Anda di halaman 1dari 4

ANGGARAN LABA RUGI

Penyusunan anggaran laba rugi bertujuan memberikan informasi kepada pihak manajemen
tentang perkiraan laba atau rugi bersih yang akan ditanggung oleh perusahaan dalam satu
periode anggaran. Informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan anggaran laba
rugi diperoleh dari anggaran-anggaran yang telah disusun sebelumnya.

Dibawah ini adalah sumber-sumber informasi yang dibutuhkan dalam menyusun


anggaran laba rugi.

1. Anggaran penjualan, menyediakan informasi tertang perkiraan nilai penjualan


dalam satu periode anggaran.
2. Anggaran produksi, menyediakan informasi tentang nilai persediaan awal dan akhir
barang jadi yang akan digunakan dalam perhitungan beban pokok penjualan di
anggaran laba rugi.
3. Anggaran biaya produksi, menyediakan informasi tentang biaya produksi dalam
satu periode anggaran. Biaya produksi barang jadi meliputi biaya pemakaian bahan
baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead produksi. Informasi
ini diperlukan untuk menghitung beban pokok penjualan dalam anggaran laba rugi.
4. Anggaran beban operasi, menyediakan informasi tentang perkiraan nilai beban
penjualan dan administrasi perusahaan.
5. Tarif pajak penghasilan badan, tarif pajak penghasilan badan diperlukan untuk
menentukan jumlah beban pajak penghasilan yang harus ditanggung oleh perusahaan
dalam satu periode anggaran.
6. Anggaran kas, menyediakan informasi tentang beban bunga, pendapatan bunga dan
beban piutang tidak tertagih.

ANGGARAN LABA RUGI PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Bab ini akan membahas tentang penyusunan anggran laba rugi untuk perusahaan
manufaktur atau pabrik. Anggaran laba rugi untuk perusahaan manufaktur tidak banyak
berbeda dengan anggaran laba rugi untuk perusahaan dagang atau jasa. Perbedaannya
terletak pada penentuan beban pokok penjualan yang sedikit lebih rumit pada perusahaan
manufaktur dibandingkan dengan perusahaan jasa dan dagang.

Berikut ini adalah contoh format anggaran laba rugi untuk perusahaan manufaktur.

PT Citra Sari Persada


Anggaran Laba Rugi
Untuk periode yang berakhir pada 31 Mei 2006
Penjualan 2.000.000*
Beban pokok penjualan
Saldo awal persediaan barang jadi 200.000*
Biaya produksi
Bahan baku yang digunakan 500.000***
Tenaga kerja langsung 400.000****
Biaya overhead pabrik 500.000*****
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual 1.600.000
Dikurangi : persediaan akhir barng jadi 400.000******
Beban pokok penjualan 1.200.000
Laba kotor yang dianggarkan 800.000
Beban operasi
Beban penjualan 200.000*******
Beban administrasi 100.000 300.000
Laba operasi yang dianggarkan
Pendapatan dan beban lain-lain
Beban bunga 100.000 100.000
Laba sebelum pajak penghasilan 200.000
Perkiraan beban pajak penghasilan 80.000
Laba bersih yang dianggarkan 120.000

Keterangan:

* Dari nilai penjualan dalam anggaran penjualan.

** Dari anggran produksi.

*** Dari anggaran pemakaian bahan baku.

**** Dari anggaran tenaga kerja langsung.

***** Dari anggaran biaya overhead produksi

****** Dari anggaran produksi untuk kuantitasnya dan dikalikan dengan biaya produksi
per unitnya.

******* Dari anggaran beban operasi.

MENGHITUNG NILAI PERSEDIAAN AKHIR BARANG JADI

Salah satu informasi yang disajikan dalam anggaran produksi adalah kuantitas
persedian barang jadi yang akan dipegang oleh persediaan diakhir periode atau yang biasa
kita kenal sebagai persediaan akhir barang jadi. Perhitungan biaya persediaan akhir barang
jadi memerlukan informasi tentang asumsi arus biaya persediaan (cost flow assumption) yang
digunakan oleh perusahaan.

Dua asumsi arus biaya persediaan yang dibahas dalam buku ini adalah:

1. FIFO (first in, first out)


2. Average
metode FIFO mengasumsikan bahwa biaya persediaan barang jadi yang diproduksi
pertama kali dalam satu periode akan menjadi beban pokok penjualan untuk barang jadi yang
dijual pertama dalam periode yang sama.

Jika perusahaan menggunakan metode FIFO, maka biaya persediaan akhir barang
jadinya berasal dari persediaan barang jadi yang terakhir dibuat dalam suatu periode.

Metode Average mengasumsikan bahwa biaya persediaan akhir barang jadi adalah
biaya rata-rata yang diperoleh dari produksi yang dikeluarkan dalam suatu periode dan biaya
persediaan barang jadi awal yang sudah tersedia di awal periode.

Berikut ini adalah ilustrasi yang menyajikan perbedaan cara menghitung biaya
persediaan akhir barang jadi dengan menggunakan metode FIFO dan average.

Contoh 6.1

Anggaran produksi PT ABC untuk bulan Juli 2008 adalah sebagai berikut.

Penjualan (unit) 1.600


Ditambah: persediaan akhir barang jadi (unit) 400
Total barang jadi yang dibutuhkan (unit) 2.000
Dikurangi: persediaan awal barang jadi (unit) 200
Jumlah barang jadi yang akan diproduksi 1.800

Total biaya persediaan barang jadi pada 1 juli 2008 adalah Rp. 40.000.000,- atau Rp.
200.000,-per unit. Biaya produksi per unit untuk setiap barang jadi yang diproduksi di bulan
Juli 2008 adalah Rp. 220.000,-.

Berdasarkan anggaran produksi dan informasi tentang biaya persediaan per unit PT.
ABC, bitunglah biaya persediaan akhir barang jadi dengan menggunakan metode arus biaya:

1. FIFO
2. Average

METODE FIFO

Langkah 1

Jika menggunakan metode FIFO, maka biaya persediaan akhir barang jadi berasal dari biaya
barang jadi yang terakhir dibuat pada suatu periode. Pada contoh PT. ABC, biaya produksi
per unit barang jadi untuk bulan Juli sebesar Rp. 210.000,- per unit. Sehingga, untuk setiap
unit barang jadi yang ada di akhir bulan Juli 2008 akan memiliki biaya per unit sebesar Rp.
220.000,-

Langkah 2
Dari anggaran produksi, diketahui bahwa jumlah persediaan barang jadi (unit) adalah 400
unit. Jadi, total biaya persediaan akhir barang jadi adalah Rp. 88.000.000,- yang diperoleh
dengan mengendalikan persediaan barang jadi (400 unit) dengan biaya produksi per unitnya
(Rp. 220.000,-)

Anda mungkin juga menyukai