menentukan kinerja seseorang.
8
b) Kecenderungan penilaian terpusat
Ada penilai yang enggan yang memberi nilai kinerja bawahan baik atau
buruk, sehingga memberikan penilaian rata-rata, walaupun kinerjanya
bervariasi.
c) Bias terlalu lunak dan keras
Ada sebagian penilai memberikan penilaian sangat baik atau sangat
buruk karena ada penilai bersifat murah hati dan keras hati.
d) Pengaruh kesan terakhir
Pengaruh kesan terakhir (recency effect), bila seorang penilai
memberikan penilaian atas dasar kejadian yang terjadi terakhir sekali.
Perlakuan yang terjadi terdahulu bukan merupakan pertimbangan dalam
memberi nilai.
e) Perasangka pribadi
Ada suatu faktor tertentu yang membantu penilai yang tidak benar di
lakukan oleh penilai. Suatu faktor tertentu sebagai dasar yang di lakukan
penilai unuk menentukan nilai kinerja karyawan baik atau buruk.
f) Kesalah kontras
Kesalahan kontras adalah penilai menggunakan penilaian kepada
perbandingan kinerja seorang karyawan ke atas karyawan lainnya,
bukannya berdasarkan standart kinerja.
g) Kecemasan Karyawan
Proses penilain juga menciptakan kecemasan bagi karyawan yang di
nilai. Peluang-peluang promosi, penugasan –penugasan kerja yang lebih
baik dan peningkatan kompensasi bisa bergantung pada penilaian. Hal
tersebut menimbulkan bukan hanya kegelisahan namun juga penolakan
total.
9
dipertanggungjawabkan. Meskipun tidak ada sistem yang sempurna namun setiap
sistem harus memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Faktor-faktor berikut ini
membantu dalam mencapai tujuan.
10
2.10 Cara Mengatasi Kesalahan Penilaian
James bergabung dengan Citibank sejak tahun 1985 sebagai asisten kantor
cabang, dan telah bekerja di dunia perbankan sejak tahun 1977. Tahun 1986 dia
11
dipromosikan menjadi kepala kantor cabang kecil, kinerjanya meningkat pesat
dan akhirnya pada tahun 1992 terpilih untuk mengelola kantor Financial District.
Performa James sangat bagus, melebihi ekspektasi dan berhasil menghasilkan
kinerja keuangan yang sangat memukau selama 4 tahun berturut-turut.
1. Ukuran finansial didapatkan dari sistem akuntansi dan fokus pada total
pendapatan dan margin laba dibandingkan dengan target.
12
2. Implementasi Strategi mengukur pendapatan dari beberapa tipe target
konsumen yang relevan dengan strategi cabang. Kantor cabang James
fokus pada konsumen ritel – rumah tangga, bisnis, dan professional.
3. Kepuasan konsumen diukur melalui tanya jawab melalui telepon,
dengan kira-kira 25 konsumen yang mengunjungi cabang selama bulan
terakhir. Pertanyaannya fokus pada layanan kantor cabang dan jasa
Citibank lainnya seperti layanan phone banking 24 jam dan ATM. Sebuah
perusahaan independen yang bertanggung jawab atas pelaksanaan survei
dengan pengawasan departmen Relationship Satisfaction. Untuk kepuasan
konsumen, di tahun 1996 targetnya ialah mencapai rating setidaknya 80.
4. Ukuran pengendalian evaluasi auditor internal dari proses pengendalian
internal kantor cabang.
5. People merupakan usaha manajer untuk mengembangkan program dan
berkomunikasi dengan bawahan, mendorong program training area, dan
menjadi contoh bagi bawahan.
6. Standar termasuk penilaian dari keterlibatan manajer dalam komunitas,
asosiasi dagang, dan etika bisnis.
People dan standar merupakan rating yang tidak bisa dikuantifikasi dan
ditentukan secara subjektif oleh bos kantor cabang. Setiap komponen memiliki
nilai independen dalam 3 kategori rating: “below par”, “par”, dan “above par”.
13
Setiap kuartal, manajer area menerima informasi dari cabang dengan hasil
ukuran dan perbandingan dengan target dari tiap kuartal. Informasi ini bersama
dengan nilai subjektif yang manajer area berikan untuk kriteria People dan
Standar membentuk basis untuk evaluasi kuarter dan tahunan bagi kepala cabang.
Selain dari kinerja tahunan, bonus kepala cabang berhubungan dari hasil
final Performance scorecard. Kinerja “below par” tidak akan diberi bonus, “par”
akan mendapat bonus sampai dengan 15% dari gaji dan “above par” bisa
mencapai 30% bonus. Untuk mendapatkan “above par”, minimal mendapat
rating “par” di semua ukuran.
Fritz mereview evaluasi kinerja than 1996 untuk James McGaran. Kinerja
finansialnya luar biasa yaitu 20% diatas target dan merupakan pendapatan
tertinggi dan margin laba tertinggi dari seluruh kantor cabang. Namun untuk
kepuasan konsumen “below par”.
Lisa dan Frits sadar bahwa dengan peraturan yang ketat, James tidak akan
bisa mendapat “par” di setiap ukurannya. Namun kantor cabang James
merupakan kantor cabang terbesar dan terkuat di divisinya. Kantor cabang James
memiliki tuntutan dan kompetisi yang sengit. Selain itu agak susah untuk
mengelola indikator yang beragam dan kepuasan konsumen terkadang sulit untuk
direkonsiliasi dengan kinerja keuangan. James sudah berdiskusi dengan Lisa,
bahwa penilaian kepuasan konsumen tidak hanya terkait dengan kantor cabang
namun juga termasuk ATM yang berada di luar kendali manajer. Mungkin saja
layanan dari sentral tidak mencukupi untuk memuaskan konsumen sophisticated
di cabang James.
14
penilaian. Satu karyawan di cabang bertugas untuk memberikan salam bagi
konsumen ketika tiba di kantor dan membantu ketika ada masalah muncul. Dia
juga mengadakan rapat dan membimbing karyawan untuk fokus dalam
memperbaiki kepuasan konsumen.
James sangat peduli akan penilainnya, dan untuk bisa mendapat rating
“above par” merupakan kebanggaan dan menunjukkan bahwa dia bisa sukses
menjalankan cabang terberat. James merasa kecewa ketika dalam 2 kuartal dalam
setahun, ratingnya hanya “par”. Cabangnya sangat sulit dan dia berhasil
memberikan kinerja keuangan terbaik di divisi. Dia merasa dengan usahanya dia
berhak mendapat “above par” meskipun kepuasan karyawannya kurang.
Jika Frits memberikan “above par”, maka pihak lain akan berpikir bahwa
divisi tidak serius dengan ukuran non finansial. James mendapat “below par”
dalam kepuasan konsumen di setiap kuarter 1996 dan ukuran ini sangat penting,
dia tidak bisa mendapat “above par”. Disisi lainnya, dia berhak mendapat “above
par” karena kinerjanya yang luar biasa di dimensi yang lain.
15
bila dijadikan dasar dalam penilaian kinerja. Selain itu, dalam proses penentuan
target perusahaan, sebaiknya target ditentukan dengan memperhatikan aspek
lingkungan bisnis yang bersangkutan. Untuk aspek kepuasan pelanggan dan aspek
pengendalian, target disamakan untuk setiap cabang di California. Hal ini terkesan
kurang adil dimana lingkungan bisnis tempat cabang beroperasi mempengaruhi
pencapaian kinerja. Apalagi hasil penilaian ini digunakan untuk menentukan
bonus. Adanya target yang disamakan ini bisa menjadi sumber masalah ketika
terdapat area yang memiliki tingkat kesulitan berbeda. Tentunya kepala cabang
yang lingkungan bisnisnya “friendly” akan lebih mudah mendapat penilaian yang
bagus. Poin yang terahir ialah penilaian akhir yang ditentukan oleh Frits dan
timnya sangat subjektif. Bila ada kasus seperti James ini rentan sekali keputusan
penilaian akhir ini dibumbui oleh politik sehingga hasil penilaian akhir tidak
sesuai dengan best interest perusahaan.
16
Sebaiknya penilaian scorecard dibuat lebih objektif sehingga
kemungkinan dilema serta politik untuk mempengaruhi hasil akhir
penilaian kinerja bisa diminimalisir. Salah satu caranya ialah dengan
memberikan bobot pada masing-masing kriteria penilaian. Misal untuk
setiap indikator penilaian memiliki bobot 20%. Selain itu dari tiap hasil
penilaian, “par”, “below par”, dan “above par” diberi nilai yang pasti.
Misalnya par=3, below par=1, dan above par=5. Adanya scoring yang
pasti ini dapat memudahkan pemberian nilai akhir dan mengurangi aspek
keputusan personal dalam penilaian akhir sehingga lebih objektif.
Untuk kasus James ini, sebagai jalan tengah, Frits dan tim sebaiknya
memberikan bonus khusus untuk James pada tahun 1996, namun dengan
catatan untuk tahun – tahun berikutnya tidak akan terjadi hal seperti ini
lagi. Selain itu, Frits dan Lisa harus menekankan pada James bahwa
kepuasan pelanggan merupakan indikator penting yang harus dicapai
selain indikator keuangan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penilaian kerja adalah sistem formal untuk menilai dan mengevaluasi
kinerja tugas individu maupun Tim. Penilaian kinerja merupakan faktor penting
untuk suksesnya manajemen kinerja. Meskipun penilaian ini merupakan salah satu
unsur dari manajemen kinerja. Sistem tersebut penting karena mencerminkan
secara langsung karena strategik organisasi. Dan penilaian kerja ini memiliki
banyak manfaat di antaranya sebagai perbaikan prestasi kerja, perencanaan dan
pengembangan karir dll, dan untuk itu perusahaan harus melakukan penilaian
prestasi kerja terhadap semua karyawannya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Melayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Sutrisno, Edy. 2009.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2006. Human Resource Management: Manajemen
Sumber Daya Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.
19