OLEH :
1. MARIANA.
A. Latar Belakang.
Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada Papyrus Ebers di
Mesir ± 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda banyak kencing
(Miharja, 2008).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980
dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam
satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di
mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Budhiarta,
et, al, 2006).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan
hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab
kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan RI Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS,
DTM&H saat membuka Seminar dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia 2009,
5 November 2009 di Jakarta.
Prof. Tjandra Yoga mengatakan berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional
DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%.
Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 10.3% dan
sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas
sentral pada penduduk Usia ≥ 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki
prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada
penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai
prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar
93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%.
Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar
23,7% dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%.
Dalam sambutannya Prof. Tjandra Yoga menjelaskan, Diabetes Melitus (DM) adalah
penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon
insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin.Hal ini ditandai
dengan tingginya kadar gula dalam darah. Penyakit ini membutuhkan perhatian dan
perawatan medis dalam waktu lama baik untuk mencegah komplikasi maupun perawatan
sakit.
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan
keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Secara umum, hampir 80
% prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup/life style yang tidak
sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk
dengan obes mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obes
(Susanto, 2009).
B. Tujuan .
1. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui etiologi dan tipe-tipe diabetes mellitus
3. Untuk mengetahui faktor predisposisi diabetes mellitus
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway diabetes mellitus
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus
7. Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan diabetes mellitus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian.
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi/ perlukaan pada membran basalis
dalam pemerisaan dengan menggunakan mikroskop elektron (Arif, et al, 2001)
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
B. Etiologi.
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi
kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme
basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab
diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi
pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).
Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol,
dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus.Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan
dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan
medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang
sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan
anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses
penuaan itu sendiri.
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik.
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi.
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan.
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
C. Faktor Predisposisi.
Diabetes melitus disebabkan oleh faktor :
1. Faktor demografi.
Jumlah penduduk meningkat.
Penduduk berumur > 40 tahun meningkat.
Urbanisasi.
2. Gaya hidup yang kebarat-baratan.
Pendapatan perkapita tinggi.
Restoran cepat saji.
Hidup santai.
3. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi.
Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan, tetapi
faktor keturunan saja tidak cukup. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan diri
secara nyata sampai akhir hayatnya.
Beberapa faktor yang sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus adalah:
Kurang gerak/malas.
Makanan berlebihan.
Kehamilan.
Kekurangan produksi hormon insulin.
Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin.
Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1).
Minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah.
Proses menua.
D. Patofisiologi.
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya
ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat dipecah
menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak.
Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ
di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan
itu harus diolah, dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi
yang disebut metabolisme.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk
kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit,
antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat
(diabetesmellituscenter.wordpress.com, 2010).
Defisiensi Insulin
glukoneogenesis hiperglikemia
Kurang
pengetahuan
lemak protein glycosuria
Asidosis Trombosis
Resti Ggn Nutrisi
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
Miokard Infark Stroke Gangren diabetik
Resiko Injury
H. Penatalaksanaan.
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet.
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein,
75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis,
tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan.
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat
aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas
dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para
pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi,
serta membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan.
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan).
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan
efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan
untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan
untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e. Pendidikan.
- Diet yang harus dikomsumsi.
- Latihan.
- Penggunaan insulin.
d. Displidemia.
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e. Hipertensi.
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa
menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan
ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.
f. Kaki diabetic.
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,
iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada
kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler
dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,
iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
g. Hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik
oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin
eksogen atau hipoglikemik oral.
Identitas Penanggungjawab.
Nama : Ny. T
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : RT 03 RW 02 Candirejo
Hub dengan klien : Anak kandung
B. KELUHAN UTAMA.
Klien mengeluh kedua kakinya terasa kesemutan namun tidak mati rasa.
Barthel Indeks
No Kriteria Skor Keterangan
1. Makan 10 Frekuensi 3 x sehari
5 : bantuan Jumlah 1 piring/sekali makan
10 : mandiri Jenis nasi, sayur, lauk
2. Minum 10 Frekuensi 5 x sehari
5 : bantuan Jumlah ± 1000 cc
No Kriteria Skor Keterangan
10 : mandiri Jenis air putih
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat 15
tidur/sebaliknya
10 : bantuan
15 : mandiri
4. Personal toilet (cuci muka, menyisir 5 Frekuensi 1 x sehari pada sore hari
rambut, gosok gigi)
0 : bantuan
5 : mandiri
5. Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, 10
menyeka tubuh dan menyiram)
5 : bantuan
10 : mandiri
6. Mandi 15
5 : bantuan
15 : mandiri
7. Jalan di permukaan datar 5
0 : bantuan
5 : mandiri
8. Naik turun tangga 10
5 : bantuan
10 : mandiri
9. Mengenakan pakaian 10
5 : bantuan
10 : mandiri
10. Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi 2 hari sekali
5 : bantuan Konsistensi lunak
10 : mandiri
11. Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi 5-7 x/hari
5 : bantuan Warna kuning
10 : mandiri
12. Olahraga/latihan 10 Klien berolahraga jalan kaki setiap
5 : bantuan pagi hari.
10 : mandiri
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu luang 10 Frekuensi setiap hari dengan
5 : bantuan membaca majalah.
10 : mandiri
I. ANALISA DATA.
Neuropati
Parestesia
Senin DS : Hiperglikemi (DM) Keletihan
23/01/17 Klien mengatakan sejak 3 bulan (00090)
13.05 yang lalu mempunyai keluhan
cepat merasa lelah saat
beraktivitas.
DO : Glukosa intrasel
Indeks KATZ Klien Tn. S
termasuk dalam kategori mandiri menurun
dalam makan, kontinensia (BAB
dan BAK), menggunakan pakaian, Proses pembentukan
mandi, pergi ke toilet dan ATP/energi terganggu
berpindah.
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 23 x/menit
Kelesuan
fisiologis
Keletihan
Senin DS: Hiperglikemi (DM) Resiko Cedera
23/01/17 - Klien mengatakan fungsi (00035)
13.10 penglihatannya sudah berkurang,
sudah tidak mampu lagi melihat
jarak jauh dengan jelas, dan
menggunakan alat bantu kaca mata
untuk membaca.
- Klien mengeluh kakinya Komplikasi
kesemutan tapi tidak mati rasa.
- Klien mengatakan jarang vaskuler
memakai alas kaki.
DO :
- Lingkungan tempat tinggal Tn. S
bersih, jalan rata namun agak licin Mikro vaskuler
karena berlumut, tidak ada sampah
berserakan, kamar tidur klien Retinopati
tampak rapi, lantai rumah dari
keramik, lantai kamar mandi agak
licin dan tidak ada pegangan Penglihatan tidak
dinding, penerangan di rumah Tn.
S cukup terang pada siang karena jelas
terdapat jendela dan ventilasi yang
dibuka setiap pagi dan pada malam Gangguan sensasi
hari lampu penerangan cukup
terang namun penerangan di
kamar mandi agak redup.
- Klien mampu bergerak dengan
bebas.
- Ada tremor.
- Barthel Indeks Tn. S memperoleh
total skor 130 yang berarti Tn. S
dalam kategori mandiri.
Senin DS : Kurangnya Ketidak-efektifan
23/01/17 - Klien mengatakan masih suka manajemen kesehatan
13.10 makan gorengan dan makanan informasi tentang (00078)
bersantan dan minum yang manis. penyakit
- Klien mengatakan mengetahui
menderita penyakit DM dan
kolesterol tinggi sejak 5 tahun Kurang pengetahuan
yang lalu. Selama 5 tahun klien tentang program
tidak rutin minum obat untuk DM terapeutik
dan kolesterol, klien juga tidak
mengatur pola makannya, klien
masih mengkonsumsi banyak gula
dan makanan berminyak.
DO :
- GDS = 251 mg/dl, kolesterol =
386 mg/dl.
- Terdapat parestesia dan retinopati
diabetik.
- SPMSQ : Tn. S termasuk dalam
kategori kerusakan intelektual
ringan.
- MMSE : Tn. S termasuk dalam
kategori kerusakan aspek fungsi
mental ringan.
- Skala Depresi : Tn. S dapat
dikategorikan dalam kategori
kemungkinan depresi.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN.
M. EVALUASI KEPERAWATAN.
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD
A. Kesimpulan.
Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Etiologi diabetes mellitus antara lain faktor genetik, faktor imunologi, faktor
lingkungan, selain itu usia dan obesitas juga sering menjadi penyebab diabetes mellitus.
Tanda dan gejala diabetes mellitus antara lain Keluhan yang sering muncul
adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatan lazim.
B. Saran.
1. Dengan mengetahui asuahan keperawatan pada penderita diabetes melitus pada lansia
kita dapat melakukan pencegahan agar penyakit yang timbul tidak menuju keparahan
2. Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya perubahan fungsi
fisiologis maupun psikologisnya untuk mengantisipasi komplikasi maupun kegawat
daruratan pada penderita DM seperti hipoglikemi maupun respon stres yang timbul
pada lansia tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1edisi 3. Jakarja : Media
Aesculaius
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC