4. Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala) : dilakukan hanya jika ada indikasi
keterlibatan sistem saraf pusat.
Tata Laksana Pertahankan ABC dan monitoring tanda vital
Berikan O2 nasal kanul.
Pasang IV line dan ambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium
Medikamentosa :
1. Antipiretik : Parasetamol 10-15 mg /kgBB oral atau drip diberikan
setiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Ibuprofen 5 -10 mg/kgBB
diberikan 3-4 kali sehari.
2. Anti kejang akut :
a. Pada saat di rumah dapat diberikan diazepam rektal 0,3 - 0,5
mg/kg (berat badan < 12 kg = 5 mg; sedangkan bila berat
badan > 12 kg =10 mg), dosis maksimal adalah 10 mg / dosis.
Maksimal dapat diberikan 2 kali dengan interval 5 menit.
b. Bila saat tiba di rumah sakit pasien kejang kembali dan belum
terpasang akses intravena, dapat diberikan diazepam rektal
1 kali dengan dosis yang sama. Segera lakukan pemasangan
akses intravena. Bila masih kejang berikan diazepam 0,2-0,5
mg/kgbb secara intravena (kecepatan 2 mg/menit), dapat
diberikan 2-3 kali.
c. Bila masih kejang, berikan fenitoin 20 mg/kg intravena
dengan pengenceran setiap 10 mg fenitoin diencerkan
dengan 1 mL NaCl 0,9 % dan diberikan dengan kecepatan 50
mg/menit. Dosis maksimal adalah 1000 mg fenitoin.
d. Bila kejang tidak berhenti, berikan fenobarbital 20 mg/kg
intravena bolus perlahan–lahan dengan kecepatan 100
mg/menit. Dosis maksimal yang diberikan adalah 1000 mg.
e. Bila kejang masih belum berhenti, persiapkan intubasi dan
segera cari rujukan untuk perawatan di ruang intensif.
3. Anti kejang lanjutan : Diazepam oral 0.3 mg/kgBB setiap 8 jam atau
diazepam rectal 0.5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu > 38.5 C
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KEJANG DEMAM PADA ANAK