Analisa Pengaruh Penguapan Tidak Maksimal Pada Evaporator Pabrik Gula
Analisa Pengaruh Penguapan Tidak Maksimal Pada Evaporator Pabrik Gula
PENGUAPAN
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
Oleh :
IFAN BAHTIAR
NIM : 1521201009
2018
i
Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat lulus mata kuliah Praktek Kerja
Lapang pada Program Studi Teknik Mesin
Oleh :
NAMA : IFAN BAHTIAR
NIM : 1521201009
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini telah di Uji Oleh Dosen Penguji pada Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Raden Rahmat Malang
Mengesahkan:
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kita semua serta salawat kepada nabi junjungan kita
PADA STASIUN PENGUAPAN dengan baik dan tepat waktu Praktik Kerja
Lapangan ini berlokasi di PT. PG KREBET BARU II. Laporan Kerja Praktik Lapangan
ini disusun berdasarkan atas hasil yang diperoleh selama Kerja Praktik dalam kurun
waktu 2 bulan, yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kurikulum Sarjana Strata
Satu (S1) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
karenakan penulis sudah cukup paham karakter dan kondisi PT. PG. Krebet Baru II
Dalam penyusunan Laporan PKL ini penulis tidak lepas dari bantuan yang beupa
bimbingan, saran dan fasilitas-fasilitas dari berbagai pihak, untuk itu penulis
5. Seluruh Karyawan dan Staff PT. PG. Krebet Baru II yang telah bersedia
penulis bisa mengkaji dan belajar di PT. PG. Krebet Baru II yang tidak bisa
penulis sebutkan namanya satu persatu, sekali lagi penulis ucapkan terima kasih
6. Kedua Orang Tua, yang telah memberikan dukungan berupa materi ataupun
doa.
Penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun semua pihak khususnya Mahasiwa Teknik Mesin, Universitas
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………………….3
1.3 Tujuan...............................................................................................................................3
1.4 Manfaat PKL …………………………………………………………………………...3
BAB II
LANDASAN TEORI .............................................................................................................. 5
2.1 Stasiun Penguapan............................................................................................................5
2.2 Perpindahan panas dari badan pemanas ke nira...............................................................5
2.3 Evaporator........................................................................................................................6
2.4 Alat Pembuat Hampa (Kondensor)..................................................................................7
2.5 Proses perpindahan panas yang terjadi pada stasiun penguapan......................................7
2.6 Beberapa hal yang mempengaruhi proses terjadinya penguapan...................................9
2.6.1 Bahan pemanas (uap) ............................................................................................. 9
2.6.2 Vacuum yang terbuat oleh pesawat pembuat hampa ........................................... 10
2.6.3 Pengeluaran kondensat harus lancar .................................................................... 10
2.6.4 Pengeluaran Gas Tak Terembunkan (Amoniak) .................................................. 10
2.6.5 Pengaruh kerak dalam pipa pemanas ................................................................... 10
2.6.6 Pengaturan proses (Level nira dalam badan dan distribusi tekanan) ................... 10
2.7 Penyebab penguapan yang tidak maksimal pada stasiun penguapan.............................11
BAB III
METODE PELAKSANAAN ............................................................................................... 12
3.1 Tempat dan waktu pelaksanaan PKL.............................................................................12
3.2 Metode Pelaksanaan.......................................................................................................12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 13
4.1 Kondisi Umum...............................................................................................................13
4.2 Hasil dan Pembahasan....................................................................................................14
4.2.1 Bagian – bagian yang berpengaruh pada Stasiun Penguapan...............................15
4.2.2 Peralatan yang digunakan pada Stasiun Penguapan ............................................ 17
vi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
kemajuan yang pesat pada industri. Semakin pesatnya kemajuan industri, sumber daya
pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan yang bertempat di Pabrik Gula Krebet
Baru II akan membahas tentang analisis penguapan tidak maksimal pada Stasiun
khususnya badan evaporator. Contohnya terdapat kotoran dan kerak pada pipa
pemanas. Apabila kotoran dan kerak pada pipa pemanas tidak ditangani dengan baik,
akan menyebabkan penjalaran panas dari badan pemanas ke nira tidak maksimal.
nira) tidak sesuai standard operating procedure S.O.P. Sebuah pengamatan diperlukan
analisis yang tepat untuk mencapai keberhasilan dalam menentukan tindakan. Dalam
proses pengolahan gula, stasiun penguapan sangat vital perannya karena membantu
nira encer hasil dari stasiun pemurnian, sehingga diperoleh nira kental dengan
konsentrasi yang mendekati jenuh. Nira kental yang mendekati jenuh merupakan
kenaikan viskositas nira yang hampir berbentuk kristal Untuk menghindari terjadinya
kerusakan sukrosa, maka proses penguapan dilakukan dalam kondisi vakum. Kondisi
2
dimana terjadi kehampaan udara. Dengan demikian, temperatur air mengikuti titik
didih nira pada suhu 51ᴼ C dan kecepatan aliran air 24,16 m3/ menit (Soejardi, 1985).
Proses sekarang ini sistem evaporasi yang digunakan adalah Quintiple Effect. Sistem
uap dapat menguapkan 5 kg air. Terdiri dari 1 pree evaporator (voor kooker) dan 5
evaporator. Satu evaporator lain digunakan sebagai cadangan (Soejardi, 1985). Selama
proses ini berlangsung dapat terjadi beberapa masalah. Hal ini disebabkan dari
beberapa faktor baik dari segi mekanis maupun proses kimia. Penulis menemukan
sebabkan terjadinya kerak pada pipa-pipa pemanas, maka dari itu penulis mengamati
Baru II. Dalam pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan, mahasiswa diharapkan
dapat merasakan dan beradaptasi dengan lingkungan industri. Selain itu mahasiswa
dengan adanya praktek kerja lapangan ini. Harapan kami semoga praktek kerja
lapangan ini bermanfaat bagi berbagai pihak terkait, baik pada industri maupun
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perpindahan panas yang terjadi pada stasiun penguapan.
stasiun penguapan.
lingkungan industri.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
dalam nira encer hasil dari stasiun pemurnian, sehingga diperoleh nira kental dengan
konsentrasi yang mendekati jenuh 30% - 34%. Nira kental yang mendekati jenuh
merupakan kenaikan viskositas nira yang hampir berbentuk kristal Untuk menghindari
terjadinya kerusakan sukrosa, maka proses penguapan dilakukan dalam kondisi vakum.
Kondisi vakum adalah kondisi dimana terjadi kehampaan udara. Dengan demikian,
temperatur air mengikuti titik didih nira dan kecepatan aliran air tinggi (Soejardi,
1985).
perpindahan suatu energi panas yang ditimbulkan akibat adanya perbedaan temperatur
diantara material atau benda. Pada termodinamika, telah diketahui bahwa suatu energi
yang melakukan perpindahan itu disebut kalor (heat). Ilmu mengenai perpindahan
kalor, tidak saja berusaha menjelaskan atau menerangkan tentang bagaimana energi
kalor dapat berpindah dari suatu bahan ke bahan yang lain, akan tetapi juga bisa
menerangkan bagaimana laju perpindahan panas dapat terjadi pada kondisi yang
tertentu. Perpindahan panas yang terjadi pada stasiun penguapan adalah perpindahan
panas yang terjadi dari badan pemanas ke nira (air tebu). Badan pemanas adalah suatu
alat yang memiliki fungsi untuk memanaskan nira, berbentuk pipa pipa pemanas yang
berisi uap panas dari boiler. Akibat adanya temperatur dari pipa pemanas yang berisi
6
uap panas dari boiler dengan nira yang ada pada tromol. Tromol merupakan sebuah
wadah di dalam badan pemanas yang berfungsi menampung air kondensat. Uap panas
yang telah memberikan panasnya ke dalam nira, berubah menjadi cair dan cairan ini
disebut sebagai air kondensat. Adanya fakta ini maka yang menjadi target analisis yaitu
mengenai laju perpindahan, inilah yang menjadi perbedaan antara ilmu ilmu
2.3 Evaporator
Evaporator merupakan suatu alat yang memiliki fungsi untuk mengubah
keseluruhan atau sebagian suatu pelarut dari sebuah larutan berbentuk cair menjadi uap
sehingga hanya menyisakan larutan yang lebih padat atau kental, proses yang terjadi di
pengolahan gula manfaat dari alat ini ialah untuk pengentalan awal nira sebelum diolah
lebih lanjut, pengurangan volume cairan dan untuk menurunkan aktivitas air yang ada
pada nira. Evaporator memiliki dua prinsip dasar yaitu untuk menukar panas dan untuk
Evaporator yang memiliki prinsip dasar menukar panas adalah proses yang
bertujuan untuk mentransferkan panas dari pipa pipa pemanas ke nira. Perpindahan
panas tersebut terjadi akibat adanya perbedaan panas antara pipa pemanas yang berisi
uap panas dari boiler dengan nira. Evaporator yang memiliki prinsip untuk
memisahkan uap yang terlarut dalam cairan adalah proses yang bertujuan untuk
memisahkan uap air yang timbul dari proses pemanasan nira agar mengahasilkan
akhir penguapan dan juga untuk membuat tekanan udara di dalam badan penguapan
menjadi hampa. Tipe pesawat yang digunakan adalah Jet Kondensor, pesawat ini
beroperasi dengan media pendingin (air) yang disemprotkan dengan tekanan melalui
tabung venturi, sehingga terjadi hampa dan uap niranya tertarik dan bercampur dengan
semprotan tadi. Kondensor berprinsip pada azzas watt, yaitu adanya perbedaan tekanan
sehingga terjadi aliran udara dari ruang yang bertekanan tinggi menuju ke ruang yang
Untuk proses sekarang ini sistem evaporasi yang digunakan adalah Quintiple Effect.
Sistem evaporasi Quintiple effect adalah sitem penguapan yang berkelanjutan, dimana
1 kg uap dapat menguapkan 5 kg air. Terdiri dari 1 pree evaporator (voor kooker) dan
5 evaporator. Satu evaporator lain digunakan sebagai cadangan. Nira encer dari tangki
nira jernih dipompa ke pre evaporator dengan menggunakan uap bekas dengan suhu
120ᴼC dan tekanan 1kg/cm2sebagai bahan bakar. Selanjutnya, feed (nira encer)
dimasukkan melalui bagian bawah evaporator dan mengalir ke dalam tabung menuju
penampung bagian atas tangki. Nira mengalami pemanasan oleh steam (uap bekas)
hingga nira mendidih. Steam masuk bagian bawah tromol dan melewati sela-sela
tabung sehingga terjadi perpindahan panas dari pemanas ke nira. Akibatnya sebagian
dari kandungan air dari nira akan teruapkan. Uap bekas dari pre evaporator di bleeding
ke stasiun masakan dan juice heater. Setelah digunakan untuk memanaskan uap nira
8
mendingin (menurun suhunya) menjadi air kondensat. Nira keluar dari bagian bawah
Nira dari evaporator I menggunakan suhu 120ᴼC dan tekanan antara 0,9 cmHg
dan menggunakan uap bekas dari ketel (ablash) sebagai bahan bakar, selanjutnya uap
nira dari badan I ini dialirkan ke badan II yang menggunakan suhu 100,16ᴼC dan
tekanan 0,5 cmHg. Uap nira dari badan II sebagai pemanas untuk badan III dan air
kondensatnya untuk mengisi ketel. Nira dipanaskan dalam badan III pada suhu 99,89ᴼC
dan tekanan vacum -5 cmHg sedangkan uap nira dari badan III digunakan sebagai
pemanas pada badan IV dan air kondensatnya apabila mengandung gula dipergunakan
sebagai air proses, apabila tidak mengandung gula tetap sebagai air pengisi ketel. Nira
panas konveksi atau perubahan fase antara cair dan padat. Koefisien pindah panas
banyak dimanfaatkan dalam ilmu termodinamika dan mekanika serta teknik kimia.
keterangan
ΔQ = panas yang masuk atau panas yang keluar, W
h = koefisien pindah panas, W/(m2K)
A = luas permukaan pindah panas, m2
∆T = perbedaan temperatur antara permukaan padat dengan luas
permukaan kontak dengan fluida
9
antara fluks panas, Q/(A delta t), dan perbedaan temperatur, ∆T, yang menjadi
diperkirakan dengan hanya membagi konduktivitas termal dari fluida dengan satuan
panjang, namun untuk perhitungan yang lebih akurat seringkali digunakan bilangan
panas konvektif dan konduktif normal terhadap bidang batas. Nilai koefisien
perpindahan panas. Koefisien ini ditentukan secara eksperimental yang nilainya sangat
geometri permukaan, kondisi aliran, sifat-sifat dari fluida dan kecepatan dari fluida.
tergantung sekali pada sifat-sifat fluida seperti viskositas dinamik (𝜇), konduktifitas
termal (k), kerapatan (𝜌), dan panas spesifik (cp) (Cengel, 2003). Koefisien perpindahan
panas koveksi pada Stasiun Penguapan yaitu antara uap pemanas dari boiler dengan
b. Jumlah air diuapkan ditentukan oleh jumlah panas dari uap ke nira
10
kotoran minyak.
2.7.6 Pengaturan proses (Level nira dalam badan dan distribusi tekanan)
Level nira pada badan penguapan yang optimum adalah 1/3 pipa
kandungan air dari nira, jika hanya ini yang terjadi berarti hanya proses fisika
yang terjadi yaitu berubahnya air dari fase cair menjadi fase gas (Utomo
Satrio, 2017).
11
Dalam nira jernih atau nira encer masih terdapat kotoran meskipun
dalam jumlah kecil. Kotoran dalam nira, baik yang larut maupun yang
suhu yang tinggi, sebagian komponen nira dapat mengendap dan menempel
terdiri dari zat anorganik, seperti Silikat (SiO2), Phosphat (P2O5), Sulfat (SO4),
ada kebocoran pada pipa-pipa atau penyumbatan pada pipa air injeksi (inlet).
–pipa.
Akibat tekanan uap dari ketel yang tidak maksimal dapat mengganggu
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jarak dari kota Malang
3.2.1 Studi lapangan yaitu dengan cara pengambilan data mengadakan praktek
3.2.2 Wawancara yaitu pengambilan data atau menyusun dengan cara berdiskusi
dan bertanya baik itu dengan pembimbing PKL maupun dengan Chemiker
jaga, mandor dan operator di lingkungan Pabrik Gula Krebet Baru II.
3.2.3 Studi pustaka yaitu pengambilan data atas penyusunan laporan dengan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
pabrik gula yaitu Pabrik Gula Krebet Baru yang berkedudukan di Malang dan Pabrik
Gula Rejo Agung Baru yang berkedudukan di Madiun. Pabrik Gula Krebet baru terdiri
atas 2 pabrik gula yaitu PG Krebet baru I dan PG krebet baru II.
PG Krebet Baru didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1906
dengan nama NV Handemijk Kian Gwan, kemudian dibeli oleh pengusaha Cina Oei
Tiong Ham Concern. Pada tahun 1961 pemerintah RI mengambil alih semua
perusahaan Oei Tiong Ham Conceren, sedangkan kegiatan perusahaan tetap berjalan
di bawah pengawasan Menteri/Jaksa Agung RI, kemudian pada tahun 1963 perusahaan
dan pengelola atas harta kekayaan Oei Tiong Ham Conceren diserah terimakan dari
(kapasitas giling ton tebu/jam) menjadi 3.000-4.000 TDC. Pada tahun 2014 PG Krebet
Pada saat penulis melakukan praktek kerja lapangan di Pabrik Gula Krebet Baru
II bagian Fabrikasi Pabrik Tengah beberapa Staff Chemiker dan team maintenance
mendapat laporan dari operator Stasiun Penguapan mengenai salah satu permasalahan
mengenai penguapan yang tidak maksimal pada badan Evaporator Stasiun Penguapan.
Permasalahan ini menjadi serius karena akibat dari penguapan yang tidak maksimal,
Boume pada nira kental tidak bisa mencapai Standard Operating Procedure (S.O.P)
yaitu 30% - 34%. Sudah menjadi kewajiban Staff Chemiker dan team maintenance
untuk menganalisa lebih dalam permasalahan tersebut. Proses analisa bisa dilihat
ada pada Stasiun Penguapan oleh team maintenance. Sebelum melakukan analisa lebih
dari Boiler. Kebutuhan bahan pemanas pada setiap badan Evaporator tidak
cepat tidaknya uap pemanas yang tersedia. Jumlah air yang diuapkan
kotoran minyak.
kandungan air dari nira, jika hanya ini yang terjadi berarti hanya proses
fisika yang terjadi yaitu berubahnya air dari fase cair menjadi fase gas.
Tetapi ada proses lain yang tidak dikehendaki terjadi selama proses ini
bne
air diuapkan diperoleh dengan cara dihitung. Air Diuapkan = W = [ 1 - bnk ] x NE
Keterangan :
Suatu alat yang berfungsi untuk mengurangi kandungan air dalam nira
hingga didapatkan nira dengan brix (jumlah zat padat semu yang larut
VK
Badan Badan Badan Badan Badan Badan
Spesifikasi (Voor
I II III IV V VI
Kooker)
4. pjg. Pipa pemanas 2296 2296 2296 2296 2000 2000 2000
5. jml. Pipa pemanas 8300 5015 5015 5015 5687 5687 5687
7. Ø pipa nira 10 10 10 10 8 8 8
8. luas pemanas (m2) 2500 1600 1600 1600 1500 1500 1500
(Sumber: Utomo, Satriyo. Laporan Praktek Kerja Lapang III Pengawasan Dan Proses Pengolahan
4.2.2.4 Kondensor
4.2.2.7 Verkliker
Verkliker berfungsi untuk menangkap nira yang terbawa oleh uap air
(sulfur dioksida)
kalau akan ada bahan masuk atau keluar dari bejana/bagian alat
pipa uap nira BP I dibuka dan pipa amonia juga dibuka. Uni I akan
sesuai keadaan.
dan pompa air embun dimatikan. Setelah semua nira keluar dari
Berdasarkan data-data di atas dapat ditarik sebuah analisa yang dilakukan oleh
Staff Chemiker, penulis dan team maintenance PG Krebet Baru II Stasiun Penguapan,
Nira jernih atau nira encer masih terdapat kotoran meskipun dalam
jumlah kecil. Kotoran dalam nira, baik yang larut maupun yang melayang
terdiri dari zat anorganik, seperti silikat (SiO2), phosphat (P2O5), sulfat
(SO4), kalsium silida (CaO). Jenis kerak tersebut dipengaruhi oleh kecepatan
bila:
phosphate Fe(PO4)2
b. Kalsium (Ca), magnesium (Mg) phosphat dan sedikit besi (Fe) phosphat
akan mengendap.
27
c. Pengaruh suhu yang tinggi pada pipa pemanas dalam badan pertama
f. Kerak dari zat organik seperti pektin, blendok, zat-zat protein dan lipit
pengaruh suhu yang tinggi. Biasanya SiO2 yang terlarut dalam nira
bukan gula serta pengaruhnya terhadap proses yang didapat dari percobaan
sebagai berikut:
a. Apabila kadar Sulfat dalam nira encer lebih besar dari 800 mg/liter, maka
b. Apabila kadar Phospat dalam nira mentah lebih dari 450 gram / liter dan
pH nira encer diatas 8,0 atau dibawah 6,5 maka akan terjadilah kerak
c. Apabila kesadahan total dalam nira encer lebih dari 800 mg/lt maka kerak
d. Apabila nira encer merupakan campuran nira bersih dan nira dari
procedure S.O.P.
a. Menutup afsluiter nira yang akan masuk ke badan penguapan yang akan
diskrap
b. Menutup pipa uap yang masuk ke dalam badan penuapan yang akan
diskrap
encer (tap)
sulfat (MgSO4), soda abu (NaOH) di dalam badan penguapan selama ±8-
12 jam menggunakan uap bekas untuk melunakan kerak agar lebih mudah
dibersihkan
i. Setelah badan penguapan dirasa cukup bersih baru keesokan harinya badan
September 2018.
Diketahui :
NE % Tebu = 90 %
= 90 x 52.000 Kw / hari
100
1 12
Air diuapkan tiap badan = 195.000 1
5 62
= 4.680 x 12
100
= 561,6 ton/hari
= 23.400 kg/jam
𝑇𝑜𝑛 𝐵𝑟𝑖𝑥 𝑁𝐾
bn1 = x 100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑁𝑖𝑟𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 1
= 23.400
x 100
163.548,38 7
= 14,30
𝑏𝑟𝑖𝑥 𝑛𝑖𝑟𝑎 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 1+𝑏𝑟𝑖𝑥 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 1
Brix rata-rata = 2
12+14,30
= 2
= 19,15
𝑇𝑜𝑛 𝐵𝑟𝑖𝑥 𝑁𝐾
bn2 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑁𝑖𝑟𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 2 x 100
= 23.400
x 100
132.096,77 4
= 17,71
14,30+17,71
= 2
31
= 16
𝑇𝑜𝑛 𝐵𝑟𝑖𝑥 𝑁𝐾
bn3 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑁𝑖𝑟𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 3 x 100
= 23.400
x 100
100.645,16 1
= 23,25
17,71+23,25
= 2
= 20,48
𝑇𝑜𝑛 𝐵𝑟𝑖𝑥 𝑁𝐾
bn4 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑁𝑖𝑟𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 4 x 100
= 23.400
x 100
69.193,548
= 33,81
23,25+33,81
= 2
= 28,53
𝑇𝑜𝑛 𝐵𝑟𝑖𝑥 𝑁𝐾
bn5 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑁𝑖𝑟𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 5 x 100
= 23.400 x 100
37.741,935
= 62
33,81+62
= 2
= 47,90
32
2 x Brix rerata
KTD =
100 Brix rerata
2(12,68)
KTDB untuk badan I = 100−12,68
= 0,29
2(15,50)
KTDB untuk badan II = 100−15,50
= 0,36
2(19,89)
KTDB untuk badan III = 100−19,89
= 0,49
2(27,88)
KTDB untuk badan IV = 100−27,88
= 0,77
2(47,54)
KTDB untuk badan V = 100−47,54
= 1,81
33
KTD Hidrostatis
Suhu Real :
c = 0,001 (100 – brix rerata) (T pemanas – 54) kg/ m2/ oC/ Jam
Keterangan :
Perhitungan:
= 4,1
= 3,39
= 2,74
= 1,90
35
= 0,78
W
W = C x ΔT x A A= (Hugot. 1986)
C x T
Keterangan:
dari perusahaan
31.219,39
Luas Pemanas BP I = A1 = = 1819 m2
4,01 x 4,28
31.219,39
Luas Pemanas BP II = A2 = = 2161,8 m2
3,39 x 4,26
31.219,39
Luas Pemanas BP III = A3 = = 1892 m2
2,74 x 6,02
31.219,39
Luas Pemanas BP IV = A4 = = 2162 m2
1,90 x 7,6
31.219,39
Luas Pemanas BP V = A5 = = 3495,6 m2
0,78 x 11,45
4.2.10 Pengawasan operasional
Proses penguapan adalah proses transfer panas atau perpindahan panas
dari uap pemanas ke nira. Proses ini akan melewati beberapa lapisan yang
36
dari badan akhir sekitar 60–65 brix, kecepatan penguapan tinggi dan
badan akhir penguapan dan juga untuk membuat tekanan udara di dalam
badan penguapan menjadi hampa. Tipe pesawat yang digunakan adalah jet
dan uap niranya tertarik dan bercampur dengan semprotan tadi. Kondensor
berprinsip pada azzas watt, yaitu adanya perbedaan tekanan sehingga terjadi
37
aliran udara dari ruang yang bertekanan tinggi menuju ke ruang yang
bertekanan rendah.
sedemikian rupa, sehingga jatuhnya air dapat melawan tekanan udara luar,
1 atm = 76 cmHg
dibuat lebih dari 11 meter. Dan ujung pipa air jatuhan harus selalu terendam
air.
Spesifikasi :
Diameter : 2500 mm
Tinggi : 2091 mm
4.2.12 Kebutuhan Air Injeksi dengan Suhu Air Jatuhan 45 ºC dan Suhu Air
Injeksi 30 ºC
Kebutuhan air injeksi dapat diperhitungkan dengan rumus :
Keterangan :
Tu = Suhu uap
NE % Tebu = 90 %
607 0,3 ( tu - ta )
W = kg air/kg uap
ta - ti
39
NE = 5.200 x 90 %
= 4.680 ton/hari
bne
W = NE x 1
bnk
12
= 4680 x 1
62
= 3.774,19 ton/hari
= 3.774,1
5
menjadi air embun dalam ruang pemanas, uap yang mengembun tersebut
dan mencegah terjadinya water slug. Air embun dari evaporator badan 1, 2
dan badan 3 bila tidak tercemar (tidak mengandung gula) dan pH netral
dikirim ke tangki air pengisi ketel, dan untuk badan 4 dan 5 dikirim ke peti
41
untuk menangkap partikel nira yang terikut oleh uap, cara kerja operasi
pengembunan adalah:
dioperasikan.
uap nira kontak dengan air injeksi dan terjadi kondensasi, setelah
vacuum.
4) Ph air kejatuhan
42
pertukaran panas akan sempurna bila kontak uap dan air sempurna, kontak
ditentukan oleh jumlah dan jarak antara sekat dalam bejana kondensor.
Selain itu pompa harus mampu menghisap sejumlah udara yang tidak
terembunkan yang juga ditentukan oleh jumlah dan suhu air injeksi.
tangki receiver, air embun dianalisa pH dan test dengan scarblom test.
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis berikan selama kegiatan PKL berikut :
Untuk proses sekarang ini sistem evaporasi yang digunakan adalah Quintiple
effect adalah satu evaporator lain yang digunakan sebagai cadangan. Nira encer
dari tangki nira jernih dipompa ke pre evaporator dengan menggunakan uap
bekas dengan suhu 120ᴼC dan tekanan 1kg/cm2sebagai bahan bakar. Selanjutnya,
feed (nira encer) dimasukkan melalui bagian bawah evaporator dan mengalir ke
pemanasan oleh steam (uap bekas) hingga nira mendidih. Steam masuk bagian
bawah tromol dan melewati sela-sela tabung sehingga terjadi perpindahan panas
dari pemanas ke nira. Akibatnya sebagian dari kandungan air dari nira akan
teruapkan. Uap bekas dari pre evaporator di bleeding ke stasiun masakan dan
(menurun suhunya) menjadi air kondensat. Nira keluar dari bagian bawah pipa
tekanan antara 0,9 cmHg dan menggunakan uap bekas dari ketel (ablash)
sebagai bahan bakar, selanjutnya uap nira dari badan I ini dialirkan ke badan II
yang menggunakan suhu 100,16ᴼC dan tekanan 0,5 cmHg. Uap nira dari badan
II sebagai pemanas untuk badan III dan air kondensatnya untuk mengisi ketel.
44
Nira dipanaskan dalam badan III pada suhu 99,89ᴼC dan tekanan vacum -5 cmHg
sedangkan uap nira dari badan III digunakan sebagai pemanas pada badan IV dan
apabila tidak mengandung gula tetap sebagai air pengisi ketel. Nira dipanaskan
Jumlah air diuapkan ditentukan oleh jumlah panas dari uap ke nira
pipa gas tak terembunkan akan menurunkan koefisien perpindahan panas yang
menghambat penjalaran panas ke dalam nira, terbentuk lapisan film air, kotoran
minyak.
kandungan air dari nira, jika hanya ini yang terjadi berarti hanya proses fisika
yang terjadi yaitu berubahnya air dari fase cair menjadi fase gas.
3. Berdasarkan temuan pada saat penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan di PT.
panas ke dalam nira. Hasil analisa dan pemeriksaan Staff Chemiker dan Team
Maintenance timbulnya kerak pada pipa – pipa pemanas berasal dari zat
anorganik, seperti Silikat (SiO2), Phosphat (P2O5), Sulfat (SO4), CaO. Jenis kerak
penguapan semakin kecil pula penggerakan itu terjadi atau sebaliknya. Dalam
nira jernih atau nira encer masih terdapat kotoran meskipun dalam jumlah kecil.
Kotoran dalam nira, baik yang larut maupun yang melayang dapat menyebabkan
5.2 Saran
5.2.1 Saran bagi perusahaan PT.PG Krebet Baru II
Dalam hal ini penulis memberikan berupa saran yang meliputi hal seperti:
Penguapan.
baik.
kegiatan PKL.
karakter yang berbeda beda sehingga kita harus mengikuti iklim kerja
kegiatan PKL.
47
DAFTAR PUSTAKA