TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Trauma Leher
Trauma leher adalah suatu benturan yang mengenai bagian leher ( tenggorokan )
sebagai akibat terkena benda tumpul ataupun benda tajam. Trauma leher bisanya terjadi.
Tulang Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai ke
selangkangan. Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah
tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Diskus intervertebrale
merupakan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk
dalam susunan tulang tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi
Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang servikal dan medulla
spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau fraktur vertebra servikalis dan
ditandai dengan kompresi pada medula spinalis daerh servikal. Dislokasi servikal adalah
lepasnya salah satu struktur dari tulang servikal. Subluksasi servikal merupakan kondisi
sebagian dari tulang servikal lepas. Fraktur servikal adalah terputusnya hubungan dari
B. Etiologi
Cedera medulla spinalis servikal disebabkan oleh trauma langsung yang mengenai
tulang belakang di mana tulang tersebut melampaui kemampauan tulang belakang dalam
dapat berupa :
1. Kecelakaan lalulintas
2. Kecelakaan olahraga
3. Kecelakaan industri
5. Luka tusuk
6. Luka tembak
C. Manifestasi Klinis
Menurut Hudak & Gallo, (1996) menifestasi klinis trauma servikal adalah sebagai berikut
1. Lesi C1-C4
Pada lesi C1-C4. Otot trapezius, sternomastoid dan otot plastisma masih berfungsi.
Otot diafragma dan otot interkostal mengalami partalisis dan tidak ada gerakan (baik
sensori pada tingkat C1 malalui C3 meliputi daerah oksipital, telinga dan beberapa
Pasien dengan quadriplegia pada C1, C2, atau C3 membutuhkan perhatian penuh
mekanis tetapi mengkn dapat dilepaskan dari ventilator secara. intermiten. pasien
biasnya tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
2. Lesi C5
sekunder terhadap edema pascatrauma akut. paralisis intestinal dan dilatasi lambung
dapat disertai dengan depresi pernapasan. Ekstremitas atas mengalami rotasi ke arah
luar sebagai akibat kerusakan pada otot supraspinosus. Bahu dapat di angkat karena
tidak ada kerja penghambat levator skapula dan otot trapezius. setelah fase akut,
refleks di bawah lesi menjadi berlebihan. Sensasiada pada daerah leher dan triagular
3. Lesi C6
pada lesi segen C6 disters pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan
edema asenden dari medulla spinalis. Bahu biasanya naik, dengan lengan abduksi dan
lengan bawah fleksi. Ini karena aktivitasd tak terhambat dari deltoid, bisep dan otot
brakhioradialis.
4. Lesi C7
Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesori untuk
yang sama seperti pada lesi C6. Fleksi jari tangan biasnya berlebihan ketika kerja
refleks kembali.
D. Patofisiologi
Kolumna vertebralis normal dapat menahan tekanan yang berat dan mempertahankan
integritasnya tampa mengalami kerusakan pada medula spinalis. Akan tetapi, beberapa
mekanisme trauma tertentu dapat merusak sistem pertahanan ini dan mengakibatkan
kerusakan pada kolumna vertebralis dan medula spinalis. Pada daerah kolumna servikal,
kemungkinan terjadinya cedera medula spinalis adalah 40%. Trauma servikal dapat
kompresi diskus, robeknya ligamen servikal, dan kompresi radiks saraf pada setiap
sisinya yang dapat menekan spinal dan menyebabkan kompresi radiks dan distribusi saraf
sesuai segmen dari tulang belakang servikal (Price, 2009). Pada cidera hiperekstensi
servikal, pukulan pada wajah atau dahi akan memaksa kepala kebelakang dan tidak ada
yang menyangga oksiput dan diskus dapat rusak atau arkus saraf mengalami kerusakan.
Pada cidera yang stabil dan merupakan tipe frakutur vertebra yang paling sering di
temukan. Jika ligamen posterior robek, cedera, bersifat tidak stabil dan badan vertebra
bagian atas dapat miring ke depan di atas badan vertebra di bawahnya. Trauma servikal
dapat menyebabkan cedera yang komponen vertebranya tidak akan tergeser oleh gerakan
normal sehingga sumsum tulang tidak rusak dan resiko biasanya lebih rendah (Muttaqin,
2011). Cedera yang tidak stabil adalah cedera yang dapat mengalami pergeseran lebih
(sepertiga bagian posterior badan vertebra, bagian posterior diskus intervertebra, dan
ligamen longitudinal posterior), dan kolumna anterior (duapertiga bagian anterior korpus
korda sehingga menimbulkan masalah aktual atau resiko ketidakefektifan pola napas dan
penurunan curah jantung akibat kehilangnya kontrol organ viseral. Kompresi saraf dan
paralisis dan respons sistemik dengan munculnya keluhan mobilisasi fisik, gangguan
defekasi akibat penurunan peristaltik usus, dan ketidak seimbangan nutrisi (Price, 2002).
entree luka pascabedah yang menyebabkan masalah resiko tinggi infeksi. Selain itu,
resiko trauma sekunder akibat ketidaktahuan tentang teknik mobilisasi yang tepat.
yang tidak tepat akan menimbulkan keluhan nyeri dan hambatan mobilitas fisik
(Muttaqin, 2011).
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges, (2000) ada pun pemeriksaan penunjang trauma servikal yaitu:
1. Sinar X spinal
Menentukan loksi dan jenis cedera tulang (fraktur, disloksi) untuk kesejajaran, reduksi
2. CT scan
3. MRI
4. Mielografi
Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor patologisnya
tidak jelas atau di curigai adanya oklusi pada ruang subarakhnoid medulla spinalis.
6. GDA
F. Komplikasi
1. Syok neurogenik
Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur simpatik yang desending pada
pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah maka terjadi penumpukan darah dan
2. Syok spinal
Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks, terlihat setelah terjadinya
cedera medulla spinalis. Pada syok spinal mungkin akan tampak seperti lesi komplit
3. Hipoventilasi
Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang merupakan hasil dari cedera
yang mengenai medulla spinalis bagian di daerah servikal bawah atau torakal atas.
4. Hiperfleksia autonomic
tensi.
G. Penatalaksanaan
2. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : headtil, chin lip, jaw
4. Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 - C7) dengan
6. Memonitor tanda-tanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse oksimetri.
9. Berikan antiemboli
15. Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika terjadi gejala
bradikardi.
18. Memberikan obat-obatan untuk menjaga, melindungi dan memulihkan spinal cord :
steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih dari 24 jam, dimulai dari 8
a. Pengkajian Primer
a) Data Subjektif
a. Mekanisme Cedera
b. Kemampuan Neurologi
c. Status Neurologi
d. Kestabilan Bergerak
b. Penyakit Kronis
b) Data Objektif
1. Airway
Adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinal sehingga
2. Breathing
dada.
3. Circulation
5. Exposure
b. Pengkajian Sekunder
1. Five Intervensi
Scan untuk menentukan tempat luka atau jejas, MRI untuk mengidentifikasi
kerusakan saraf spinal, foto Rongen Thorak untuk mengetahui keadaan paru, sinar
2. Give Comfort
3. Head to Toe
dinding dada, bradikardi, adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat
cedera spinal
c. Pelvis dan Perineum :Kehilangan control dalam eliminasi urin dan feses,
quadriparesis/quadriplegia
e. Kaji adanya spasme otot, kekakuan, dan deformitas pada tulang belakang.
B. Diagnosa Keperawatan
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan aliran darah.
Keperawatan
tekanan darah
110-140/60-90
mmHg, suhu
36,5-37,5 oC)
f. Tidak ada
penggunaan
otot bantu
napas.
AGD fungsi
hemoglobin
6. Penurunan
perfusi jaringan
dapat
menimbulkan
infark terhadap
organ jaringan
b. Penurunan skala
nyeri( skala 0-
10)
c. Wajah pasien
tampak tidak
meringis
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SYNCOPE
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :
Sesak napas
Mekanisme Sakit :
Pada hari minggu, 10 Maret 2019 jam 10.00 pagi di lapangan gumul ada acara CFD. Seorang
ibu bernama bapak R tertabrak sepeda motor akibat saat menyeberang tidak melihat kanan kiri.
Tn.R dibawa oleh keluarganya dan warga ke UGD Rumah Sakit Gumul menggunakan mobil.
Klien datang dengan kondisi napas pendek, dangkal, tidak teratur.
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ...
Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY
Tidak ada masalah
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten Implementasi :-
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing N/A
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor N/A
Keluhan Lain: -
PRIMER SURVEY
Diagnosa Keperawatan:
Pola napas tidak efektif berhubungan
BREATHING
dengan hiperventilasi ditandai dengan
dispnea,terdapat otot bantu napas
Gerakan dada : X Simetris Asimetris Implementasi :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan
Irama Nafas : Cepat X Dangkal Normal
dengan hiperventilasi ditandai dengan
Pola Nafas : Teratur X Tidak Teratur dispnea,terdapat otot bantu napas
Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi jaringan perifer tidak efektif
DISABILITY
berhubungan dengan penyumbatan aliran
darah
Respon : Alert Verbal X Pain Unrespon Implementasi :
1. Perfusi jaringan perifer tidak efektif
Kesadaran : X CM Delirium Somnolen coma
berhubungan dengan penyumbatan
GCS : Eye 1 Verbal 1 Motorik 2
aliran darah
Pupil : Isokor Unisokor miosis Medriasis
1) Gangguan perfusi jaringan b/d
Refleks Cahaya: X Ada Tidak Ada
penurunan sirkulasi darah perifer;
Keluhan Lain :
penghentian aliran arteri-vena
2) Atur posisi kepala dan leher
untuk mendukung airway (jaw
thrust). Jangan memutar atau
menarik leher ke belakang
(hiperekstensi),
mempertimbangkan
pemasangan intubasi
nasofaring.
3) Tinggikan ekstremitas bawah.
4) Gunakan servikal collar,
imobilisasi lateral kepala,
meletakkan papan di bawah
tulang belakang.
5) Sediakan oksigen dengan
nasal canul untuk mengatasi
hipoksia
6) Ukur tanda-tanda vital.
7) Awasi pemeriksaan AGD
Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE Nyeri akut berhubungan dengan gangguan
neurologis..
Deformitas: Ya Tidak Implemantasi :
Contusio : Ya Tidak 1. Nyeri akut berhubungan dengan
Abrasi : Ya Tidak gangguan neurologis.
Penetrasi : Ya Tidak 1) Kaji PQRST pasien
Laserasi : Ya Tidak 2) Pantau tanda-tanda vital
Edema : Ya Tidak 3) Berikan analgesic untuk
Keluhan Lain:
menurunkan nyeri.
……
4) Gunakan servikal collar,
imobilisasi lateral kepala,
meletakkan papan di bawah
tulang belakang.
Diagnosa Keperawatan:
ANAMNESA
Tidak ada masalah.
Riwayat Penyakit Saat Ini : Cidera Kepala Berat Implementasi :
1. … … …
Alergi : 2. … … …
Tidak ada 3. … … …
4. … … …
Medikasi : 5. … … …
Tidak ada
Evaluasi :
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Tidak ada
Even/Peristiwa Penyebab:
Kecelakaan lalu lintas
Tanda Vital :
Tekanan darah : 100/60 mmHg, Nadi : 65x/m, Suhu :
360C, Pernafasan : 32x/m,
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:
Tidak ada masalah
Kepala dan Leher: Implementasi :
Inspeksi : tampak leher memar 1. … …
2. … … …
Palpasi : Bentuk kepala tidak terdapat adanya benjolan.
SECONDARY SURVEY
3. … … …
Dada: 4. … … …
Inspeksi: thoraks simetris, klien tampak sesak napas, 5. … … …
pergerakan dinding dada sama, pernafasan 36 x/menit,
warna kulit merata. Evaluasi :
Palpasi : Gerakan paru saat inspirasi dan ekspirasi sama,
tidak terdapat massa, tidak terdapat fraktur thorak.
Perkusi : perkusi paru agak redup di bagian lobus tengah
dextra
Auskultasi : gurgling di lobus tengah dextra
Abdomen:
-
Pelvis:
Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi adanya luka babras pada bagian lutut kanan,
deformitas tangan kiri
Palpasi : cracless di bagian tangan kiri
Punggung :
-
Neurologis :
GCS (E 1V1M2)
Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tidak ada masalah
RONTGEN CT-SCAN USG EKG Implementasi :
ENDOSKOPI Lain-lain, ... ... 1. … … …
Hasil : 2. … … …
hematom ± 12 cm dahi kanan (subdural 3. … … …
haematom) 4. … … …
HbsAg : Negatif 5. … … …
WBC : 14,59 [10^3/uL]
RBC: 3,99 [10^6/uL] Evaluasi :
HGB: 10,3 [g/dL]
HCT: 32,6 [%]