Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sitem pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangan peserta
didik untuk menjadi mahasiswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Perguruann tinggi PTN/PTS memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat
yang tercantum pada tridarma UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang perguruan
tinnggi. Penelitian merupakan kegiatan yangdilakukan menurut kaidah dan
metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan
keterangan yang berkaitan denagn pemahaman dan/atau penguian suattu
cabang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengabdian kepada masyrakat
kegiatan civitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyaraka dan mencerdasakan
kehidupan berbangsa. Pembelajaran merupakan proses interaksi mahasiswa
denagn dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sejalan dengan upaya tersebut kerjasama denagn industri sanagt di
butuhkan untuk saling bertukar pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut
bisa dilakukan salah satunya denagn melakukan kerja praktik yang
diharapkan menjadi media dalam pembelajaran bertukaranya pengetahuan
dan teknologi. Seat menjadi wadah mencari keterhubungan berbagai teori
yang diterima denagn kenyataan dilapangan.
PT indocement tunggal prakarsa Tbk merupakan salah satu industri
produksi semen terbesar di indonesia. PT indocement tungal prakarsa Tbk.
unit cirebon yang terletak di jl.raya palimanan barat, cirebon, jawa barat
memiliki 2 buah plan yaitu Plan 9 dan plan 10 yang digunakan untuk
mendukung kebuthuna produksi semen.
Pada proses pengolahan semen di butuhkan daya listrik yang besar,
untuk menyuplai daya ke keseluruhan pabrik. Dengan daya yang di suplai

1
oleh PLN sebesar tegangan 70KV dengan kontrak sebesar 63MVA yang
kemudian melewati tahapan pembagian daya kemasing-masing substation.
Penggunaan daya yang besar di gunakan untuk meunjang semua peralatan
elektronik yang berada di pabrik PT indocement tunggal prakarsa Tbk. unit
cirebon.
Meninjau dari hal tersebut penulis melakukan pnelitian terhadap
sistem kerja, proteksi, dan tahapan pengoperasian jaringan distribusi daya
70KV yang di miliki Oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. unit
Cirebon.

1.2 Ruang Lingkup


Pada pelaksanaan dan penyusunan laporan kerja praktik di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dilakukan ruang lingkup kajian,
sehingga bisa memenuhi tujuan dari laporan kerja praktik ini adapun
pembatahan ruang lingkup kajian meliputi :
a. Kajian umum pembahasan menjelaskan peralatan yang terdapat pada
Gardu Induk 70 kV sebagai saluran awal pensuplai tegangan plant 09
dan plant 10 pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. unit Cirebon.
b. Kajian khusus yang menjelaskan prosedur pengoperasian dan sistem
proteksi yang terdpat pada gardu induk 70 kV di PT Indocement Tungga
Prakarsa Tbk.

1.3 Tujuan
Adapaun tujuan laporan kerja praktek ini yaitu :
a. Mengetahui dan memahami prosedur pengoperasian dan peralatan di
gardu induk saluran 70 kV guna menghindarai kesalahan pada lingkup
manusia maupun peralatan.
b. Mengetahui dan memahami sistem interlock yang digunaka pada gardu
induk 70 kV di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. unit Cirebon.

1.4 Manfaat kerja praktek

2
1.4.1 Bagi mahasiswa
a. Mengetahui sistem pendistribusian daya 70 KV pada PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Cirebon.
b. Mengetahui prosedur pengoperasian peralatan penunjuang
penyaluran saluran 70 KV PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Unit Cirebon.
c. Mengetahui gambaran pekerjaan di bidang tenaga listrik di instansi
yang bersangkutan.
d. Mengetahui penerapan teori di bangku kuliah pada dunia pekerjaan.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
a. Menjalin hubungan baik antara lemabag pendidikan dan oerusahaan
tempat pelaksanaan kerja praktik sehingga di mungkinkan adanya
hubungan kerjasama dalam pengembangan teknologi daintara
keduanya.
b. Mengetahui tingkat keberhasilan dalam penerapan ilmu dengan
apliaksi nyata dunia industri.

1.5 Metodologi
Metode ya digunakan untuk pengumpulan data dalam pelaksanaan
kerja praktek ini sebagai berikut:
a. Metode observasi
Pengambilan data di lakukan dengan pengamatan dan penelitian secara
langsung terhadapt objek dilapangan.
b. Metode wawancara
Pengambilan data di lakukan denagn tanya jawab secara langsunng
denagn pembimbing dilapangan atau orang yang bersangkutan secara
langsung.
c. Metode literatur
Pengumpulan data di lakuka denagn melalui pembahasan teori dasar
dari buku referensi, mencari informasi melalui internet, serta infrmasi

3
yang di terima melaui catatan-catatan yang diberikan saat kerja praktik
berlangsung.

1.6 Waktu dan tempat kerja praktik


Pelaksanaan kerja paraktik industri dilaksanakan satu bulan
terhitung dari :

Waktu : 02 September 2019 s/d 30 September 2019

Tempat : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Jl. Raya Cirebon-


Bandunng KM.20 Palimanan Barat, Kec. Gempol Kabupaten
Cirebon, provinsi Jawa Barat.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.


PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Indocement” atau
“Perseroan”) mengoperasikan pabrik pertamanya secara resmi pada Agustus
1975. Dalam kurun waktu 43 tahun, Indocement telah menjadi salah satu
produsen semen terbesar di Indonesia.
Perseroan didirikan pada 16 Januari 1985 melalui penggabungan enam
perusahaan semen, yang pada saat itu memiliki delapan pabrik. Indocement
didirikan berdasarkan akta pendirian No. 227 tanggal 16 Januari 1985 yang
dibuat di hadapan Notaris Ridwan Suselo, SH. Sesuai dengan Anggaran
Dasarnya, kegiatan usaha utama Perseroan meliputi manufaktur semen dan
bahan bangunan, penambangan, konstruksi dan perdagangan. Saat ini,
Perseroan dan Entitas Anak bergerak dalam beberapa bidang usaha yang
meliputi manufaktur dan penjualan semen (sebagai bisnis inti), memroduksi
beton siap-pakai, agregat dan trass.
Indocement terus menambah jumlah pabriknya. Pada 22 Februari 2013,
Perseroan telah memulai perluasan Kompleks Pabrik Citeureup dengan
penambahan lini produksi yang disebut Pabrik ke-14. Jumlah pabrik
Indocement termasuk Pabrik ke-14 adalah 13 pabrik. Sebagian besar pabrik
berada di Pulau Jawa, 10 diantaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa
Barat, yang menjadikannya salah satu kompleks pabrik semen terintegrasi
terbesar di dunia. Sementara dua pabrik lainnya ada di Palimanan, Cirebon,
Jawa Barat, dan satu lagi di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Indocement mencatatkan sahamnya pertama kali di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada 5 Desember 1989 dengan kode saham “INTP”. Sejak
2001, HeidelbergCement Group, yang berbasis di Jerman, menjadi pemilik
mayoritas saham Perseroan. HeidelbergCement adalah pemimpin pasar global
dalam bisnis agregat dan merupakan pemain terkemuka di bidang semen, beton
siap-pakai (RMC), dan kegiatan hilir lainnya, menjadikannya salah satu

5
produsen bahan bangunan terbesar di dunia. Grup ini mempekerjakan lebih dari
45.000 orang di 2.300 lokasi di lebih dari 40 negara.
Dengan merek dagang “Tiga Roda” Indocement menjual sekitar 18,7
juta ton semen di 2014, yang menjadikannya perusahaan entitas tunggal
penjual semen terbanyak di Indonesia. Produk semen Perseroan adalah
Portland Composite Cement (PCC), Ordinary Portland Cement (OPC Tipe I,
II, dan V), Oil Well Cement (OWC), Semen Putih, and TR-30 Acian Putih.
Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia.
Selain penjualan semen, Indocement, melalui PT Pionirbeton Industri
yang memroduksi beton siap pakai, menjual 3,9 juta m3 RMC dan
menjadikannya pemimpin pasar dalam bisnis RMC di Indonesia. Dalam bisnis
agregat, PT Tarabatuh Manunggal, perusahaan yang 100% sahamnya dimiliki
Indocement, mulai berproduksi sejak 10 September 2014. Selain itu,
Indocement memiliki tambang agregat lainnya melalui PT Mandiri Sejahtera
Sentra.
Pada 31 Desember 2014, Indocement memiliki kapasitas produksi
terpasang mencapai 20,5 juta ton semen, 5,0 juta m3 RMC dengan 41 batching
plant dan 706 truk mixer, serta kapasitas produksi agregat sebesar 2,8 juta ton
per tahun dengan total cadangan agregat mencapai 80 juta ton dari dua
tambang.
Dalam menjalankan usahanya, Indocement terus fokus pada
pembangunan berkelanjutan dengan komitmen mengurangi emisi karbon
dioksida dari proses produksi semen. Indocement adalah perusahaan pertama
di Asia Tenggara yang menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified
Emission Reductions/CER) dalam kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih
(Clean Development Mechanism/CDM). Indocement merupakan perusahaan
pertama di Indonesia yang menggunakan terak pasir tanur (granulated blast
furnace slag), produk ampas leburan baja, beberapa tahun setelah
diluncurkannya proyek semen campuran (blended cement). Bahan
cementitious ini digunakan dalam produksi semen untuk mengurangi
kandungan klinker dan menurunkan emisi CO2.

6
2.2 Visi, Misi dan Moto
a. Visi
Pemain terkemuka dalam bisnis semen dan beton siap-pakai, pemimpin
pasar di Jawa, pemain kunci di luar Jawa, memasok agregat dan pasir
untuk bisnis beton siap-pakai secara mandiri.
b. Misi
Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan
berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memerhatikan
pembangunan berkelanjutan.
c. Moto
Turut membangun kehidupan bermutu.

2.3 Sejarah Perseroan


1985 PT Indocement Tunggal Prakarsa didirikan melalui penggabungan
usaha enam perusahaan yang memiliki delapan pabrik semen.
1989 Indocement menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Indonesia.
1991  Indocement mengakuisisi Pabrik ke-9 di Palimanan, Cirebon, Jawa
Barat, dengan kapasitas produksi terpasang 1,3 juta ton semen per
tahun.
 Penyelesaian pembangunan terminal semen Surabaya.
 Memulai usaha beton siap-pakai.
1996 Pabrik ke-10 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, selesai dibangun
dengan kapasitas produksi terpasang 1,3 juta ton semen per tahun.
1997 Pabrik ke-11 di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, selesai dibangun dengan
kapasitas produksi terpasang 2,6 juta ton semen per tahun.
1998 Pengambilalihan PT Indo Kodeco Cement (Pabrik ke-12) melalui
penggabungan usaha dengan kapasitas produksi terpasang 2,6 juta ton
semen per tahun.

7
2001 HeidelbergCement Group menjadi pemegang saham mayoritas
melalui anak perusahaannya, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd.
2003 Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd. mengalihkan kepemilikan sahamnya
di Indocement kepada HC Indocement GmbH.
2005  Indocement meluncurkan produk PCC ke pasar Indonesia.
 Penggabungan usaha antara HC Indocement GmbH dengan
HeidelbergCement South-East Asia GmbH, dimana yang
disebutkan terakhir menjadi pemegang saham mayoritas langsung
Indocement.
2006 HeidelbergCement South-East Asia Gmbh. melakukan penggabungan
usaha dengan HeidelbergCement AG. Dengan demikian
HeidelbergCement AG. menguasai 65,14% saham Indocement.
2007  Indocement membeli 51% saham PT Gunung Tua Mandiri, sebuah
perusahaan tambang agregat yang terletak di Rumpin, Bogor, Jawa
Barat.
 Indocement memodifikasi Pabrik ke-8 di Citeureup untuk
menambah kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen
per tahun.
2008  Indocement menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified
Emission Reduction/CER) untuk pertama kalinya dalam kerangka
Mekanisme Pembangunan Bersih untuk proyek penggunaan bahan
bakar alternatif.
 Indocement menerima Peringkat Hijau Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) untuk periode 2007-2008,
untuk Pabrik Citeureup dan Peringkat Biru untuk Pabrik Palimanan.
 Dalam rangka restrukturisasi internal, HeidelbergCement AG –
pemegang saham utama Indocement – mengalihkan seluruh
sahamnya di Indocement kepada Birchwood Omnia Limited
(Inggris), yang dimiliki 100% oleh HeidelbergCement Group.

8
2009  Birchwood Omnia Limited (HeidelbergCement Group), pemegang
saham utama Indocement, menjual 14,1% sahamnya kepada publik.
 Indocement meraih peringkat tertinggi, yaitu Peringkat Emas, pada
program PROPER 2008- 2009. Peringkat tersebut diraih oleh
Pabrik Citeureup, Bogor. Indocement merupakan perusahaan kedua
di Indonesia yang meraih Peringkat Emas sejak program PROPER
dimulai tahun 2002. Pabrik Palimanan, Cirebon, memperoleh
Peringkat Hijau pada program PROPER 2008-2009.
 Anak perusahaan Indocement, PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS),
meningkatkan kepemilikannya menjadi 100% atas tambang agregat
di Purwakarta, Jawa Barat, dengan estimasi cadangan sekitar 95 juta
ton. Akuisisi ini memampukan Indocement menjadi pemimpin
pasar untuk pasokan agregat dengan total cadangan sebesar 115 juta
ton.
 Melalui anak perusahaannya, PT Dian Abadi Perkasa dan PT
Indomix Perkasa, Indocement menguasai 100% saham PT Bahana
Indonor, sebuah perusahaan di bidang transportasi laut.
2010  Dua unit penggilingan-semen baru mulai beroperasi di Pabrik
Palimanan, meningkatkan total kapasitas terpasang sebesar 1,5 juta
ton semen menjadi 18,6 juta ton semen per tahun.
 Tambahan empat batching plant dan lebih dari 100 truk mixer baru
memperkuat bidang usaha beton siap-pakai guna mengantisipasi
peningkatan permintaan pasar.
2011  Dimulainya pembangunan penggilingan semen di Pabrik Citeureup
untuk meningkatkan kapasitas produksi PCC sebesar 1,9 juta ton
semen. Diharapkan akan selesai pada tahun 2013.
 Beroperasinya fasilitas bongkar-muat semen kantong dengan peti
kemas di dermaga Pabrik Tarjun.
 Dimulainya pembangunan terminal semen untuk menyediakan
fasilitas bongkar-muat semen kantong dan curah di Samarinda,

9
Kalimantan Timur, guna memenuhi permintaan serta meningkatkan
pangsa pasar di wilayah Kalimantan.
2012  Mulai digunakannya kereta api sebagai moda transportasi untuk
pengiriman semen kantong dari Palimanan ke Purwokerto.
 United Nations Framework Convention on Climate Change
(UNFCCC) menerbitkan CER untuk Indocement atas
keberhasilannya mengurangi emisi dari proyek blended cement
untuk periode 2006-2007.
 Dimulainya pengoperasian Terminal Semen Banyuwangi, Jawa
Timur guna memfasilitasi bongkar muat semen kantong dan curah.
 Dimulainya pengoperasian Terminal Semen Samarinda,
Kalimantan Timur guna memfasilitasi bongkar muat semen
kantong dan curah.
2013  Laboratorium QARD di Kompleks Pabrik Citeureup menerima
sertifikat ISO 17025 dan diakreditasi oleh Kantor Akreditasi
Nasional (KAN) untuk Process Control Laboratory (PCL).
 Dimulainya pembangunan Pabrik ke-14 di Kompleks Pabrik
Citeureup. Pabrik baru ini mempunyai kapasitas terpasang 4,4 juta
ton semen dan akan menjadi pabrik semen terbesar di Indonesia.
 Dimulainya pengoperasian rute kereta api tambahan untuk
pengiriman semen kantong Bogor – Surabaya.
 Penambahan satu unit vertical roller mill (VRM) di Kompleks
Pabrik Citeureup dengan kapasitas produksi sebesar 1,9 juta ton
semen per tahun.

2.4 Produk Indocement


2.4.1 Portland Composite Cement (PCC)
PCC dibuat untuk penggunaan umum seperti rumah, bangunan tinggi,
jembatan, jalan beton, beton pre-cast dan beton pre-stress. PCC mempunyai
kekuatan yang sama dengan Portland Cement Tipe I.

10
Gambar 2.1 PCC
2.4.2 Ordinary Portland Cement (OPC)
OPC juga dikenal sebagai semen abu-abu, terdiri dari lima tipe semen
standar. Indocement memproduksi OPC Tipe I, II dan V. OPC Tipe I
merupakan semen kualitas tinggi yang sesuai untuk berbagai penggunaan,
seperti konstruksi rumah, gedung tinggi, jembatan, dan jalan. OPC Tipe II dan
V memberikan perlindungan tambahan terhadap kandungan sulfat di air dan
tanah.

Gambar 2.2 OPC


2.4.3 Portland Pozzolan Cement (PPC)
PPC dari Semen Rajawali sangat baik digunakan untuk pasangan bata
dan plesteran, acian, juga pengerjaan beton. Diproduksi dengan teknologi
ramah lingkungan, peralatan canggih, dan material terpercaya dari Indocement,
penggunaan Semen Rajawali akan menghasilkan pengerjaan dengan kualitas
konsisten dan tidak mudah retak.

11
Gambar 2.3 PPC
2.4.4 Oil Well Cement (OWC)
OWC adalah tipe semen khusus untuk pengeboran minyak dan gas baik
di darat maupun lepas pantai. OWC dicampur menjadi suatu adukan semen dan
dimasukkan antara pipa bor dan cetakan sumur bor dimana semen tersebut
dapat mengeras dan kemudian mengikat pipa pada cetakannya. OWC
diproduksi dengan standar mutu sesuai API (American Petroleum Institute).

Gambar 2.4 OWC


2.4.5 White Cement
Semen putih digunakan untuk dekorasi eksterior dan interior gedung.
Sebagai satu-satunya produsen semen putih di Indonesia, saat ini Indocement
dapat mencukupi kebutuhan semen putih pasar domestik.

12
Gambar 2.5 White Cement
2.4.6 Acian Putih TR30
Acian Putih TR30 sangat sesuai untuk pekerjaan acian dan nat.
Komposisi Acian Putih TR30 antara lain Semen Putih ”Tiga Roda”, kapur
(Kalsium Karbonat) dan bahan aditif khusus lainnya. Keuntungan
menggunakan Acian TR30 antara lain, permukaan acian lebih halus,
mengurangi retak dan terkelupasnya permukaan, karena mempunyai sifat
plastis dengan daya rekat tinggi, cepat dan mudah dalam pengerjaan, hemat
dalam pemakaian bahan serta dapat dipergunakan pada permukaan beton
dengan menambahkan bonding agent.

Gambar 2.6 Acian Putih TR30


2.4.7 Beton Siap-Pakai (Ready-Mix Concrete)
Beton Siap-Pakai (Ready-Mix Concrete/RMC) diproduksi dengan
mencampur OPC dengan bahan campuran yang tepat (pasir dan batu) serta air
dan kemudian dikirimkan ke tempat pelanggan menggunakan truk semen untuk
dicurahkan.

Gambar 2.7 Ready-Mix Concrete


2.4.8 Agregat

13
Agregat digunakan dalam proses produksi RMC. Pengembangan baru
tambang agregat (batu andesit) di Rumpin dan Purwakarta, Jawa Barat dengan
total cadangan 80 juta ton andesit, melalui anak perusahaan Indocement akan
memperkuat posisi Indocement sebagai pemasok bahan bangunan.

Gambar 2.8 Agregat


2.5 Kapasitas Produksi

*) Melalui Akuisisi tahun 1999

14
**) Melalui merger dengan PT Indo Kodeco Cement ( IKC ) pada tanggal 29
Desember 2000
OPC : Ordinary Portland Cement
OWC : Oil Well Cement
WC : White Cement
PCC : Portland Composite Cement

2.6 Proses Produksi


Produksi semen membutuhkan bahan baku yang bersifat kering,
proporsional, dan homogen sebelum ditransfer ke dalam tanur pembakaran.
Hasil pencampuran ini dikenal dengan nama klinker, yang kemudian
dihaluskan dengan campuran gipsum di dalam penggilingan semen untuk
menghasilkan OPC atau dicampur dengan bahan aditif lainnya untuk
menghasilkan tipe semen yang lain. Rata-rata, sekitar 960 kg klinker
menghasilkan satu ton OPC.
2.6.1 Penambangan
Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi semen adalah
batu kapur, pasir silika, tanah liat, pasir besi dan gipsum. Batu kapur, tanah liat
dan pasir silika di tambang dengan cara pengeboran dan peledakan dan
kemudian dibawa ke mesin penggiling yang berlokasi tidak jauh dari tambang.
Bahan yang telah digiling kemudian dikirim melalui ban berjalan atau dengan
menggunakan truk.
Dalam sistem proses basah, bahan baku dimasukkan ke dalam tanur
dengan wujud aslinya yang masih basah, sehingga membutuhkan konsumsi
panas yang relatif tinggi. Dalam sistem proses kering, bahan baku telah
dikeringkan dan dimasukkan ke tanur dalam bentuk bubuk. Ini memberikan
keuntungan sehingga digunakan oleh produsen semen saat ini. Indocement
menggunakan proses tanur kering, yang mengkonsumsi panas lebih sedikit dan
lebih efisien dibandingkan proses tanur basah.
2.6.2 Pengeringan dan Penggilingan

15
Semua bahan yang sudah dihancurkan dikeringkan di dalam pengering
yang berputar untuk mencegah pemborosan panas. Kadar air dari material
tersebut menjadi turun sesuai dengan kontrol kualitas yang telah ditentukan
sesuai standar yang telah ditetapkan. Setelah disimpan di Raw Mill Feed Bins,
campuran material yang telah mengikuti standar dimasukkan ke dalam
penggilingan. Dalam proses penggilingan ini, pengambilan contoh dilakukan
setiap satu jam untuk diperiksa agar komposisi masing-masing material tetap
konstan dan sesuai dengan standar. Setelah itu tepung yang telah bercampur itu
dikirimkan ke tempat penyimpanan.
2.6.3 Pembakaran dan Pendinginan
Dari tempat penyimpanan hasil campuran yang telah digiling, material
yang telah halus itu dikirim ke tempat pembakaran yang berputar dan
bertemperatur sangat tinggi sampai menjadi klinker. Setelah klinker ini
didinginkan, dikirim ke tempat penyimpanan. Selama proses ini berlangsung,
peralatan yang canggih digunakan untuk memantau proses pembakaran yang
diawasi secara terus menerus dari Pusat Pengendalian. Bahan bakar yang
dipergunakan adalah batu bara, kecuali untuk semen putih dan oil well cement
digunakan gas alam.
2.6.4 Penggilingan Akhir
Klinker yang sudah didinginkan kemudian dicampur dengan gips yang
masih diimpor, kemudian digiling untuk menjadi semen. Penggilingan ini
dilaksanakan dengan sistem close circuit untuk menjaga efisiensi serta mutu
yang tinggi. Semen yang telah siap untuk dipasarkan ini kemudian dipompa ke
dalam tangki penyimpanan.
2.6.5 Pengantongan
Dari silo tempat penampungan, semen dipindahkan ke tempat
pengantongan untuk kantong maupun curah. Pengepakan menjadi efisien
dengan menggunakan mesin pembungkus dengan kecepatan tinggi. Kantong-
kantong yang telah terisi dengan otomatis ditimbang dan dijahit untuk
kemudian dimuat ke truk melalui ban berjalan. Sedangkan semen curah dimuat

16
ke lori khusus untuk diangkut ke tempat penampungan di pabrik, atau langsung
diangkut ke Tanjung Priok untuk disimpan atau langsung dikapalkan.

2.7 Struktur Organisasi

Gambar 2.9 Struktur Organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.


Plant Cirebon

17
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Jaringa Transmisi

Transmisi adalah proses penyaluran listrik dari pembangkitan ke distribusi


listrik. Standar tegangan pada sistem transmisi di Indonesia diklasifikasikan
sebagai tegangan ekstra tinggi (TET) yaitu dengan nominal 500 kV dan tegangan
tinggi (TT) dengan nominal 70 kV dan 150 kV. Tujuan tegangan dinaikan agar
dapat meminimalisir rugi-rugi daya dan drop tegangan, karena penyaluran pasti
melalui jalur yang panjang, semakin panjang jalur maka akan semakin
berpengaruh pada rugi daya jika tegangan tidak dinaikan.

Konstruksi jaringan transmisi terdiri dari duayaitu :

1. Salurn udara tegangan tingi (SUTT)/ tegangan ekstra tinggi (SUTET)


2. Saluran kabel tanah tegangan tinggi (SKTT)
3. Saluran kabel laut tegangan tinggi (SKLTT)

Saluran udara merupakan jenis saluran transmisi tenaga listrik yang


banyak digunakan di PLN. Pembangunana saluran udara melalui proses rancangn
bangun sesuai denagn standar international :

1. Ketinggian kawat penghantar


2. Penampang kawat penghantar
3. Daya isolasi
4. Medan istrik dan medan magnet dessis kosrona

Saluran udara terbagi menjadi beberapa standar tegangan tegangan yaitu :

1. Saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 70 kV


2. Saluran udara teganagn tinggi (SUTT) 150 kV
3. Saluran udara teganagn ekstra tinggi (SUTET) kV

18
Saluran kabel digunakan pada daerah perkotaan yang memepertimbangkan
masalah estetika, lingkungan yang terbatas, jaringan antar pulau. Saluran kabel
terbagi menjadi beberapa standar tegangan, yaitu :

1. Saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) 70 kV


2. Saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) 150 kV
3. Saluran kabel laut tegangan tinggi (SKLTT) 150kV

Blok diagram dasar sistem transmisi tenaga listrik,

Distribution
Transmission

Heavy Mediu
Industr m
y Industr

Interconection Transmission

Single line diagram of a generation, transmission, and distribution system


Gambar 3.1.1 diagram blok umum sistem tenaga listrik
Gamabr diaats merupakan blok diagram dasar dari sistem transmisi dan distribusi
tenaga listrik yang terdiri dari dua stasiun pembangkit G1 dan G2, beberapa
substation yaitu hubung antar substation (intercnnecting substation) dan untuk
bagian komersial perumahan(commercial residential), dan industrial load. Fungsi
dari bagian transmission substation adalah untuk meyediakan servse untuk
merubah dalam menaikan dan menurunkan teganagan pada slauean teganagan
yang di transmisikan serta meliputi regulasi tegangan. Standarisasi range tegangan
international yaitu 345kV hingga 765kV untuk saluran tegangan ekstra tinggin

19
dan 115kV hingga 230kV untuk saluran tegangan tinggi. Standarisasi tegangan
transmisi listrik di indoneia adalah 500kV untuk saluran ekstra tinggi dan 150kV
untuk salurran teganag tinggi.

Pada sistem tenaga lsitrik jarak antar pembangkit denagn beban yang
cukup jauh akan menimbukan adanya penurunan kualitas tegangan yang
diakibatkan oleh rugi-rugi daya pada jaringan. Sehingga dalam proses penyaluran
di butuhkan suatu peralatan untuk memperbaiki kualitas tegangan yang di letakan
pada saluran yang menagalaai drop tegangan SVC (Static Var Compensator)
berfungsi sebagai pemelihara kestabilan kondisi steady sate dan dinamika voltase
dalam batasan yang sudah di tentukan pada jaringan ransmisi berjarak jauh dan
berbeban tinggi (heavy load). Synchronous condenser, sebagai generator
pensuplay arus gangguan dan transformer denagn taps yang variabel, ini
merupakan jenis kabel khusus tarnsformator listrik yang dapat menambah atau
mengurangi power gulungan kawat, sehingga meningkatkan atau menurunkan
medan magnet dan teganagn keluaran transformator.

Distribution substation, pada bagian ini perubahanteganagn aliran lsitrik dari


teganagn medium menjadi teganagn rendah denagan transformator step down,
dimana denagan taps otomatis dan memiliki kemamapuan untuk meregulator
teganagn rendah.

Interconnecting subastation, pada bagian ini unntuk melayani sambungan


percabagan transmisi dengan power tegangan yang berbeda serta untuk
menambah kestabilan pada keseluruhan jaringan.

Setiap substation memiliki circuit breaker, fuse, dan lightning arrester untuk
pengamanan peralatan. Selain itu penambahan kontrol peralatan, pengukuran ,
dan switching pada setiap substation.

3.2 Gardu Induk

Gardu induk adalah suatu instalasi yang terdiri dari peralatan listrik yang
merupaka pusat beban yang diambil dari saluran transmisi. Dengan fungsi umum

20
sebagai penyaluran yang menghubungkan sistemm transmisi tegangan tinggi
dengan saluran saluran gardu gardu distribusi.

Fungsi khusus dari gardu induk adalah unntuk mentransformasikan daya


listrik dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500kV/150kV), tegangan
rendah ke tegangan lebih rendah (150kV/70kV), tegangan tinggi ke tegangan
menengah (150kV/20kV, 70kV/20kV). Selain itu gardu indu uga digunakan untuk
pengukuran, pengawasan operasi serta pengaman dari sistem tenaga listrik.
Pengaturan pelayanan beban dari gardu induk ke gardu induk lain melalui
tegangan tinggi ke gardu gardu distribusi setelah melalui proses penurunan
tegangan melalui penyulang(feeder) tegangan menengah yang ada di garrdu
induk. Untuk sarana telekomunikasi yang digunakan dikenal denagn istilah
SCADA.

Jenis-jenis gardu induk tterbagi menjadi 3 berdasarkan lokasi, tempat


peralatan, dan meida isolasi. Jenis gardu induk berdasarkan lokasi terbagi menajdi
2 yaitu :

1. Gardu induk tegangan tinggi (GITT)


Gardu listrik yang mendapat daya dari saluran transmisi tegangan ekstra
tinggi (SUTET) atau saluran udara tegangan tinggi yang kemudian
disaurkan ke daerah beban melalui saluran keluar penyulang distribusi.
2. Gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET)
Gardu listrikang mendapat daya dari saluran transmisi tegangan esra tinggi
(SUTET) atau saluran udara tegangan tinggi (SUTT) yang kemudian di
salurkan ke GITET atau GITT lain mealui SUTET atau SUTT.

Jenis gardu induk berdasarkan tempat peralatan terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Gardu Induk pasang dalam


gardu induk pasangdalam merupakan gardu innduk yang sebagaian besar
peralatannya dipasang di dalam ruangan. Gardu induk pasang dalam biasa
disebut denagn GIS,
2. Gardu Iinduk pasang luar

21
Gardu listrik yang dimana sebagian besar peralatannya di tempatkan di
luar/ udara terbuka.

Jenis gardu induk berdasarkan media isolasi dibagi menjadi 2 yaitu :

1. AIS (Air Insulated Switchgear)


AIS merupakan gardu listrik konvensional denagn menggunakan udara
sebagai media isolasi antar peraatan yang bertegangan (Aird Insuated
Switchgear) dimana sebagian besar peralatan di tempatkan di daerah
terbuka.
2. GIS (Gas Insulated Switchgear)
GIS merupakan gardu listrik yang menggunakan gas sebagai media isolasi
anatar peralatan yang bertegangan. Diaman sebagian besar
peralatannyaditempatkan didalam media yangterisolasi dengan
menggunakan gas SF6.

Gardu iduk di lengkapi denagn komponen utama sebagai fasilitas yang


diperlukan sesuai denagn tujuan serta mempunyai fasilitas untuk operasi dan
pemeliharaan. Komponen tersebut antara lain :

1. Switch gear
2. Transformator daya
3. Neutral grounding sistem (NGS)
4. Cicuit breaker (CB)
5. Disconnecting switch (DS)
6. Lighting arrester (LA)
7. Current trasformer (CT)
8. Potential trafo (PT)
9. Transformator pemakaian sendiri
10. Rel busbar
11. Gedung kontrol
12. Panel kontrol
13. Panel proteksi

22
14. Sumber DC gardu induk
15. Panel AC/DC gardu induk
16. Cubicle
17. Sistem proteksi

23
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sistem Penyaluran Energi Listrik

Penyaluran energi yang terdapat pada PT indocement Tunggal Prakarsa


Tbk. unit cirebon dengan melalui 2 buah line/jalur kabel transmisi bertegangan 70
kV sampai di gardu induk distribusi atau SS-0. Saluran 70 kV kemudian di salurkan
ke 3 buah trafo 70 kV/6.6 kV. trafo 1 menangani plan 09, trafo 2 menangani plan
10, dan trafo 3 menangani cement mill plan 09 dan plan 10. Setelah tegangan di
turunkan kemudian di salurkan ke setiap Substation (SS) . Terdapat 15 buah SS
pada plan 09 dan 14 buah SS pada plan 10.

Gambar 4.1 single line diagram saluran gardu induk distribusi pada plan 09

24
Gambar 4.2 single line diagram saluran gardu induk distribusi pada plan 10

Proses pembagian tegangan diantara 2 line 70 kV di lakukan pada gardu


induk distribusi dengan sistem DS couple. Penghubungan menggunakan DS Couple
dilakukan agar mengurangi diameter kabel penghantar, dimanan antara line 1 dan
line 2 saling terhubung. Proses penghubungan di lakukan dengan tujuan agar proses
pengoperasian pada pabrik bisa terus berlangsung apabila terjadi kerusakan atau
perawatan pada salah satu trafo. Tahapan pengoperasian menggunakan sistem
interlock dimana terdapat tahapan-tahapan yang harus di lakukan guna
meminimalisir terjadinya kesalahan pada sistem jaringan pada gardu induk. Secara
umum tahapan pengoperasian dilakukan dengan mengoperasikan DS dan GCB
secara bertahap sampai daya mengalir ke setiap SS yang ada pada plan 09 dan plan
10. Pada PT indocement tunggal prakarsa Tbk. kapasitas daya total yang diterima
sebesar 63 MVA denagn 2 line 2 phse. Untuk men supply 2 plant.

Secara garis besar instalasi penerimaan tenaga lsitrik dari PLN di bagi
menjadi 2, yaitu :

1. Instalasi tenaga
2. Instalasi control

25
4.1.1 Instalasi tenaga
Instalasi tenaga berfungsi untuk menyalurkan tenaga lsitrik yang
diterima untuk di salurkan ke masing-masing substation. Penerimaan awal
listrik di terima oleh saklar pemisah / Disconnecting Switch (DS
89R11/89R21) dan masuk ke pemutus Gas Circuit Breaker (GCB
52R1/52R2), kemudian di terima oleh saklar pemisah rel (DS 891/892),
setelah itu masukke rail paralel dan masuk ke saklar pemisah (DS
89P1/89P2), dan pemutus (GCB 52P1/ 52P2)kemudian masuk ke
transformator penurun tegangan 70 kV/6.6 kV dan di salurkan ke masing
masing feeder dan substation yang terdapat pada plant 09 dan plant 10.

4.1.2 Instalasi control


Instalasi control berfungsi untuk mengendalikan semua peralatan
yang ada pada isntalasi gardu induk. Di PT Indocement Tungal Prakarsa
Tbk. sistem pengontrolan di layani dalam 2 tempat, yaitu dengan
menggunakan remote dari Central Control Room (CCR) dan secara manual
dari local. Untuk sumber tenaga listrik untuk istalasi pengontrolan
menggunakan suplai AC dan DC. Apabila terjadi gangguan pada suplai AC
atau black out maka suplai DC/bateria digunakan untuk mensuplai SS.
Untuk melindungi instalsi dari dan peralatan dari bahaya petir,
instalasi di lengakapi denagan peralatan Lighting Arrester (LA), dan untuk
melindungi timbulnya tegangan sentuh yang memebahayakan di gardu
induk juga di lengkapi denagan sistem pentanahan yang di sambungkan dari
titik bintang sekunder trafo tenaga.pentanahan yang digunakan adalah jenis
Neutral Grounding Resistance (NGR).

4.2 Komponen Yang Terdapat Pada Gardu Induk

Pada sebuah saluran gardu induk distribusi terdapat berbagai macam


komponen listrik terdiri dari peralatan utama dan peralatan ukur. Dimana setiap
komponen memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Komponen yang
terdapat pada gardu induk, yaitu :

26
1. Disconnecting switch (DS) / Pemisah
merupakan alat yang digunakan untuk menyatakan secara visual bahwa
satu peralatan listrik sudah bebeas dari tenaga kerja. DS(PMS) di operasikan
dalam keadaaan lsitrik tidak berbeban. Tenaga penggerak dari DS(PMS)
adalah secara manual, motor, pneumatic atau angin dan hidrolic. DS(PMS)
dilihat dari fungsinya di bagi menjadi 2, yaitu pemisah tanah dan pemisah
peralatan.

Gambar 4.3 Pemisah atau Disconnecting Switch pada Gardu induk


Rating komponen
Jenis Pemisah putar
Teganagn 84 kV
Arus 1200 A
ICW 31.5 kA
Tabel 4.1 rating komponen Disconnecting Switch

2. Gas Circuit Breaker (GCB)/ Pemutus


merupakan peralatan untuk menghubungkan dan memutuskan suatu
rangkaian listrik sesuai dengan ratingnya. GCB(PMT) dapat di operasikan
dalam keadaan berbeban ataupun tidak. Pemutus yang digunakan pada
Gardu induk distribusi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

27
menggunakan GCB dengan gas yang digunakan tipe Gas SF6 seabagai
pemadam busur api.

Gambar 4.4 Gas Circuit Breaker


Rating komponen
Type CB Gas Circuit Breaker
Teganagn 84 kV
Arus 1200 A
ICW 31.5 kA
Tabel 4.2 rating komponen Gas Circuit Breaker

3. Lighting Arrester (LA)


Merupakan peralatan pengaman instalasi dari tegangan lebih yang di
akibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient tinggi dari suatu
pemutus rangkaian. Pemasangan LA terletak sebelum Grounding. Pada
jaringan gardu induk distribusi LA di pasang pada jaringan 70 kV dan 6.6
kV.
Rating komponen
Type 70 kV
Teganagn 84 kV

28
Arus 1200 A
10 kA
Tabel 4.3 rating komponen Light Arrester pada jaringan 70 kV

Rating komponen
Type 6.6 kV
Teganagn 8.4 kV
Arus 1200 A
5 kA
Tabel 4.4 rating komponen Light Arrester pada jaringan 6.6 kV

4. Transformator
Transformator berfungsi untuk mentransforasikan daya listrik dengan
merubah besaran tegangan dengan frequensi yang tetap. Trafo yag
digunakan pada jaringan gardu induk ini, bertipe trafo stepdown.

Gambar 4.5 Transforator penurun tegangan


Spesifikasi komponen
Type 3 fasa
Teganagn 70 kV/6.6 kV

29
Daya Reactive 32 MVA
Tabel 4.5 spesifikasi Trafo Step Down 70 kV/ 6.6 kV

5. Neutral Grounding Resistance (NGR)


Merupakan komponen yang dipasang antara titik netral trafo dengan
pentanahan. Berfungsi untuk memproteksi arus bocor yang terjadi pada
trafo. NGR yang aktif akan mengaktifkan GCB.
Rating komponen
Arus 100 A
Waktu 30 sec
Tabel 4.6 rating komponen NGR

6. Current Transformer (CT)


Berfungsi untuk merubah besaran arus. Untuk keperluan pengukuran dan
pengamanan. CT yang digunakan buatan TRRECH, bertipe Current
Transformer IOSK 170 dengan toleransi +10%.

Gambar 4.6 Current Transformer (CT)

30
Tahun pembuatan 2013
Type isolator Mineral oil standar IEC
Frequncy 50Hz
Idyn 100 kA peak
Ith 40 kA rms. 1 s
Um 72.5kV
Tabel 4.7 spesifikasi current tarnsformer IOSK 170 yang digunakan pada
gardu induk distribusi 70 kV.

7. Capacitor Voltage Transformer (CVT)


Trafo teganagn yang terdiir dari rangkaian kapasitor yang berfungsi sebagai
pemabgi tegangan dari teganagan tinggi ke teganagn menengah primer yang
kemudian di induksikan ke belitan sekunder. Spesifikasi umum CVT yang
digunakan pada gardu induk distribusi.

Gambar 4.7 Capacitor Volatge Transformer (CVT)

31
Tahun pembuatan 2013
Type TCVT72.5
Frequency 50 Hz
Temp range -25/+55
CD Oil Synthetic IEC867/4 kg
EU Oil Mineral IEC296/26 kg
Max. Simulta burden 100 VA

Ratio terminal Burden Class Terminal Terminal


(VA) burden response
class
70 √3/100 √3 1a-1n 150 2P 300 T1
70 √3/100 √3 2a-2n 100 0.2 700
Tabel 4.8 Rating komponen Current Voltage Transformer

8. Switch Circuit Breaker (SCB)


merupakan peralatan untuk menghubungkan dan memutuskan suatu
rangkaian listrik sesuai dengan ratingnya.
Rating komponen
Type SCB
Teganagn 7.2 kV
Arus 3000 A
ICW 31.5 kA
Tabel 4.9 rating komponen Switch Circuit Breaker

9. Grounding Potential Transformer (GPT)


Grounding transformer merupakan bagian dari sistem pembumian pada
saluran. Menggunakan sistem hubung delta dengan mengakomudasi beban
fase ke netral dengan menyediakan arus balik untuk arus ke netral.

32
10. Protective Relay Panel
Panel relay proteksi yang berfungsi untuk melindungi sistem jaringan gardu
induk pada saat terjadi gangguan. Protectife relay panel di pasang pada
jaringan 70 kV. Protective relay yang digunakan berupa Over Current
Relay (OCR) yang digunakan sebagai pengaman utama apabila terjadi
gangguan antar phasa atau beban lebih di penyulang.

Gambar 4.8 Protective Relay Panel

11. Disconnecting Switch Couple (DS Couple)


Merupakan PMS yang menghubungkan dua buah line. Sehingga apabila
terjadi gangguan pada salah satu saluran maka saluran yang lain dapat
menggantikan untuk menyalurkan daya listrik.

12. Battery Capacity Test (BCT)

BCT merupakan pensuplai energi listrik yang terhubung langsung dengan


sistem kontrol pada setiap SS. Baterai digunakan ketika SS dalam kodisi
tidak tersuplai oleh pensuplai AC atau dalam kondisi black out. Setelah SS
mendapatkan daya dari jaringan lsitrik utama maka baterai secara otomatis
akan terputus dan melakuakan pengecasan daya.

33
13. Capacitor
Pada gardu induk yang kondisinya jauh dari sumber pembangkit atau beban
berlebih dapat mengakibatkan turunnya tegangan dan mempengaruhi COS
Phi. Perbaikan di lakukan dengan penamabahan capacitor bank pada
jaringan gardu induk yang di paralel pada power line utama, line 1 dan line
2.

4.3 Sistem Interlock Pada Gardu Induk 70kV

Pada suatu sistem tenaga lsitrik dikenal suatu hubungan kerja antar
peralatan listrik yang disebut dengan sistem interlock. Pada sistem interlock
mengaharuskan Pemisah (PMS), Pemutus (PMT), dan Grounding Switch (GS)
bekrja sesuai denagn urutan kerjanya. Apabila dikerjakan tidak sesuai dengan
tahapan pengerjaannya dapat terjadi hubung singkat atau bususr api yang dapat
merusak komponen yang terhubung di dalamnya.

Sistem interlock bertujuan untuk menghindari kesalahan pengoperasian


dalam kondisi maintenance atau menormalkan kemabali suplai jaringan pada
tranformator tersebut dan melindungi pekerja dari bahaya tegangan tinggi. Dengan
adanya sistem interlock ini dapat meminimalisir terjadiya error atau kerusakan dari
sisi manusia maupun peralatan.

Sistem interlock yang digunakan juga menghubungkan dua buah jaringan,


yang saling terhubung dengn aitem rangkaian tertup dengan penghubung DS/PMS
couple. Sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu saluran maka saluran
yang lain dapat menggantikan untuk menyalurkan daya listrik.

Pengoperasian sistem interlock pada gardu induk dilakuakan dengan cara


pengoperasian eksternal atau langsung di pusat kendali SS-0. Tahapan yang harus
dilakukan dalam melakukan mekanisme interlocking :

1. DS/PMS jaringan tidak dapat dibuka sebelum GCB/PMT dalam kondisi


membuka.

34
2. Pemisah tanah hanya dapat di tutup, apabila terjadi kondisi
maintenance.
3. Saklar pemisah jaringan hanya dapat di tututp, saat saklar pemisah tanah
dalam keadaan terbuka.
4. PMT hanya dapat menutup, saat saklar pemisah jaringan dalam keadaan
menutup.

4.4 Prosedur Pengoperasian Gardu Induk 70 kV.

Gambar 4.9 manuver PMS dan PMT pada gardu induk 70 kV dan prosedur operasi
PMS dan PMT.

4.4.1 Wewenang dan tanggung jawab.


Wewenang dan tanggung jawab dibedakan atas :
a. Wewenang dan tanggung jawab operator dalam pengoperasian GI.
b. Wewenang dan tanggung jawab unit GI dalam sistem.

Wewenang dan tanggung jawab operator dalam pegoperasian GI


Bertanggung jawab atas kelangsungan operasi GI dengan menjaga
keandalan peralatan setiap saat, Bertanggung jawab atas keamanan

35
peralatan yang terpasang, Mencatat dan mereset alarm yang muncul di
annuciator, dan relai yang bekerja dalam kondisi gangguan. Pencatatan
dan pelaporan hasil pengecekan secara berkala.
Wewenang dan tanggung jawab GI dalam sistem, yaitu Mengatur
sistem aliran daya dengan menjamin kapasitas kemampuan GI,
Menjamin keandalan suplai daya yang kontinu, menjaga kondisi sistem
dalam kondisi tetap baik agar tidak terjadi gangguan pada sistem.
4.4.2 Macam-macam kondisi operasional Gardu Induk.
a. Operasi GI kondisi Normal
b. Operasi GI kondisi tidak normal
c. Operasi GI kondisi baru

Operasi Gardu Induk kondisi normal, adalah GI beroperasional


sesuai denagn SOP normal. Konfigurasi dalam keadaan normal, dan
peralatan dalam kondisi baik sesuai dengan ratingnya.
Operasi Gardu Induk kondisi tidak normal, adalah GI beroperasi
dalam keadaan pemeliharaan atau gangguan. Gangguan yag terjadi dapat
berasal dari dalam (manusia dan peralatan) dan dari luar (alam atau benda
lain). Sedangkan jensi gangguan dapat berupa gangguan antar phasa dan
phasa netral.
Operasi Gardu Induk kondisi baru, adalah pengoperasian GI dalam
keadaan semua atau sebagian peraltan baru pertama kali dioperasikan.
Dalam pengoperasian gardu induk di butuhkan pengamatan dan
pemeriksaan lebih. Seperti pada kontark pembangunan dan pengoperasian,
kelayakan operasi dan kesiapan peralatan proteksi, kesiapan peralatan
penunang seperti telemetering dan telekomunikasinya.

4.4.3 Pengoperasian PMS(DS) dan PMT(GCB) dan Perintah Manuver


Pada GI 70kV PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Dalam pengoperasian GI diperlukan prosesdur atau tahapan
pengoperasian, dalam kondisi normal, gangguan, darurat, atau black out.

36
Ketentuan tersebut disusun bersama oleh pihak-pihak terkait yang
selanjutnya mengahsilkan Standing Operation Procedure (SOP). Di dalam
SOP memuat prosedur pengoperasian, kewenangan, dan tanggung jawab
pengoperasian peralatan. SOP dapat berubah sewaktu-wktu apabila terjadi
perubahan dalam konfigurasi GI. Pada Gardu induk PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. menggunakan Gardu Induk denagn rel ganda.
Diamana masing masing power line 70 kV saling terhubung dengan
mengguanakn DS Couple. Pada penggunaan sistem rel ganda bila terjadi
gangguan/pemeliharaan pada salah satu relnya bisa di lakukan pemindahan
rel karena konfigurasi memungkinkan untuk melakukan pemindahan rel.
Namun dalam keadaan gangguan pada salah satu rel, beban harus di
konfigurasi ulang sesuai dengan kapasitas trafo terpasang sehingga tidak
terjadi over load pada trafo yang bisa mengakibatkan kerusakan pada
peralatan.
4.4.3.1 Proses Perintah Manuver Peralatan Dan Pelaksanaan Di
Jaringan Gardu Induk.
Proses perintah manuver peralatan dan pelaksanaan di jaringan
gardu induk adalah sebagai berikut :
1. Menerima perintah dari area/Dispatcher Jabar.
2. Memprsiapkan peralatan kerja dan peralatan keselamatan
kerja sesuai dengan tugas yang telah diperintahkan serta
mengidentifiaksi peralatan yang akan dimanuver.
3. Melaksanakan manuver peralatan dengan memperhatikan
prosedur manuver PMT(GCB)/PMS(DS).
4. Melaporkan hasil kegiatan kepada pemebri perintah yang
bertanggung jawab di lapangan.
4.4.3.2 Prosedur Manuver PMT Dan PMS Untuk Pengoperasian
Dan Pembebasan Peralatan Di Jaringan Gardu Induk.
Urutan pengoperasian dan pembebasan peralatan :
1. Pengoperasian : PMS masuk kemudain PMT masuk
2. Pembebasan : PMT keluar kemudian PMS keluar

37
Seperti pada Gambar 4.9 manuver PMS dan PMT pada
gardu induk 70 kV dan prosedur operasi PMS dan PMT.
Pengoperasian PMS dan PMT dari power line 1 dan 2 pada
kondisi normal adalah sebagai berikut :
1. Penghantar line 1 :
a. PMS (89R11) tertutup
b. PMS (89R12) tertutup
c. PMT (52R1) tertutup
2. Transformator 1 :
a. PMS (891) tertutup
b. PMS (89P1) tertutup
c. PMT (52P1) tertutup
3. Penghantar line 2 :
a. PMS (89R21) tertutup
b. PMS (89R22) tertutup
c. PMT (52R2) tertutup
4. Tranformator 2 :
a. PMS (892) tertutup
b. PMS (89P2) tertutup
c. PMT (52P2) tertutup
5. DS Couple/ PMS (89B) tertutup

4.4.4 Pengamatan Pemeriksaan, Dan Pengendalian Operasi Kondisi


Normal.
1. Pemeriksaan dan pengaturan tegangan di lakukan dengan melakuakn
pemeriksaan secara visual dan melakukan pencatatan. Dalam kondisi
normal, tegangan menunjukan simetris baik Ph-Ph dan Ph-N. terjadi nya
ketidak simetrisan tegangan dikarenakan tegangan pada sisi sekunder
trafo terlalu rendah/tinggi penstabilan dilakukan dengan mengatur tap
trafo.

38
2. Pengamatan beban dilakuakn denagn pencatatatn beban (I) dan daya
(MW) secara berkala.
3. Pemeriksaan kabel TT dilakukan denagn pemeriksaan manometer
(tekanan minyak) dan tekanana gas SF6 pada terminal bushing kabel.
4. Peemruksaan transformator tenaga dilakukan secara visual.
5. Peemriksaan PMT dilakuakn denagan cara melihat tekanan gas SF6 jika
menggunakan GCB, tekanan Udara jika menggunakan VCB, atau
tekanan minyak jika mneggunakan OCB.
6. Pemriksaan sumber DC dilakuakan denagan cara pemeriksaaan lapu
indikator, level electrolyte, dan tegangannya.
7. Pencatatan energi litrik (KWh) terpakai secara berkala.

39
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melaksananakn kerja praktek di PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. pada tanggal 2 September 2019, dari hasil pengamatan telah
di dapat kesimpulan berupa :
Prosedur pengoperasian dan penyaluran tenaga listrik pada gardu
induk 70 kV PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menggunakan sistem
radial terbuka yang saling terhubung dengan rangkaian couple/kopel dengan
pemisah DS couple. Pengoperasian juga menggunakan sistem interlock
sebagai pengamanan dalam jaringan.

5.2 Saran
Lebih mengedepankan aspek K3(Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) dalam melaksanakan pekerjaan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Saliban, Udin Fransiska. 2019. “ Sistem Jaringan Distribusi Pada Area Plant-9 PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palaimanan Cirebon. Universitas
Bengkulu.

Suprianto. 2015.” Definisi Gardu Induk” http://blog.unnes.ac.id/antosupri/definisi-


gardu-induk/, diakses pada tanggal 27 september 2019 waktu 09.30.

Gunardi. Herman. 2017. “Materi Workshop Operasi Dan Pemeliharaan Gardu


Induk” https://docplayer.info/62750810-Materi-workshop-operasi-dan-
pemeliharaan-gardu-induk.html, diakses pada tanggal 29 september 2019
waktu 13.40.

41

Anda mungkin juga menyukai