Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Bahasa Indonesia tentang Kalimat. Dan juga saya berterima
kasih kepada Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas
ini kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kalimat, dan juga bagaimana jenis-
jenis kalimat. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada


orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Pikiran yang
disampaikan dalam pembicaraan atau tulisan diungkapkan melalui rangkaian kata
yang terpilih dan tersusun menurut kaidah tertentu. Bahasa sebagai symbol yang
bermakna terdiri atas satuan- satuan tertentu yang secara fungsional saling
berhubungan sebagai suatu system. Satuan terkecil yang mengandung makna
berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan satuan yang lebih besar yang
mengandung pikiran berupa kalimat.

Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek


(S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa
tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P
dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau
rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna
menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap
sebagai pengungkap maksud penuturannya. Hal ini menunjukkan bahwa
penguasaan bahasa sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi banyak ditentukan
oleh penguasaan kaidah kalimat yang didukung oleh kosakata yang memadai.

Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana


pengertian kalimat, bagian- bagiannya dan jenis kalimat-kalimat serta contohnya.
Oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang
pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi
jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan kalimat ?


2. Apa saja unsur, ciri-ciri, dan jenis dari kalimat ?
3. Bagaimana susunan pola dalam kalimat dasar ?
4. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?
5. Bagaimana cara penulisan kalimat efektif ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Untuk memahami arti dari kalimat


2. Untuk mengetahui unsur, ciri-ciri, dan jenis dari kalimat ?
3. Untuk mengetahui susunan pola dalam kalimat dasar ?
4. Untuk mengetahui kalimat efektif
5. Untuk memahami cara penulisan kalimat efektif yang baik dan benar
6. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
7. Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

D. Manfaat

Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah :

1. Menjadikan para pembaca, khususnya mahasiswa dalam menulis kalimat


yang efektif
2. Untuk memberikan pengetahuan mengenai kalimat
3. Memahami Mahasiswa dalam penulisan kalimat
4. Menambah wawasan kepada para pembaca agar bisa mengetahui
kesalahan dalam penulisan kalimat.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran


(Widjono, 2007). Sedangkan, dalam kamus besar bahasa Indonesia, Kalimat
adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.
Kalimat dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa
lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan
kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang
minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan
prediket, satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau
tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang
berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi
kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf
kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma
(;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?),
atau tanda seru (!).

2. Unsur-unsur dari Kalimat

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang biasa disebut juga jabatan kata
atau peran kata,yaitu subjek(S), predikat(P), objek(O), pelengkap(P), dan
keterangan (Ket).Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas
dua unsur ,yakni S dan P. Unsur yang lain (O,Pel,dan Ket) dapat wajib hadir,atau
tidak wajib hadir dalam suatu kalimat.

Unsur-unsur kalimat dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok,
sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar
S diisi oleh kata benda/frasa nominal,kata kerja /frasa verbal,dan klausa.Subjek
kalimat dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa ataupun siapa. Contoh :

a. Bendera NKRI berwarna merah dan putih (S yang diisi kata benda/frasa
nominal).
b. Berjalan kaki menyehatkan badan (S yang diisi kata kerja/frasa verbal).
c. Rambut keriting paman dipotong (S yang diisi kata benda/frasa nominal).

2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan
perbuatan (action) apa S,yaitu pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu
kalimat.Satuan bentuk pengisian P dapat berupa kata atau frasa namun sebagian
besar berkelas verbal atau adjektiva,tetapi dapat juga numeral, nominal atau frasa
nominal. Pemakaian kata adalah pada predikat biasa terdapat pada kalimat
nominal. Predikat (P) dapat dicari dengan rumus pertanyaan bagaimana,mengapa,
ataupun diapakan. Contoh :

a. Ayah sedang tidur siang (P yang diisi dengan kata kerja/frasa verbal).
b. Harga sepatu itu mahal sekali (P yang diisi dengan kata sifat/frasa
adjektif).
c. Bunga itu sangat bagus (P yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).
d. Gibran adalah seorang dokter (P dengan pemakaian kata adalah pada frasa
nominal).

3. Objek (O)

Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P).Objek


biasanya diisi oleh nomina,frasa nominal atau klausa.Letak Objek (O) selalu di
belakang P yang berupa verba transitif,yaitu veba yang menuntut wajib hadirnya
O. Objek dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa atau siapa terhadap tindakan
Subjek. Contoh :

a. Musdin makan nasi goreng (O yang diisi dengan kata benda/frasa


nominal).
b. Widya memiliki sepatu roda (O yang diisi dengan kata benda/frasa
nominal)
c. Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina (O yang diisi dengan
kata benda/frasa nominal)

4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi
P.Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verbal.Posisi ini juga bisa
ditempati oleh O,dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga bisa sama,yaitu
nominal atau frasa nominal.akan tetapi,antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Contoh :

Ketua MPR // membacakan // Pancasila.

S P O

Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila

S P O

Kedua kalimat aktif di atas yang Pel dan O-nya sama-sama nominal
Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat pertama
dengan ubahan sebagai berikut :

Pancasila // dibacakan // oleh Ketua MPR

S P Ket

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol (tidak gramatikal karena posisi


Pancasila swbagai Pel pada kalimat kedua ini tidak dapat dipindahkan ke depan
menjadi S dalam bentuk kalimat pasif).

Hal lain yang membedakan Pel dengan O adalah jenis pengisiannya.Pel


bisa diisi oleh adjektiva,frasa adjektif,frasa verbal,dan frasa preposisional.
Contoh:

a. Kita benci pada kemunafikan (Pel-nya frase preposisional).


b. Humairah bertubuh mungil (Pel-nya frase adjektiva).
c. Sekretaris itu mengambilkan bosnya kopi (Pel-nya frase nominal).
d. Pak Dimas suka bermain bulu tangkis (Pel-nya frase verbal).

5. Keterangan (Ket)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan Pel dan klausa
dalam sebuah kalimat. Pengisi Ket adalah adverbial, frasa nominal, frasa
proposisional,atau klausa. Posisi Ket boleh berada di awal,di tengah, atau di akhir
kalimat. Contoh :

a. Dania menjilid makalah kemarin malam.


b. Dania kemarin pagi menjilid makalah.
c. Kemarin pagi Dania menjilid makalah.

Keterangan terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya keterangan waktu, tempat,


cara, alat, alasan/sebab, tujuan, similatif,dan penyerta. Contoh :

a. Fikri menulis dengan pena. (Ket.alat)


b. Mahasiswa fakultas Hukum berdebat bagaikan pengacara. (Ket.similatif)
c. Karena bolos belajar, mahasiswa itu tidak lulus ujian. (Ket.sebab)
d. Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan cara hati-hati.(Ket.cara)
e. Nissya pergi dengan teman-teman sekelasnya. (Ket.penyetara)
f. Aisyah datang terlambat karena hujan. (Ket.penyebab)

3. Ciri-ciri kalimat

Ciri-ciri sebuah kalimat yang baik dan benar, harus sesuai dengan unsur-unsur
pembentukan kalimat. Kalimat yang baik harus sesuai dengan kaidah tata bahasa
Indonesia, yaitu.

1. Subjek (pokok atau inti pikiran)

Ciri-ciri dari subjek antara lain :

1. Jawaban atas pertannyaan apa atau siapa


2. Tidak didahului preposisi
3. Menjadi inti dari sebuah pokok pikiran
4. Berupa kata benda atau frase kata benda

2. Predikat
Ciri-ciri predikat sebagai berikut :

1. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa atau berapa


2. Dapat didahului kata ialah, adalah, merupakan
3. Dapat disertai kata pengingkaran tidak, atau bukan
4. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
5. Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kata atau kelompok kata sifat,
kata atau kelompok kata benda, kata atau kelompok kata bilangan

3. Objek

Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Langsung mengikuti predikat


2. Tidak didahului kata depan atau preposisi
3. Dapat didahului kata bahwa

4. Pelengkap

Pelengkap memiliki ciri-ciri sebgai berikut :

1. Melengkapi makna kata kerja (predikat)


2. Tidak didahului preposisi
3. Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek dalam kalimat
itu
4. Berupa kata/kelompok kata sifat atau klausa
5. Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya

6. Keterangan

Ciri-ciri keterangan yaitu :

1. Memberikan informasi tentang waktu, tempat, tujuan, cara, alat,


kemiripan, sebab, atau kesalingan.
2. Memiliki keleluasaan letak atau posisi (dapat diawal, akhir atau menyisip
antara subjek dan predikat)
3. Didahului kata depan seperti di, ke, dari, pada, dalam, dengan, atau kata
penghubung/konjungsi jika berupa anak kalimat.

4. Pola pada kalimat dasar

Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam


sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua
kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai
dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan,
yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Jadi, kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti,
belum mengalami perubahan. Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat,
melainkan acuan untuk membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas
beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S, P, O,
Pel, Ket. Berdasarkan tipe kalimat menurut Finoza (2009:157-160), antara lain:

Kalimat Dasar tipe S-P

Dalam kalimat yang bertipe ini, predikat biasanya diisi oleh verba transitip
atau frasa verba. Akan tetapi ada pula pengisi predikat berupa nominna, adjektiva,
frasa nomina, dan frasa adjektiva.

Contoh :

a. Nadila sedang tidur


b. Mereka sedang berenang

Kalimat Dasar tipe S-P-O

Dalam kalimat yang bertipe S-P-O ini, predikatnya diisi oleh bentuk verba
transitif yang memerlukan dua unsur pendamping yaitu untuk subjek (S) dan
unsur objek (O) untuk melengkapinya. Jika salah satu unsur itu tidak ada, maka
kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
Contoh :

a. Ayah mengendarai mobil baru


b. Mereka sedang menyusun karya ilmiah
c. Vinka mendapat piagam

Kalimat Dasar tipe S-P-Pel

Tipe kalimat ini sama seperti tipe kalimt S-P-O, hanya saja dua unsur
pendamping yang melengkapi predikat adalah subjek (S) dan pelengkap (Pel).

Contoh :

a. Banyak orang yang ingin menjadi anggota DPR


b. Eki menjadi ketua kelas
c. Pancasila merupakan dasar Negara kita

Kalimat Dasar tipe S-P- Ket

Sama halnya dengan kalimat dasar tipe S-P-Pel, predikat pada kalimat dasar tipe
ini memerlukan dua pendamping untuk melengkapinya. Dua pendamping itu
adalah subjek (S) dan keterangan (Ket)

Contoh :

a. Bencana itu terjadi 1 bulan yang lalu


b. Andi tinggal di Ternate
c. Nadira berasal dari Bacan

5. Kalimat Dasar tipe S-P-O-Pel

Pada kalimat dasar tipe S-P-O-Pel, ini menuntut tiga pendamping, yaitu
subjek (S), Objek (O), dan Pelengkap (Pel) untuk melengkapi Predikat (P) supaya
kalimat tersebut menjadi efektif dan gramatikal.

Contoh :

a. Walikota Ternate memerintahkan bawahannya untuk bekerja lebih


cepat.
b. Intan mengambilkan adiknya buku tulis
c. Inong mengirim ibunya uang

6. Kalimat Dasar tipe S-P-O-Ket

Sama dengan kalimat dasar tipe tipe S-P-O-Pel, dasar tipe S-P-O-Ket
membuthkan pendamping Keterangan (Ket) setelah Objek (O).

Contoh :

a. Pak Zainuddin membimbing mahasiswa di kampus


b. Tantri menyimpan uang di bank Mandiri
c. Wahyu bermain musik di atas panggung

Jenis-jenis kalimat

Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah klausa
pembentuknya,(b) fungsi isinya,(c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek dan
predikatnya,dan (e) sifat hubungan aktor-aksi

Berdasarkan Pengucapan

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

Kalimat langsung adalah kalimat yng secara cermat menirukan ucapan orang.
Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberikan bagaimana
ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda
titik dua (“...”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.

Kalimat Pernyataan

" Ibu senang akhirnya kamu lulus ujian ini. " kata Ibu

Kalimat Perintah

Ayah menyuruh,”Antarkan paket ini ke kantor pos!”

Kalimat Tanya

"Kapan buku Akuntansi ku kamu kembalikan?“ tanya Karina.


Kalimat Tak Langsung ialah kalimat yang mengalami perubahan dari kalimat
langsung yang menggunakan tanda petik, ke bentuk berita yang tidak
menggunakan tanda petik.

Contoh:

Ibu berkata kalau dia senang saya lulus ujian.

Ayah menyuruhku mengantarkan paket ini ke kantor pos.

Karina menanyakan kapan buku akuntansi-nya saya kembalikan

Jenis Kalimat menurut Jumlah Klausanya

Menurut jumlah klausa pembentuknya,kalimat dapat dibentuk atas dua


macam,yaitu (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk.

(a) Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa yang terdiri dari
subjek dan predikat. Unsur S dan P menang selalu wajib hadir di dalam setiap kalimat
Adapun O,Pel,dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat,termasuk dalam
kalimat tunggal. Jika Predikat masih perlu dilengkapi,barulah unsur yang melengkapi itu
dihadirkan.

Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya,kalimat tunggal dapat dipilah menjadi


empat macam yang diberi nama atau label tambahan sesuai jenis kata atau frasanya,
yaitu nominal, adjektiva, verbal,dan numeral. Contoh :

a. Kami mahasiswa Unkhair Kota Ternate (kalimat nominal)


b. Jawaban anak pintar itu sangat tepat (kalimat adjektiva)
c. Sapi-sapi sedang merumput (kalimat verbal)
d. Mobil orang kaya itu ada sepuluh (kalimat numeral)

Kalimat Majemuk ialah Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari 2
atau lebih kalimat tunggal, yang saling berhubungan baik secara koordinasi
maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:

1. Kalimat Majemuk Setara/koordinatif


Kalimat Majemuk setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat
tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat majemuk
setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:

a. Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat


diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan”
atau “serta”.
Contoh:
1. Aku menulis surat itu dan Dia yang mengirimnya ke kantor pos.
2. Murid-murid membuat prakarya itu serta memajangnya di
pameran.
b. Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang
dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”.
Contoh:
1. "Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.",
2. "Ibu memasak didapur sedangkan saya membersihkan rumah."
3. "Yang membuat prakarya itu bukan adiknya melainkan kakaknya
yang membuat prakarya itu.",
4. "Dia tidak membuat makanan itu namun hanya menyiapkannya
untuk para tamu."
c. Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang
didalam kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”.
Contoh : "Dia bingung memilih antara buah apel atau buah anggur."
d. Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami
penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”.
Contoh: "Dia tidak hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai
bernyanyi."

Kalimat Majemuk Bertingkat / kompleks /Subordinatif

Kalimat Majemuk Bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat
terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat
perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata
penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 10 macam,
yakni:

a. Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini.


Contoh:
1. "Rumah makan itu sudah berdiri sejak orang tuaku menetap di kota
ini.",
2. "Orang tuaku meninggalkan kota ini ketika umurku beranjak 3
tahun."

b. Sebab, misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu.
Contoh: "Dia pergi dari rumah karena bertengkar dengan istrinya."

c. Akibat, misal: hingga, sehingga, maka.


Contoh: "Hari ini hujan sangat deras di Ibukota hingga mampu
menggenangi beberapa ruas jalan."

d. Syarat, misal: jika, asalkan, apabila.


Contoh:
1. "Dia harus giat belajar jika ingin nilainya sempurna.",
2. "Tanaman itu bisa tumbuh dengan subur asalkan dirawat dengan baik."

e. Perlawanan, misal: meskipun, walaupun.


Contoh:
1. "Dia ingin masuk ke perguruan tinggi di Jakarta walaupun nilai
kelulusannya tidak memenuhi syarat.",
2. "Dia selalu pergi kesekolah dengan berjalan kaki meskipun dia
tahu kalau jarak antara rumah dan sekolahnya sangat jauh."

f. Pengandaian, misal: andaikata, seandainya.


Contoh: "Tim kita bisa menjadi juara 1 andaikata kita berusaha lebih keras
lagi."

g. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk.


Contoh: "Dia bekerja disini agar mendapatkan biaya hidup."

h. Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti. Contoh:


1. "Wajah anak itu bagai bulan kesiangan.",
2. "Anaknya yang suka membangkang itu ibarat Malin Kundang di
zaman modern."

i. Pembatasan, misal: kecuali, selain.


Contoh: "Wahyu memiliki bakat menyanyi selain bakat bermain musik."

j. Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll.


Contoh: "Orang itu pergi ke kantor dengan mobil."

k. Kesertaan, misal: dengan + orang.


Contoh: "Murid-murid sekolah dasar pergi berdarmawisata dengan para
guru."

Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat Majemuk Campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan


penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk
bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.

Contoh:

1. Musdin bermain dengan Ahmad. (kalimat tunggal 1)

2. Tantri membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)

3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan


waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.

Musdin bermain dengan Ahmad dan Tantri membaca buku dikamar, ketika aku
datang kerumahnya. (kalimat majemuk campuran)

Jenis kalimat Menurut Fungsinya

Sesuai Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia (2003:337) disebutkan berdasarkan


bentuk atau kategori sintaksisnya kalimat dibedakan atas empat macam,yaitu

1.Kalimat Perintah / deklaratif

adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang


untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan biasanya diakhiri
dengan intonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan
diakhiri dengan tanda seru (!).

Beberapa bentuk kalimat perintah :

a. Kalimat Perintah Permintaan, contoh: Tolong, tutup pintu itu!


b. Kalimat Perintah Larangan, contoh: Jangan membuang sampah
sembarangan!
c. Kalimat Perintah Ajakan, contoh: Marilah kita bersama-sama melestarikan
kebudayaan Indonesia!

Kalimat Berita / introgratif

adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu. Dalam


penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya
kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat berita
akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat
berita ini.

Beberapa bentuk kalimat berita:

Kalimat Berita Kepastian, contoh: Kita akan berangkat ke bandara besok siang.

Kalimat Berita Pengingkaran, contoh: Saya tidak akan menghadiri rapat hari ini.
Kalimat Berita Bentuk Lain, contoh: Saya tidak tahu kenapa orang itu selalu
datang ke rumah kami.

Kalimat Tanya / imperatif

adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya kalimat ini
akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering
digunakan untuk membuat kalimat Tanya ini ialah bagaimana, dimana, kemana,
kapan, berapa, siapa, mengapa.

Contoh:

Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?

Dimana peristiwa itu terjadi?

Kapan mereka akan menyerahkan tugas perkuliahan itu?

Siapa yang akan terpilih menjadi ketua pelaksana di acara tersebut?

Kalimat Seruan / ekslamatif

adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan. Dalam pelafalan


biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya
kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).

Contoh : Wah, indah sekali pemandangan itu!

Hai,ini dia orang yang kita cari!

Berdasarkan Unsur Kalimat

Kalimat yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:

Kalimat Lengkap

adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah
predikat. Kalimat majas juga bisa dikategorikan sebagai kalimat lengkap.

Contoh :
Kami membersihkan kelas bersama-sama.

Ayah membaca koran. (K.S. dilihat dari kalimat tunggal)

Kalau saya mempunyai uang, saya akan membeli rumah itu

Kalimat Tak Lengkap

adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak sempurna
kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang
hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini
sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan,
jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.

Contoh:

Maksudmu ?

Tutup pintu itu!

Kenapa diam?

Ayo, berangkat!

Jenis Kalimat menurut Susunan Subjek dan Predikatnya

Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat dibagi


menjadi dua yuitu : kalimat versi dan kalimat inversi.

(a) Kalimat Versi

Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa
dikatakan sama dengan kalimat tunggal yang mempunyai satu klausa.Contoh :

1. Kami membeli peralatan sekolah di toko itu.

2. Mereka bersalaman.

(b) Kalimat InversiI


Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S sehingga
membentuk pola P-S. Selain merupakan variasi dari pola S-P,ternyata kalimat
berpola P-S dapat memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu.Memang
kata atau frase yang pertama muncul dalam tuturan bisa menjadi kata kunci yang
mempengaruhi makna, bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan
pada pendengarnya. Contoh :

1. Matikan televisi itu !

2. Bawa buku itu kemari !

Berdasarkan Gaya Penyajiannya

Berdasarkan gaya penyajiannya kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

Kalimat yang melepas

Kalimat ini akan terwujud jika kalimat majemuk diawali dengan induk kalimat
(kalimat utama) dan diikuti oleh anak kalimat. Gaya penuilisan itu disebut gaya
penyajian melepas.

Contoh:

Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman jika saya selesai mengerjakan
pekerjaan rumah.

Keterangan:

Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman (induk kalimat/kalimat utama)

jika saya selesai mengerjakan pekerjaan rumah. (anak kalimat)

Kalimat yang klimaks

Kalimat ini akan terbentuk jika anak kalimat berada di awal kalimat majemuk dan
diikuti oleh kalimat utama (induk kalimat).

Contoh :

Karena pola makan yang tidak teratur, penyakit Maagnya sering kambuh.
Keterangan:

Karena pola makan yang tidak teratur (anak kalimat)

penyakit Maagnya sering kambuh. (induk kalimat/kalimat utama)

Kalimat berimbang

Kalimat ini biasanya disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau kalimat
majemuk campuran. Gaya penyajian seperti ini ialah untuk memperlihatkan
kesejajaran bentuk dan informasinya.

Contoh:

Harga pangan saat ini makin melonjak, pedagang dan konsumen


mempermasalahkan harga yang semakin naik.

Berdasarkan Subjeknya

Berdasarkan subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

Kalimat aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang unsur subjeknya melakukan suatu tindakan
(pekerjaan). Untuk predikatnya sendiri dalam kalimat ini berupa kata kerja yang
berawalan “me-“ dan “ber-“, selain itu juga dapat berupa kata kerja yang tidak
dapat dilekati oleh awalan “me-“ seperti: mandi, pergi, dll (kecuali makan dan
minum)

Contoh:

Imbuhan "me-"

Koki itu membuat menu baru untuk restorannya.

Imbuhan "ber-"

Kami bermain di taman.

Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:


1. Kalimat Aktif Transitif

adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita. Predikatnya biasanya
berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif yang
predikatnya berawalan “di-“.

Contoh:

Kami membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi Kue dibuat oleh kami.
(kalimat pasif)

2. Kalimat Aktif Intransitif

adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita. Predikat pada
kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi
kalimat pasif.

Contoh:

Kami berjaga diluar rumah.

Andi berteriak dari dalam kamar mandi.

3. Kalimat Semi Transitif

adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam bentuk pasif, hal itu
dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek.

Contoh:

Dimas menjadi ketua kelas.

Keterangan:

Dimas = Subjek

menjadi = Predikat

ketua kelas = Pelengkap

Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan. Kalimat
bentuk ini memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“
dan diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk,
yaitu:

Kalimat Pasif Biasa

adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif. Untuk predikatnya
sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.

Contoh:

Sampah dibuang Rina.

Barang itu dijual paman.

Kalimat Pasif Zero

adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan unsur objek penderita
tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah unsur predikat berakhiran
“-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga
bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja "aus"
(kata kerja yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“ dan “ber-“)

Contoh:

akan saya sampaikan pesanmu.

Saya berikan bukuku.

Anda mungkin juga menyukai