Anda di halaman 1dari 42

MINERALOGI

Ira Swara Febyola Manik

GeoToba’15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mineralogi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk tunggal maupun dalam bentuk persenyawaan, antara lain
mempelajari sifat fisik, sifat kimia, cara keterdapatan, cara terjadi dan kegunaannya.
Mineral pertama kali dikenal dalam pemakaian dan penggunaan manusia yang secara ia
tidak sadari yang digunakannya sebagai peralatan untuk kebutuhan hidupnya adalah mineral.
Lama-kelamaan sebelum kesusastraan berkembang, manusia telah mengenal zat warna.
Alam yang digunakan untuk lukisan dalam gua yang sebenarnya adalah berasal dari mineral,
antara lain Hematite yang berwarna merah, Albite dengan warna putih dan sebagainya.
Manusia zaman batu telah dapat memiliki dan menggunakan mineral keras dan kuat untuk
membuat peralatan dalam kehidupannya, sebagai contoh membuat alat pemukul dan kampak
yang menggunakan Calsedon SiO2. Hal ini merupakan bukti bahwa manusia zaman batu
telah dapat mengenal dan memilih dengan baik.
Di alam mineral di jumpai bermacam-macam dengan bentuk yang bervariasi, terkadang
hanya terdiri dari sebuah kristal atau gugusan kristal-kristal dalam rongga-rongga ataupun
celah batuan, tetapi umumnya mineral di jumpai sebagai butiran kristal yang tumbuh bersama
membentuk batuan.
Bentuk kristal mineral merupakan suatu sistem tersendiri dimana setiap jenis mineral
mempunyai bentuk kristal tersendiri. Sistem ini dikelompokan menjadi enam sistem, yaitu :
Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombik, Monoklin, dan Triklin.
Kristalisasi dapat terjadi dari larutan hal ini merupakan hal yang umum yaitu bila larutan
telah jenuh, selain itu juga jika temperatur larutan diturunkan. Benda padat akan meleleh
karena tingginya temperatur yang membeku, membentuk kristal-kristal bila mendingin.
1.2.Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Adapun maksud dari praktikum mineralogi ini adalah untuk memenuhi kurikulum
mata kuliah praktikum kristalografi dan mineralogi sesuai dengan SKS yang telah diambil
oleh mahasiswa pada semester 1 yang merupakan salah satu mata kuliah dari Jurusan Teknik
Geologi Fakultas Teknik Mineral (FTM) di Institut Teknologi Medan (ITM).

1.2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mineralogi ini, adalah :

 Mengetahui sifat-sifat fisik dari suatu mineral


 Mengetahui proses pembentukan mineral
 Mengidentifikasikan unsur-unsur yang terdapat dalam mineral
 Mengetahui secara pasti keterdapatan mineral

1.3.Aplikasi Mineral Dalam Bidang Geologi


Adapun aplikasi mineralogi dalam bidang geologi adalah kita akan dapat mengetahui
sifat fisik dari mineral, dimana dengan menngetahui sifat fisik mineral kita dapat
membedakan antara satu jenis mineral dengan mineral lainnya. Dalam penerapannya, seorang
ahli geologi harus mampu dalam mendeskripsikan suatu mineral, karena itu mineral
merupakan pembentukan dari suatu batuan. Maka kita sangat dituntut agar kita mengetahui
mineral apa saja yang dapat diambil dari batuan tersebut, untuk itu hanya orang-orang yang
dapat mendeskripsi mineral lah yang mampu menentukan apa saja yang terdapat dalam
batuan tersebut. Dalam tahap exsplorasi, seorang geologi harus bisa membedakan antara satu
mineral dengan mineral lain, baik mineral ekonomis maupun mineral tidak ekonomis,
sehingga dapat mengetahui mineral apa yang akan di exsplorasinya dan di batuan mana
mineral tersebut di dapat. Oleh karena itu, seorang geologist harus benar-benar bisa dalam
mendeskripsikan dan mengidentifikasikan suatu mineral. Karena ilmu mineral merupakan
ilmu dasar dan paling utama bagi ahli geologi.

BAB II
PENGENALAN MINERAL

2.1. Pengertian Mineral

Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang khas
dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang dapat menjelma
dalam bentuk geometris tertentu. Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna,
sukar untuk mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan,
bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam.

Berikut adalah pendapat-pendapat para ahli tentang pengertian mineral :

 Sebelum tahun 1977, oleh Whitten, Berry, Mason (Defenisi Klasik)


Mengatakan, Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan
terbentuk secara anorganik, memiliki komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom yang tersusun secara teratur.

Bila ditinjau dan ditelaah satu demi satu, defenisi ini mengandung pengertian antara lain
sebagai berikut :

 Benda padat homogen, mengandung arti :


- Cair dan gas tidak termasuk mineral.
- Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dari proses fisika.
 Terdapat dialam, mengandung arti :
- Sebagai bahan alam
 Terbentuk secara anorganik, mengandung arti :
- Mineral terjadi melalui proses alamiah, tidak dibuat oleh tangan manusia atau
laboratorium.
- Mineral bukan hasil atau sisa suatu kehidupan.
 Mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu, mengandung pengertian :
- Mineral mempunyai komposisi yang tetap
 Mempunyai atom yang tersusun secara teratur, mengandung arti :
- Sifat keteraturannya tercermin dalam bentuk luar dari kristal
 Sesudah tahun 1977, oleh Potter dan Robinson (Defenisi Kompilasi)
Mengatakan, Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen dan anorganik yang
terbentuk secara alami yang mempunyai sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia yang tetap.

Bila ditinjau dan ditelaah satu demi satu, defenisi ini mengandung pengertian antara lain
sebagai berikut :

 Suatu bahan atau zat yang homogen dan anorganik yang terbentuk secara alami,
mengandung arti :
- Mineral harus benda padat maka zat cair dan gas tidak termasuk
- Harus terbentuk secara alami, jika tidak berarti bukan mineral
 Mempunyai sifat-sifat fisik, mengandung arti :
- Mineral mempunyai sifat-sifat fisik yang berbeda-beda
 Sifat-sifat kimia yang tetap, mengandung arti :
- Mineral mempunyai komposisi kimia yang tidak berubah.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan, bahwa mineral adalah suatu bahan alam yang
mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia yang tetap, dan anorganik yang terbentuk secara alami
dan merupakan bahan pahan padat homogen.

2.1.1. Suhu Kohesi.

Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada
sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya
tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam
suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau
komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi
oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.

Contoh peristiwa kohesi adalah :

- Tidak bercampurnya air dengan minyak.

- Tidak melekatnya air raksa pada dinding pipa kapiler.


- Air di atas daun talas.

- Air raksa yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi kimia.

- Raksa pada termometer.

2.1.2. Reaksi Terhadap Cahaya.

Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya.
Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan
penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang sama
pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada mineral akan
menimbulkan atau menampakkan sifat fisik mineral secara determinasi seperti warna, gores,
kilap, transparansi dan perputaran warna.

2.1.3. Perawakan Kristal.

Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral


yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama
mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral tidak
terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral.
Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral.

2.1.4. Sifat Kelistrikan.

Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga
meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada dua jenis sifat
kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor) dan yang tidak dapat
menghantarkan listrik (isolator).

2.1.5. Sifat Radioaktivitas.

Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral
tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan γ. Ada mineral-
mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti Uranium(U), Radium(Ra),
Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan Kalium(K). Biasanya, mineral_mineral yang
bersifat radioaktiv dijumpai dalam mineral-mineral ikutan atau mineral-minera yang terbatas
jumlahnya. Kegunaan dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai
sumber energi dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara
menghitung waktu paruhnya (half time).

2.1.6. Gejala Emisi Cahaya.

Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-proses
tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral Phospor yang pada
waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya yang terus-menerus,
demikian juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan
gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya
tersebut lebih panjang daripada gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang
dapat menimbulkan emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.

2.1.7. Bau dan Rasa.

Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah
menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:

Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S). Bau Bituminous adalah bau yang
seperti Ter. Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).

Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral diubah
menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :

Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin). Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda.
Rasa Witter atau rasa pahit. Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan
memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan
struktur kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak
mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal). Tiap-tiap
pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan
lambat.

2.2. Proses Pembentukan Mineral

Gas dengan unsur kimia tertentu akan dapat mengkristal, unsur tersebut misalnya
belerang, kristalisasi terjadi dari larutan peleburan, uap atau gas. Meskipun telah
didefenisikan krisatalin tetapi dianggap sebagai mineral, tipe ini dikenal ada dua macam ,
yaitu :
1. Metamict Mineral, dimana asalnya adalah kristalin yang kemudian struktur kristalnya
hancur. Umumnya senyawa dari asam lemah dan basa lemah seperti Zirkon ( ZrSiO 4
) dan Thorite ( ThSiO4 ).
2. Amorf Mineral, yang terjadi karena pendinginan yang cepat sehingga tidak terbentuk
kristal. Mineral ini yang paling umum adalah opal, mineral lempung, hydrated iron
dan allumunium oxides.
Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak
bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan,
keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat
ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan
memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa
proses eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa
keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara
lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.

Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat
terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral
ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu
mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses
pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor
tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.

Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas
beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis
maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.

1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada
temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai membentuk mineral-mineral,
baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur
pendinginan saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
 Early magmatis, yang terbagi atas:
- Disseminated, contohnya Intan
- Segregasi, contohnya Crhomite
- Injeksi, Contohnya Kiruna
 Late magmatis, yang terbagi atas:
- Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
- Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack
- Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa
- Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein
2. Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang
terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai 450˚C berupa
larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.

3. Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk
jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan
bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian
akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile
tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang
disebut mineral pneumatolitis.

4. Proses Hydrotermal
Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan
yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar,
endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
a. Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :

- Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.


- Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman
yang besar.
- Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan Spalerite
serta oksida besi.
- Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.

b. Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :

- Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.
- Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan
bumi.
- Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses
penggantian antara lain berupa “crustification” dan “banding”.
- Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn.
- Proses pengayaan sering terjadi.
c. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :

- Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.


- Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
- Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
- Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).
- Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
- Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”-nya berupa
Kalsit dan Zeolit disamping Kuarsa.
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan hidrotermal
adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi berupa pengisian
ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang
diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang berupa Fissure-vein, Shear-zone
deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs, Tension crack filling, Brecia filling
(vulkanik, tektonik dan collapse), Solution cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein,
Pore-space filling, Vessiculer fillings.

5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)

Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi


oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat penting dalam grup
epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh
proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada
formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari
larutan yang sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara
serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru
yang lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak
mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral yang
dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak
terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan Disseminated.

6. Proses Sedimenter

Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.

7. Proses Evaporasi

Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.

8. Konsentrasi Residu dan Mekanik

Terdiri atas :

- Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.
- Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan eolian.

9. Metamorfisme

Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.

2.3. Mineral Pembentuk Batuan

Banyak sekali batuan yang kita kenal, dan batuan tersebut tersusun oleh mineral-mineral
mulai dari mineral primer, mineral sekunder, dan mineral tembahan. Mineral tersebut dapat
kita golongkan dalam dua golongan besar, yaitu :

1. Golongan Felsic Mineral (Mineral Terang)


Felsic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna dan cerah serta mempunyai
berat jenis yang kecil dan ringan.
Contoh : Quartz, Feldspatoid, Feldspar
2. Golongan Mafic Mineral (Mineral Gelap).
Mafic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap dan mempunyai berat
jenis yang besar atau berat.
Contoh : Olivin, Piroksin, Amphibol.

Dalam proses pendinginannya, magma tidak langsung semua membeku tetapi mengalami
penurunan tempertatur secara perlahan-lahan atau cepat. Penurunan temperatur ini disertai
dengan dimulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu. Pembentukan

Discontinuous Series Continuous Series


mineral dalam magma berdasarkan penurunan temperatur. Penurunan temperatur ini telah
diuraikan oleh Bowen yang diberi istilah dengan “Bowen Series”.

Mineral-mineral yang sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu dengan potassium

feldspar, larva muscovite, dan terakhir quartz. Maka mineral quartz adalah mineral yang
paling stabil antara seluruh mineral, baik mineral felsic maupun mineral mafic. Gambar
diatas memperlihatkan penurunan temperature dari atas yaitu 1500C dan hingga sushu
ternfah yaitu 300C dimana kestabilan akan bertambah ari atas kebawah. Mineral yang
pertama kali tebentuk yaitu olivine dimana mineral ini tidak stabil dan paling mudah
terlapukkan, sedangkan mineral yang terakhir terbentuk yaitu kwarsa, yang merupakan
mineral yang paling stabil dan tidak terlapukkan.

2.3.1. Mineral Felsic (Mineral Terang)


 Plagioklas (NaCaAl2Si3O8)
Mineral pembentuk batuan yang paling umum dikenal dengan enam kombinasi mineral,
seperti aortite, biotite, labradorite, oligoklas, dan albite.

 Feldspar
Berwarna putih dengan sistem kristal monoklin atau triklin. Mineral yang termasuk
dalam kelompok ini dan yang paling banyak adalah orthoklas.

 Muskovite [KAl2(AlSi3)O10(OH)2]
Berwarna muda sampai tidak berwarna lagi dan memiliki sistem kristal monoklin yang
terdapat pada batuan granite metamorf dan batu pasir. Mineral-mineral tersebut terdapat
dalam batuan beku dan batuan sedimen, seperti :

 Calcite (CaCO3)
Suatu karbonat yang terutama menyusun batuan gamping, berwarna abu-abu,
tergores oleh jarum dan tidak tergores kuku.

 Gypsum (CaSO42H2O)
Merupakan golongan silikat yang ditemukan dibeberapa tempat di kerak bumi,
berwarna putih atau transparan dan mudah tergores oleh kuku.

2.3.2. Mineral Mafic (Mineral Gelap)

 Olivine [(MgFe)2SiO4]
Dimana kadar Mg dan Fe paling tinggi dan terdapat pada batuan basa, ultra basa, dan
batuan beku dan kadar silikat rendah.

 Piroksine (MgSi2O6)
Suatu seri silikat FeMg, augit adalah mineral yang paling banyak tersebar, berwarna
hitam atau hijau hitam, berbentuk prisma pendek dengan penampang segi delapan yang
memiliki bayangan hamper lurus.

 Amphibole
Suatu seri silikat FeMg yang lebih banyak mengandung silikat. Hornblende adalah salah
satu mineral penting dari kelompok mineral ini. Sistem mineralnya monoklin,
mempunyai warna hitam, hijau tua coklat. Pada umumnya terdapat pada batuan asam dan
intermedier.
 Biotit
Salah satu mineral dari golongan mafic, mineral yang tersebut luas dan mempunyai
warna hitam, coklat tua, atau hijau tua. Mineral biotit dapat digunakan untuk penentuan
umur dengan menggunakan metode potassium argon.

BAB III
KETERDAPATAN MINERAL DALAM BATUAN
Batuan diklasifikasikan berdasarkan mineral dan komposisi kimia, dengan tekstur
partikelnya dan dengan proses terbentuknya. Maka batuan diklasifikasikan menjadi Igneous,
Sedimentary dan Metamorphic. Ketiga jenis batuan ini pada proses pembentukannya saling
melengkapi dan berupa siklus. Lihat gambar siklus pembentukan batuan.
1) Igneous Rock (Batuan Beku), terbentuk oleh pembekuan magma dan dibagi menjadi
batuan plutonic dan batuan volcanic. Plutonik atau intrusive terbentuk ketika magma
mendingin dan terkristalisasi perlahan didalam crust (contohnya granite). Sedangkan
volcanic atau extrusive membeku dan terbentuk pada saat magma keluar kepermukaan
sebagai lava atau fragment bekuan (contohnya batu apung dan basalt).
2) Sedimentary Rock (Batuan Sedimen), terbentuk karena endapan dari hasil erosi
material-material batuan, organic, kimia dan terkompaksi serta tersementasi. Batuan
ini terbentuk di permukaan bumi yang terdiri dari; 65% Mudrock (mudstone, shale
dan siltstone); 20%-25% Sandstone dan 10%-15% Carbonate Rock (limestone dan
dolostone).
3) Metamorphic Rock (Batuan Metamorf), terbentuk hasil ubahan/alterasi dari mineral
dan batuan lain karena pengaruh tekanan dan temperatur. Tekanan dan temperatur
yang mempengaruhi pembentukan batuan ini sangat tinggi dari pada pembentukan
batuan beku dan sedimen sehingga mengubah mineral asal menjadi mineral lain.

Gambar 5.1. Mineral Pembentuk Batuan


3.1. Mineral Primer (Mineral Utama)
Mineral primer yaitu mineral yang mendominir dalam suatu komposisi batuan dan
jumlahnya lebih dari 10%, dimana mineral ini mempengaruhi penamaan dalam batuan.
Contoh : kwarsa, orthoklas, plagioklas, foid, feldspar, biotit, hornblende, piroksin, olivine,
calsite, dan graphite.

Mineral primer yaitu penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk batuan terutama
mineral golongan silikat. Golongan mineral yang berawarna gelap disebut mineral mafic
karena kaya akan magnesium dan besi.

Beberapa mineral mafic yang sering dijumpai adalah olivine, hornblende, dan biotit.
Ssedangkan mineral felsic yang sering dijumpai adalah plagioklas, orthoklas, kwarsa, dan
laugite.

3.1.1. Mineral Felsik

 Plagioklas (NaCaAl2Si3O8)
Mineral pembentuk batuan yang paling umum dikenal dengan enam kombinasi
mineral, seperti aortite, biotite, labradorite, oligoklas, dan albite.

 Feldspar
Berwarna putih dengan sistem kristal monoklin atau triklin. Mineral yang
termasuk dalam kelompok ini dan yang paling banyak adalah orthoklas.

 Muscovite [KAl2(AlSi3)O10(OH)2]
Berwarna muda sampai tidak berwarna lagi dan memiliki sistem kristal monoklin
yang terdapat pada batuan granite metamorf dan batu pasir. Mineral-mineral
tersebut terdapat dalam batuan beku dan batuan sedimen, seperti :

 Calcite (CaCO3)
Suatu karbonat yang terutama menyusun batuan gamping, berwarna abu-abu,
tergores oleh jarum dan tidak tergores kuku.

 Gypsum (CaSO42H2O)
Merupakan golongan silikat yang ditemukan dibeberapa tempat di kerak bumi,
berwarna putih atau transparan dan mudah tergores oleh kuku.
3.1.2. Mineral Mafic

 Olivine [(MgFe)2SiO4]
Dimana kadar Mg dan Fe paling tinggi dan terdapat pada batuan basa, ultra basa,
dan batuan beku dan kadar silikat rendah.

 Piroksine (MgSi2O6)
Suatu seri silikat FeMg, augit adalah mineral yang paling banyak tersebar,
berwarna hitam atau hijau hitam, berbentuk prisma pendek dengan penampang
segi delapan yang memiliki bayangan hamper lurus. Berkilap kaca dan sukar
digores dengan jarum biasa.

 Amphibole
Suatu seri silikat FeMg yang lebih banyak mengandung silikat. Hornblende
adalah salah satu mineral penting dari kelompok mineral ini. Sistem mineralnya
monoklin, mempunyai warna hitam, hijau tua coklat. Pada umumnya terdapat
pada batuan asam dan intermedier.

 Biotite
Salah satu mineral dari golongan mafic, mineral yang tersebut luas dan
mempunyai warna hitam, coklat tua, atau hijau tua. Mineral biotit dapat
digunakan untuk penentuan umur dengan menggunakan metode potassium argon.

3.2. Mineral Sekunder

Penggolongan yang termasuk mineral ini adalah mineral-mineral yang dibentuk dari
mineral utama, oleh adanya pelapukan. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan yang
sudah melapuk, batuan sedimen, dan batuan metamorf.

Mineral felsic dapat diuraikan menurut Bowen Series seperti kelompok plagioklas dan
tersebar luas pada batuan. Kedua kelompok ini bila diubah dapat menghasilkan mineral yang
lainnya. Contoh : golongan karbonat, golongan siderite, mineral lampung, mineral-mineral
lainnya.
Contoh mineral sekunder adalah sebagai berikut :

 Clorit
 Calcite
 Cerisite
3.3. Mineral Tambahan

Mineral tambahan adalah mineral yang terbentuk dari kristal magma yang terdapat dalam
jumlah sedikit, umumnya kurang dari 10%. Kehadirannya tidak mempengaruhi dalam
penamaan batuan. Mineral-mineral tambahan pada batuan beku yaitu :

- Magnetite
- Ilmenite
- Hematite
BAB IV
TATA CARA PENDESKRIPSIAN MINERAL

Dalam mendeskripsi mineral harus mengenali sifat fisiknya, karena setiap mineral
mempunyai sifat-sifat fisik tertentu. Adapun sifat-sifat fisik yang harus diketahui, yaitu :

4.1. Warna (Colour)

Warna mineral merupakan kenampakan yang bisa langsung dilihat oleh mata. Bila suatu
permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya akan mengenai permukaan tersebut
sebagian akan diserap (absorbsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi).

Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan warna
asli yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan
tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut dengan Idiochromatic.

Misalnya :

 Sulfur berwarna kuning


 Magnetite berwarna hitam
 Pyrite berwarna kuning Loyang
Warna mineral akibat adanya campuran atau pengotoran dengan unsur lain, sehingga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan
Allochromatic.

Misalnya :

 Halite, warna dapat berubah-ubah - Abu-abu


- Kuning

- Coklat Gelap

- Merah Muda

- Biru Bervariasi
 Kwarsa, tidak berwarna tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna berubah-ubah
menjadi - Violet (Amethyst)
- Merah Muda
- Coklat
- Hitam
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral
disebut dengan Chromophores.
Misalnya : Ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophores dalam mineral
Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi warna dari mineral, adalah :

a. Komposisi kimia
Misalnya : - Chlorite berwarna Hijau
- Albite berwarna Putih
- Melanite berwarna Hitam
- Eryteryte berwarna Merah
b. Struktur kristal dan ikatan atom
Misalnya : - Polymorph dari carbon (C)

- Intan tidak berwarna bersistem kristal Isometrik

- Graphite warnanya hitam dan bersistem kristal Hexagonal

c. Pengotoran dari mineral


Misalnya : - Silika tidak berwarna

- Jasper berwarna merah

- Kalsedon berwarna coklat hitam

- Agate berwarna asap/putih

4.2. Cerat (Streak)

Cerat merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk sampai
halus. Gores ini penting untuk membedakan dua mineral yang warnanya sama tetapi
goresnya berbeda. Hal ini dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian yang kasar
dari suatu keping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka
dapat dicari dengan cara menumbuk mineral sampai halus menjadi berupa tepung.

Mineral yang berwarna terang atau tidak berwarna (colourless) biasanya mempunyai
gores berwarna putih.

Contoh : - Quartz gores putih, tidak berwarna

- Gypsum gores putih, tidak berwarna


- Calcite tidak berwarna
Mineral bukan logam (non metallic luster) dan berwarna gelap akan memberikan gores
yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri.

Contoh : - Leucite gores putih, warna abu-abu

- Dolomite gores putih, warna kuning sampai merah jambu


Mineral yang mempunyai kilap logam kadang-kadang mempunyai warna gores yang
lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.

Contoh : - Pyrite gores hitam, warna kuning loyang

- Copper gores hitam, warna merah tembaga


- Hematite gores merah, warna abu-abu kehitaman
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukan warna yang sama.

Contoh :

- Cinnabar warna dan gores merah


- Magnetite warna dan gores hitam
- Lazurite warna dan gores biru

4.3. Kilap (Luster)

Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral, yang
erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Intensitas
kilap tergantung dari indeks bias mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral,
makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomis mineral terkadang
ditentukan oleh kilapnya.

Secara garis besar kilap (luster) dibedakan atas tiga kelompok, antara lain :
a. Kilap Logam (metallic luster)
Mineral-mineral opaq yang mempunyai indeks bias sama dengan tiga atau lebih, bila
mineral tersebut mempunyai kilap seperti logam.

Contoh : Galena (PbS), Magnetite (Fe3O4), Native Metal, Sulphide, Pyrite.

b. Kilap Sub Metallik (metallic luster)


Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias antara 2.6 sampai 3.

Contoh : Cuprite (Cu2O), Hematite (Fe2O3), Cinnabar (HgS).

c. Kilap Bukan Logam (non metallic luster)


Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan, dengan indeks
bias kurang dari 2.5. Gores dari mineral-mineral ini biasanya tidak berwarna atau
berwarna muda. Kilap bukan logam (non metallic luster) terdiri atas beberapa bagian,
antara lain :

1. Kilap Kaca (vitreous luster)


Kilap uang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas.

Contoh : Quartz, Carbonates, Sulphates, Silicates, Spinel, Garnet, Leucite,


Flourite, Corundum, dan Halite.

2. Kilap Intan (adamantine luster)


Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.

Contoh : Diamond, Cassiterite, Sulphur, Sphalerite, Zircon dan Rutile.

3. Kilap Lemak (greasy luster)


Kenampakan kilap dari suatu mineral seperti lemak atau sabun.

Contoh : Napheline yang sudah teralterasi, Halite yang sudah terkena udara

4. Kilap Lilin (waxy luster)


Kenampakan dari suatu mineral seperti lilin yang khas.

Contoh : - Serpentine, Cerargyrite


5. Kilap Sutera (silky luster)
Kilap seperti sutera yang terdapat pada mineral-mineral yang paralel atau berserabut.

Contoh : Asbestos, Selenite, Serpentine, Hematite.

6. Kilap Mutiara (pearly luster)


Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran dan
menyerupai mutiara.

Contoh : Talc, Mica, Gypsum

7. Kilap Tanah (earthy luster)


Kilap yang ditunjukan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk tidak
dipantulkan kembali.

Contoh : Kaoline, Montmorilonite, Chalk, Diatomea, Pyrolusite.

Tidak sulit untuk membedakan antara kilap logam dengan kilap bukan logam,
perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakan jenis-jenis kilap bukan logam akan
sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting dalam deskripsi mineral, karena
dapat untuk menentukan jenis suatu mineral tertentu.

4.4. Kekerasan (Hardness)

Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap
goresan (scatching). Jika suatu mineral dapat digores oleh mineral lain, maka mineral yang
menggores dikatakan lebih keras dari pada mineral yang digores.

Penentuan kekerasan relatif mineral adalah dengan cara menggoreskan permukaan


mineral yang rata pada mineral standart dari skala mohs yang sudah diketahi kekerasannya.
Skala kekerasan relatif mineral dari mohs, adalah :
Tabel 4.1. Skala Kekerasan Mohs

Misalnya sebagai contoh, mineral yang dicari kekerasannya digoreskan dengan Calcite
(H = 3) ternyata mineral itu tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh Fluorite (H = 4). Maka
mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula menentukan kekerasan
relatif dari mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering terdapat disekitar
kita, misalnya :

 Kuku jari manusia mempunyai kekerasan 2.5 (H = 2.5)


 Kawat tembaga mempunyai kekerasan 3 (H = 3)
 Pecahan kaca mempunyai kekerasan 5.5 (H = 5.5)
 Pisau baja mempunyai kekerasan 5.5 (H = 5.5)
 Kikir baja mempunyai kekerasan 6.5 (H = 6.5)
 Lempeng baja mempunyai kekerasan 7 (H = 7)
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi tergores oleh
kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2.5 dan 3.

4.5.Belahan (Cleavage)

Belahan adalah kecendrungan mineral untuk membelah diri pada satu arah atau lebih
pada arah tertentu. Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas
dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah.

Bila pecahnya teratur mengikuti arah permukaan yang sesuai dengan struktur kristalnya,
maka disebut dengan belahan (cleavage). belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang
permukaan kristal yang rata, karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari
kristal. Sifat belahan banyak membantu dalam membedakan mineral satu dengan yang
lainnya. Pada kristal yang terbentuk unhedral belahannya merupakan bidang belahan dengan
permukaan rata dan sejajar dengan salah satu bidang kristal atau menyudut tertentu dengan
salah satu bidang kristalnya.

Tidak semua mineral mempunyai belahan, belahan pada mineral tertentu mempunyai sifat
tertentu pula. Bila dijumpai mineral yang seharusnya mempunyai belahan tetapi berbentuk
butiran yang halus maka tidak akan ada menampakan belahan.

Penentuan belahan ada beberapa cara tergantung pada :

 Bentuk bidang belahannya


 Jumlah dan arah belahannya
 Belahan yang mempunyai hubungan dengan sistem kristalnya atau belahan berdasarkan
susunan salib sumbu kristalografi.
 Parting, yaitu gejala suatu pelapukan yang hampir mirip dengan belahan.

Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil, yang
setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari bagus/tidaknya
permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :

a. Belahan Sangat Sempurna


Bila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata
dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.

Contoh : Calcite, Muscovite, Galena, Halite.

b. Belahan Sempurna/Baik
Bila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga
terbelah memotong atau tidak melalui bidang belahannya.

Contoh : Felsdpar, Rhodonite, Augite, Diopside.

c. Belahan Jelas/Tegas
Bila bidang belahan mineral dapat terilhat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah
melalui bidang belahannya dan tidak rata.

Contoh : Staurolite, Feldspar, Scapolite, Hornblende, Scheelite.


d. Belahan Buruk/Tidak Jelas
Bila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membelah belahan
dan pecahan sama besar.

Contoh : Beryl, Corondum, Magnetite, Platinum, Gold

e. Belahan Tidak Sempurna


Apabila mineral sudah tidak tidak terlihat arah belahannya dan mineral akan pecah dengan
permukaan yang tidak rata.

Contoh : Apatite, Cassiterite, Native Sulphur

4.6. Pecahan (Fructure)

Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan
elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah. Bila cara pecahnya tidak teratur disebut
dengan nama pecahan.

Perbedaan nama pecahan dan belahan dapat dilihat dari sifat permukaannya yang
memantulkan sinar, seperti cermin datar. Bila pecahan memantulkan kesegala arah dengan
tidak teratur sedangkan belahan hanya pada satu arah atau lebih pada arah tertentu dengan
teratur.

Pecahan dapat dibedakan atas :

a. Choncoidal Yaitu apabila pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit
bawang.
Contoh : Quartz, Cerrusite, Obsidian, Rutile, Zincite, Anglessite.

b. Hackly Yaitu apabila pecahan mineral seperti pecahan besi runcing-runcing tajam
serta kasar tak beraturan atau seperti bergerigi.
Contoh : Copper, Platinum, Silver, dan Gold.

c. Even Yaitu apabila pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil
dengan ujung pecahan masih mendekati bidang datar.
Contoh : Muscovite, Biotite, Talc, dan Lempung.
d. Uneven Yaitu apabila pecahan mineral menunjukkan permukaan bidang pecahnya
kasar dan tidak teratur. Kebanyakan mineral mempunyai pecahan jenis ini.
Contoh : Calcite, Marcasite, Chromite, Orthoclase, Rutile, Rhodonite, Pyrolusite, dan
Geothite.

e. Splintery
Yaitu apabila pecahan mineralnya hancur menjadi kecil-kecil dan tajam
menyerupai benang atau berserabut.

Contoh : Fluorite, Antigorite, Anhydrite, dan Serpentine.

f. Earthy Yaitu apabila pecahan mineral hancur seperti tanah.


Contoh : Kaoline, Biotite, Muscovite, Talc.

4.7. Perawakan (Habit)

Perawakan kristal adalah kenampakan sekelompok mineral yang sama yang tumbuh
secara tidak sempurna karena adanya gangguan dari sumber utama mineral maupun tempat
gangguan terjadinya mineral sehingga mineral tidak terbentuk secara sempurna sehingga ada
perbedaan ukuran dan bentuk-bentuk kenampakan sekelompok mineral. Perawakan
ditentukan dari karateristik kristal, bentuk yang sempurna jarang dijumpai dialam. Kebiasaan
mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan
terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun dalam
kelompok-kelompok.

Bentuk khas mineral dialam ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk
bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Meskipun perawakan kristal bukan
merupakan cirri mineral yang tetap (karena faktor-faktor tersebut diatas), namun ada
beberapa perawakan kristal tertentu yang sering kali terdapat pada jenis-jenis mineral tertentu
pula, sehingga perawakan kristal dapat juga sebagai suatu ciri yang dapat dipergunakan
dalam penentuan jenis mineral.

Contoh : - Mika selalu menunjukan perawakan kristal yang mendaun (foliated) atau
melapis (lamellar)

- Amphibol (hornblende, tremolite) selalu mempunyai perawakan kristal


meniang (columnar)
Perawakan kristal dibedakan dalam 3 golongan menurut Richard M Pearl, 1975, yaitu :

- Elonged Habits
- Flatened Habits
- Rounded Habits
A. Elongated Habits (Meniang / Berserabut)
1. Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang.

Contoh : - Tourmaline

- Pyrolusite

- Wallastonite

Gambar 4.1. Perawakan Columnar Contoh Mineral Tourmaline

2. Menyerat (Fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.

Contoh : - Asbestos - Tremolite

- Gypsum - Serpentin

- Silimanite - Pyrophyllite
Gambar 4.2. Perawakan Menyerat Contoh Mineral Gypsum

3. Menjarum (Acicular)
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.

Contoh : - Natrolite

- Glaucophane.

Gambar 4.3. Perawakan Menjarum Contoh Mineral Natrolite

4. Menjaring (Recticulate)
Bentuk kristal kecil panjang yang tersusun menyerupai jarring.

Contoh : - Rutile

- Cerrusite

Gambar 4.4. Perawakan Menjaring Contoh Mineral Rutile

5. Membenang (Filiform)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.

Contoh : - Silver.
Gambar 4.5. Perawakan Membenang Contoh Mineral Silver

6. Merambut (Capillary)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.

Contoh : - Cuprite

- Bysolite

Gambar 4.6. Perawakan Merambut Contoh Mineral Cuprite

7. Mondok (Stout, Stubby, Equant)


Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan sumbu C
lebih pendek dari sumbu lainnya.

Contoh : - Zircon

Gambar 4.7. Perawakan Mondok Contoh Mineral Zircon

8. Membintang (Stellated)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.

Contoh : - Pirofilit
Gambar 4.8. Perawakan Membintang Contoh Mineral Pirofilit

9. Menjari (Radiated)
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.

Contoh : - Marcasite

- Natrolite

Gambar 4.9. Perawakan Menjari Contoh Mineral Marcasite

B. Flattened Habits (Lembaran Tipis)


1. Membilah (Bladed)
Bentuk kristal yang panjang dan tipisnya menyerupai bilah kayu, dengan
perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.

Contoh : - Kyanite

- Glaucophane

- Kavalerite
Gambar 4.10. Perawakan Membilah Contoh Mineral Kyanite

2. Memapan (Tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak
terlalu jauh.

Contoh : - Barite

- Hematite

- Hypersthene

Gambar 4.11. Perawakan Memapan Contoh Mineral Barite

3. Membata (Blocky)
Bentuk kristal tebal, menyerupai bentuk bata dengan perbandingan antara tebal dan
lebar hamper sama.

Contoh : - Microcline
Gambar 4.12. Perawakan Membata Contoh Mineral Microcline

4. Mendaun (Foliated)
Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah dikupas dan
dipisahkan.

Contoh : - Mica

- Talc

Gambar 4.13. Perawakan Mendaun Contoh Mineral Mica

5. Memencar (Divergent)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.

Contoh : - Gypsum hematite azurite

- Millerite
Gambar 4.14. Perawakan Memencar Contoh Mineral Gypsum, hematite,e
azurite

6. Membulu (Plumose)
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu.

Contoh : - Mica ....celadonite

Gambar 4.15. Perawakan Membulu Contoh Mineral celadonite

C. Rounded Habits (Membutir)


1. Mendada (Mamillary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada (breast like).

Contoh : - Malachite

- Opal

- Hemimorphite
Gambar 4.16. Perawakan Mendada Contoh Mineral Malachite

2. Membulat (Colloform)
Bentuk kristal yang menunjukan permukaan yang bulat-bulat.

Contoh : - Glauconite - Smallite

- Cobaltite - Goethite

- Bismuth - Franklinite

Gambar 4.17. Perawakan Membulat Contoh Mineral Glauconite

3. Membulat Jari (Colloform Radial)


Bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memencar menyerupai bentuk
jari.

Contoh : - Pyromophyte

Gambar 4.18. Perawakan Membulat Jari Contoh Mineral Pyromophyte


4. Membutir (Granular)
Kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran

Contoh : - Olivine - Niceolite

- Anhydrite - Cryollite

- Chromite - Cordierite

- Sodalite - Cinnabar

- Alunite - Rhodocrosite

Gambar 4.19. Perawakan Membutir Contoh MineralOlivine

5. Memisolit (Pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah

Contoh : - Opal

- Gibbsite

- Pisolitic

- Limestone
Gambar 4.20. Perawakan Memisolite Contoh Mineral Gibbsite

6. Stalaktit (Stalactitic)
Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping.

Contoh : - Goethite

Gambar 4.21. Perawakan Stalaktit Contoh Mineral Goethite

7. Mengginjal (Reniform)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal.

Contoh : - Hematite
Gambar 4.22. Perawakan Mengginjal Contoh Mineral Hematite

4.8. Sifat Dalam (Tenacity)

Sifat dalam atau tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pembengkokan, penghancuran dan pemotongan.

Tenacity terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

a. Brittle
Yaitu apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.

Contoh : Calcite, Quartz, Marcasite, dan Hematite

b. Sectile
Yaitu apabila mineral mudah terpotong dengan pisau tanpa berkurang menjadi
tepung.

Contoh : Gypsum, Cerargyrite

c. Malleable
Yaitu apabila mineral ditimpa dengan palu akan menjadi pipih.

Contoh : Gold, Silver, dan Copper.

d. Ductile
Yaitu apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan
maka mineral tidak akan kembali seperti semula.

Contoh : Silver, Copper, Olivine, dan Cerargyrite.

e. Flexible
Yaitu apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.

f. Elastic
Yaitu apabila mineral dapat merenggang bila ditarik dan kembali seperti semula
apabila dilepaskan.

4.9. Berat Jenis (Specific Gravity)


Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan dengan
berat air pada volume yang sama.

Cara umum untuk mengukur berat jenis adalah dengan cara menimbang mineral tersebut
dahulu di luar air. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat mineral dikurangi
dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

Rumus yang digunakan adalah :

Berat Mineral

BJ =

Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat :

1. Piknometer
2. Timbangan Analitik
3. Gelas Ukur
Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengukur berat jenis mineral adalah sebagai
berikut :

Cara I :

Dengan menggunakan gelas ukur dan timbangan analitik, mineral dimasukkan kedalam
gelas ukur yang telah diisi dengan air, dimana jumlah air yang telah diketahui dengan pasti.
Besarnya volume air yang ditumpahkan atau kenaikan air pada gelas ukur yang dapat dibaca.
Berat jenis yang dapat diukur dengan berat mineral yang telah ditimbang dibagi dengan
volume air yang tumpah.

Contoh :

 Berat mineral = G1
 Air yang dimasukkan kedalam gelas ukur = G2
 Kenaikan air setelah mineral dimasukkan kedalam gelas ukur = G3

G1
Maka : BJ =
Cara II :

Dengan mempergunakan alat piknometer dan timbangan analitik.

Contoh :

 Berat piknometer kosong = A


 Berat piknometer + mineral = B
 Berat piknometer + air = C
 Berat piknometer + mineral + air = D

B–A
Maka : BJ=

B–A

B+C–A–D

4.10. Kemagnitan

Kemagnitan adalah sifat mineral terhadap gaya magnit. Kemagnitan terdiri dari
beberapa jenis :

 Paramagnetik Mineral yang hanya tertarik dengan gaya kuat dari


elektromagnetik
 Feromagnetik Bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnit seperti mineral
magnetit dan phirotit

 Diamagnetik Mineral-mineral yang menolak gaya magnit

4.11. Kelistrikkan
Dalam ilmu geofisika pengetahuan dasar tentang sifat kelistrikan suatu batuan menjadi
penting. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan metode pengukuran bawah
permukaan untuk mengetahui sifat kelistrikan suatu formasi atau anomali bawah permukaan.
Metode ini dikenal dengan nama geolistrik atau kelistrikan bumi. Sehingga dapat kita ketahui
bersama bahwa aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi
tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi
secara dielektrik.

Konduksi secara elektronik. Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai
banyak elektron bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral oleh
elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau
karakteristik masing-masing batuan yang di lewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik
batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan
tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka
semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Resistivitas
memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak
hanya bergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan
tersebut, sedangkan resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri.

Konduksi secara elektrolitik. Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk
dan memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya
bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-
batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh
ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada
volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air
dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika
kandungan air dalam batuan berkurang

Konduksi secara dielektrik. Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat
dielektrik terhadap aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai
elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron dalam batuan berpindah dan
berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh medan listrik di luar, sehingga terjadi
poliarisasi. Peristiwa ini tergantung pada konduksi dielektrik batuan yang bersangkutan,
contoh : mika.
4.12. Daya Lebur Mineral

Daya lebur mineral Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya


dilakukan dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam
derajat keleburan.

4.12.1. Asosiasi dan Kegunaan

Mineral yang terbentuk dari proses keluarnya magma, yaitu keluarnya seluruh
material dalam bumi termasuk juga mineral. Jadi mineral yang keluar tidak hanya satu jenis
mineral saja tetapi bermacam-macam, maka dapat disimpulkan mineral akan berasosiasi
dengan apa.

Kegunaan dari pada mineral, sesuai dengan proses terbentuknya mineral dapat
digunakan dengan bermacam-macam kegunaan baik itu pada dunia industri, manufaktur,
kimia, dan geologi itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai