GeoToba’15
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mineralogi ini, adalah :
BAB II
PENGENALAN MINERAL
Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang khas
dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang dapat menjelma
dalam bentuk geometris tertentu. Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna,
sukar untuk mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan,
bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam.
Bila ditinjau dan ditelaah satu demi satu, defenisi ini mengandung pengertian antara lain
sebagai berikut :
Bila ditinjau dan ditelaah satu demi satu, defenisi ini mengandung pengertian antara lain
sebagai berikut :
Suatu bahan atau zat yang homogen dan anorganik yang terbentuk secara alami,
mengandung arti :
- Mineral harus benda padat maka zat cair dan gas tidak termasuk
- Harus terbentuk secara alami, jika tidak berarti bukan mineral
Mempunyai sifat-sifat fisik, mengandung arti :
- Mineral mempunyai sifat-sifat fisik yang berbeda-beda
Sifat-sifat kimia yang tetap, mengandung arti :
- Mineral mempunyai komposisi kimia yang tidak berubah.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan, bahwa mineral adalah suatu bahan alam yang
mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia yang tetap, dan anorganik yang terbentuk secara alami
dan merupakan bahan pahan padat homogen.
Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada
sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya
tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam
suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau
komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi
oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.
Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya.
Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan
penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang sama
pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada mineral akan
menimbulkan atau menampakkan sifat fisik mineral secara determinasi seperti warna, gores,
kilap, transparansi dan perputaran warna.
Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga
meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada dua jenis sifat
kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor) dan yang tidak dapat
menghantarkan listrik (isolator).
Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral
tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan γ. Ada mineral-
mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti Uranium(U), Radium(Ra),
Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan Kalium(K). Biasanya, mineral_mineral yang
bersifat radioaktiv dijumpai dalam mineral-mineral ikutan atau mineral-minera yang terbatas
jumlahnya. Kegunaan dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai
sumber energi dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara
menghitung waktu paruhnya (half time).
Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-proses
tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral Phospor yang pada
waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya yang terus-menerus,
demikian juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan
gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya
tersebut lebih panjang daripada gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang
dapat menimbulkan emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.
Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah
menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:
Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S). Bau Bituminous adalah bau yang
seperti Ter. Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).
Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral diubah
menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin). Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda.
Rasa Witter atau rasa pahit. Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan
memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan
struktur kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak
mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal). Tiap-tiap
pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan
lambat.
Gas dengan unsur kimia tertentu akan dapat mengkristal, unsur tersebut misalnya
belerang, kristalisasi terjadi dari larutan peleburan, uap atau gas. Meskipun telah
didefenisikan krisatalin tetapi dianggap sebagai mineral, tipe ini dikenal ada dua macam ,
yaitu :
1. Metamict Mineral, dimana asalnya adalah kristalin yang kemudian struktur kristalnya
hancur. Umumnya senyawa dari asam lemah dan basa lemah seperti Zirkon ( ZrSiO 4
) dan Thorite ( ThSiO4 ).
2. Amorf Mineral, yang terjadi karena pendinginan yang cepat sehingga tidak terbentuk
kristal. Mineral ini yang paling umum adalah opal, mineral lempung, hydrated iron
dan allumunium oxides.
Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak
bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan,
keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat
ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan
memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa
proses eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa
keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara
lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat
terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral
ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu
mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses
pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor
tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas
beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis
maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada
temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai membentuk mineral-mineral,
baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur
pendinginan saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
Early magmatis, yang terbagi atas:
- Disseminated, contohnya Intan
- Segregasi, contohnya Crhomite
- Injeksi, Contohnya Kiruna
Late magmatis, yang terbagi atas:
- Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
- Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack
- Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa
- Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein
2. Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang
terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai 450˚C berupa
larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
3. Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk
jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan
bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian
akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile
tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang
disebut mineral pneumatolitis.
4. Proses Hydrotermal
Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan
yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar,
endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
a. Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :
- Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.
- Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan
bumi.
- Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses
penggantian antara lain berupa “crustification” dan “banding”.
- Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn.
- Proses pengayaan sering terjadi.
c. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
6. Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.
7. Proses Evaporasi
Terdiri atas :
- Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.
- Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan eolian.
9. Metamorfisme
Banyak sekali batuan yang kita kenal, dan batuan tersebut tersusun oleh mineral-mineral
mulai dari mineral primer, mineral sekunder, dan mineral tembahan. Mineral tersebut dapat
kita golongkan dalam dua golongan besar, yaitu :
Dalam proses pendinginannya, magma tidak langsung semua membeku tetapi mengalami
penurunan tempertatur secara perlahan-lahan atau cepat. Penurunan temperatur ini disertai
dengan dimulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu. Pembentukan
Mineral-mineral yang sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu dengan potassium
feldspar, larva muscovite, dan terakhir quartz. Maka mineral quartz adalah mineral yang
paling stabil antara seluruh mineral, baik mineral felsic maupun mineral mafic. Gambar
diatas memperlihatkan penurunan temperature dari atas yaitu 1500C dan hingga sushu
ternfah yaitu 300C dimana kestabilan akan bertambah ari atas kebawah. Mineral yang
pertama kali tebentuk yaitu olivine dimana mineral ini tidak stabil dan paling mudah
terlapukkan, sedangkan mineral yang terakhir terbentuk yaitu kwarsa, yang merupakan
mineral yang paling stabil dan tidak terlapukkan.
Feldspar
Berwarna putih dengan sistem kristal monoklin atau triklin. Mineral yang termasuk
dalam kelompok ini dan yang paling banyak adalah orthoklas.
Muskovite [KAl2(AlSi3)O10(OH)2]
Berwarna muda sampai tidak berwarna lagi dan memiliki sistem kristal monoklin yang
terdapat pada batuan granite metamorf dan batu pasir. Mineral-mineral tersebut terdapat
dalam batuan beku dan batuan sedimen, seperti :
Calcite (CaCO3)
Suatu karbonat yang terutama menyusun batuan gamping, berwarna abu-abu,
tergores oleh jarum dan tidak tergores kuku.
Gypsum (CaSO42H2O)
Merupakan golongan silikat yang ditemukan dibeberapa tempat di kerak bumi,
berwarna putih atau transparan dan mudah tergores oleh kuku.
Olivine [(MgFe)2SiO4]
Dimana kadar Mg dan Fe paling tinggi dan terdapat pada batuan basa, ultra basa, dan
batuan beku dan kadar silikat rendah.
Piroksine (MgSi2O6)
Suatu seri silikat FeMg, augit adalah mineral yang paling banyak tersebar, berwarna
hitam atau hijau hitam, berbentuk prisma pendek dengan penampang segi delapan yang
memiliki bayangan hamper lurus.
Amphibole
Suatu seri silikat FeMg yang lebih banyak mengandung silikat. Hornblende adalah salah
satu mineral penting dari kelompok mineral ini. Sistem mineralnya monoklin,
mempunyai warna hitam, hijau tua coklat. Pada umumnya terdapat pada batuan asam dan
intermedier.
Biotit
Salah satu mineral dari golongan mafic, mineral yang tersebut luas dan mempunyai
warna hitam, coklat tua, atau hijau tua. Mineral biotit dapat digunakan untuk penentuan
umur dengan menggunakan metode potassium argon.
BAB III
KETERDAPATAN MINERAL DALAM BATUAN
Batuan diklasifikasikan berdasarkan mineral dan komposisi kimia, dengan tekstur
partikelnya dan dengan proses terbentuknya. Maka batuan diklasifikasikan menjadi Igneous,
Sedimentary dan Metamorphic. Ketiga jenis batuan ini pada proses pembentukannya saling
melengkapi dan berupa siklus. Lihat gambar siklus pembentukan batuan.
1) Igneous Rock (Batuan Beku), terbentuk oleh pembekuan magma dan dibagi menjadi
batuan plutonic dan batuan volcanic. Plutonik atau intrusive terbentuk ketika magma
mendingin dan terkristalisasi perlahan didalam crust (contohnya granite). Sedangkan
volcanic atau extrusive membeku dan terbentuk pada saat magma keluar kepermukaan
sebagai lava atau fragment bekuan (contohnya batu apung dan basalt).
2) Sedimentary Rock (Batuan Sedimen), terbentuk karena endapan dari hasil erosi
material-material batuan, organic, kimia dan terkompaksi serta tersementasi. Batuan
ini terbentuk di permukaan bumi yang terdiri dari; 65% Mudrock (mudstone, shale
dan siltstone); 20%-25% Sandstone dan 10%-15% Carbonate Rock (limestone dan
dolostone).
3) Metamorphic Rock (Batuan Metamorf), terbentuk hasil ubahan/alterasi dari mineral
dan batuan lain karena pengaruh tekanan dan temperatur. Tekanan dan temperatur
yang mempengaruhi pembentukan batuan ini sangat tinggi dari pada pembentukan
batuan beku dan sedimen sehingga mengubah mineral asal menjadi mineral lain.
Mineral primer yaitu penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk batuan terutama
mineral golongan silikat. Golongan mineral yang berawarna gelap disebut mineral mafic
karena kaya akan magnesium dan besi.
Beberapa mineral mafic yang sering dijumpai adalah olivine, hornblende, dan biotit.
Ssedangkan mineral felsic yang sering dijumpai adalah plagioklas, orthoklas, kwarsa, dan
laugite.
Plagioklas (NaCaAl2Si3O8)
Mineral pembentuk batuan yang paling umum dikenal dengan enam kombinasi
mineral, seperti aortite, biotite, labradorite, oligoklas, dan albite.
Feldspar
Berwarna putih dengan sistem kristal monoklin atau triklin. Mineral yang
termasuk dalam kelompok ini dan yang paling banyak adalah orthoklas.
Muscovite [KAl2(AlSi3)O10(OH)2]
Berwarna muda sampai tidak berwarna lagi dan memiliki sistem kristal monoklin
yang terdapat pada batuan granite metamorf dan batu pasir. Mineral-mineral
tersebut terdapat dalam batuan beku dan batuan sedimen, seperti :
Calcite (CaCO3)
Suatu karbonat yang terutama menyusun batuan gamping, berwarna abu-abu,
tergores oleh jarum dan tidak tergores kuku.
Gypsum (CaSO42H2O)
Merupakan golongan silikat yang ditemukan dibeberapa tempat di kerak bumi,
berwarna putih atau transparan dan mudah tergores oleh kuku.
3.1.2. Mineral Mafic
Olivine [(MgFe)2SiO4]
Dimana kadar Mg dan Fe paling tinggi dan terdapat pada batuan basa, ultra basa,
dan batuan beku dan kadar silikat rendah.
Piroksine (MgSi2O6)
Suatu seri silikat FeMg, augit adalah mineral yang paling banyak tersebar,
berwarna hitam atau hijau hitam, berbentuk prisma pendek dengan penampang
segi delapan yang memiliki bayangan hamper lurus. Berkilap kaca dan sukar
digores dengan jarum biasa.
Amphibole
Suatu seri silikat FeMg yang lebih banyak mengandung silikat. Hornblende
adalah salah satu mineral penting dari kelompok mineral ini. Sistem mineralnya
monoklin, mempunyai warna hitam, hijau tua coklat. Pada umumnya terdapat
pada batuan asam dan intermedier.
Biotite
Salah satu mineral dari golongan mafic, mineral yang tersebut luas dan
mempunyai warna hitam, coklat tua, atau hijau tua. Mineral biotit dapat
digunakan untuk penentuan umur dengan menggunakan metode potassium argon.
Penggolongan yang termasuk mineral ini adalah mineral-mineral yang dibentuk dari
mineral utama, oleh adanya pelapukan. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan yang
sudah melapuk, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
Mineral felsic dapat diuraikan menurut Bowen Series seperti kelompok plagioklas dan
tersebar luas pada batuan. Kedua kelompok ini bila diubah dapat menghasilkan mineral yang
lainnya. Contoh : golongan karbonat, golongan siderite, mineral lampung, mineral-mineral
lainnya.
Contoh mineral sekunder adalah sebagai berikut :
Clorit
Calcite
Cerisite
3.3. Mineral Tambahan
Mineral tambahan adalah mineral yang terbentuk dari kristal magma yang terdapat dalam
jumlah sedikit, umumnya kurang dari 10%. Kehadirannya tidak mempengaruhi dalam
penamaan batuan. Mineral-mineral tambahan pada batuan beku yaitu :
- Magnetite
- Ilmenite
- Hematite
BAB IV
TATA CARA PENDESKRIPSIAN MINERAL
Dalam mendeskripsi mineral harus mengenali sifat fisiknya, karena setiap mineral
mempunyai sifat-sifat fisik tertentu. Adapun sifat-sifat fisik yang harus diketahui, yaitu :
Warna mineral merupakan kenampakan yang bisa langsung dilihat oleh mata. Bila suatu
permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya akan mengenai permukaan tersebut
sebagian akan diserap (absorbsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi).
Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan warna
asli yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan
tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut dengan Idiochromatic.
Misalnya :
Misalnya :
- Coklat Gelap
- Merah Muda
- Biru Bervariasi
Kwarsa, tidak berwarna tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna berubah-ubah
menjadi - Violet (Amethyst)
- Merah Muda
- Coklat
- Hitam
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral
disebut dengan Chromophores.
Misalnya : Ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophores dalam mineral
Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.
a. Komposisi kimia
Misalnya : - Chlorite berwarna Hijau
- Albite berwarna Putih
- Melanite berwarna Hitam
- Eryteryte berwarna Merah
b. Struktur kristal dan ikatan atom
Misalnya : - Polymorph dari carbon (C)
Cerat merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk sampai
halus. Gores ini penting untuk membedakan dua mineral yang warnanya sama tetapi
goresnya berbeda. Hal ini dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian yang kasar
dari suatu keping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka
dapat dicari dengan cara menumbuk mineral sampai halus menjadi berupa tepung.
Mineral yang berwarna terang atau tidak berwarna (colourless) biasanya mempunyai
gores berwarna putih.
Contoh :
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral, yang
erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Intensitas
kilap tergantung dari indeks bias mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral,
makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomis mineral terkadang
ditentukan oleh kilapnya.
Secara garis besar kilap (luster) dibedakan atas tiga kelompok, antara lain :
a. Kilap Logam (metallic luster)
Mineral-mineral opaq yang mempunyai indeks bias sama dengan tiga atau lebih, bila
mineral tersebut mempunyai kilap seperti logam.
Contoh : Napheline yang sudah teralterasi, Halite yang sudah terkena udara
Tidak sulit untuk membedakan antara kilap logam dengan kilap bukan logam,
perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakan jenis-jenis kilap bukan logam akan
sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting dalam deskripsi mineral, karena
dapat untuk menentukan jenis suatu mineral tertentu.
Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap
goresan (scatching). Jika suatu mineral dapat digores oleh mineral lain, maka mineral yang
menggores dikatakan lebih keras dari pada mineral yang digores.
Misalnya sebagai contoh, mineral yang dicari kekerasannya digoreskan dengan Calcite
(H = 3) ternyata mineral itu tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh Fluorite (H = 4). Maka
mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula menentukan kekerasan
relatif dari mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering terdapat disekitar
kita, misalnya :
4.5.Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kecendrungan mineral untuk membelah diri pada satu arah atau lebih
pada arah tertentu. Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas
dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah.
Bila pecahnya teratur mengikuti arah permukaan yang sesuai dengan struktur kristalnya,
maka disebut dengan belahan (cleavage). belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang
permukaan kristal yang rata, karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari
kristal. Sifat belahan banyak membantu dalam membedakan mineral satu dengan yang
lainnya. Pada kristal yang terbentuk unhedral belahannya merupakan bidang belahan dengan
permukaan rata dan sejajar dengan salah satu bidang kristal atau menyudut tertentu dengan
salah satu bidang kristalnya.
Tidak semua mineral mempunyai belahan, belahan pada mineral tertentu mempunyai sifat
tertentu pula. Bila dijumpai mineral yang seharusnya mempunyai belahan tetapi berbentuk
butiran yang halus maka tidak akan ada menampakan belahan.
Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil, yang
setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari bagus/tidaknya
permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :
b. Belahan Sempurna/Baik
Bila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga
terbelah memotong atau tidak melalui bidang belahannya.
c. Belahan Jelas/Tegas
Bila bidang belahan mineral dapat terilhat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah
melalui bidang belahannya dan tidak rata.
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan
elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah. Bila cara pecahnya tidak teratur disebut
dengan nama pecahan.
Perbedaan nama pecahan dan belahan dapat dilihat dari sifat permukaannya yang
memantulkan sinar, seperti cermin datar. Bila pecahan memantulkan kesegala arah dengan
tidak teratur sedangkan belahan hanya pada satu arah atau lebih pada arah tertentu dengan
teratur.
a. Choncoidal Yaitu apabila pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit
bawang.
Contoh : Quartz, Cerrusite, Obsidian, Rutile, Zincite, Anglessite.
b. Hackly Yaitu apabila pecahan mineral seperti pecahan besi runcing-runcing tajam
serta kasar tak beraturan atau seperti bergerigi.
Contoh : Copper, Platinum, Silver, dan Gold.
c. Even Yaitu apabila pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil
dengan ujung pecahan masih mendekati bidang datar.
Contoh : Muscovite, Biotite, Talc, dan Lempung.
d. Uneven Yaitu apabila pecahan mineral menunjukkan permukaan bidang pecahnya
kasar dan tidak teratur. Kebanyakan mineral mempunyai pecahan jenis ini.
Contoh : Calcite, Marcasite, Chromite, Orthoclase, Rutile, Rhodonite, Pyrolusite, dan
Geothite.
e. Splintery
Yaitu apabila pecahan mineralnya hancur menjadi kecil-kecil dan tajam
menyerupai benang atau berserabut.
Perawakan kristal adalah kenampakan sekelompok mineral yang sama yang tumbuh
secara tidak sempurna karena adanya gangguan dari sumber utama mineral maupun tempat
gangguan terjadinya mineral sehingga mineral tidak terbentuk secara sempurna sehingga ada
perbedaan ukuran dan bentuk-bentuk kenampakan sekelompok mineral. Perawakan
ditentukan dari karateristik kristal, bentuk yang sempurna jarang dijumpai dialam. Kebiasaan
mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan
terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun dalam
kelompok-kelompok.
Bentuk khas mineral dialam ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk
bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Meskipun perawakan kristal bukan
merupakan cirri mineral yang tetap (karena faktor-faktor tersebut diatas), namun ada
beberapa perawakan kristal tertentu yang sering kali terdapat pada jenis-jenis mineral tertentu
pula, sehingga perawakan kristal dapat juga sebagai suatu ciri yang dapat dipergunakan
dalam penentuan jenis mineral.
Contoh : - Mika selalu menunjukan perawakan kristal yang mendaun (foliated) atau
melapis (lamellar)
- Elonged Habits
- Flatened Habits
- Rounded Habits
A. Elongated Habits (Meniang / Berserabut)
1. Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang.
Contoh : - Tourmaline
- Pyrolusite
- Wallastonite
2. Menyerat (Fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
- Gypsum - Serpentin
- Silimanite - Pyrophyllite
Gambar 4.2. Perawakan Menyerat Contoh Mineral Gypsum
3. Menjarum (Acicular)
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Contoh : - Natrolite
- Glaucophane.
4. Menjaring (Recticulate)
Bentuk kristal kecil panjang yang tersusun menyerupai jarring.
Contoh : - Rutile
- Cerrusite
5. Membenang (Filiform)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
Contoh : - Silver.
Gambar 4.5. Perawakan Membenang Contoh Mineral Silver
6. Merambut (Capillary)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.
Contoh : - Cuprite
- Bysolite
Contoh : - Zircon
8. Membintang (Stellated)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.
Contoh : - Pirofilit
Gambar 4.8. Perawakan Membintang Contoh Mineral Pirofilit
9. Menjari (Radiated)
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.
Contoh : - Marcasite
- Natrolite
Contoh : - Kyanite
- Glaucophane
- Kavalerite
Gambar 4.10. Perawakan Membilah Contoh Mineral Kyanite
2. Memapan (Tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak
terlalu jauh.
Contoh : - Barite
- Hematite
- Hypersthene
3. Membata (Blocky)
Bentuk kristal tebal, menyerupai bentuk bata dengan perbandingan antara tebal dan
lebar hamper sama.
Contoh : - Microcline
Gambar 4.12. Perawakan Membata Contoh Mineral Microcline
4. Mendaun (Foliated)
Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah dikupas dan
dipisahkan.
Contoh : - Mica
- Talc
5. Memencar (Divergent)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.
- Millerite
Gambar 4.14. Perawakan Memencar Contoh Mineral Gypsum, hematite,e
azurite
6. Membulu (Plumose)
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu.
Contoh : - Malachite
- Opal
- Hemimorphite
Gambar 4.16. Perawakan Mendada Contoh Mineral Malachite
2. Membulat (Colloform)
Bentuk kristal yang menunjukan permukaan yang bulat-bulat.
- Cobaltite - Goethite
- Bismuth - Franklinite
Contoh : - Pyromophyte
- Anhydrite - Cryollite
- Chromite - Cordierite
- Sodalite - Cinnabar
- Alunite - Rhodocrosite
5. Memisolit (Pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah
Contoh : - Opal
- Gibbsite
- Pisolitic
- Limestone
Gambar 4.20. Perawakan Memisolite Contoh Mineral Gibbsite
6. Stalaktit (Stalactitic)
Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping.
Contoh : - Goethite
7. Mengginjal (Reniform)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal.
Contoh : - Hematite
Gambar 4.22. Perawakan Mengginjal Contoh Mineral Hematite
Sifat dalam atau tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pembengkokan, penghancuran dan pemotongan.
a. Brittle
Yaitu apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
b. Sectile
Yaitu apabila mineral mudah terpotong dengan pisau tanpa berkurang menjadi
tepung.
c. Malleable
Yaitu apabila mineral ditimpa dengan palu akan menjadi pipih.
d. Ductile
Yaitu apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan
maka mineral tidak akan kembali seperti semula.
e. Flexible
Yaitu apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.
f. Elastic
Yaitu apabila mineral dapat merenggang bila ditarik dan kembali seperti semula
apabila dilepaskan.
Cara umum untuk mengukur berat jenis adalah dengan cara menimbang mineral tersebut
dahulu di luar air. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat mineral dikurangi
dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.
Berat Mineral
BJ =
1. Piknometer
2. Timbangan Analitik
3. Gelas Ukur
Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengukur berat jenis mineral adalah sebagai
berikut :
Cara I :
Dengan menggunakan gelas ukur dan timbangan analitik, mineral dimasukkan kedalam
gelas ukur yang telah diisi dengan air, dimana jumlah air yang telah diketahui dengan pasti.
Besarnya volume air yang ditumpahkan atau kenaikan air pada gelas ukur yang dapat dibaca.
Berat jenis yang dapat diukur dengan berat mineral yang telah ditimbang dibagi dengan
volume air yang tumpah.
Contoh :
Berat mineral = G1
Air yang dimasukkan kedalam gelas ukur = G2
Kenaikan air setelah mineral dimasukkan kedalam gelas ukur = G3
G1
Maka : BJ =
Cara II :
Contoh :
B–A
Maka : BJ=
B–A
B+C–A–D
4.10. Kemagnitan
Kemagnitan adalah sifat mineral terhadap gaya magnit. Kemagnitan terdiri dari
beberapa jenis :
4.11. Kelistrikkan
Dalam ilmu geofisika pengetahuan dasar tentang sifat kelistrikan suatu batuan menjadi
penting. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan metode pengukuran bawah
permukaan untuk mengetahui sifat kelistrikan suatu formasi atau anomali bawah permukaan.
Metode ini dikenal dengan nama geolistrik atau kelistrikan bumi. Sehingga dapat kita ketahui
bersama bahwa aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi
tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi
secara dielektrik.
Konduksi secara elektronik. Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai
banyak elektron bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral oleh
elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau
karakteristik masing-masing batuan yang di lewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik
batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan
tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka
semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Resistivitas
memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak
hanya bergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan
tersebut, sedangkan resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri.
Konduksi secara elektrolitik. Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk
dan memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya
bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-
batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh
ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada
volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air
dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika
kandungan air dalam batuan berkurang
Konduksi secara dielektrik. Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat
dielektrik terhadap aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai
elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron dalam batuan berpindah dan
berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh medan listrik di luar, sehingga terjadi
poliarisasi. Peristiwa ini tergantung pada konduksi dielektrik batuan yang bersangkutan,
contoh : mika.
4.12. Daya Lebur Mineral
Mineral yang terbentuk dari proses keluarnya magma, yaitu keluarnya seluruh
material dalam bumi termasuk juga mineral. Jadi mineral yang keluar tidak hanya satu jenis
mineral saja tetapi bermacam-macam, maka dapat disimpulkan mineral akan berasosiasi
dengan apa.
Kegunaan dari pada mineral, sesuai dengan proses terbentuknya mineral dapat
digunakan dengan bermacam-macam kegunaan baik itu pada dunia industri, manufaktur,
kimia, dan geologi itu sendiri.