IO GAGAL GINJAL Fix
IO GAGAL GINJAL Fix
PENDAHUHUAN
Kasus gagal ginjal di dunia meningkat lebih dari 50 persen, di Indonesia telah
mencapai sekitar 20 persen, dan ada sekitar 50 ribu pasien dengan gagal ginjal harus
menjalani cuci darah, tetapi hanya 4.000 pasien syang bisa menikmati layanan
tersebut di mana 3.000 pasien di antaranya adalah peserta asuransi kesehatan
(Riandiastuti & Yuyun, 2008).
Interaksi obat adalah interaksi yang terjadi ketika efek obat diubah oleh obat lain,
makanan, atau minuman (Rahmawati,et al., 2006). Interaksi obat dapat
menyebabkan penurunan efek terapi, peningkatan toksisitas, atau efek
farmakologis tidak diharapkan (Rahmawati,et al., 2006). Mekanisme interaksi
obat dapat dibagi menjadi tiga: Interaksi farmasetik, yaitu inetraksi terjadi
antara dua obat yang diberikan dalam reaksi langsung terjadi, itu biasanya
terjadi sebelum obat dimasukkan ke dalam tubuh (Rahmawati,et al., 2006).
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Menurut definisi Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO),
gangguan fungsi ginjal didefinisikan sebagai kerusakan ginjal akut (acute kidney
injury/ AKI) dan penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease/ CKD) (Khwaja
2012, Levin dan Stevens 2014). Keduanya adalah masalah kesehatan yang trennya
semakin meningkat dewasa ini.
Ginjal adalah sepasang organ yang berbentuk menyerupai kacang yang terletak
pada punggung bagian bawah. Fungsi utamanya adalah untuk menyaring racun
dan sisa-sisa makanan dan mengirimkannya ke usus, untuk kemudian dibuang
melalui air kemih. Jika ginjal tidak dapat berfungsi, karena penyebab yang akan
dijelaskan pada bagian berikutnya, maka kondisi gagal ginjal terjadi. Satu-
satunya cara untuk bisa sembuh dari kondisi ini adalah dengan
melakukan cangkok ginjal.
Singkatan:
AER, albumin excretion rate;
ACR, albumin-to-creatinine ratio
*bersifat relatif pada orang dewasa muda
**termasuk sindrom nefrotik (ekskresi albumin pada umumnya > 2200 mg/24 jam
[ACR > 2200 mg/g; > 220 mg/mmol])
2.2 Prevalensi
Pada tahun 2013, sebanyak 2 per 1000 penduduk atau 499.800 penduduk Indonesia
menderita Penyakit Gagal Ginjal. Sebanyak 6 per 1000 penduduk atau 1.499.400
penduduk Indonesia menderita Batu Ginjal (Riskesdas, 2013). Prevalensi gagal
ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (0,2%).
Pada tahapan distribusi terjadi penurunan plasma protein sehingga banyak obat
yang tidak terikat atau bebas. Penurunan klirens ginjal akan mempengaruhi proses
metabolisme. Akibatnya akan terjadi akumulasi baik itu senyawa endogen ataupun
senyawa eksogen. Individu dengan gangguan fungsi ginjal diyakini lebih rentan
terhadap masalah terkait obat (drug-related problems/ DRPs) dikarenakan adanya
kecenderungan akumulasi obat dalam tubuh, mengingat banyaknya jenis obat yang
diekskresikan melalui ginjal. Penelitian terdahulu di Perancis menunjukkan bahwa
93% pasien dengan CKD mengalami DRPs (Belaiche et al. 2012) dimana studi lain
menunjukkan angka kejadian rata-rata kurang lebih satu DRP per pasien (Castelino
et al. 2011, Van Pottelbergh et al. 2014).
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasinya gagal ginjal terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Gagal Ginjal Akut Prerenal GGA
Prerenal merupakan keadaan dimana aliran darah ke ginjal menurun sehingga
mengganggu fungsi normal ginjal,serta bersifat paling ringan dan cepat dapat
reversibel (dapat normal lagi) bila keadaan tersebut segera diperbaiki. Etiologi:
Pendarahan;luka bakar,muntah,diare yang menyebabkan penurunan volume darah
sehingga darah yang menuju ke ginjal juga mengalami penurunan. Infark miokard
(kematian otot jantung),gagl jantung,mengakibatkan penurunan curah jantung
(kegagalan jantung memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh,termasuk ginjal).
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronis berupa kerusakan ginjal yang direpresentasikan
oleh penurunan laju filtrasi glomerulus yang berujung pada berbagai komplikasi.
Ginjal normal memiliki 1 juta nefron (unit satuan ginjal) yang berpengaruh terhadap
laju filtrasi glomerulus. Ginjal memiliki kemampuan untuk menjaga laju filtrasi
glomerulus dengan meningkatkan kerja nefron yang masih sehat ketika ada nefron
yang rusak. Adaptasi ini menyebabkan hiperfiltrasi dan kompensasi hipertrofi pada
nefron yang sehat. Hipertensi dan hiperfiltrasi pada glomerulus merupakan faktor
yang berpengaruh besar dalam progresivitas penyakit ginjal kronis.
Laju aliran darah ke ginjal berkisar 400 mg / 100 gram jaringan per menit. Laju ini
lebih banyak dibandingkan dengan aliran ke jaringan lain seperti jantung, hati dan
otak. Selain itu, filtrasi glomerulus bergantung pada tekanan intra dan
transglomerulus sehingga membuat kapiler glomerulus sensitif terhadap gangguan
hemodinamik.
Peningkatan dasar plasma kreatinin dua kali lipat kurang lebih merepresentasikan
penurunan laju filtrasi glomerulus sebanyak 50%. Contoh: plasma kreatinin dasar
senilai 0.6 mg/dL yang meningkat menjadi 1.2 mg/dL, (masih dalam batas normal),
menggambarkan terdapat 50% kerusakan massa nefron.
2. 5 Etiologi
Etiologi penyakit ginjal kronis dapat dibedakan menjadi penyebab sistemik,
vaskular, gangguan glomerulus, gangguan tubulointerstisial, dan penyebab lainnya.
a. Penyebab Sistemik
Diabetes dan hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berupa nefropati yang bias
menjadi etiologi penyakit ginjal kronis.
b. Penyakit Vaskular
Penyakit vaskular yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis, di antaranya:
Stenosis arteri renalis
Vaskulitis
Ateroemboli
Nefrosklerosis akibat hipertensi
Trombosis vena renal
c. Penyakit Glomerulus
Penyakit glomerulus yang menyebabkan penyakit ginjal kronis dapat bersifat
primer maupun sekunder. Penyebab primer misalnya nefropati membranosa,
sindrom Alport, dan nefropati IgA. Penyebab sekunder dapat diakibatkan oleh
rheumatoid arthritis, lupus, endokarditis, skleroderma, hepatitis B dan hepatitis C.
d. Penyakit Tubulointerstisial
Penyebab penyakit tubulointerstisial adalah obat yang bersifat nefrotoksik seperti
allopurinol dan sulfonamida. Penyakit tubulointerstisial juga dapat disebabkan oleh
penyakit, di antaranya adalah infeksi, sindrom Sjögren, hipokalemia atau
hiperkalsemia kronis, dan sarkoidosis.
e. Penyebab Lain
Penyakit ginjal kronis juga dapat disebabkan oleh obstruksi saluran kemih atau
komplikasi dari gagal ginjal akut. Obstruksi saluran kemih dapat diakibatkan oleh
pembesaran prostat jinak, batu ginjal, striktur uretra, tumor, defek kongenital
ginjal, neurogenic bladder, atau fibrosis retroperitoneal.
Anamnesis
Penyakit ginjal kronis kategori G1 sampai G3b sering kali asimtomatik. Gejala baru
mulai timbul pada penyakit ginjal kronis kategori G4 dan G5. Pasien dengan
penyakit penyerta lain seperti contohnya gangguan tubulointerstisial, penyakit
kistik dan nefrotik sindrom dapat menunjukkan gejala lebih awal. Gejala yang
timbul dapat dibedakan menjadi manifestasi uremik, asidosis metabolik, gangguan
transpor air dan garam, anemia, dan manifestasi pada urin.
1. KDIGO. KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and
Management of Chronic Kidney Disease. Kidney International
Supplements, 2013; 3(1)
Tuan Ax (52 tahun) menjalani rawat jalan dengan diagnosis ckd, pada pemeriksaan
terakhir kadar serum kreatinin pasien sebesar 1,5 mg/dL. Pasien mengeluh nyeri
otot dan setelah memeriksakan diri ke dokter, dokter meresepkan piroxicam.
Namun setelah 2 hari, pasien mengeluhkan adanya pembengkakan di beberapa
bagian tubuh dan setelah diperiksa pasien mengalami hipertensi dan kadar serum
kreatinin pasien tersebut meningkat menjadi 1,9 mg/dL serta kadar kaliumnya
meningkat. Pasien mendapat resep sebagai berikut:
R/ Captopril tab 12,5 mg
S 1 dd 1 pc
R/ celecoxib caps 100 mg
S 2 dd 1
1. Pengumpulan data
Data subjektif : nyeri otot, pembengkakan di beberapa bagian tubuh
Data objektif : serum kreatinin pasien sebesar 1,9 mg/dL
2. Penetapan masalah
Pasien di diagnosis CKD
Terjadi interaksi obat antara captopril dan piroksikam jika digunakan bersamaan
3. Mekanisme
Efek antagonis dari NSAID terhadap ACEI yaitu menghambat sintesis
prostaglandin.
Meningkatkan efek samping kerusakan ginjal dan NSAID dan ACEI
4. Solusi
Pemantuan tekanan darah dan menggunakan antiinflamasi lain contohnya sulindac.
PERCAKAPAN APOTEKER DAN DOKTER
Apoteker : Selamat siang Dok, saya Apoteker dari apotek unjani farma.
apakah saya bisa meminta waktunya sebentar?
Apoteker : terima kasih dok . sebelumnya apakah benar seorang pasien atas
nama Tuan Ax (52 tahun), pasien mendapatkan obat captopril tab
12,5 mg dan celecoxib caps 100 mg adalah pasien dokter?
Dokter : Oh iya, ada apa dengan pasien tersebut?
Apoteker : Jadi begini dok, pasien tersebut mengeluhkan pembengkakan di
beberapa bagian tubuhnya. Berdasarkan kajian resep tersebut dan
literature yang sudah saya baca, penggunaan captoril dan celecoxib
dapat menimbulkan interaksi obat jika digunakan secara bersamaan
yaitu dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan resiko
gagal ginjal serta hyperkalemia.
Dokter : dapatkah anda memilihkan obat yang tepat untuk pasien tersebut?
Apoteker : Kalau saya boleh menyarankan sebaiknya celecoxib diganti dengan
antiinflamasi lain seperti sulindak karena efeknya tidak terlalu kuat
seperti celecocxib (NSAID)
Dokter : baik kalo begitu ganti obatnya dengan sulindak saja
Dokter :Baik dok, kalau begitu bolehkah saya meminta tanda tangan dokter
sebagai tanda pesetujuan
Dokter : boleh
Apoteker : terima kasih dok atas waktu dan persetujuannya, selamat siang.