Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Penyusunan anggaran laba rugi bertujuan memberikan informasi kepada pihak manajemen
tentang perkiraan laba atau rugi bersih yang akan ditanggung oleh perusahaan dalam satu
periode anggaran. Informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan anggaran laba
rugi diperoleh dari anggaran-anggaran yang telah disusun sebelumnya.
Bab ini akan membahas tentang penyusunan anggran laba rugi untuk perusahaan
manufaktur atau pabrik. Anggaran laba rugi untuk perusahaan manufaktur tidak banyak
berbeda dengan anggaran laba rugi untuk perusahaan dagang atau jasa. Perbedaannya
terletak pada penentuan beban pokok penjualan yang sedikit lebih rumit pada perusahaan
manufaktur dibandingkan dengan perusahaan jasa dan dagang.
Berikut ini adalah contoh format anggaran laba rugi untuk perusahaan manufaktur.
Keterangan:
****** Dari anggaran produksi untuk kuantitasnya dan dikalikan dengan biaya produksi
per unitnya.
Salah satu informasi yang disajikan dalam anggaran produksi adalah kuantitas
persedian barang jadi yang akan dipegang oleh persediaan diakhir periode atau yang biasa
kita kenal sebagai persediaan akhir barang jadi. Perhitungan biaya persediaan akhir barang
jadi memerlukan informasi tentang asumsi arus biaya persediaan (cost flow assumption) yang
digunakan oleh perusahaan.
Dua asumsi arus biaya persediaan yang dibahas dalam buku ini adalah:
Jika perusahaan menggunakan metode FIFO, maka biaya persediaan akhir barang
jadinya berasal dari persediaan barang jadi yang terakhir dibuat dalam suatu periode.
Metode Average mengasumsikan bahwa biaya persediaan akhir barang jadi adalah
biaya rata-rata yang diperoleh dari produksi yang dikeluarkan dalam suatu periode dan biaya
persediaan barang jadi awal yang sudah tersedia di awal periode.
Berikut ini adalah ilustrasi yang menyajikan perbedaan cara menghitung biaya
persediaan akhir barang jadi dengan menggunakan metode FIFO dan average.
Contoh 6.1
Anggaran produksi PT ABC untuk bulan Juli 2008 adalah sebagai berikut.
Total biaya persediaan barang jadi pada 1 juli 2008 adalah Rp. 40.000.000,- atau Rp.
200.000,-per unit. Biaya produksi per unit untuk setiap barang jadi yang diproduksi di bulan
Juli 2008 adalah Rp. 220.000,-.
Berdasarkan anggaran produksi dan informasi tentang biaya persediaan per unit PT.
ABC, bitunglah biaya persediaan akhir barang jadi dengan menggunakan metode arus biaya:
1. FIFO
2. Average
METODE FIFO
Langkah 1
Jika menggunakan metode FIFO, maka biaya persediaan akhir barang jadi berasal dari biaya
barang jadi yang terakhir dibuat pada suatu periode. Pada contoh PT. ABC, biaya produksi
per unit barang jadi untuk bulan Juli sebesar Rp. 210.000,- per unit. Sehingga, untuk setiap
unit barang jadi yang ada di akhir bulan Juli 2008 akan memiliki biaya per unit sebesar Rp.
220.000,-
Langkah 2
Dari anggaran produksi, diketahui bahwa jumlah persediaan barang jadi (unit) adalah 400
unit. Jadi, total biaya persediaan akhir barang jadi adalah Rp. 88.000.000,- yang diperoleh
dengan mengendalikan persediaan barang jadi (400 unit) dengan biaya produksi per unitnya
(Rp. 220.000,-)