Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PSORIASIS

Disusun Oleh :
Kelompok 4

NAMA NIM
Raudhiatul Azzahra 21117099
Sri Indah Rahayu 21117113
Tia Novelia 21117119
Vickha Septiany 21117128
Wisma Wardani 21117136
Yola Alfina 21117138
Yuli Nopita Sari 21117141

Dosen Pembimbing :
Joko Triwahyudi, S. Kep., Ns., M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN
AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis kelancaran
dalam menyusun makalah ini, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data
dan fakta pada karya tulis ini.

Kami mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.


Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah selesaikan. Tidak semua hal dapat
penulis deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Penulis melakukannya
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang penulis miliki. Di mana penulis juga
memiliki keterbatasan kemampuan.

Maka dari itu penulis bersedia menerima kritik dan saran. Penulis akan
menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki karya tulis penulis di masa mendatang. Sehingga semoga karya tulis
berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.

Palembang, 16 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi psoriasis ...................................................................................................... 3


B. Etiologi psoriasis ..................................................................................................... 4
C. Klasifikasi psoriasis ..................................................................................................
D. Patofisiologi psoriasis ............................................................................................. 9
E. Penatalaksanaan psoriasis ..............................................................................10
F. Pemeriksaan penunjang psoriasis ..................................................................14
BAB III : ANALISIS JURNAL
A. Analisis jurnal ..................................................................................................15
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................17
B. Saran ...............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................18

LAMPIRAN ..............................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kulit, bersifat kronik residif, khas
ditandai adanya bagian kulit yang menebal, eritematus, dan berbatas tegas. Bagian
atasnya tertutup skuama putih seperti perak, sering terdapat pada daerah tubuh yang
sering terkena trauma kulit, yaitu kepala, bagian ekstensor dari ekstremitas, dan
region sakralis. Luas kelainan kulit sangat bervariasi dari lesi yang lokalisata dan
terpisah sampai tersebar mengenai seluruh kulit. Psoriasis merupakan penyakit
universal dengan insidensi bervariasi di berbagai negara. Psoriasis sering dijumpai
pada orang kulit putih, mengenai 1–3% populasi dunia. Di Amerika mengenai sekitar
2–3 juta penduduk atau 1% populasi, pulau Faroe 2,8%, Denmark 2,9%, Inggris 2%,
dan Cina 0,3%. Prevalensi wanita adalah sama dengan pria.
Penyakit ini dapat muncul pada segala usia, namun jarang ditemukan pada
usia dibawah 10 tahun. Umumnya pertama kali timbul usia 15–30 tahun. Insidensi
penyakit kemudian berkurang secara perlahan dengan bertambahnya usia, walaupun
juga didapatkan pada usia 57–60 tahun. Psoriasis dapat digolongkan menjadi dua tipe
berdasarkan awitan,
riwayat keluarga, dan keparahan penyakit. Psoriasis tipe 1 timbul sebelum usia 40
tahun
dan tipe 2 timbul setelah usia 40 tahun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi psoriasis?
2. Bagaimana etiologinya?
3. Apa saja klasifikasinya?
4. Bagaimana Patofisiologi ?
5. Bagimana pathway psoriasis ?
6. Bagaimana penatalaksaannya?
7. Bagaimana Penatalaksanaan psoriasis?
8. Bagaimana Pemeriksaan penunjang psoriasis?
9. Bagaimana asuhan keperawatannya?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian psoriasis?
2. Untuk mengetahui etiologinya?
3. Untuk mengetahui klasifikasinya?
4. Untuk mengetahui manifestasi klinisnya?
5. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan?
6. Untuk mengetahui penatalaksaannya?
7. Untuk membuat dan memahami asuhan keperawatannya?
8. Untuk memahami patofisiologi atau proses perjalanan penyakitnya?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronik dengan karakteristik
berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis, dan berwarna putih
keperakan terutama pada siku, lutut, scalp, punggung, umbilikus dan lumbal.
(Gudjonsson dan Elder,2012) Psoriasis adalah suatu dermatosis kronis residif dengan
gambaran klinis yang khas, yaitu adanya macula eritematosa yang berbentuk bulat /
lonjong, diatasnya ada skuama yang tebal, berlapis-lapis dan berwarna putih
transparan seperti mika(sastrawijaya, 1993)
Psoriasis adalah penyakit kulit inflamantoris kronik, tidak menular yang
ditandai dengan papul kemerahan (elevasi padat) dan plak yang dilapisi sisik seperti
perak. Sel-sel kulit psoriatik memiliki waktu maturasi memendek ketika bermigrasi
dari membran basalis ke permukaan atau stratum korneum, akibatnya pada stratum
korneum tidak terdapat plak perak bersisik dan tebal yang merupakan tanda utama
psoriasis.
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kulit, bersifat kronik residif, khas
ditandai adanya bagian kulit yang menebal, eritematus, dan berbatas tegas. Bagian
atasnya tertutup skuama putih seperti perak, sering terdapat pada daerah tubuh yang
sering terkena trauma kulit, yaitu kepala, bagian ekstensor dari ekstremitas, dan
region sakralis. Luas kelainan kulit sangat bervariasi dari lesi yang lokalisata dan
terpisah sampai tersebar mengenai seluruh kulit.
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan
residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama
yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz,
dan Kobner.
Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada
psoriasis
lain, misalnya psoriasis pustulosaPsoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius
yang kronik pada kulit dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan –
6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal.(Smeltzer, Suzanne)

3
B. Etiologi
Ada 4 faktor penyebab psoriasis:
1. Faktor Genetik
2. Sistem Imun
3. Faktor Lingkungan
4. Faktor Hormonal
Psoriasis diakibatkan oleh faktor genetik, penyebab sebenar-benarnya masih misteri,
kemungkinan dipicu oleh proses pencernaan protein yang tidak lengkap, fungsi hati
yang tidak normal, kelebihan konsumsi alkohol, kelebihan konsumsi lemak, dan
ggstress.
Faktor Predisposisi :
1. Herediter/ genetik
Pada banyak kasus ada pengaruh yang kuat dari faktor genetic, terutama bila
penyakit mulai diderita sejak remaja atau dewasa muda.
2. Imunologi
Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga
jenis sel, yakni limposit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit.
Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis
matang umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang
terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dengan
epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak didominasi oleh
limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang
produksinya bertambah. Sel langerhans juga berperan pada imunopatogenesi
psoriasis.
Terjadinya ploriferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan
antigen, baik eksogan, maupun endogen oleh sel langerhans. Pada psoriasis
pembentukan epidermis (turn overtime) lebih cepat, hanya 3-4 hari,
sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Nickoloff (1998)
berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun. Lebih 90%
kasus dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif.

4
3. Obesitas
Obesitas merupakan keadaan tersering dikaitkan dengan psoriasis, menurut
Liendegard yang menerangkan pertama kali pada tahun 1986 kaitannya
psoriasis dengan obesitas. Lingkar pinggang dan body mass index pasien
psoriasis lebih tinggi secara bermakna pada pasien psoriasis dibandingkan
dengan kontrol. Pengertian obesitas sebagai keadaan proinflamasi dengan
keterlibatan jaringan lemak sebagai organ imun dan endokrin yang
menjelaskan obesitas sebagai faktor predisposisi psoriasis. Penurunan berat
badan memperbaiki psoriasis, terbukti pada berkurangnya keparahan
psoriasis pada populasi kurang gizi di penjara kala perang dunia ke dua yang
dipublikasi Simon RD pada sebuah jurnal ilmiah terkemuka di tahun 1949.
4. Penyakit metabolis seperti diabetes militus yang laten
5. Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung
membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan
setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul
pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.
Faktor Presipitasi:
1. Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma,
garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan
hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner.Khas pada psoriasis timbul
setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
2. Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman
lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh
3. Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada
musim penghujan akan kambuh.
4. Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis
namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang

5
timbulnya psoriasis.Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada
beberapa penderita.
5. Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat
memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat
menimbulkan efek “withdrawal”.
c. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah
diakui sebagai pencetus psoriasis.
d. Beta Blocker.
6. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
7. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat
menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
C. Klasifikasi
1. Psoriasis Vulgaris
Psoriasis vulgaris yang paling sering ditemukan pada kurang lebih
90% pasien. Plakat eritematosa, berbatas tegas, berskuama dan tersebar
simetris merupakan gambaran khas, terdapat di daerah ekstensor ekstermitas
(terutama siku dan lutut), skalp, lumbosakral bawah, bokong dan genital.
Daerah lain yang dapat terkena adalah periumbilikus dan lipatan intergluteal.
Luas lesi sangat bervariasi, sedangkan bentuk dan distribusi setiap plakat
hanya sedikit berubah. Skuama dibentuk terus-menerus. Lesi dapat diawali
terbatas di skalp selama bertahun-tahun. Lesi kecil maupun besar dapat
meluas dan berkonfluens membentuk plakat atauplakat lebih besar sehinga
membentuk gambaran khas (psoriasis geografika/girata). Kadang terdapat
penyembuhan sentral parsial sehingga membentuk psoriasis anular, keadaan
ini sering dihubungkan dengan penyembuhan atau prognosis yang baik.4,6,16
kelainan klinis lain telah dijelaskan tergantung dari morfologi lesi, sebagian
besar terdapat hiperkeratosis. Patogenesisnya tidak begitu diketahui tetapi
mungkin muncul dari inhibisi sintesis prostaglandin.16 Pada anak terdapat
bentuk papul folikular berkelompok dan bentuk linear mengikuti garis
Blaschko.

6
2. Psoriasis Gutata
Bentuk ini sering timbul pada anak dan dewasa muda, biasanya timbul
mendadak, seringkali setelah infeksi streptokokus. Lesi papular, bulat, atau
oval, berdiameter 0.5-1cm, di atasnya terdapat skuama putih, tersebar simetris
di badan dan ekstremitas proksimal,kadang di muka, telinga, dan skalp,
jarang di telapak tangan dan kaki. Lesi biasanya bertahan selama 3-4 bulan
dan dapat hilang spontan, tetapi kadang dapat sampai lebih dari setahun.
Sebagian besar dapat kambuh dalam 3-5 tahun. Bentuk ini berhubungan erat
dengan HLA-Cw6.Pasien dengan riwayatpsoriasis plakat dapat timbul lesi
gutata dengan atau tanpa memburuknya lesi plakat.4,15-17 Lesi plakat kecil
dapat menyerupai psoriasis gutata, tetapi biasanya awitannya pada usia lanjut,
kronik dan lebih tebal dengan skuama lebih banyak daripada psoriasis gutata.
3. Psoriasis Inversa
Prosiasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai
dengan namanya (pada kulit kepala, axilla, region genitocruralis, dan leher).
Lesi eritema berbentuk tajam, dan sering terletak daerah kontak.
4. Psoriasis Eksudativa
Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada
bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatits akut.
5. Psoriasis Seboroik Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan
antara psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering
menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang
lazim, juga terdapat pada tempat seboroik. Lesi seboroik biasanya di wajah,
di bawah payudara, kulit kepala, dan axilla.
6. Psoriasis Pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama di anggap sebagai
penyakit sendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk
1psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata
contohhnya psoriasis pustulosa palo-plantar (barber). Sedangkan bentuk
generalisata contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch).
Ada 3 jenis psoriasis pustulosa:
a. Psoriasis pustulosa lokalisata

7
Berupa psoriasis anuler yang bersifat subakut dan dapat dipicu oleh
insfeksi atau pengobatan ultraviolet dan mungkin bisa berkembang
menjadi generalisata.
b. Psoriasi pustulosa generalisata/ Von Zumbusch
Merupakan bentuk akut yang berat dan spesifik setelah penghentian
mendadak kortikosteroid oral atau topikal, tetapi mungkin juga akibat
infeksi, terbakar matahari, variasi perubahan iklim, menstruasi, obat –
obatan topikal iritan. Biasanya diawali dengan demam tinggi dan letih
yang berlebihan, kemudian timbul pustule yang mengitari atau didaerah
lesi plak lama yang meradang. Pustul tersebar di daerah lipatan, tapi
kemudian bergabung membentuk kelompok pustule yang menyerang
daerah yang luas dibadan bila mongering krusta lepas meninggalkan
lapisan merang terang.
c. Psoriasis pustulosa palmiplantar ( Barbe)
Bersifat kronik dan residif serta biasanya menyerang wanita berusia
pertengahan dengan riwayat perokok atau disfungsi tiroid. Penyakit in
ditandai dengan adanya pustule dalam diatas kulit bilateral dan simetris
telapak kiri dan kanan disertai rasa gatal
7. Psoriasis Eritroderma
Eritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu
kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas
untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal
universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih
eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.
Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain
1. Psoriasis punctata: lesi sebesar jarum pentul atau milier.
2. Psoriasis folikularis: lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel
rambut.
3. Psoriasis guttata: lesi sebesar tetesan air.
4. Psoriasis numularis: lesi sebesar uang logam.
5. Psoriasis girata: lesi sebesar daun.

8
6. Psoriasis anularis: lesi melingka berbentuk seperti cincin karena adanya
involusi dibagian tengahnya.
7. Psoriasis diskoidea: lesi merupakan bercak solid yang menetap.
8. Psoriasis ostracea: lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan tertutup
lembaran-lembaran skuama mirip kulit tiram.
9. Psoriasis rupioides: lesi berkrusta mirip rupia sifilitika.
D. Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan
pembentukannya dimana pada kulit normal memerlukan waktu 26-28
hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga gambaran klinik tampak
adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu pematangan sel-sel
epidermis tidak sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang
kronik dimana terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta
predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas
dari permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan
menuju permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan
menimbulkan bentukan peninggian kumpulan plak berwarna kemerahan.
Warna kemerahan tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi
bagi sel kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna putih seperti tetesan
lilin (atau sisik putih) merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila
dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis, maka akan timbul gejala
koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya plaque,
guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis
akan timbul pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut, maupun daerah

9
penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang di daerah lain,
termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis
menunjukkan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan
pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal
yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah dengan cepat itu
bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal.
Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan
epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna
seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya
antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama
adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli.
Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap
kelainan tersebut dalam mempengaruhi pembentukan plak psoriatik belum
dapat dimengerti secara jelas
E. Penatalaksanaan
1. Pengobatan sistemik
a. Kortikosteroid: obat ini digunakan pada psoriasis eritodermik dan
psoriasis pustulosa generalisata. Dosis permulaan 40-60 mg prednisolon
sehari, jika telah sembuh dosis di turunkan perlahan.
b. Obat sitotoksik (metotreksat): Obat ini dapat menghambat mitosis sel
epidermis tanpa mengganggu fungsi sel. Hal ini dapat terjadi sebagai
akibat kerja penghambatan kompetitif dihidrofolat reduktase, sehingga
mengakibatkan pengurangan sistesis DNA. Dengan menghambat mitosis,
obat ini efektif untuk mengobati lesi psoriasis. Penderita biasanya senang
dengan obat ini karena tidak perlu mempergunakan salep atau krim yang
dioleskan.kerugian obat ini adalah psoriasis dapat mengalami relaps
setelah obat dihentikan dan mempunyai banyak efek samping.
Pengobatan dengan metotreksat hanya boleh diberikan pada penderita
psoriasis yang tidak memberikan hasil memuaskan dengan pengobatan
topikal atau dengan PUVA. Walaupun obat ini tidak bersifat kuratif,

10
MTX tetap merupakan obat yang bermanfaat terhadapa psoriasis dan
dapat diberikan secara oral maupun melalui injeksi.
Metotreksat dapat diberikan dengan 3 cara:
1) Dosis setiap hari, 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dan selanjutnya
dapat diberikan dengan dosis bertahan (maintenance) 1-2 mg/hari.
2) Dosis tunggal 25 mg dan diikuti dengan 50mg tiap minggu
berikutnya.
3) Dosis tunggal 25 mg per injeksi/minggu, disusul dengan 50 mg
setiap minggu berikutnya.
Pengobatan dengan MTX hendaknya diberikan pada penderita
dengan fungsi ginjal yang baik. Penderita anemia dan gangguan fungsi
sum-sum tulang serta penderita penyakit infeksi sebaiknya jangan diobati
dengan MTX. Sebelum dan selama pengobatan, harus diawasi benar-
benar kemungkinan timbulnya efek samping obat dengan memeriksa
darah, fungsi hati, dan ginjal. Untuk mengurangi efekkumulatif MTX,
obat ini dapat digabung dengan PUVA. Misanya, pemberian MTX 15
mg/ minggu dikombinasikan dengan PUVA sampai lesi menghilang, dan
sesudah itu dilanjutkan dengan PUVA saja sebagai pengobatan
pemeliharaan. Dengan cara ini, dosis MTX dapat dikurangi secara
kumulatif dan dosis PUVA dapat dikurangi 50%. Dengan demikian, efek
samping dapat dihindari. Pengobatan gabungan MTX dengan etretinat
dapat mengobati psoriasis pustulosa yang tidak dapat diobati hanya
dengan MTX atau etretinat. Dengan gabungan ini penyembuhanmenjadi
cepat dan remisis berkurang.
c. Levodopa: sebenarnyaobat ini digunakan untuk penyakit Parkinson.
Tetapi juga dapat menyembuhkan psoriasis dengan dosid 2x250 mg –
3x500 mg. Efek samping obat yaitu mual, muntah, anoreksida, hipotensi,
gangguan psikis, dan pada jantung.
d. DDD(diaminodifenilsulfon) : digunakan untuk psoriasis pustule tipe
barber dengan dosis 2x100 mg sehari. Efek samping obat yaitu anemia
hemolitik, methemoglobinemia, agranulositosis.

11
e. Etretinat (tegison, tigason) : merupakan retinoid aromatic, digunakan
bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat lain mengingat efek
sampingnya. Untuk eritroderma psoriatika. Pada psoriasis obat tersebut
mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.
f. Siklosporin: meemiliki efek imunosupresif. Dosis 6 mg/kg BB sehari.
Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik. Jika obat dihentikan maka akan
terjadi kekambuhan
2. Pengobatan topical
a. Steroid topical: Tidak dapat menyembuhkan psoriasis secara tuntas,
tetapi dapat meredakannya. Ada risiko timbulnya brittle psoriasis, akan
tetapi jika digunakan untuk penyakit yang dalam keadaan stabil dan pada
kulit kepala serta daerah fleksor, obat-obatan ini dapat bermanfaat.
b. Preparat ter : mempunyai efek anti radang. Ada 3 jenis ter : fosil seperti
iktiol; kayu seperti oleum kadini dan oleum ruski; dan batubara seperti
liantral, likuo karbonisdetergens.
c. Kortikosteroid: merupakan golongan kortikosteroid yang poten, seperti
dengan senyawa flour. Jika lesi hanya beberapa dapat pula disuntikan
triamsinolon asetonid intralesi seminggu sekali.
d. Ditranol(antralin): sangat efektif digunakan tapi dapat mewarnai kulit
dan pakaian. Konsentrasi 0,2-0,8% dalam bentuk pasta/salap.
Penyembuhan selama 3 minggu. Bekerja paling baik dalam bentuk pasta
lassar (tepung, zink oksida, asam salisilat dalam paraffin lunak putih).
e. Pengobatan dengan penyinaran: sinar UV dapat menghambat mitosis
sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Digunakan sinar
UV antifisial: sinar A yaitu UVA, dapat digunakan secara tersendiri /
kombinasi dengan psoralen (8- metoksipsoralen, metoksalen) dan PUVA,
/ bersama-sama dengan preparat ter yang terkenal sebagai pengobatan
cara Goeckerman, Pengobatan cara Goekerman: menggunakan ter yang
berasal dari batubara yang ditambahkan minyak. Ter tersebut bersifat
fotosensitif dan dioleskan 2-3 kali sehari, lama pengobatan 4-6 minggu,
penyembuhan terjadi setelah 3 minggu, kecuali preparat ter juga dapat
digunakan ditranol. f. Analog vitamin D dan A: Kalsipotriol dan

12
takalsitol merupakan analog vitamin D dapat bekerja dengan baik, dan
dengan cepat memperoleh posisi sebagai bagian dari penanganan rutin.
Analog vitamin A lebih disenangi oleh sebagian ahli, tetap kurang
efektif. Efek samping vitamin D dapat membakar wajah dan daerah
fleksor tetapi kadar kalsium darah dapat terganggu bila analog vitamin D
dipakai dalam jumlah yang besar; vitamin A di anjurkan untuk tidak
hamil karna ada efek teratogenik.
3. Pengobatan non-farmakologi
a. Emolien Emolien sering digunakan selama periode terapi bebas untuk
meminimalkan kekeringan kulit yang dapat menyebabkan kekambuhan
dini. Agen ini melembabkan stratum korneum dan meminimalkan
transepidermal kulit yang kehilangan air (penguapan). Hidrasi
menyebabkan stratum korneum membengkak dan merata pada kontur
permukaannya. Emolien efektif sebagai pelembab, menurunkan kekuatan
mengikat dalam lapisan tanduk, meningkatkan deskuamasi, dan
menghilangkan scaling. Emolien juga dapat meningkatkan kelenturan
kulit, memiliki aktivitas antipruritus, dan memiliki vasokonstriktor ringan
aktivitas.
b. Balneotheraphy Balneotherapy (dan climatotherapy) adalah pendekatan
terapi yang dapat dilakukan dengan mandi di air yang mengandung
garam tertentu, sering dikombinasikan dengan paparan sinar matahari
alami.
Pengobatan berdasarakan jenis penyakit psoriasis yang diderita oleh pasien
1. Psoriasis Plak Kronis
Ditranol memang merupakan pilihan pertama, tetapi terdapat
beberapa pertimbangan meliputi pola hidup klien atau pada efek samping.
Analog vit D atau steroid topikal (dengan atau tanpa ter dan asam salisilat)
seringkali digunakan. Radiasi UV dapat membantu. Apabila lesi meluas atau
timbul dampak psikososial yang serius, maka PUVA, retinoid, atau obat-
obatan sitotoksik dapat dipertimbangkan.
2. Psoriasis Kulit Kepala

13
Dapat menggunakan Shampo yang mengandung ter, atau ter
berbentuk gel dapat bermanfaat namun topikal yang terbaik ialah Unguentum
Cocois Co, yaitu suatu campuran yang terdiri ter dan asam salisilat.
3. Psoriasis Gutata
Paling mudah diobati menggunakan Radiasi UV bersama dengan
emolien dan ter dalam bentuk salep.
4. Psoriasis Fleksural
Campuran ter/kortikosteroid yang ringan mungkin cukup efektif,
tetapi penggunaan steroid topikal dalam jangkan panjang dapat menyebabkan
timbulnya striae. Ditranol, yang sangat rendah dapat bermanfaat, tetapi
biasanya kulit menjadi terbakar, dan mewarnai pakaian dalam. UVB dan
PUVA umumnya tidak bisa mencapai tempat-tempat yang terkena. Analog
vitamin D bermanfaat, tetapi dapat menimbulkan rasa pedih.
5. Brittle Psoriasis
Memerlukan penanganan yang hati-hati. Hindari penggunaan obat-
obatan steroid topikalyang poten, ter yang pekat, dan asam salisilat. Gunakan
Emolien atau steroid dengan konsentrasi yang sangat rendah untuk
menstabilkan kulit.
6. Psoriasis Eritrodermik dan Psoriasis pustular akut
Obat yang paling sering digunakan adalah metotreksat dan
siklosporin. Jika kondisi membaik kurangi dosis secara berangsur-angsur.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong diagnosis psoriasis
tidak banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari penyakit yang menyertai
psoriasis perlu dilaksanakan, seperti pemeriksaan darah rutin, mencari penyakit
infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus.

14
BAB III
ANALISIS JURNAL

Diagnosis Dan Manajemen Awal Dalam Psoriasis Arthritis: Penelitian


Kualitatif Dengan Pasien

A. Abtrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman pasien
yang didiagnosis dan pengelolaan awal PsA. Metode Penelitian ini
menggunakan desain kualitatif, dengan data yang dikumpulkan dalam satu-
ke-satu, tatap muka wawancara semi terstruktur.
B. Latar Belakang
Psoriasis adalah jangka panjang, kondisi kulit inflamasi yang ditandai dengan
papula eritematosa (lesi kulit) dan plak dengan skala atasnya. Pengobatan
untuk PsA memiliki dua tujuan utama: untuk meredakan gejala; dan untuk
memperlambat perkembangan yang mendasari kondisi tersebu. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengalaman
memperoleh diagnosis PsA dan bagaimana ini berdampak pada keterlibatan
pasien dengan pengobatan dan perawatan.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif, dengan data yang dikumpulkan
dalam satu-ke-satu, tatap muka wawancara semi terstruktur. Peserta sampel
dari tiga tempat perawatan sekunder beragam: Rumah sakit nonspesialis;
kecil, non-spesialis rumah sakit; dan pusat PsA spesialis.
.Hasil
Lima belas pasien berpartisipasi dalam studi (10 perempuan dan 5 laki-laki).
Mereka berkisar di usia 21-73 tahun. Wawancara ditranskrip, anonim dan
dianalisis menggunakan analisis tematik induktif. Berikut dua tema utama
dengan sub-tema mewakili data: onset gejala untuk perawatan spesialis dan
kesempatan yang hilang, dan akses cepat dan mudah ke keahlian dan
diagnosis sebagai titik balik.

15
D. Pembahasan
Temuan ini telah mengidentifikasi tantangan dan peluang bagi intervensi dari
onset gejala untuk pengobatan dan perawatan oleh tim Pra. Hasil pengobatan
menemkan bahwa selain gejala pengentasan, pasien menghargai pengurangan
pnyakit pakta, prognosis yang lebih baik, dan meminilasasi pengobatan
salahnya dan beban. Kelebihan penelitian ini adalah bahwa para pserta
mereflekikan pada pengalaman diagnosis mereka dalam 2 tahun pertma dan
dalam sistem pelayanan kesehatan.. Kekurangan penelitian ini adalah
penelitian dimasa depan harus menyelidiki dampak gander dan etnis pada
pengalaman diagnosis dan manajemen dini dalam PsA.
E. Kesimpulan
Peserta sudah berurusan dengan keterbatasan fungsional dan sangat tertekan
dan cemas pada saat mereka menerima Kesimpulan. Peserta sudah berurusan
dengan keterbatasan fungsional dan sangat tertekan dan cemas pada saat
mereka menerima diagnosis mereka. hasil fisik dan mental dapat ditingkatkan
dengan pelaksanaan pedoman manajemen psoriasis dan strategi yang ada
untuk rujukan awal dari perawatan primer untuk Pra dan oleh perkembangan
pedoman pendidikan, selfmanagement dan psikologis penyediaan dukungan
segera setelah diagnosis.

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronik dengan karakteristik
berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis, dan berwarna
putih keperakan terutama pada siku, lutut, scalp, punggung, umbilikus dan
lumbal. (Gudjonsson dan Elder,2012). Psoriasis adalah penyakit peradangan
kulit yang bersifat kronik residif dengan karakteristik yang khas, yaitu adanya
macula eritematosa yang berbentuk bulat/ lonjong, terdapat skuama yang tebal,
berlapis-lapis dan berwarna putih keperakan.
Faktor-faktor yang menyebabkan psoriasis seperti:
a. Faktor Genetik
b. Sistem Imun
c. Faktor Lingkungan
d. Faktor Hormonal
Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong diagnosis psoriasis
tidak banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari penyakit yang menyertai
psoriasis perlu dilaksanakan, seperti pemeriksaan darah rutin, mencari penyakit
infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus.
B. Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan
agar dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda
dan gejala penyakit psoriasis dalam masyarakat maka kita dapat melakukan
tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih
buruk. Makalah ini juga dapat dijadikan referensi awal untuk bahan belajar dan
tugas.

17
Daftar Pustaka

Ajunadi, Purnawan dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius:


Jakarta. Ashcroft DM., Li WP., Griffiths CM. 2000. Therapeutic Strategis for
Psoriasis. J of Clin Pharm and Ther; 25: 1-10
Azfar RS.and Gelfand JM. 2008. Psoriasis and Metabolic Disease: Epidemiology and
Pathophysiology. Curr Opin Rheumatol; 20(4):416-422.
Barker JN. 2001. Genetic Aspect of psoriasis. Clin and Exp Dermatol; 26: 321325.
Bernard FX., Morel F., Camus M., Pedretti N., Barrault C., Garnier J. and Lecron JC.
2012.
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Catsarou-Catsari A, Katambus A, Theodorpoylos P. Ophthalmological
manifestations in patients with psoriasis. In: Acta Derm Venereol (Stock). 64.
1984:557-559
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran UI:
Jakarta.
Djuanda, A. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin ed.5. Penerbit FK UI. Jakarta
Emma, Prosedut-et al. 2019. Diagnosis dan Manajemen Awal dalam Psoriasis
arthritis: Penelitian Kualitatif dengan Paisen. British Society for
Rheumatology
Keratinocytes under Fire of Proinflammatory Cytokenes:Bona Fide Innate Cells
Involved in the Physiopathology of Chronic Atopic Dermatitis and Psoriasis.
Journal of Allergy. Vol.2012:1-10

18
LAMPIRAN

19

Anda mungkin juga menyukai