Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Dasar dan Tujuan
Pengarahan dan Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan”
makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Dalam makalah ini penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak, untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Ibu Dr Wida Kuswida B M.Kep, selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Maternitas II.
2. Teman-teman yang selalu membantu dalam pembuatan makalah ini sekaligus
membantu untuk mendapatkan referensi tambahan untuk memperlengkap
makalah yang telah penulis buat.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan.Hal ini disebabkan keterbatasan penulis dalam segi ilmu,
pengalaman, dan referensi penulis dalam penulisan makalah ini.Untuk itu, kritik
dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan bagi
penulis.Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah
wahana pengetahuan bagi kita semua.

Kubu Raya, Maret 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan ........................................................ 6
1. Pengertian pengarahan dalam manajemen keperawatan .......................... 6
2. Makna pengarahan dalam manajemen perawatan .................................... 6
3. Tujuan pengarahan dalam manajemen perawatan .................................... 7
4. Unsur-unsur pengarahan dalam manajemen keperawatan ....................... 8
5. Kegiatan pengarahan dalam manajemen keperawatan ........................... 10
B. Kegiatan Manajer Keperawatan Pada Fungsi Pengarahan ......................... 11
1. Aspek-aspek pengarahan ........................................................................ 12
2. Kegiatan manajer .................................................................................... 17
C. Pendelegasian ............................................................................................. 21
1. Pengertian pendelegasian ....................................................................... 21
2. Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif ............................................. 22
3. Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif ..................................... 24
4. Prinsip Utama Pendelegasian ................................................................. 24
5. Cara Pendelegasian ................................................................................. 25
6. Tempat dan Waktu Pendelegasian.......................................................... 27
7. Kegiatan yang Tidak Boleh Didelegasikan ............................................ 28
8. Keberhasilan Pendelegasian ................................................................... 29
D. Pemberdayaan ............................................................................................ 29
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 31
A. Kesimpulan ................................................................................................ 31
B. Saran ........................................................................................................... 31

2
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengarahan merupakan suatu keinginan untuk membuat orang
lainmengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau
kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan
jangka panjang perusahaan. Termasuk didalamnya memberitahukan orang
lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang bervariasi mulai dari nada
tegas sampai meminta atau bahkan mengancam. Tujuannya adalah agar
tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik (Nursalam, 2009).
Para ahli banyak berpendapat kalau suatu pengarahan merupakan fungsi
terpenting dalam manajemen. Karena merupakan fungsi terpenting maka
hendaknya pengarahan ini benar-benar dilakukan dengan baik oleh seorang
pemimpin.
Seorang manajer yang baik hendaknya sering memberi masukan-
masukan kepada anggotanya karena hal tersebut dapat menunjang prestasi
kerja anggota. Seorang anggota juga layaknya manusia biasa yang senang
dengan adanya suatu perhatian dari yang lain, apabila perhatian tersebut dapat
membantu meningkatkan kinerja mereka.
Suatu pengarahan dapat diberikan pada suatu batasan, baik yang bersifat
umum maupun spesifik, tergantung pada frekuensi kerja dan motif usaha
yang dikembangkan. Pengarahan dapat diberikan sebagai suatu proses
bimbingan, pemberian petunjuk dan intruksi kepada bawahan agar mereka
bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Organisasi yang tidak secara maksimal menerapkan fungsi pengarahan,
dapat mengakibatkan antara lain : karyawan kurang disiplin, karyawan dalam
bekerja tidak sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah
ditetapkan, atau bahkan karyawan kurang bisa menghargai peran dan fungsi
pimpinan

4
5

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dan tujuan pengarahan
2. Untuk mengetahui kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan
1. Pengertian pengarahan dalam manajemen keperawatan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama dan
negosiasi. Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat
untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan
keperawatan (Swanburg, 2000).
Directing merupakan suatu kegiatan untuk mengintegrasikan usaha-
usaha anggota-anggota dari suatu kelompok, sehingga melalui tugas-tugas
mereka dapat terpenuhi tujuan-tujuan pribadi dan kelompoknya. Semua
usaha kelompok menghendaki pengarahan apabila ingin secara sukses
mencapai tujuan akhir kelompok tersebut (Terry, 1993).
Pengarahan merupakan aktifitas pemimpin dalam proses manajemen
yang mengarahkan dan memotivasi tenaga kerja bawahannya dalam
rangka mencapai tujuan bisnis (Basri, 2005).
2. Makna pengarahan dalam manajemen perawatan
Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu:
a. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana.
b. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan.
c. (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai
jam pulang).
d. (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frekuensi
seharusnya dikerjakan.
e. (Why) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan.
f. (Where) Dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing.
Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan
efektif bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan
semua pekerjaan yang ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara

6
7

konsistensi dengan kebijakan unit dan dapat melaksanakan kegiatan


dengan aman dan nyaman.
3. Tujuan pengarahan dalam manajemen perawatan
Tujuan pengarahan ada lima yaitu :
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih
baik, efisiensi kerjadapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang
dalam menggerakkan bawahannya, misalnya melalui supervisi
tindakan keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak pada
minimalnya kesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat
bahan, alat dan waktu dibandingkan jika terjadi kesalahan akibat dari
tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruang.
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf
Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait
dengan fungsi pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang
bagi bawahan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung
jawabnya secara mandiri.
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat
melakukan kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun,
memberi apresiasi saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa
memiliki dan menyukai pekerjaan.
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staf
Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan suasana
lingkungan yang kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal
yang harmonis, kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses
dalam memberikan motivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja
perawat pelaksana.
8

e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis


Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal
yang bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah
semua perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan
membuat organisasi berkembang lebih dinamis.
4. Unsur-unsur pengarahan dalam manajemen keperawatan
Pengarahan atau disebut juga penggerakan merupakan upaya
mempengaruhi staf agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, agar dapat mengarahkan dan menggerakan bawahan
maka ada beberapa unsur yang perlu dipahami dan diperhatikan oleh
manajer keperawatan. Unsur-unsur tersebut adalah:
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang
mengerjakan apa yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya
(Truman dalam Gillies, 1996). Kepemimpinan merupakan penggunaan
keterampilan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan &
Decleur, 1989). Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk
mempengaruhi anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan
yang ditentukan (Baily, Lancoster & Lancoster, 1989). Kepemimpinan
adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan yang
lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan
pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996).
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1993: 26). "Kepemimpinan
sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-
orang tertentu, biasanya melalui 'human relations' dan motivasi yang
tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan
membanting tulang memahami dan mencapai segala apa yang menjadi
tujuan-tujuan organisasi".
9

b. Motivasi
Motivasi menjadi unsur penting fungsi pengarahan dalam
keperawatan, karena kita tahu bahwa pelayanan keperawatan memiliki
kontribusi yang besar terhadap mutu layanan kesehatan. Rendahnya
kinerja perawatan akan mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan,
sebaliknya bila kinerja perawat baik maka akan dapat meningkatkan
mutu layanan.
Kinerja perawat baik, bukan hanya karena perawat bersedia
melakukan dan menyelesaikan tindakan keperawatan secara rutin saja,
tetapi yang terpenting adalah perawat melakukan tindakan didasari
dorongan atau motivasi diri. Motivasi internal yang kuat akan
memberikan dampak yang langgeng bagi seorang perawat dalam
melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien. Hal ini didukung oleh
Hasibuan (2005) yang menyatakan bahwa motivasi adalah hal yang
menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya
mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal. Lebih
lanjut Wlodkowski (1985) menyatakan bahwa motivasi merupakan
kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan
yang memberi arah serta ketahanan(persistence) pada tingkah laku
tertentu. Seorang manajer perawat harus mengenali motivasi dan
kebutuhan staf supaya dapat memicu kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang efisien dan efektif.
c. Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau
mengarahkan bawahan. Penerapan komunikasi yang baik antara
manajer dan pelaksana keperawatan dapat menghindari persepsi salah
(missperception). Komunikasi bisa dilakukan secara vertikal (atas–
bawah) maupun horisontal (samping). Komunikasi yang baik adalah
komunikasi yang dilakukan secara terbuka antar dua orang atau lebih
untuk menyampaikan dan meneruskan pesan yang berharga dari dan
keluar organisasi. Komunikasi bisa dilakukan secara verbal maupun
10

non verbal. Seorang manajer perawat diharapkan dapat mengikuti


perkembangan teknologi informasi dengan menggunakan berbagai
media modern sebagai sarana mendapatkan informasi dan melakukan
komunikasi secara efektif, walaupun pada saat pimpinan tidak berada di
tempat. Implementasi komunikasi di dalam ruang rawat inap dilakukan
melalui kegiatan operan/timbang terima, conference (pre, middle, post),
diskusi kasus, ronde keperawatan, rapat-rapat dan aktivitas lainnya.
5. Kegiatan pengarahan dalam manajemen keperawatan
Berikut di bawah ini akan diuraikan 10 rambu-rambu kegiatan
pengarahan menurut (Swanburg, 2000), yaitu:
a. Tentukan tujuan pengarahan yang realistis.
b. Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgen.
c. Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain.
d. Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerja
dengan benar dan adil.
e. Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan
berkelanjutan agar selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan
mutakhir.
f. Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikan
reward and punishment yang jelas dan tegas.
g. Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dan
dimengerti agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf.
h. Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasien
maupun situasi gawat lainnya.
i. Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat.
j. Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitas
layanan secara teratur dan rutin.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
Zulkarnain (2017) dengan judul penelitian Analisis Pelaksanaan Fungsi
Manajemen Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat dalam
Menerapkan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bima
11

didapatkan bahwa hasil penelitian menunjukkan seluruh variabel fungsi


pengarahan (motivasi, komunikasi, supervise, delegasi dan manajemen
konflik) memiliki hubungan bermakna dengan kinerja perawat sedangkan
variabel confounding (umur, jenis kelamin, status perkawinan, lama kerja
dan pendidikan) tidak memiliki hubungan terhadap kinerja perawat.
Mayoritas perawat pelaksana mempersepsikan fungsi pengarahan kepala
ruangan baik memiliki kinerja baik. Variabel yang paling berpengaruh
terhadap kinerja perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan adalah
fungsi manajemen konflik.
B. Kegiatan Manajer Keperawatan Pada Fungsi Pengarahan
Menurut Suhendi dan Sasangka, (2014) suatu fungsi kepemimpinan
manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja secara maksimal
serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
Fungsi pengarahan diantaranya :
1. Mempengaruhi orang lain sesuai dengan perintah kita.
2. Melakukan penolakan pada orang lain.
3. Memberikan pengarahan pada orang lain supaya mengerjakan sesuatu
dengan berkualitas.
4. Menumbuhkan kesetiaan orang-orang di organisasi.
5. Memberi kesadaran berupa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan
orang.
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk
melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan (Swanburg, 2000).
Segala sesuatu yang telah direncanakan dan diorganisasikan tidak mungkin
berjalan apabila tidak diarahkan dan diberi tahu tentang apa yang harus
mereka kerjakan. Pengarahan merupakan usaha yang berkaitan dengan segala
sesuatu agar seluruh anggota organisasi/lembaga dapat melaksanakan bagian
pekerjaannya dan bekerja sama untuk mencapai tujuannya (Wijayanti, 2012).
Fungsi pengarahan tampaknya bisa dilaksanakan oleh setiap orang dengan
mudah. Tetapi apabila kita melihat 2 kelompok dalam organisasi yang
12

berperan yaitu atasan (yang mengarahkan) dan bawahan (yang diarahkan),


maka fungsi tersebut sukar dilaksanakan (Wijayanti, 2012).
Orang yang mengarahkan (atasan) menghendaki agar bawahan bersedia
untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin. Sebaliknya bawahan yang
mempunyai keinginan/kebutuhan individu, diharapkan bersedia
melaksanakan yang diperintahkan atasan. Untuk itu masing-masing pihak
mengharapkan kepuasan tertentu sesuai dengan tujuan,
keinginan/kebutuhannya (Wijayanti, 2012).
1. Aspek-aspek pengarahan (Wijayanti, 2012)
Agar suatu pengarahan dapat berhasil, perlu kiranya seorang atasan
mengetahui aspek-aspek pengarahan. Tiga aspek pokok pengarahan yaitu :
a. Kepemimpinan
Adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas
anggota kelompok yang berkaitan dengan tugasnya. Dari pengertian
tersebut dapat ditunjukkan tiga unsur yaitu menyangkut pimpinan,
bawahan (pengikut), pembagian kekuasaan atau power. Dalam
kehidupan sehari-hari yang tampak yaitu adanya bawahan yang
tunduk/setia kepada atasan atau sebaliknya. Hal ini disebabkan
atasan/pimpinan memiliki power/kekuasaan sehingga mampu
mengarahkan dan mempengaruhi bawahan agar bersedia melaksanakan
tugas-tugasnya.
Kekuasaan atau power adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain sehingga perilaku orang tersebut sesuai
dengan yang diharapkan oleh orang yang mempunyai power tersebut.
Kekuasaan/power sering disebut wewenang.
Seorang pimpinan ditaati oleh bawahan bisa karena berbagai
wewenang/kuasa yaitu :
1) Wewenang formal/sah, yaitu kuasa yang diperoleh berdasarkan
aturan formal organisasi.
2) Wewenang bawaan, yaitu kuasa yang berdasarkan perilakunya
sebagai panutan/tauladan.
13

3) Wewenang ahli, yaitu kuasa yang berdasarkan


keahlian/pengetahuan yang dimilikinya.
4) Wewenang paksaan, yaitu kuasa yang berdasarkan kemampuan
memberi hukuman/paksa.
5) Wewenang hadiah, yaitu kuasa yang berdasarkan kemampuan
memberi imbalan.
Seorang pimpinan bersikap dan berhubungan dengan tugas dan
anggota organisasi. Secara garis besar bisa dibedakan menjadi dua
orientasi yaitu :
1) Orientasi tugas
Berarti perilaku pimpinan akrab/hangat dan sangat
memperhatikan berbagai tugas dalam organisasi
2) Orientasi anggota organisasi
Berarti perilaku pimpinan akrab/hangat dan sangat
memperhatikan para anggota organisasi
Keberhasilan seorang pimpinan selain karena dirinya juga
tergantung situasi bawahan (antara lain motivasi) dan pemberian
perintah yang baik.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryanto,
Sutomo & Setyawati (2011) dengan judul penelitian Kepuasan Kerja
dan Persepsi Perawat Tentang Kepemimpinan Dengan Kinerja Perawat
Pasca Sertifikasi ISO 9001/2018 didapatkan bahwa adanya hubungan
positif yang sangat signifikan antara kepuasan kerja dan persepsi
perawat tentang kepemimpinan dengan kinerja perawat pasca sertifikasi
ISO 9001/2008 di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Aspek
kepuasan kerja sebaiknya termasuk dalam aspek penilaian kinerja
perawat. Perawat sebaiknya meningkatkan inovasi dalam bekerja.
Pimpinan rumah sakit hendaknya meningkatkan fungsi pengawasan dan
kenyamanan kondisi lingkungan kerja di rumah sakit.
14

b. Motivasi
Adalah segala sesuatu yang mengerahkan dan mendorong
seseorang berperilaku tertentu atau paling tidak berkeinginan untuk
berperilaku tertentu. Pimpinan akan berhasil apabila “power”nya
mampu mengarahkan bawahan. Hal ini memang benar, karena apabila
seorang karyawan yang memiliki kemampuan bekerja tetapi tidak
memiliki kemauan (motivasi) untuk bekerja sama, maka yang timbul
adalah kesulitan mengajak/menyuruh untuk bekerja dengan baik.
Berbagai teori motivasi telah dikemukakan oleh para ahli, seperti :
1) Teori motivasi klasik (model tradisional) oleh Frederick W. Taylor
Konsepsi dasar teori ini yaitu bahwa seseorang akan bersedia
bekerja dengan baik apabila orang itu berkeyakinan akan
memperoleh imbalan yang ada kaitannya langsung dengan kerjanya.
2) Teori hubungan kemanusiaan oleh E. Mayo
Teori ini menyatakan bahwa karyawan membutuhkan hubungan
sosial yang sehat. Dorongan untuk bekerja banyak dari pemenuhan
kebutuhan yang bersifat sosial. Sebaliknya rasa bosan dan rasa tidak
menyumbangkan dalam kegiatan perusahaan menghambat
lancarnya pencapaian tujuan. Dalam kondisi yang demikian
pimpinan harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mereka,
sehingga terciptalah iklim hubungan kerja kemanusiaan yang hebat.
3) Teori motivasi kebutuhan oleh A.M. Maslow
Teori ini menyatakan bahwa karyawan yang kebutuhannya
dipenuhi akan mendukung tercapainya tujuan. Tentunya dukungan
karyawan sesuai dengan bidang dan kemampuannya masing-
masing. Menurut Maslow terdapat 5 tingkat kebutuhan yang
sebaiknya dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut : kebutuhan
fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial atau merasa
diperhatikan, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan
perkembangan diri.
15

Pada umumnya pimpinan berusaha memberi motivasi positif baik


berupa pemenuhan kebutuhan, pujian, insentif dalam bentuk
uang/materi dan lain-lain. Tetapi di samping itu dapat pula motivasi
negatif digunakan agar karyawan bersedia melaksanakan suatu
pekerjaan. Motivasi negatif itu bisa berupa teguran, ancaman atau
hukuman. Kesemuanya itu tergantung situasi organisasi dan situasi
penugasan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Slamet
Riyadi (2011) dengan judul penelitian Pengaruh Kompensasi Finansial,
Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Timur didapatkan bahwa
kompensasi finansial tidak mempengaruhi motivasi kerja maupun
kinerja karyawan. Sedangkan gaya kepemimpinan secara signifikan
mempengaruhi motivasi kerja maupun kinerja karyawan dan motivasi
kerja secara signifikan mempengaruhi kinerja karyawan.
c. Mengembangkan komunikasi
Adalah kegiatan-kegiatan untuk saling memberi keterangan dan ide
secara timbal balik, yang diperlukan dalam setiap usaha kerja sama
manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam suatu organisasi pada dasarnya terdapat 3 macam
keterangan-keterangan dan ide-ide yang secara struktural mengalir yaitu
:
1) Yang disampaikan oleh pimpinan
Kegiatannya disebut komunikasi ke bawah (downward
communication). Keterangan dan ide-ide yang berasal dari pimpinan
dapat dibedakan :
a) Instruksi/petunjuk (instruction)
b) Keterangan umum (general information)
c) Perintah (order)
d) Teguran (reproof)
e) Pujian (recommendation)
16

2) Yang disampaikan oleh bawahan


Kegiatannya disebut komunikasi ke atas (upward
communication). Keterangan-keterangan dan ide-ide yang berasal
dari bawahan dapat dibedakan :
a) Laporan (report)
b) Keluhan, pendapat dan saran (complaint, opinion, suggestion)
3) Yang disampaikan oleh dan untuk para anggota organisasi
Kegiatannya disebut komunikasi mendatar (horizontal
communication). Bentuk-bentuk komunikasi mendatar antara lain :
a) Pemeriksaan ulang secara berturut-turut untuk memperoleh
persetujuan (consequential review and clearance)
b) Pemeriksaan ulang secara bersama untuk memperoleh
persetujuan (concurrent review and clearance)
Dari ketiga bentuk atau macam komunikasi tersebut yang menjadi
dasar untuk menyelenggarakan dan pengawasan organisasi umumnya
adalah komunikasi ke bawah (downward communication). Oleh karena
itu pimpinan harus senantiasa memberikan penjelasan-penjelasan dan
keterangan-keterangan mengenai hal-hal yang seharusnya diketahui
oleh bawahan, agar bawahan tidak merasa dirinya dibedakan dari yang
lainnya. Terutama yang harus dijelaskan adalah apa yang sebenarnya
yang menjadi tujuan organisasi (sesuai dengan tujuan dan petunjuk
organisasi) tidak bertentangan dengan tujuan-tujuan pribadi karyawan,
sebab pelaksanaan tugas mereka itu pada hakikatnya adalah menjamin
kepentingan mereka.
Dengan demikian apabila komunikasi ke atas disertai komunikasi
mendatar, maka akan terdapat komunikasi yang bersifat two way traffic
yang terkoordinasi dan bergerak sebagai suatu kesatuan menuju satu
tujuan. Sebagai pegangan dalam pemberian perintah hendaknya
didasarkan pada beberapa asas antara lain :
1) Perintah harus mudah dan dapat dimengerti.
2) Perintah harus tidak bertentangan dengan tujuan organisasi.
17

3) Perintah harus sesuai dengan kepentingan/fungsi yang


diperintahkan.
4) Perintah harus sesuai dengan kemampuan yang diperintah.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
Mahendro Prasetyo Kusumo (2017) dengan judul penelitian Pengaruh
Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat
jalan RSUD Jogja didapatkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi
terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien rawat jalan dan IGD di
RSUD Kota Jogja dan tahap orientasi komunikasi terapeutik merupakan
tahap yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pasien, sedangkan
tahap komunikasi terapeutik yang paling berpengaruh di IGD adalah
tahap terminasi.

2. Kegiatan manajer
Manajer adalah bagian dari kelompok kerja juga dikatakan bahwa
manajer merupakan bagian dari pada bawahan. Manajer merupakan
pejabat sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Ia harus memilih dan
mengintegrasikan mereka untuk melaksanakan pekerjaan yang dihadapi.
Biasanya hal tersebut relatif apabila menyangkut bangunan, mesin dan
modal. Akan tetapi bagi manusia pengarahan diperlukan dan hal ini
merupakan suatu masalah yang lebih kompleks. Manajer mempunyai
pengaruh yang benar untuk mempengaruhi sikap anggota kelompok. Sifat,
kepercayaan dan sikap dari manajer terhadap anggota kelompok akan
dinilai oleh bawahannya dan akan mempengaruhi efektivitas manajer
dalam memberikan pengarahan kepada mereka (Usman, 2008).
Fungsi manajer sebagai orang yang menjalankan kegiatan manajemen
(Terry, 1993) :
1. Memastikan kegiatan dijalankan oleh anggota.
2. Mengordinasi pekerjaan tiap orang.
3. Membantu anggota agar dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
18

4. Memastikan bahwa kegiatan manajemen berjalan dengan efektif dan


dinamis.
Menjadi manajer yang baik memerlukan keahlian-keahlian
manajemen sebagaimana kriterianya. Seorang manajer harus mengerti
tanggung jawab dan tugasnya sebagai manajer dan juga mendalami
keahlian-keahlian manajemen yang diantaranya (Terry, 1993) :
1. Technical skill
Dapat mengaplikasikan pengetahuan, metode atau teknik spesifik
dalam bidang spesialis tertentu. Keahliannya merujuk pada keahlian
apa yang dikuasai dalam melakukan suatu pekerjaan, biasanya dalam
hal keahlian fisik.
2. Conceptual skill
Kemampuan untuk memandang persoalan/topik secara keseluruhan
serta menganalisis dan memprediksi persoalan yang akan terjadi ke
depannya.
3. Human relation
Dapat mengarahkan dan mengontrol agar orang-orang yang ada dalam
perusahaan dapat bekerja sesuai rencana lewat komunikasi yang baik
dan benar.
4. Decision making
Dapat mengidentifikasi, mengevaluasi, mengumpulkan data dan
memutuskan alternatif terbaik untuk menentukan solusi suatu
permasalahan keputusan terhadap suatu hal dalam perusahaan.
5. Time management
Dapat mengalokasikan atau menggunakan waktunya dengan cara
paling efektif dan efisien.
6. Technological skill
Berupa kemampuan untuk mengikuti perkembangan teknologi yang
terjadi.
19

Tingkatan manajer secara hirarki beserta keahlian yang harus dimiliki


(Terry, 1993) :
1. First line manager
Tingkatan manajer paling rendah yang tidak membawahi manajer
lainnya. Tugasnya berurusan langsung dengan tenaga kerja, melakukan
pembagian tugas dan merealisasikan rencana. Contohnya adalah staff
dan karyawan, supervisor, mandor. Memiliki technical skill, human
relation skill dan time management.
2. Midlle manager
Penghubung antara first line manager dan top manager, bertanggung
jawab mengatur, menilai, memberi motivasi dan memastikan
tercapainya suatu tujuan. Contohnya kepala divisi, kepala cabang,
manajer wilayah dsb. Keahlian manajemen yang harus dimilikinya
adalah human relation skil, technical skil dan time management.
3. Top manager
Merencanakan kegiatan, menyusun strategi perusahaan dan
mengarahkan para manajer yang lainnya untuk melakukan suatu
pekerjaan. Contohnya direktur utama, wakil direktur, CEO, CIO, CFO
keahlian yang harus dimilikinya adalah conceptual skill, decision
making, technological skill, time management, human relation skill.
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal yang baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan
pasien, staf dan atasan setiap hari. Prinsip komunikasi manajer
keperawatan menurut Nursalam (2009), yaitu :
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak
dari keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal
perlu dibangun antara manajer dan staf.
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang
tak terpisahkan dalam organisasi.
3. Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat.
20

4. Perawat professional adalah mampu berkomunikasi dengan secara


adekuat, lengkap dan cepat.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima.
6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam
komunikasi.
Konflik sering terjadi dalam tatanan asuhan keperawatan. Konflik
yang terjadi antar staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan
keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter (Swanburg, 2000). Manajer
memiliki interaksi dengan staf yang memiliki nilai, keyakinan, latar
belakang dan tujuan berbeda yang menjadi sumber terjadinya konflik.
Sebagai manajer keperawatan, kepala ruangan memiliki asumsi bahwa
konflik suatu hal yang dapat dihindari dan jika konflik tidak dikelola
dengan baik, maka dapat menghasilkan penyelesaian yang kreatif dan
berkualitas. Kepala ruangan menggunakan konflik yang konstruktif dalam
menciptakan lingkungan yang produktif (Nursalam, 2009).
Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik.
Dauglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas
aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen,
yaitu :
1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan
keperawatan, pasien dan perawat pelaksana.
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan
tugas-tugas perawat pelaksana.
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan.
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana.
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan.
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat
pelaksana.
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran,
konsultasi dan evaluasi.
21

8. Mempercayai anggota.
9. Menginterpretasikan protokol.
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti.
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas.
12. Menggunakan proses kontrol manajemen.
C. Pendelegasian
1. Pengertian pendelegasian
Pendelegasian atau pelimpahan wewenang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008), istilah melimpahkan yaitu memberikan
wewenang, sedangkan wewenang itu sendiri merupakan hak/kekuasaan
untuk bertindak. Kewenangan adalah kekuasaan membuat keputusan.
Kewenangan dalam penjelasan Peraturan Menteri No 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan yang secara lengkap ditambahkan dengan
istilah kompetensi. Kompetensi dan kewenangan menunjukkan
kemampuan professional yang baku dan merupakan standar profesi dan
tenaga kesehatan. Pelimpahan wewenang yaitu kegiatan memberikan
kemampuan professional sesuai dengan standar profesi. Pelimpahan
wewenang ini pada beberapa sumber menyebutkan sebagai pendelegasian
wewenang. Pendelegasian wewenang dapat diartikan sebagai suatu
pemberian tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan
tujuan organisasi.
Pelaksanaan pendelegasian banyak mengalami masalah, dimana
proses delegasi tidak terlaksana secara efektif, ketidakefektifan kesalahan
yang sering terjadi ada tiga, yaitu :
a. Underdelegasi (pelimpahan terlalu sedikit)
Dimana orang yang menerima tugas limpahnya diberikan wewenang
sangat terbatas dan sering tidak terlalu jelas mengenai wewenang yang
harus dilakukan, sehingga tugas limpah tersebut tidak diselesaikan
dengan baik.
Masalah lain adalah kekhawatiran seseorang bahwa mereka tidak
mampu melakukan seperti apa yang dilakukan orang yang menerima
22

delegasi. Hal ini karena tanggung jawab yang diberikan sangat sedikit
dan sering merasa bosan, malas dan tidak efektif. Delegasi yang tepat
akan meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan hubungan yang
kondusif antara manajer dan staf. Hal ini berlaku juga dalam
pelayanan keperawatan di rumah sakit antara perawat professional
dengan perawat vokasional.
b. Overdelegasi (pelimpahan delegasi berlebihan)
Pemberian tugas limpah yang terlalu berlebih akan berdampak
penggunaan waktu yang sia-sia. Hal ini disebabkan keterbatasan
memonitor pelaksanaan tugas yang dilimpahkan. Dalam hal ini sering
ditemukan penyalahgunaan wewenang.
c. Improperdelegasi (pelimpahan yang tidak tepat)
Kesalahan yang diberikan adalah kesalahan pada waktu pemberian
tugas limpah, orang yang tidak tepat dan alasan delegasi (Nursalam,
2017).

2. Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif


Delegasi yang baik bergantung pada keseimbangan antara 3
komponen utama yaitu tanggung jawab, kemampuan dan wewenang.
Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu rasa tanggung jawab
terhadap penerimaan suatu tugas. Kemampuan (accountability) adalah
kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas limpah. Wewenang
(authority) adalah pemberian hak dan kekuasaan penerima tugas limpah
untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang dilimpahkan.
Lima konsep dasar yang mendasari efektivitas dalam pendelegasian, yaitu
:
a. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab,
tetapi suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna.
Manajer keperawatan sering mendelegasikan tanggunga jawabnya
kepada staf dalam melaksanakan asuhan terhadap pasien. Misalnya,
dalam penerapan model asuhan keperawatan professional primer,
23

seorang perawat primer (PP) melimpahkan tanggung jawabnya dalam


memberikan asuhan keperawatan kepada perawat
pendamping/associate (PA). perawat primer memberikan tanggung
jawab yang penuh dalam merawat pasien yang didelegasikan.
b. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang.
Perawat primer menyusun tujuan tindakan keperawatan. Tanggung
jawab untuk melaksanakan tujuan/rencana didelegasikan kepada staf
yang sesuai atau menguasai kasus yang dilimpahkan. Kemudian PP
memberikan wewenang kepada PA untuk mengambil semua
keputusan menyangkut keadaan pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Proses tersebut harus meliputi :
1. Pengkajian kebutuhan pasien
2. Identifikasi tugas yang dapat dilaksanakan dengan bantuan orang
lain
3. Mendidik dan memberikan pelatihan supaya tugas dapat
dilaksanakan dengan aman dan kompeten
4. Proses menentukan kompetensi dalam membantu seseorang
5. Ketersediaan supervise yang cukup oleh PP
6. Proses evaluasi yang terus menerus dalam membantu seseorang
7. Proses komunikasi tentang keadaan pasien antara PP dan PA
c. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung
jawabnya, mengembangkan wewenang yang dilimpahkan dan
mengembangkan kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi.
Keberhasilan pelimpahan ditentukan oleh :
1. Intervensi keperawatan yang diperlukan
2. Siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut
3. Bantuan apa yang diperlukan
4. Hasil apa yang diharapkan
d. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota.
Dukungan yang penting adalah menciptakan suasana yang asertif.
Setelah PA melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka PP harus
24

menunjukkan rasa percaya kepada PA untuk melaksanakan asuhan


keperawatan secara mandiri. Jika masalah timbul, maka PP harus
selalu menanyakan “apa yang bisa kita lakukan?” Empowering
meliputi pemberian wewenang seseorang untuk melaksanakan tugas
secara kritis otonomi, menciptakan kemudahan dalam melaksanakan
tugas, serta membangun rasa kebersamaan dan hubungan yang serasi
e. Seorang delegasi harus terlibat aktif
Ia harus dapat menganalisis otonomi yang dilimpahkan untuk dapat
terlibat aktif. Keterbukaan akan mempermudah komunikasi antara PP
dan PA (Nursalam, 2017).

3. Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif


Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas.
Pendelegasian yang jelas harus mengandung informasi mengenai tujuan
spesifik, target waktu dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
a. Tujuan spesifik
Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis harus
jelas sebagai parameter kepada siapa pendelegasian itu diberikan
b. Target waktu
Seorang PP atau Ners harus memberikan target waktu dalam
memberikan pendelegasian kepada PA. pada perencanaan keperawatan
kepada pasien, PP harus menuliskan target waktu yang jelas sebagai
indicator keberhasilan asuhan keperawatan
c. Pelaksanaan tindakan keperawatan
PP harus mengidentifikasi dan memberikan petunjuk intervensi
keperawatan yang sesuai terhadap kebutuhan pasien. Tahap pengkajian
dan pengambilan keputusan harus didiskusikan sebelum tindakan
dilaksanakan (Nursalam, 2017)

4. Prinsip Utama Pendelegasian


Supervisi dalam praktik keperawatan professional adalah suatu proses
pemberian berbagai sumber yang dibutuhkan perawat untuk
25

menyelesaikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi. Supervisi


dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu tugas teknis dan manajerial.
Hampir semua tugas teknis dapat didelegasikan oleh supervisor kepada
stafnya. Sementara, tidak semua tugas manajerial dapat didelegasikan
karena memerlukan supervise dan pemberian wewenang. Misalnya, staf
dapat menyusun suatu perencanaan, anggaran pembelian dan kegiatan
yang lainnya tetapi tugas untuk membuat persetujuan, rekomendasi,
pelaksanaan masih merupakan hak dan wewenang seorang supervisor
(Nursalam, 2017).

5. Cara Pendelegasian
a. Seleksi dan susun tugas
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang
harus dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf.
Tahap berikutnya yang harus dikerjakan secara otomatis adalah
menyiapkan laporan yang kontinu, menjawab setiap pertanyaan,
menyiapkan jadwal berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada
komisi yang bertanggung jawab dan melaksanakan asuhan
keperawatan dan tugas teknis lainnya. Menyusun suatu daftar secara
berurutan dengan dua kriteria, yakni waktu yang diperlukan dan
pentingnya bagi institusi. Hal yang terpenting dalam mendelegasikan
tugas adalah menentukan suatu tugas pendelegasian dan wewenang
secara bertahap. Hal ini akan menghindari terjadinya suatu
penyalahgunaan wewenang
b. Seleksi orang yang tepat
Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan
kemampuan dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya seseorang
memilih staf bergantung dari kemampuan manajer mengenal kinerja
staf, kelebihan, kelemahan dan perilakunya.
Hati-hati terhadap pendelegasian yang berlebihan atau yang terlalu
sedikit. Jika seseorang memberikan pendelegasian terlalu berlebih,
26

maka staf tidak akan siap untuk menerima keadaan tersebut dan akan
berdampak terhadap kegagalan staf dalam melaksanakan tanggung
jawab untuk tugas yang pertama kali diterimanya. Sebaliknya,
pendelegasian yang terlalu sedikit akan menjadi hal yang sangat buruk
efeknya terhadap staf maupun institusi. Pendelegasian jenis ini akan
menghabiskan waktu dan sering berakibat terhadap beban bagi staf.
c. Berikan arahan dan motivasi kepada staf
Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan
yang jelas. Lebih baik pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan
ajarkan pula bagaimana melaksanakan tugas tersebut. Jika seseorang
sudah siap untuk memberikan pendelegasian, maka seseorang harus
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah saya sudah menjelaskan alasan pendelegasian dan
mengapa tugas ini penting dilakukan?
2. Apakah semua tugas sudah jelas dalam ingatan kita?haruskah saya
menuliskan secara rinci?
3. Jika jawabannya ya, dapatkah saya memberikan instruksi dan
prosedur secara rinci terhadap tingkatan pemahaman staf?
4. Apakah tugas yang dilimpahkan dapat memberikan staf
kesempatan untuk berkembang dan memotivasi staf secara tepat?
5. Apakah staf anda sudah mendapatkan latihan, pengalaman dan
keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tersebut?
Hal penting dalam pendelegasian adalah kesepakatan antara manajer
keperawatan dan staf mengenai hasil yang diharapkan.
d. Lakukan supervise yang tepat
Seseorang harus bisa menentukan apa yang perlu disupervisi, kapan
dilakukan dan bantuan apa yang dapat diberikan. Supervisi merupakan
hal yang penting dan pelaksanaannya bergantung pada bagaimana staf
melihatnya.
1. Overcontrol. Kontrol yang berlebihan akan merusak pendelegasian
yang diberikan. Staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya
27

dengan baik dan seseorang hanya akan terfokus terhadap hal-hal


yang tidak didelegasikan.
2. Undercontrol. Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk
terhadap pendelegasian, dimana staf menjadi tidak produktif dalam
melaksanakan tugas dan berdampak secara signifikan terhadap
hasil yang diharapkan. Hal ini juga menyebabkan pemborosan
waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat dihindari. Berikan
kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk berpikir dan
melaksanakan tugas tersebut. Namun, berikan pula penekanan
terhadap deadline, agar staf akan mematuhi pola tersebut
(Nursalam, 2017).

6. Tempat dan Waktu Pendelegasian


a. Tugas rutin
Tugas rutin seperti wawancara lamaran pekerjaan, tanggung jawab
terhadap masalah-masalah yang kecil dan menyeleksi surat merupakan
tugas biasa dan dapat didelegasikan kepada staf
b. Tugas yang tidak mencukupi waktunya
Pendelegasian dapat dilaksanakan pada tugas-tugas tertentu karena
manajer tidak mempunyai cukup waktu untuk mengerjakannya. Tugas
tersebut akan dilaksanakan oleh manajer jika mempunyai waktu untuk
menyelesaikannya
c. Penyelesaian masalah
Pendelegasian diberikan dengan tujuan memberikan
pengalaman/tantangan kepada staf untuk menyelesaikannya. Staf akan
termotivasi apabila mereka menerimanya sebagai suatu tantangan.
Oleh karena itu, perlu perhatian dan bimbingan khusus dalam
membantu staf untuk menyelesaikan tugas yang dilimpahkan
kepadanya
28

d. Peningkatan kemampuan
Pendelegasian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan staf dan
tim. Dengan pengelolaan yang sesuai, pendelegasian akan menjadikan
suatu latihan bagi staf untuk belajar.
e. Kapan pendelegasian tidak diperlukan
Tidak semua jenis tugas dapat didelegasikan. Seorang manajer harus
berhati-hati dalam mendelegasikan jenis tugas tertentu, yaitu :
1. Tugas yang terlalu teknis, misalnya jadwal staf dan anggaran yang
merupakan tugas rutin manajer tetapi terlalu teknis dan perlu
ketrampilan khusus untuk dilaksanakan staf
2. Tugas yang berhubungan dengan kepercayaan dan kerahasiaan,
misalnya kerahasiaan suatu informasi dari institusi berhubungan
dengan terjadinya perselingkuhan staf
Pendelegasian dapat mengakibatkan masalah jika tugas yang didelegasikan
tidak dilaksanakan sesuai harapan. Untuk menghindari kesalahan tersebut,
maka manajer mempunyai tanggung jawan sebagai berikut :
a. Disiplin dalam pemberian wewenang
b. Bertanggunga jawab terhadap pembinaan moral staf
c. Perlunya suatu control
d. Hindari kesalahan dalam penyampaian pendelegasian (Nursalam,
2017).

7. Kegiatan yang Tidak Boleh Didelegasikan


a. Aktivitas yang memerlukan pengkajian dan keputusan selama
pelaksanaan
b. Pengkajian fisik, psikologis, sosial yang memerlukan keputusan,
rujukan dan intervensi atau tindak lanjut
c. Penyusunan dan evaluasi rencana keperawatan (Nursalam, 2017).
29

8. Keberhasilan Pendelegasian
Keberhasilan pendelegasian akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
a. Komunikasi yang jelas dan lengkap
Kejelasan komunikasi ditentukan oleh kelengkapan informasi yang
disampaikan, akurasi terhadap pesan dan penggunaan istilah/kata-kata
yang mudah dipahami oleh penerima pesan
b. Ketersediaan sumber dan sarana
Jika PP atau Ners menghendaki perkembangan pasien dari PA, maka
PP harus berada di tempat. Jika PP untuk jangka waktu yang lama
tidak berada di tempat, maka laporan harus dilimpahkan kepada staf
lainnya. Hal ini untuk menjaga agar pelaksanaan pekerjaan tetap
berjalan dengan baik
c. Monitoring
PP harus memberikan kebebasan kepada PA untuk berpikir dan
menganalisis tugas yang diberikan. Jika terdapat permasalahan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya, maka PP harus mampu berperan sebagai
konsultan dan membantu memberikan solusinya
d. Pelaporan kemajuan tugas limpah
Sebagai perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan dalam praktik keperawatan professional kepada pasien,
maka PP harus selalu meminta laporan dari PA tentang kemajuan
pasien. Laporan PA diharapkan bisa disampaikan secara regular dan
sesuai dengan waktu yang ditentukan, kemudian PP harus melakukan
tindak lanjut atau memberikan masukan tentang laporan yang telah
disampaikan (Nursalam, 2017)

D. Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan suatu proses yang dapat membangun kapasitas
pasien untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri, mengurangi perasaan
sedih, meningkatkan rasa percaya diri (Aria & Fitrianola, 2015).
30

Pemberdayaan merupakan suatu strategi perawat manajer dalam


menciptakan pelayanan kesehatan yang efektif dengan memberikan
penguatan atau pemberdayaan kepada para staf. Pengaturan perubahan
organisasi secara efektif mengharuskan pimpinan perawat memahami proses
sosial yang mempengaruhi perilaku pekerja, terutama sekali dengan
menyediakan iklim yang kondusif untuk pemberdayaan staf tersebut. Salah
satu faktor yang mempengaruhi hasil suatu pelayanan adalah pengalaman
perawat terhadap iklim organisasi di tempat kerja (Noraliyatun, Hanny, &
Hening, 2013).
Pemberdayaan sebagai salah satu konsep pembelajaran dan melalui
pembelajaran seseorang diharapkan akan mandiri dalam melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan. Pemberdayaan dapat dilakukan pada pasien.
Pemberdayaan pasien merupakan cara bagaimana pasien dapat memahami
mencari pertolongan ke tim kesehatan ketika merasa tidak berdaya sehingga
pasien yakin mendapatkan informasi kesehatan yang dibutuhkan.
Pemberdayaan pasien sebuah proses untuk membantu pasien mengontrol,
mengambil inisiatif, memecahkan masalah dan membuat keputusan dan dapat
diterapkan untuk pengaturan dalam perawatan kesehatan dan sosial dan
manajemen diri melalui pembelajaran (Aria & Fitrianola, 2015).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama dan
negosiasi. Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat
untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan
keperawatan (Swanburg, 2000).
Tujuan pengarahan terdiri dari 5, yaitu menciptakan kerja sama yang
lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf,
menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan, mengusahakan
suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
kerja staf, dan pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih
dinamis.
Fungsi manajer sebagai orang yang menjalankan kegiatan manajemen
(Terry, 1993) :
1. Memastikan kegiatan dijalankan oleh anggota.
2. Mengordinasi pekerjaan tiap orang.
3. Membantu anggota agar dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
4. Memastikan bahwa kegiatan manajemen berjalan dengan efektif dan
dinamis.
Menjadi manajer yang baik memerlukan keahlian-keahlian manajemen
sebagaimana kriterianya. Seorang manajer harus mengerti tanggung jawab
dan tugasnya sebagai manajer dan juga mendalami keahlian-keahlian
manajemen yang diantaranya (Terry, 1993) yaitu technical skill, conceptual
skill, human relation, decision making, time management, dan technological
skill.
B. Saran
Adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pembaca terutama mengenai pemahaman tentang konsep dasar dan tujuan

31
32

pengarahan dan kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan.


Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini, dengan demikian penulisan ini
dapat bermanfaat pula bagi penulis ataupun pihak lainnya yang
membutuhkan.
33

DAFTAR PUSTAKA
Aria. Wahyuni., & Fitrianola. Rezkiki. (2015). Pemberdayaan dan Efikasi Diri
Pasien Penyakit Jantung Koroner Melalui Edukasi Kesehatan Terstruktur.
Jurnal IPTEKS TERAPAN .
Basri. (2005). Bisnis Pengantar. Yogyakarta: BPFE.
Kusumo, Mahendro. Prasetyo. (2017). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat
Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja. Jurnal
Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit .
Noraliyatun. Jannah., Hanny. Handiyani., & Hening. Pujasari. (2013). Strategi
pemberdayaan Meningkatkan Iklim Organisasi Perawat Pelaksana di Rumah
Sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 16 No 1 .
Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2017). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika Cetakan
Keempat.
Pastika, I. Wayan., Gede. Santanu., & Marheni, Kadek. Eni. (2016). Penerapan
Konsep Pengorganisasian dan Pengarahan Pada PT Bayus Cargo Badung,
Bali. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan , 200.
Suhendi, & Sasangka. (2014). Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suryanto, Sutomo, & Setyawati. (2011). Kepuasan Kerja dan Persepsi Perawat
Tentang Kepemimpinan dengan Kinerja Perawat Pasca Sertifikasi ISO
9001/2008. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan .
Swanburg. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.
Terry, George. R. (1993). Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Intermedia.
Usman, Husaini. (2008). Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Wijayanti, Irene. Diana (2012). Manajemen. Yogyakarta: Nuha Medika.
34

Zulkarnain. (2017). Analisis Pelaksanaan Fungsi Manajemen Pengarahan Kepala


Ruangan Dengan Kinerja Perawat dalam Menerapkan Asuhan Keperawatan
di Ruang Rawat Inap RSUD Bima. JISIP Vol 1 No 2 .

Anda mungkin juga menyukai