MANAJEMEN
MANAJEMEN
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Dasar dan Tujuan
Pengarahan dan Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan”
makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Dalam makalah ini penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak, untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Ibu Dr Wida Kuswida B M.Kep, selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Maternitas II.
2. Teman-teman yang selalu membantu dalam pembuatan makalah ini sekaligus
membantu untuk mendapatkan referensi tambahan untuk memperlengkap
makalah yang telah penulis buat.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan.Hal ini disebabkan keterbatasan penulis dalam segi ilmu,
pengalaman, dan referensi penulis dalam penulisan makalah ini.Untuk itu, kritik
dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan bagi
penulis.Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah
wahana pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengarahan merupakan suatu keinginan untuk membuat orang
lainmengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau
kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan
jangka panjang perusahaan. Termasuk didalamnya memberitahukan orang
lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang bervariasi mulai dari nada
tegas sampai meminta atau bahkan mengancam. Tujuannya adalah agar
tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik (Nursalam, 2009).
Para ahli banyak berpendapat kalau suatu pengarahan merupakan fungsi
terpenting dalam manajemen. Karena merupakan fungsi terpenting maka
hendaknya pengarahan ini benar-benar dilakukan dengan baik oleh seorang
pemimpin.
Seorang manajer yang baik hendaknya sering memberi masukan-
masukan kepada anggotanya karena hal tersebut dapat menunjang prestasi
kerja anggota. Seorang anggota juga layaknya manusia biasa yang senang
dengan adanya suatu perhatian dari yang lain, apabila perhatian tersebut dapat
membantu meningkatkan kinerja mereka.
Suatu pengarahan dapat diberikan pada suatu batasan, baik yang bersifat
umum maupun spesifik, tergantung pada frekuensi kerja dan motif usaha
yang dikembangkan. Pengarahan dapat diberikan sebagai suatu proses
bimbingan, pemberian petunjuk dan intruksi kepada bawahan agar mereka
bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Organisasi yang tidak secara maksimal menerapkan fungsi pengarahan,
dapat mengakibatkan antara lain : karyawan kurang disiplin, karyawan dalam
bekerja tidak sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah
ditetapkan, atau bahkan karyawan kurang bisa menghargai peran dan fungsi
pimpinan
4
5
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dan tujuan pengarahan
2. Untuk mengetahui kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan
1. Pengertian pengarahan dalam manajemen keperawatan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama dan
negosiasi. Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat
untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan
keperawatan (Swanburg, 2000).
Directing merupakan suatu kegiatan untuk mengintegrasikan usaha-
usaha anggota-anggota dari suatu kelompok, sehingga melalui tugas-tugas
mereka dapat terpenuhi tujuan-tujuan pribadi dan kelompoknya. Semua
usaha kelompok menghendaki pengarahan apabila ingin secara sukses
mencapai tujuan akhir kelompok tersebut (Terry, 1993).
Pengarahan merupakan aktifitas pemimpin dalam proses manajemen
yang mengarahkan dan memotivasi tenaga kerja bawahannya dalam
rangka mencapai tujuan bisnis (Basri, 2005).
2. Makna pengarahan dalam manajemen perawatan
Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu:
a. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana.
b. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan.
c. (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai
jam pulang).
d. (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frekuensi
seharusnya dikerjakan.
e. (Why) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan.
f. (Where) Dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing.
Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan
efektif bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan
semua pekerjaan yang ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara
6
7
b. Motivasi
Motivasi menjadi unsur penting fungsi pengarahan dalam
keperawatan, karena kita tahu bahwa pelayanan keperawatan memiliki
kontribusi yang besar terhadap mutu layanan kesehatan. Rendahnya
kinerja perawatan akan mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan,
sebaliknya bila kinerja perawat baik maka akan dapat meningkatkan
mutu layanan.
Kinerja perawat baik, bukan hanya karena perawat bersedia
melakukan dan menyelesaikan tindakan keperawatan secara rutin saja,
tetapi yang terpenting adalah perawat melakukan tindakan didasari
dorongan atau motivasi diri. Motivasi internal yang kuat akan
memberikan dampak yang langgeng bagi seorang perawat dalam
melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien. Hal ini didukung oleh
Hasibuan (2005) yang menyatakan bahwa motivasi adalah hal yang
menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya
mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal. Lebih
lanjut Wlodkowski (1985) menyatakan bahwa motivasi merupakan
kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan
yang memberi arah serta ketahanan(persistence) pada tingkah laku
tertentu. Seorang manajer perawat harus mengenali motivasi dan
kebutuhan staf supaya dapat memicu kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang efisien dan efektif.
c. Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau
mengarahkan bawahan. Penerapan komunikasi yang baik antara
manajer dan pelaksana keperawatan dapat menghindari persepsi salah
(missperception). Komunikasi bisa dilakukan secara vertikal (atas–
bawah) maupun horisontal (samping). Komunikasi yang baik adalah
komunikasi yang dilakukan secara terbuka antar dua orang atau lebih
untuk menyampaikan dan meneruskan pesan yang berharga dari dan
keluar organisasi. Komunikasi bisa dilakukan secara verbal maupun
10
b. Motivasi
Adalah segala sesuatu yang mengerahkan dan mendorong
seseorang berperilaku tertentu atau paling tidak berkeinginan untuk
berperilaku tertentu. Pimpinan akan berhasil apabila “power”nya
mampu mengarahkan bawahan. Hal ini memang benar, karena apabila
seorang karyawan yang memiliki kemampuan bekerja tetapi tidak
memiliki kemauan (motivasi) untuk bekerja sama, maka yang timbul
adalah kesulitan mengajak/menyuruh untuk bekerja dengan baik.
Berbagai teori motivasi telah dikemukakan oleh para ahli, seperti :
1) Teori motivasi klasik (model tradisional) oleh Frederick W. Taylor
Konsepsi dasar teori ini yaitu bahwa seseorang akan bersedia
bekerja dengan baik apabila orang itu berkeyakinan akan
memperoleh imbalan yang ada kaitannya langsung dengan kerjanya.
2) Teori hubungan kemanusiaan oleh E. Mayo
Teori ini menyatakan bahwa karyawan membutuhkan hubungan
sosial yang sehat. Dorongan untuk bekerja banyak dari pemenuhan
kebutuhan yang bersifat sosial. Sebaliknya rasa bosan dan rasa tidak
menyumbangkan dalam kegiatan perusahaan menghambat
lancarnya pencapaian tujuan. Dalam kondisi yang demikian
pimpinan harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mereka,
sehingga terciptalah iklim hubungan kerja kemanusiaan yang hebat.
3) Teori motivasi kebutuhan oleh A.M. Maslow
Teori ini menyatakan bahwa karyawan yang kebutuhannya
dipenuhi akan mendukung tercapainya tujuan. Tentunya dukungan
karyawan sesuai dengan bidang dan kemampuannya masing-
masing. Menurut Maslow terdapat 5 tingkat kebutuhan yang
sebaiknya dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut : kebutuhan
fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial atau merasa
diperhatikan, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan
perkembangan diri.
15
2. Kegiatan manajer
Manajer adalah bagian dari kelompok kerja juga dikatakan bahwa
manajer merupakan bagian dari pada bawahan. Manajer merupakan
pejabat sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Ia harus memilih dan
mengintegrasikan mereka untuk melaksanakan pekerjaan yang dihadapi.
Biasanya hal tersebut relatif apabila menyangkut bangunan, mesin dan
modal. Akan tetapi bagi manusia pengarahan diperlukan dan hal ini
merupakan suatu masalah yang lebih kompleks. Manajer mempunyai
pengaruh yang benar untuk mempengaruhi sikap anggota kelompok. Sifat,
kepercayaan dan sikap dari manajer terhadap anggota kelompok akan
dinilai oleh bawahannya dan akan mempengaruhi efektivitas manajer
dalam memberikan pengarahan kepada mereka (Usman, 2008).
Fungsi manajer sebagai orang yang menjalankan kegiatan manajemen
(Terry, 1993) :
1. Memastikan kegiatan dijalankan oleh anggota.
2. Mengordinasi pekerjaan tiap orang.
3. Membantu anggota agar dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
18
8. Mempercayai anggota.
9. Menginterpretasikan protokol.
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti.
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas.
12. Menggunakan proses kontrol manajemen.
C. Pendelegasian
1. Pengertian pendelegasian
Pendelegasian atau pelimpahan wewenang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008), istilah melimpahkan yaitu memberikan
wewenang, sedangkan wewenang itu sendiri merupakan hak/kekuasaan
untuk bertindak. Kewenangan adalah kekuasaan membuat keputusan.
Kewenangan dalam penjelasan Peraturan Menteri No 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan yang secara lengkap ditambahkan dengan
istilah kompetensi. Kompetensi dan kewenangan menunjukkan
kemampuan professional yang baku dan merupakan standar profesi dan
tenaga kesehatan. Pelimpahan wewenang yaitu kegiatan memberikan
kemampuan professional sesuai dengan standar profesi. Pelimpahan
wewenang ini pada beberapa sumber menyebutkan sebagai pendelegasian
wewenang. Pendelegasian wewenang dapat diartikan sebagai suatu
pemberian tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan
tujuan organisasi.
Pelaksanaan pendelegasian banyak mengalami masalah, dimana
proses delegasi tidak terlaksana secara efektif, ketidakefektifan kesalahan
yang sering terjadi ada tiga, yaitu :
a. Underdelegasi (pelimpahan terlalu sedikit)
Dimana orang yang menerima tugas limpahnya diberikan wewenang
sangat terbatas dan sering tidak terlalu jelas mengenai wewenang yang
harus dilakukan, sehingga tugas limpah tersebut tidak diselesaikan
dengan baik.
Masalah lain adalah kekhawatiran seseorang bahwa mereka tidak
mampu melakukan seperti apa yang dilakukan orang yang menerima
22
delegasi. Hal ini karena tanggung jawab yang diberikan sangat sedikit
dan sering merasa bosan, malas dan tidak efektif. Delegasi yang tepat
akan meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan hubungan yang
kondusif antara manajer dan staf. Hal ini berlaku juga dalam
pelayanan keperawatan di rumah sakit antara perawat professional
dengan perawat vokasional.
b. Overdelegasi (pelimpahan delegasi berlebihan)
Pemberian tugas limpah yang terlalu berlebih akan berdampak
penggunaan waktu yang sia-sia. Hal ini disebabkan keterbatasan
memonitor pelaksanaan tugas yang dilimpahkan. Dalam hal ini sering
ditemukan penyalahgunaan wewenang.
c. Improperdelegasi (pelimpahan yang tidak tepat)
Kesalahan yang diberikan adalah kesalahan pada waktu pemberian
tugas limpah, orang yang tidak tepat dan alasan delegasi (Nursalam,
2017).
5. Cara Pendelegasian
a. Seleksi dan susun tugas
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang
harus dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf.
Tahap berikutnya yang harus dikerjakan secara otomatis adalah
menyiapkan laporan yang kontinu, menjawab setiap pertanyaan,
menyiapkan jadwal berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada
komisi yang bertanggung jawab dan melaksanakan asuhan
keperawatan dan tugas teknis lainnya. Menyusun suatu daftar secara
berurutan dengan dua kriteria, yakni waktu yang diperlukan dan
pentingnya bagi institusi. Hal yang terpenting dalam mendelegasikan
tugas adalah menentukan suatu tugas pendelegasian dan wewenang
secara bertahap. Hal ini akan menghindari terjadinya suatu
penyalahgunaan wewenang
b. Seleksi orang yang tepat
Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan
kemampuan dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya seseorang
memilih staf bergantung dari kemampuan manajer mengenal kinerja
staf, kelebihan, kelemahan dan perilakunya.
Hati-hati terhadap pendelegasian yang berlebihan atau yang terlalu
sedikit. Jika seseorang memberikan pendelegasian terlalu berlebih,
26
maka staf tidak akan siap untuk menerima keadaan tersebut dan akan
berdampak terhadap kegagalan staf dalam melaksanakan tanggung
jawab untuk tugas yang pertama kali diterimanya. Sebaliknya,
pendelegasian yang terlalu sedikit akan menjadi hal yang sangat buruk
efeknya terhadap staf maupun institusi. Pendelegasian jenis ini akan
menghabiskan waktu dan sering berakibat terhadap beban bagi staf.
c. Berikan arahan dan motivasi kepada staf
Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan
yang jelas. Lebih baik pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan
ajarkan pula bagaimana melaksanakan tugas tersebut. Jika seseorang
sudah siap untuk memberikan pendelegasian, maka seseorang harus
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah saya sudah menjelaskan alasan pendelegasian dan
mengapa tugas ini penting dilakukan?
2. Apakah semua tugas sudah jelas dalam ingatan kita?haruskah saya
menuliskan secara rinci?
3. Jika jawabannya ya, dapatkah saya memberikan instruksi dan
prosedur secara rinci terhadap tingkatan pemahaman staf?
4. Apakah tugas yang dilimpahkan dapat memberikan staf
kesempatan untuk berkembang dan memotivasi staf secara tepat?
5. Apakah staf anda sudah mendapatkan latihan, pengalaman dan
keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tersebut?
Hal penting dalam pendelegasian adalah kesepakatan antara manajer
keperawatan dan staf mengenai hasil yang diharapkan.
d. Lakukan supervise yang tepat
Seseorang harus bisa menentukan apa yang perlu disupervisi, kapan
dilakukan dan bantuan apa yang dapat diberikan. Supervisi merupakan
hal yang penting dan pelaksanaannya bergantung pada bagaimana staf
melihatnya.
1. Overcontrol. Kontrol yang berlebihan akan merusak pendelegasian
yang diberikan. Staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya
27
d. Peningkatan kemampuan
Pendelegasian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan staf dan
tim. Dengan pengelolaan yang sesuai, pendelegasian akan menjadikan
suatu latihan bagi staf untuk belajar.
e. Kapan pendelegasian tidak diperlukan
Tidak semua jenis tugas dapat didelegasikan. Seorang manajer harus
berhati-hati dalam mendelegasikan jenis tugas tertentu, yaitu :
1. Tugas yang terlalu teknis, misalnya jadwal staf dan anggaran yang
merupakan tugas rutin manajer tetapi terlalu teknis dan perlu
ketrampilan khusus untuk dilaksanakan staf
2. Tugas yang berhubungan dengan kepercayaan dan kerahasiaan,
misalnya kerahasiaan suatu informasi dari institusi berhubungan
dengan terjadinya perselingkuhan staf
Pendelegasian dapat mengakibatkan masalah jika tugas yang didelegasikan
tidak dilaksanakan sesuai harapan. Untuk menghindari kesalahan tersebut,
maka manajer mempunyai tanggung jawan sebagai berikut :
a. Disiplin dalam pemberian wewenang
b. Bertanggunga jawab terhadap pembinaan moral staf
c. Perlunya suatu control
d. Hindari kesalahan dalam penyampaian pendelegasian (Nursalam,
2017).
8. Keberhasilan Pendelegasian
Keberhasilan pendelegasian akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
a. Komunikasi yang jelas dan lengkap
Kejelasan komunikasi ditentukan oleh kelengkapan informasi yang
disampaikan, akurasi terhadap pesan dan penggunaan istilah/kata-kata
yang mudah dipahami oleh penerima pesan
b. Ketersediaan sumber dan sarana
Jika PP atau Ners menghendaki perkembangan pasien dari PA, maka
PP harus berada di tempat. Jika PP untuk jangka waktu yang lama
tidak berada di tempat, maka laporan harus dilimpahkan kepada staf
lainnya. Hal ini untuk menjaga agar pelaksanaan pekerjaan tetap
berjalan dengan baik
c. Monitoring
PP harus memberikan kebebasan kepada PA untuk berpikir dan
menganalisis tugas yang diberikan. Jika terdapat permasalahan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya, maka PP harus mampu berperan sebagai
konsultan dan membantu memberikan solusinya
d. Pelaporan kemajuan tugas limpah
Sebagai perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan dalam praktik keperawatan professional kepada pasien,
maka PP harus selalu meminta laporan dari PA tentang kemajuan
pasien. Laporan PA diharapkan bisa disampaikan secara regular dan
sesuai dengan waktu yang ditentukan, kemudian PP harus melakukan
tindak lanjut atau memberikan masukan tentang laporan yang telah
disampaikan (Nursalam, 2017)
D. Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan suatu proses yang dapat membangun kapasitas
pasien untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri, mengurangi perasaan
sedih, meningkatkan rasa percaya diri (Aria & Fitrianola, 2015).
30
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Aria. Wahyuni., & Fitrianola. Rezkiki. (2015). Pemberdayaan dan Efikasi Diri
Pasien Penyakit Jantung Koroner Melalui Edukasi Kesehatan Terstruktur.
Jurnal IPTEKS TERAPAN .
Basri. (2005). Bisnis Pengantar. Yogyakarta: BPFE.
Kusumo, Mahendro. Prasetyo. (2017). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat
Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja. Jurnal
Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit .
Noraliyatun. Jannah., Hanny. Handiyani., & Hening. Pujasari. (2013). Strategi
pemberdayaan Meningkatkan Iklim Organisasi Perawat Pelaksana di Rumah
Sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 16 No 1 .
Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2017). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika Cetakan
Keempat.
Pastika, I. Wayan., Gede. Santanu., & Marheni, Kadek. Eni. (2016). Penerapan
Konsep Pengorganisasian dan Pengarahan Pada PT Bayus Cargo Badung,
Bali. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan , 200.
Suhendi, & Sasangka. (2014). Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suryanto, Sutomo, & Setyawati. (2011). Kepuasan Kerja dan Persepsi Perawat
Tentang Kepemimpinan dengan Kinerja Perawat Pasca Sertifikasi ISO
9001/2008. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan .
Swanburg. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.
Terry, George. R. (1993). Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Intermedia.
Usman, Husaini. (2008). Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Wijayanti, Irene. Diana (2012). Manajemen. Yogyakarta: Nuha Medika.
34