Anda di halaman 1dari 36

BAHAN PEMBAHASAN PADA RDPU KOMISI X DPR RI

DENGAN ASOSIASI DOSEN INDONESIA

Gedung Nusantara I Ruang Sidang Komisi X DPR RI


Senin, 19 Maret 2018
Dasar Hukum
Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945
Undang-Undang
• 12 Tahun 2012: Pendidikan Tinggi dan Penjelasan
• 14 Tahun 2005: Guru dan Dosen
• 20 Tahun 2003: Sistem Pendidikan Nasional
• 18 Tahun 2002: Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
3. Peraturan Pemerintah
• 13 Tahun 2015 : Perubahan Kedua atas PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
• Perubahan pertama PP no.32 Tahun 2013
• 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi
• 41 Tahun 2009: tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan khusus guru dan dosen, serta tunjangan
kehormatan Profesor. Pedoman pelaksanaa Permenkeu no.164/PMK.05/2010: Tata Cara pembayaran
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta tunjangan kehormatan
professor
• 37 Tahun 2009: Dosen
• 20 Tahun 2005: Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh
Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan
• 19 Tahun 2005: Standar Nasional Pendidikan
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia
9 Tahun 2001: Tunjangan Dosen
Lanjutan dasar hukum
 Peraturan Presiden Republik Indonesia

 10 Tahun 2016: Dosen Dan Tenaga Kependidikan Pada PTN Baru

 65 Tahun 2007: Tunjangan Dosen

 6. Keputusan Menteri Ristek dan Dikti

 Kepmen no. 492.1/M/Kp/VIII/2015 tentang Klasifikasi dan Pemeringkatan PT di Indonesia Tahun 2015,

 053 Tahun 2012 : Perguruan Tinggi Penilai Sertifikasi Pendidik Untuk Dosen

 126/P/2010: Penetapan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)

 129a/U/2004: Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan

 045/U/2002: Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi

 004/U/2002: Akreditasi Program Studi pada Perguruan Tinggi

 234/U/2000: Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi bersama lampirannya

 339/U/1994: Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Perguruan Tinggi Swasta

 Instruksi Menteri Ristek dan Dikti

 0293/MPK.A/PR/2014: Pelaksanaan Instruksi Mendiknas 2 Tahun 2011 tentang kegiatan pengelolaan data pendidikan.

 1 Tahun 2013 IM: Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar Pelayanan

 2 Tahun 2011: Pengelolaan Data Pendidikan


Lanjutan dasar hukum
 Peraturan Menteri Ristek dan Dikti
 Permenristekdikti no. 20 Tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan
Kehormatan Profesor (membatalkan Permendikbud no. 78 tahun 2013 jo no. 89 tahun 2013)
 Permenristekdikti no. 19 Tahun 2017 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian PTN
 Permenristekdikti no. 1 Tahun 2017 tentang Pembukaan, Perubahan, dan Penutupan Prodi di
Luar Kampus Utama Perguruan Tinggi (PSDKU), membatalkan Permendikbud no.20 Tahun 2011
 Permenristekdikti no. 100 Tahun 2016 tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran PTN, dan
Pendirian, Perubahan, Pencabutan Ijin PTS
 Permenristekdikti no. 65 Tahun 2016 tentang gelar Doktor Kehormatan
 Permenristekdikti no. 62 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
 Permenristekdikti No. 32 Tahun 2016 tentang Akreditasi Prodi dan Perguruan Tinggi (Menghapus
Permenristekdikti no. 87 Tahun 2014)
 Permenristek & Dikti no. 44 Tahun 2015 tentang Standard Nasional Pendidikan Tinggi,
 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional
Dosen
 87 Tahun 2014 tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi
 50 Tahun 2014 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
 17 Tahun 2014 tentang Pendirian Perguruan Tinggi Negeri
Lanjutan dasar hukum
 14 Tahun 2014 tentang Kerja Sama Perguruan Tinggi (membatalkan Permendikbud no.26 Tahun 2007)
 96 Tahun 2013: Badan Standar Nasional Pendidikan
 89 Tahun 2013: Perubahan atas Permendikbud no. 78 Tahun 2013 tentang Pemberian Tunjangan Profesi dan Tunjangan
Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor
 88 Tahun 2013: Pengangkatan Dosen Tidak Tetap dalam Jabatan Akademik pada Perguruan Tinggi Negeri
 46 Tahun 2013 : Permenpan & RB tentang Perubahan atas 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional dosen
 21 Tahun 2013 : Pemberian Gelar Doktor Kehormatan
 17 Tahun 2013: Permenpan & RB tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya
 37 tahun 2012: Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
 33 tahun 2012: Pengangkatan Dan Pemberhentian Rektor/Ketua/Direktur Pada Perguruan Tinggi Yang Diselenggarakan
Oleh Pemerintah
 Permenkeu 164/PMK.05/2010 tentang Tata cara pembayaran tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan khusus guru
dan dosen, serta tunjangan kehormatan profesor
 63 Tahun 2009: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
 47 Tahun 2009: Sertifikasi Pendidik Untuk Dosen
 46 Tahun 2009: Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
 19 Tahun 2009: Penyaluran Tunjangan Kehormatan Profesor
 Peraturan Menteri Keuangan No. 164/PMK.05/2010 tentang tata cara pembayaran tunjangan profesi guru
dan dosen, tunjangan khusus guru dan dosen serta tunjangan kehormatan profesor
PEMBAHASAN I
TUGAS DAN FUNGSI DOSEN DALAM
MEMAJUKAN PENDIDIKAN TINGGI
oleh : Prof. Dr. Armai Arief, MA
I. Pendidikan dan Pengajaran
1. Pasal 5 UU No.14 tahun 2005 : “Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 1 berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni serta pengabdian kepada masyarakat untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
 Usulan revisi : “Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 ayat 1 berfungsi untuk meningkatkan martabat dan
peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni serta pengabdian kepada masyarakat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional.
Lanjutan
Pendidikan dan Pengajaran

2. Permenristekdikti No. 20 tahun 2017


Pasal 1 berbunyi:
“Dosen adalah pendidik Profesional dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan IPTEK
melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat”

Usulan :
“Dosen adalah pendidik Profesional dengan tugas utama mencerdaskan
kehidupan bangsa, mengembangkan, dan menyebarluaskan IPTEK melalui
pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat”
Lanjutan
Pendidikan dan Pengajaran
3. Permenristekdikti No.44 tahun 2015 (pasal 29) : “Dosen
tetap merupakan dosen berstatus sebagai pendidik tetap
pada satu perguruan tinggi dan tidak menjadi pegawai
tetap pada satuan kerja atau satuan pendidikan lain”
 Usulan Revisi : “Dosen tetap merupakan dosen berstatus
sebagai pendidik tetap pada satu perguruan tinggi dan
boleh menjadi pegawai tetap pada satuan kerja atau
satuan pendidikan lain maksimum 3 (tiga) tempat”
II. PENELITIAN

Pada Permenristekdikti No 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional


Perguruan Tinggi pasal 44 tentang hasil penelitian “hasil penelitian
yang tidak bersifat rahasia atau tidak membahayakan kepentingan
nasional, wajib disebarluaskan dengan cara :
1. Di seminarkan
2. Dipublikasikan
3. Dipatenkan

Usulan
1. Seminar dan paten agar punya nilai dan penghargaan yang sama dengan
publikasi ilmiah (Nilai KUM dan Beban Kerja Dosen)
2. Agar memfasilitasi Profesor dengan dana penelitian, setiap tahunnya
untuk meneliti dan sekaligus menulis jurnal internasional, tidak harus
dengan scheme Hibah Bersaing.
3. Standar penelitian jangan hanya pada ilmu pengetahuan namun sampai
kepada penerapan dalam kehidupan masyarakat
4. Adanya alokasi dana yang memadai
Usulan
 Adapun beberapa hal yang menjadi pertimbangan berkaitan dengan kewajian
menulis jurnal nasional terakreditasi, atau jurnal internasional dan atau jurnal
internasional Bereputasi, Pada Permen Kemenristekdikti No. 20 tahun 2017:
 Keterbatasan jurnal nasional terakreditasi;
 Pemerintah perlu memperbanyak jurnal nasional terakreditasi ;
 Pemerintah perlu mnyiapkan/mendorong jurnal nasioanal /yang sudah OJS
menjadi jurnal internasional, sampai pada level terindex Scopus atau Thomson
reuter dan setara.
 Secara Umum Asosiasi Dosen Indonesia SANGAT MENDUKUNG Program Pemerintah
dalam meningkatkan kualitas Perguruan Tinggi dan Dosen bahkan sampai pada
tingkat Global Competitiveness
 Namun Jika pemerintah belum siap dengan media dan fasilitas tersebut maka
Kewajiban tersebut agar DITUNDA pemberlakuannya, sampai seluruh fasilitas
dan media siap diimplementasikan.
III. PENGABDIAN MASYARAKAT

Permenristek No. 44 tahun 2015 Pasal 55


“ Hasil Pengabdian kepada masayarakat adalah penyelesaian masalah yang
dihadapi masayrakat”

Usulan
1. Adanya alokasi dana pengabdian masyarakat yang memadai
2. Ada penghargaan yang lebih (Nilai KUM) kepada dosen yang melakukan
pengabdian masyarakat
PEMBAHASAN II
KEBIJAKAN KEMENRISTEK DIKTI
TERKAIT HAK DAN KEWAJIBAN DOSEN
oleh : Prof. Djoko Wintoro, Ph.D

1. Kebijakan Masa Depan Menristekdikti terkait hak dan kewajiban dosen haruslah berlandaskan
semangat “Kolaborasi antara Kemenristekdikti dengan Dosen Indonesia” dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa.

2. Kebijakan Masa Depan Menristekdikti terkait hak dan kewajiban dosen harus lah memuat ketentuan
perubahan peran Kemenristekdikti yaitu::
(a) perubahan peran Kemenristekdikti sebagai “Pusat Pengaturan Teknis Hak dan Kewajiban Dosen”
menjadi peran Kemenristekdikti sebagai:
• Pusat Pengembangan Dosen Indonesia sebagai Modal mencerdaskan kehidupan bangsa”
• Pusat Inovasi Dosen Indonesia ke Pendidikan Tinggi Indonesia 4.0”
• Pusat Perlindungan Hak dan Kewajiban Dosen Berkarya di Pendidikan Tinggi”
PEMBAHASAN II
KEBIJAKAN KEMENRISTEK DIKTI
TERKAIT HAK DAN KEWAJIBAN DOSEN
oleh : Prof. Dr. Djoko Wintoro
3. Kebijakan Masa Depan Menristekdikti menjawab kebutuhan pembangunan Indonesia:
ekonomi, teknologi, produktifitas, disiplin, dan karakter bangsa Indonesia yang
mengedepankan semboyan Bhinneka Tunggal Ika

4. Kebijakan Masa Depan Menristekdikti harus ada perubahan peran Kemenristekdikti


menjadi sebagai “Pusat Pemecahan Masalah Terkait Hak dan Kewajiban Dosen”

Masalah Lama Terkait Hak dan Kewajiban Dosen antara lain:


a. Hak Dosen atas kesejahteraan (Tunjangan Hari Tua), pengembangan studi lanjut,
memeperoleh NIDN/NIDK, kenaikan jabtan akademik dan pangkat dosen,
pengembangan kompetensi pembelajaran, akses pengetahuan, melakukan inovasi proses
dan output pembelajaran
b. Kewajiban Dosen atas beban kerja dosen, melaksanakan dalam satu periode Pendidikan,
Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat
Contoh Masalah Lama Terkait Hak Dosen dan Kewajiban Dosen yang perlu
mendapat perhatian pemecahan dengan Kebijakan Baru Menristekdikti

1. Permenristekdikti No 20 Tahun 2017 – Pasal 5


Tunjangan Profesi bagi Dosen dihentikan apabila (a) menduduki jabatan structural, … dst

Usulan:
Tunjangan profesi bagi dosen tetap diberikan walapun menduduki jabatan structural apabaila
Dosen tersebut masih memilki NIDN dan menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi

2. Permenristekdikti No Tahun 2017 – Pasl 3


Tunjangan profesi diberikan kepada Dosen apabila memenuhi persyaratan….. Melaksanakan
Tridharma Perguruan Tinggi dengan beban kerja paling sedikit sepadan dengan 12 SKS dan
paling banyak sepada dengan 16 SKS pada setiap semester…..

Usulan
Menristekdikti sebaiknya tidak perlu ikut mengatur secara teknis beban kerja Dosen dan
didelegasikan pengaturan kepada Perguruan Tinggi dan Dosen dengan alasan:
(a) Menristekdikti sudah mendefinisikan Dosen sebagai Dosen adalah pendidik Profesional – (Pasal 1)
(b) Dosen dapat menjaga keseimbangan antara peran profesionalnya dann kepenetingan
di Perguruna Tingginya
Contoh Masalah Lama Terkait Hak Dosen dan Kewajiban Dosen yang perlu
mendapat perhatian pemecahan dengan Kebijakan Baru Menristekdikti

3. Permenristekdikti No.26 tahun 2015 – Pasal 3 dan 4


Pasal 3 – NIDN diberikan kepada Dosen Tetap setelah memenuhi persyaratan yang diatur
dalam pasal 4 – dalam prakteknya diberikan lagi tambahan persyaratan seperti tes kesehatan
jiwa dan tes bebas narkoba

Usulan:
Untuk menghilangkan persyaratan tambahan yang bertentangan dengan Pasal 4 tersebut
yaitu Perguruan Tinggi bertanggungjawab atas pengajuan Dosennya untuk memperoleh NIDN
telah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
.
Contoh Masalah Lama Terkait Hak Dosen dan Kewajiban Dosen yang perlu
mendapat perhatian pemecahan dengan Kebijakan Baru Menristekdikti

4. Permendiknas No 47 Tahun 2009 – Pasal 2 dan 3

Sertifikasi Dosen diikuti oleh Dosen yang telah memiliki (a) kualifikasi akademik paling rendah
program Magister (S2) atau setara……. Dst. Dalam prakteknya Dosen diminta untuk mengikuti
tes Bahasa Inggris dan Potensi Akademik

Usulan
Untuk menghilangkan persyaratan tambahan diluar pasal 2 dan 3 tersebut dengan alasan:
(a) tes potensi akademik sudah dapat dilihat dari kualifikasi akademik Dosen
(b) tes Bahasa Inggris sudah diwakili dari kualifikasi akademik Dosen
(c) perguruan tinggi bertanggungjawab atas pengajuan Dosen untuk memperoleh SERDOS
SERTIFIKASI DAN TUNJANGAN DOSEN

 Adapun beberapa hal yang perlu dikaji kembali pada Permen Kemenristekdikti No.
20 tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan
Kehormatan yang diundangkan pada tanggal 27 Januari 2017 melalui Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 173 adalah sebagai berikut:

Perihal Tunjangan Dosen dan Profesor

 Hakikat makna diundangkan suatu peraturan perundang-undangan, maka peraturan


perundang-undangan tersebut mempunyai kekuatan mengikat. Meskipun penerapan
peraturan ini baru dilakukan pada bulan November 2017, ada beberapa pasal dalam
Peraturan Menteri tersebut patut untuk dicermati dari aspek hukum, sehingga
peraturan ini benar-benar “proporsional” dan “berkeadilan”. Berikut dikemukakan
beberapa pasal yang relevan untuk dibahas, yakni Pasal 2, 3, 4 dan 5 bagi dosen
berjabatan akademik Lektor Kepala.
Pasal 2 :
Tunjangan profesi diberikan kepada Dosen yang memiliki jabatan akademik Asisten
Ahli, Lektor, Lektor Kepala, dan Profesor.
Lanjutan
SERTIFIKASI DAN TUNJANGAN DOSEN
 Pasal 4 :
(1) Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi ilmiah di Indonesia, bagi
dosen yang memiliki jabatan akademik Lektor Kepala harus menghasilkan :
 paling sedikit 3 (tiga) karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional terakreditasi; atau
 paling sedikit 1 (satu) karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal internasional,
dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun.
(2) Selain menghasilkan karya ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dosen yang memiliki
jabatan akademik Lektor Kepala harus menghasilkan :
a. buku atau paten; atau
b. karya senimonumental/ desain monumental, dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun.
(3) Karya seni monumental/desain monumental sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
harus diakui oleh peer review nasional dan disahkan oleh senat perguruan tinggi.
(4) Ketentuan mengenai kriteria karya ilmiah dan karya seni monumental/ desain
monumental sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam
Lanjutan
SERTIFIKASI DAN TUNJANGAN DOSEN
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan Peraturan Menteri ini.

 Pasal 5 :
(1) Tunjangan profesi bagi Dosen dihentikan sementara apabila:
 menduduki jabatan struktural;
 diangkat sebagai pejabat negara; dan/ atau
 tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4
khusus bagi Lektor Kepala.
(2) Tunjangan profesi Dosen yang dihentikan sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dan huruf b dibayarkan kembali setelah aktif sebagai Dosen pada
perguruan tinggi.
(3) Tunjangan profesi Dosen yang dihentikan sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dibayarkan kembali mulai tahun berikutnya setelah memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 dan Pasal 4 khusus untuk Lektor Kepala.
Paparan norma Peraturan Menteri yang telah dikemukakan tersebut di atas,
telah menimbulkan diskriminasi terhadap dosen yang telah tersertifikasi
(memiliki sertifikat pendidik) dan berhak menerima tunjangan profesi antara
Dosen yang berjabatan akademik Asisten Ahli dan Lektor dengan dosen yang
berjabatan akademik Lektor Kepala. Dosen yang telah memiliki sertifikat
pendidik diberi tunjangan profesi yang besarnya ditentukan satu kali gaji
pokok dari dosen yang bersangkutan.

Persyaratan untuk menerima tunjangan profesi dosen dinyatakan secara tegas


dalam Pasal 8 PP No. 37 Tahun 2009 tentang Dosen :
(1)Tunjangan profesi diberikan kepada dosen yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. memiliki sertifikat pendidik yang telah diberi nomor registrasi dosen oleh
2. Departemen;
3. melaksanakan tridharma perguruan tinggi dengan beban kerja paling sedikit
4. sepadan dengan 12 (dua belas) SKS dan paling banyak 16 (enam belas) SKS pada
5. setiap semester sesuai dengan kualifikasi akademiknya dengan ketentuan:
6. beban kerja pendidikan dan penelitian paling sedikit sepadan dengan 9 (sembilan) SKS
yang dilaksanakan di perguruan tinggi yang bersangkutan;
Pada sisi lain Pasal 3 ayat (1) PP No. 41/2009 tentang Tunjangan
Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen dan
Tunjangan Kehormatan Profesor menyatakan “Guru dan dosen
yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan diberi tunjangan profesi setiap bulan”.

Uraian norma PP No. 37/2009 tentang Dosen telah menetapkan


secara tegas persyaratan dalam pemberian tunjangan profesi,
tidak ada persyaratan tambahan sebagaimana dimaksud Pasal 4
Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi No. 20
tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan
Tunjangan Kehormatan. Oleh karena itu materi muatan Pasal 4
Peraturan Menteri tersebut telah melampaui materi muatan dari
Peraturan Pemerintah sebagai peraturan yang lebih tinggi.
 Jika sekiranya ditelusuri Peraturan Menteri tersebut dimaksud untuk
melaksanakan PP No. 41/2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen,
Tunjangan Khusus Guru dan Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor,
maka ketidaktepatan memaknai maksud pasal 3 ayat (1) PP No. 41/2009
yang menyebutkan “...persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan...”, sehingga Menteri mengaturnya, justru dinilai
peraturan peundang-undangan seperti PP No. 37 Tahun 2005 adalah lebih
tinggi dari Peraturan Menteri.

 Ketidakkonsistenan dari Peraturan Menteri No. 20/2017 terkait dengan


pemberian tunjangan profesi semakin jelas, yakni Asisten Ahli dan Lektor
tanpa keharusan persya atan menerima tunjangan profesi, Lektor Kepala
tidak memenuhi keharusan persyaratan tidak menerima tunjangan profesi,
Profesor tidak memenuhi persyaratan menerima tunjangan profesi tetapi
tidak menerima tunjangan kehormatan. Dengan demikian, makna “pemberian
tunjangan profesi” bagi dosen Asisten Ahli, Lektor dan Profesor tanpa syarat
keharusan, sedangkan dosen Lektor Kepala bisa menerima dengan syarat
keharusan. Tidak ada hubungan “kualitas dosen terkait dengan karya ilmiah
dipublikasikan atau buku” dengan diberi atau tidak tunjangan profesi dosen
Tunjangan profesi dijelmakan karena dosen telah
tersertifikasi (telah memiliki sertifikat pendidikan)
merupakan bukti bahwa layak memangku tugas
keporfesionalannya. Oleh karena itu peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, yakni UU No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah memberikan
jaminan kapastian hukum menerima haknya dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya, antara lain
tunjangan fungsional, tunjangan sertifikasi, tunjangan
kehormatan dan tunjangan khusus
Usulan :
Tambahan tunjangan hari tua, tunjangan rumah,
tunjangan kesehatan dan tunjangan pemerintah daerah
Berdasarkan uarian telah dikemukakan, setidak-tidaknya ada
beberapa hal untuk disimpulkan :
 Hakikat tunjangan profesi yang diatur dalam UU dan PP tidak mengatur
persyaratan tambahan sebagaimana dimaksud Peraturan Menteri No. 20 Tahun
2017. Materi Pasal 4 Peraturan Menteri No. 20 Tahun 2017 keharusan
menghasilkan karya ilmiah terpublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi
dan menghasikan buku dan/atau paten melampaui materi muatan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi;
 Kewajiban karya tulis yang dipublikasikan dan/atau buku atau paten telah
diakomodir dalam persyaratan kenaikan pangkat dan jabatan dosen, sehingga
manfaat dari pemenuhan norma tersebut sudah dilalui dalam jelmaan naik
pangkat/jabatan;
 Jika “tujuan mulia yang hendak dihubungkan kualitas dosen atas karya
tulisnya”, maka materi hal itu seyogiyanya dijelmakan dalam sosok
penghasilan lain berupa maslahat tambahan, bukan “tunjangan profesi untuk
sementara dihentikan”.

Dari point tersebut diatas, Asosiasi Dosen Indonesia mengusulkan agar


Peraturan Menteri No. 20 Tahun 2017 DI TUNDA
Sertifikasi

 Pada PP No. 37 tahun 2009 tentang dosen. Pada Bab II dijelaskan tentang
sertifikasi dosen pada pasal 4
(3) Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
penilaian pengalaman akademik dan profesional dengan menggunakan
portofolio dosen.
(4) Penilaian portofolio dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
untuk menentukan pengakuan atas kemampuan profesional dosen, dalam
bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan:
 kualifikasi akademik dan unjuk kerja tridharma perguruan tinggi;
 persepsi dari atasan, sejawat, mahasiswa dan diri sendiri tentang kepemilikan
kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian; dan
 pernyataan diri tentang kontribusi dosen yang bersangkutan dalam pelaksanaan
dan pengembangan tridharma perguruan tinggi
 Dalam implementasinya, dosen yang ingin mendapatkan NIDN, NIDK
atau sertifikasi diharuskan melakukan tes kesehatan dan bebas
narkoba serta WAJIB melampirkan lulus toefl sebagai syarat
administrasi, hal ini menjadi point tambahan dengan tidak mengacu
pada point (a,b,c) pada pasal 4 PP No. 37 tahun 2009. Selain itu
penambahan syarat tersebut membutuhkan biaya tambahan yang
dibebankan kepada masing-masing dosen.

 Dari data Dikti, tercatat sekitar 54 persen dari total jumlah dosen
280.000 belum tersertifikasi. Di PT negeri, dosen yang belum
disertifikasi sekitar 21 persen, sedangkan di PT swasta berkisar 62-
92 persen. Untuk mengatasi kekurangan dosen saat ini maka Dosen
seharusnya dapat melakukan multi homebase
PEMBAHASAN III
CAPAIAN DAN PERMASALAHAN DOSEN
oleh : Prof. Dr. Sylviana Murni
 Asosiasi Profesi
“organisasi profesi adalah jabatan profesi bukan jabatan keilmuan (konsorsium
keilmuan)
 Absensi (permen kehadiran dosen)
Kehadiran dosen disamakan dengan kehadiran karyawan
 Pengembangan Kompetensi Pedagogik Dosen
Usulan Dosen-dosen yang non kependidikan agar memiliki akta 5
 Studi lanjut
 Linieritas keIlmuan
 Jabaran akademik tertinggi cukup dengan istilah profesor tidak perlu lagi pakai istilah
guru besar
 Dosen Honorer/Dosen Kontrak/Dosen Tidak Tetap
PEMBAHASAN IV
MASUKAN DAN USULAN UNTUK PENDIDIKAN
TINGGI
oleh : Prof. Dr. Mts Arief
 Masih banyaknya dosen yang belum tersertifikasi. Kuota perlu terus ditambah
 Persyaratan Kualifukasi Dosen dalam.pembukaan Prodi S3..;Khususnya wajib
mempunyai 2 Profesor tetap dari PT perlu ditinjau kembali. Misalnya wajib mempunyai
1 Profesor yang lain bisa resource Sharing dari PT lain. Ini terkait kurangnya jumlah
dosen Bergelar S3 dan Profesor.
 Berkaitan kekurangan Profesor, perlu diberikan kesempatan Profesor untuk mempunyai
lebih dari 1 home base, dngan tetap memperhatikan Jumlah Sks yang di emban.
 Perlu kejelasan aturan tentang PJJ dan kaitannya dengan Rasio dosen. Harusnya
dibedakan dengan kuliah On site.
 Dicabutnya moratorium untuk pendirian Prodi S2 dan S3 terkait dengan masih belum
terpenuhinya pemenuhan dosen minimal bergelar S2, sementara untuk pendirian
Program S2 dosen harus S3, dan syarat Profesor harus bergelar S3.
 Arah Pengembangan Dosen dalam menunjang keberadaan
perguruan tinggi di Indonesia
 Akreditasi
 Kerjasama dosen dengan dunia Industri
 Penggunaan dosen asing dalam Pendirian Perguruan tinggi
di Indonesia
 Standar Pemeringkatan Perguruan Tinggi oleh
Menristekdikti
 Mamacu dosen dalam ber Inovasi seperti : program studi,
sistem pembelajaran, output lulusan
AKREDITASI
Dari data Dikti tanggal 22 Januari 2017 tercatat hanya 895 PTN&PTS yang sudah
terakreditasi dan hanya 49 perguruan Tinggi saja yang nilainya “A” dari total
keseluruhan Perguruan Tinggi 4.350. Hal ini menjadi koreksi kita bersama untuk
saling melakukan pembenahan. Kami menganggap salah satu solusi dalam proses
akreditasi tersebut adalah usulan perbaikan Permenristekdikti No. 32 tahun 2016
tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi.

Pada Bab II tentang kebijakan akreditasi memuat tentang (a) status akreditasi –
pasal 3 ayat 3 dan (b) peringkat terakreditasi program studi – pasal 3 dan 4
Pasal 3 ayat 4 Permenristekdikti No. 32 tahun 2016
Status akreditasi dinyatakan dengan status sebagaimana dimaksud.....
Terdiri atas :
 terakreditasi dan
 tidak terakreditasi
AKREDITASI

Usulan penambahan ayat-ayat dalam pasal 3 tersebut yaitu:


 Ayat 7...yang memuat ketentuan sejelas-jelasnya hal-hal penting yang menjadi hak
bagi yang memperoleh status terakreditasi dan ketentuan tentang larangan bagi
yang berstatus tidak terakreditasi
Usulan ini dikarenakan ada kasus kekisruhan yang melibatkan masa berlaku
kadaluwarsa status dan peringkat akreditasi program studi dengan ijazah
yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi – yaitu ada logika linear jika status
akreditasi masa berlaku kadaluwarsa maka ijazah tidak berlaku.

Padahal pengeluaran ijazah sudah diatur dalam Permendikbud No.81 tahun


2014, yaitu : Pasal 2 ayat (1) : penerbitan ijazah bertujuan memberikan bukti
tertulis tentang capaian pembelajaran Pasal 9 ayat (1) :
Ijazah...........diterbitkan oleh Perguruan Tinggi
AKREDITASI
Ayat 8..........yang memuat boleh tidaknya (pilihhan) atau wajib (kewajiban) mencantumkan
akreditasi dalam ijazah

Usulan ini dikarenakan hal-hal penting yang harus dimuat dalam ijazah sudah diatur
dalam pasal 5 ayat 2 Permendikbud No. 81 tahun 2014
Pasal 3 ayat 4 Permenristeksikti No. 32 tahun 2016
Peringkat terakreditasi program studi dan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud
terdiri atas:
 Terakreditasi baik
 Terakreditasi baik sekali
 Terakreditasi unggul
Usulan tambahan ayat dalam pasal 3
Yang memuat tentang tambahan hak-hak penting atau tambahan hak-hak istimewa bagi
yang memperoleh peringkat akreditasi unggul....
Tambahan hak-hak penting tersebut sebagai penghargaan bagi
mereka yng memproleh peringkat akreditasi unggul. Dengan
demikian akan ada kebanggaan memproleh akreditasi unggul
dan sebagai motivasi bagi yang lain untuk mengejar akreditasi
unggul

Dengan tambahan ayat tersebut maka pasal 3 dari


Permenristekdikti No. 32 tahun 2-16 tentang kebijakan
akreditasi menjadi semangkin jelas
AKREDITASI

Dalam Bab II pasal 6 ayat (1) dari permenristekdikti No. 32 tahun 2016 memuat
masa berlaku status akreditasi
Pasal6 ayat (1)
Masa berlaku status akreditasi dan peringkat terakreditasi program studi dan/atau
perguruan tinggi adalah 5 (lima) tahun

Usulan perubahan masa berlaku..........


Masa berlaku status akreditasi dan peringkat terakreditasi dibedakan menurut
peringkat akreditasi, yaitu:
 Terakreditasi baik, masa berlakunya 5 tahun
 Terakreditasi sangat baik masa berlakunya 8 tahun
 Terakreditasi unggul masa berlakunya 10 tahun
Alasan usulan masa berlaku status dan
peringkat terakreditasi untuk dibedakan
mengingat ada perbedaan yang signifikan
upaya untuk mencapai status akreditasi dan
pringkat terakreditasi. Alasan lainya dengan
mempertimbangkan bahwa pergantian
pimpinan struktural di perguruan tinggi tiap
4 tahun.
AKREDITASI

Dalam Bab II pasal 7 ayat (1) s.d (5) Permenristekdikti No. 32 tahun 2016
memuat tentang instrumen akreditasi
Pasal 7 ayat (2) – instrumen akreditasi sebagaimana...terdiri atas:
a. Instrumen akreditasi untuk program studi, dan
b. Instrumen akreditasi untuk Perguruan Tinggi

Usulan tambahan ayat yang memuat ketentuan tentang re-akreditasi dan


penggunaan instrumen re-akreditasi
 Perlu tambahan ayat yang memuat ketentuan dan prosedur re-akreditasi bagi
program studi dan perguruan tinggi bagi yang masa berlakunya akan berakhir
 Perlu tambahan ayat yang memuat ketentuan tentang penggunaan instrumen
re-akreditasi (instrumen yang berbeda dari instrumen akreditasi) bagi mereka
yang akan mengajukan re-akreditasi program studi dan/atau perguruan tinggi

Anda mungkin juga menyukai