LUKA : TAJAM-TUMPUL-KIMIA-LISTRIK-TEMBAK-
PETIR-SUHU-BAROTRAUMA
Oleh:
ARINI S.Ked
K1A1 13 144
Pembimbing:
RS BHAYANGKARA KENDARI
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka
bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka merupakan kerusakan atau
hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan
lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang. Dalam ilmu
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka kelalaian atau
karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut “Kejahatan Terhadap Tubuh atau
Misdrijven Tegen Het Lijf”. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu
kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan
karena kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam
BAB XX, pasal-pasal 351-358. Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian diatur
dalam pasal 359,360 dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata, “mati,
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa
penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana
didalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan,
ataupun mati. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka.
Visum et Repertum harus dibuat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan
material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh suatu
energi mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai sinonim dari kata luka,
bahkan dapat memberikan maksud yang lebih luas dan tidak hanya membahas kerusakan
yang diakibatkan oleh energi fisik tapi juga kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas,
dingin, bahan kimiawi, listrik dan radiasi. Sedangkan terminology lesi awalnya bermaksud
cedera namun digunakan untuk mendeskripsikan suatu cedera, penyakit maupun degenerasi
lokal pada jaringan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi atau struktur. Oleh karena
itu, penggunaan kata cedera atau luka merujuk kepada kerusakan akibat dari penyebab bukan
alami, sementara kata lesi merujuk kepada suatu yang tidak dapat dipastikan apakah
Traumatologi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti luka, adalah cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari tentang trauma, perlukaan, cedera serta hubungannya dengan
berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya
pemeriksaan terhadap seseorang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya
dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang
terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka (Shkrum dan Ramsay,
2007).
2.2 Deskripsi Luka
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk, ukuran,
dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu dicantumkan dalam
pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak
1. Jumlah luka
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari tubuh
c. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada regio yang
luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan
garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal
mendatar yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan
garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu
diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk
lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
- Dasar luka
Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut
penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam, luka tembak, Jenis luka akibat
suhu / temperature, dan luka akibat trauma listrik (Vincent dan Dominick, 2001). Pembagian
1. Jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury), yaitu:
Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau kenyal, dan permukaan halus
atau kasar. Cara kejadian trauma benda tumpul lebih sering disebabkan karena kecelakaan
Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering dijumpai dalam
kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras, luka robek dengan tepi tidak
rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling banyak terkena adalah kepala dan anggota
gerak atas dan bawah. Luka-luka tersebut dapat menyebabkan dampak kerusakan jaringan
maupun organ bervariasi mulai dari ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian.
Sebab kematian terjadi karena kerusakan organ vital atau perdarahan yang banyak (Vincent
Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi dari luka
memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh
Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang
disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Luka akibat
trauma benda tumpul dibagi menurut beberapa kategori (Vincent dan Dominick, 2001).
a Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan
kulit epidermis. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat
terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana
epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang
- Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar dan tumpul
- Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan
parut
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya.
Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka
dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka
adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa
hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi.
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka
lecet gores (scratch), luka lecet serut (scrape), luka lecet tekan (impact abrasion) dan luka
Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang
Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan
kulit lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.
Gambar 2.1 Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang kontak
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan
yang lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan
benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang
mempunyai bentuk yang khas, misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan
sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di temukan pada mayat adalah daerah kulit
yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya
jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca kematian.
Gambar 2.2 Impact abrasion pada sisi kanan wajah.
Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada
jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi
pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan
pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul (Vincent dan Dominick,
2001).
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah
dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia,
maka luka memar yang tampak seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan, dalam arti
seringkali lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk
dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah “perdarahan tepi” (marginal
haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat
yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga
terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang
ban yang berdekatan.Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya
luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak
ada standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara
pemeriksaan fisik.
Luka memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas (Patterned/ imprint).
Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh akumulasi darah
secara subkutan.
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam dari
lapisan kulit subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk dapat
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya objek yang
menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit. Pada mayat waktu antara
terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar
yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin
membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat
digunakan untuk menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit
menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian pemeriksa.
Gambar 2.3 Luka memar pada bagian dada kiri
Terjadinya luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu benturan /kekerasan
Pembengkakan ini ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan selsel sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstisial.
menjadi biru kehitaman pada hari ke-1 sampai hari ke-3. Setelah itu warnanya berubah
menjadi biru kehijauan kemudian coklat. Warna menghilang pada minggu pertama
jaringan disekitar luka memar. Apabila terjadi pada daerah jaringan ikatlonggar (mata,
leher, atau pada lansia) maka luka memar y ang tampak seringkali
tidak sebanding dengan kekerasan, dalam arti lebih luas. Ada beberapa faktor
3. Penyakit, seperti defisiensi vitamin K, penyakit kronis, hemophilia, sirosis, dan lain-
lain.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah
dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan
syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah
di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga
dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi
tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau
ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga
kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat
Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area mengikuti posisi tubuh
disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil secara gravitasi. Berikut ini
perbedaan luka memar dengan lebam mayat: (Vincent dan Dominick, 2001).
dalam jangka waktu kurang 7 jam, dalam jangka waktu kurang 7 jam,
warna memar tidak hilang pada warna memar akan hilang. Batas tidak
jelas.
edema.
dibersihkan
terendah
Luka memar atau kontusio juga dapar terjadi pada organ dan jaringan dalam.
Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti
jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan
kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi
peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi
koma dan kematian. Kontusio dan perdangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan
gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang
Kontusio serebri adalah kerusakan jaringan otak tanpa disertai robeknya piamater.
Istilah kontusio digunakan untuk menyatakan adanya cedera atau gangguan pada jaringan
otak yang lebih berat dari konkusi (concussion), dengan memiliki karakteristik adanya
kerusakan sel saraf dan aksonal, dengan titik-titik perdarahan kapiler dan edema jaringan
otak. Terutama melibatkan puncak-puncak gyrus karena bagian ini akan bergesekan dengan
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa
dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah
abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan
terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio
yang terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang
menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal
medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut
daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat menyebabkan
gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot
jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio
pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga
tubuh.
Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah
kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala
dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika
bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat
berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat
Gambar 9. Kontusio pada dasar lobus temporal dan frontal, disebut juga’burst lobe’
Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala
relatif tidak bergerak. Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang
bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala
dan pada kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-
kepala yang diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada
Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari
semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan
demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi. Kadang-
kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam dan terkena
benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya, sehingga
gambaran yang ada akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan
mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih
atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar.
Perdarahan kecil dinamakan “ball haemorrhages” sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal
tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan yang
lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan
apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau
tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma
melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia
basal, pons, dan serebelum. Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena.
Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi. Edema
paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat
ditemui adalah “ foam cone” busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung.
Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang
kepala.
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio
dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda
tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi.
Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam
sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit
dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang
diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya
tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler,
kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam (Shkrum dan
Ramsay, 2007).
Gambar . Luka robek dengan terdapatnya jembatan jaringan
Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling
rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan
tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum
robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk
permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung
laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow
tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang
berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan
darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau
krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi
saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan
penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat,
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka
atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari
beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya
robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus.
Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan
diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari
permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree
tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi
tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari
sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak
dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat
terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ
jantung, aorta, hati dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan
yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat
Luka trauma benda tajam merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan
karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing.Pada
kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus dipikirkan kemungkinan
karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau
peristiwa bunuh diri.Luka yang disebabkan oleh benda yang berujung runcing dan bermata
tajam dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu luka tusuk (stab wound), luka Iris (incised
Sekitar luka Ada luka lecet atau memar Tidak ada luka lain
Di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman luka akibat benda tajam yang dapat dijumpai
terdapat dalam dua bentuk, yaitu luka iris dan luka tusuk, dan di dalam dunia kriminal luka-
luka tersebut biasanya disebabkan oleh pisau. Bentuk luka yang disebabkan oleh pisau yang
1) Sifat-sifat dari pisau: bentuk, ketajaman dari ujung dan ketajaman dari kedua tepinya,
2) Bagaimana pisau itu mengenai dan masuk ke dalam tubuh. Jarang pisau masuk ke
dalam tubuh dan keluar lagi dengan sudut serta arah yang sama, dengan demikian
setiap luka tusuk merupakan perpaduan antara tusukan dengan irisan. Oleh karena itu,
ukuran luka dimana pisau itu masuk ke dalam tubuh akan lebih besar dari ukuran
3) Tempat luka. Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketegangan kulit
tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat-serat elastiknya sejajar,
yaitu pada lipatan-lipatan kulit, maka tusukan yang sejajar dengan lipatan tersebut
akan mengakibatkan luka yang tertutup, sempit dan berbentuk celah. Akan tetapi bila
tusukan pisau itu melintasi serta memotong lipatan kulit, maka luka yang terjadi
Tabel 2.Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh
Ciri-ciri pembunuhan diatas dapat dijumpai pada kasus pembunuhan yang disertai
perkelahian. Tetapi bila tanpa perkelahian maka lokasi luka biasanya pada daerah fatal dan
dapat tunggal. Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan
umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung lengan
bawah dan tungkai. Pemeriksaan pada baju yang terkena pisau bertujuan untuk melihat
interaksi antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat letak atau lokasi kelainan, bentuk robekan,
adanya partikel besi (reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat
Bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasanya diarahkan pada tempat yang
cepat mematikan, misalnya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut, dan lipat paha. Bunuh
diri dengan senjata tajam tentu saja akan menghasilkan luka-luka pada tempat yang
terjangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian karena umumnya
korban menyingkap pakaian terlebih dahulu. Luka percobaan khas ditemukan pada kasus
bunuh diri yang menggunakan senjata tajam, sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban.
Luka percobaan tersebut dapat berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang
Yang dimaksud kecelakaan pada tabel diatas adalah kekerasana tajam yang terjadi
tanpa unsur kesengajaan misalnya kecelakaan industri dan kecelakaan pada kegiatan sehari-
hari.
a. Luka tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang
terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu sudut
akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua
sudutnya tajam.
Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata.
Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan
bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada
seluruh area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar
dan pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi
1) Dimensi senjata
2) Tipe senjata
3) Kelancipan senjata
5) Kedalaman luka
6) Arah luka
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah
reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya
menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan
kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai
dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan
3) Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga
saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas
sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar
pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata
yang digunakan.
5) Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk
Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio minimal
pada luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya pukulan. Panjang saluran luka
dapat mengindikasikan panjang minimun dari senjata yang digunakan. Harus diingat bahwa
posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat autopsi. Posisi membungkuk,
berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata yang lebih pendek
dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk
memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan
adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari
beberapa anggota tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya
tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata paling baik dilihat
melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah
pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau
Petunjuk dari luka tusuk sering dianggap sebagai suatu masalah pembunuhan terutama
penusukan sering bergerak dan dinamis sehingga korban jarang dalam keadaan statis.
Penjelasan mengenai petunjuk berdasarkan gambaran luka dan jejak benda. Saat pisau
dengan mata pisau kurang cukup besar, maka luka sering tampak terpotong bagian bawahnya
mengenai jaringan subkutan. Pada otopsi, menjelaskan seperti pada luka tusuk didada,
kadang saat di otopsi luka terletak dibawah puting. Pembedahan dari jaringan dan otot bisa
mengungkapkan bahwa kerusakan dinding dada terletak di ICS berapa. Informasi ini menjadi
Perkiraan mengenai derajat kekuatan luka tusuk, diberikan keterangan mengenai : 2,3,4
5. Variasi ketebalan kulit terhadap pisau, kulit telapak kaki lebih tebal dari bagian
tubuh lain.
Pada kasus pembunuhan sering ditemukan adanya luka tusuk dengan jumlah yang
banyak, karena dalam membunuh seseorang tidak hanya dengan satu tusukan saja, kecuali
bila korbannya sedang tidur atau dalam keadaan yang sangat lemah atau bila korban diserang
secara mendadak dan yang terkena adalah organ tubuh yang vital.7 Luka-luka tusuk pada
kasus pembunuhan yang dilakukan dengan menggunakan pisau, lebih banyak ditemukan
Luka yang mematikan biasanya pada daerah leher, dada, dan pada daerah perut yang
merupakan letak organ-organ vital. Luka tusuk pada dada bisa melibatkan jantung yang
menyebabkan trauma pada miokardium, arteri koroner, struktur katup atau pembuluh darah
besar, yang bisa mendatangkan ancaman nyawa bagi korbannya.8 Pada kasus pembunuhan
dengan cara menggorok leher korban, akan terdapat luka yang mendatar, tidak ada luka-luka
percobaan dan didapatkan luka-luka tangkis. Luka tangkis merupakan luka yang terjadi
akibat perlawanan korban dan umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-
jari tangan, punggung lengan bawah dan tungkai. Pembunuhan dengan senjata tajam yang
bentuknya runcing dan langsing misalnya pisau saku dan ganco (alat yang terbuat dari batang
besi bulat dengan ujung runcing yang melengkung dan biasa dipergunakan untuk mengungkit
beras dalam karung dan es balok), dapat dilakukan dengan cara menghantamkan benda tajam
tersebut ke kepala korban, menembus tulang, dan masuk ke dalam otak.7Luka tangkis
merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan umumnya ditemukan pada
telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung lengan bawah dan tungkai.
Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara
pisau-kain-tubuh, yaitu melihat letak/lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel besi
(reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain, dan
Luka-luka pada tubuh korban dalam kasus bunuh diri dapat ditemukan pada daerah
leher, daerah dada (letak jantung) dan daerah perut (letak lambung), dan biasanya luka yang
didapatkan adalah luka tusuk. Selain luka tusuk tersebut, akan ditemukan pula luka-luka
percobaan. Pada kasus bunuh diri, tidak akan dijumpai luka-luka yang menunjukkan adanya
tanda-tanda perlawanan.7Pada tangan korban tidak jarang ditemukan pisau yang tergenggam
dengan sangat kuat, ini disebabkan oleh kekakuan yang seketika (cadaveric spasm) pada
otot-otot tangan korban yang menggenggam pisau. Kekakuan yang seketika ini,
mencerminkan adanya faktor stress emosional dan intravitalitas. Dengan pisau yang
ditemukan pada genggaman erat tangan korban dapat hampir dipastikan bahwa korban telah
Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena
alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian digeserkan sepanjang
kulit sehingga syok traumatic tidak terjadi kecuali ditimbulkan oleh faktor–faktor yang
lain seperti perdarahan. Komplikasi fatal dari luka iris yang paling sering terjadi adalah
perdarahan sepsis.
Luka iris pada kasus bunuh diri paling sering terjadi di kerongkongan dan
pergelangan tangan dan lengan bawah sisi fleksor. Seseorang biasanya memegang senjata
dengan tangan kanannya dan memulai irisan dari sisi kiri ke sisi kanan, atau mungkin dia
mengiris dari sisi kanan leher ke depan dan ke bawah. Seseorang yang kidal akan mengiris
dirinya dengan cara yang sama, pada umumnya memulai irisan dari sisi kanan leher.
d) Jembatan jaringan ( - )
Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak
tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh :
Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan bagian tubuh
1. Luka ringan
2. Luka sedang
Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
3. Luka berat
a. PS 351 (3) KUHP: MAKS 5 TAHUN
Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara
Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan
Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan
3.1 Kesimpulan
Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian terpenting. Luka
bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka bisa terjadi akibat kekerasan
mekanik, kekerasan fisik, & kekerasan kimiawi. Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan
jenis benda, yaitu akibat kekerasan benda tumpul, akibat benda tajam, akibat tembakan
senjata api, akibat benda yang muda pecah, akibat suhu/temperatur, akibat trauma listrik,
Selain itu luka bisa diketahui waktu terjadinya kekerasan, apakah luka terjadi
antemortem atau postmortem. Terkadang dari luka kita bisa mengetahui umur luka.
Walaupun belum ada satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan tepat kapan
Dari deskripsi luka kita sebagai dokter juga dapat membantu pihak hukum untuk
menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab XX pasal 351 dan 352 serta Bab
IX pasal 90. Yang pada tindak pidana untuk menentukan hukuman yang diberikan kepada
pelaku kekerasan dengan melihat deskripsi luka yang kita buat. Oleh karena itu
diharapkan kita sebagai calon dokter yang nantinya sebagai dokter di masyarakat umum
akan banyak menemukan kasus kekerasan yang menyebabkan luka baik pada korban
hidup maupun korban mati, bisa mendeskripsikan luka sebaik-baiknya dalam Visum et
Repertum.
3.2 Saran
1. Seorang dokter atau calon dokter harus belajar mendiskripsikan luka sehingga mampu
2. Seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu kedokteran tetapi juga