Anda di halaman 1dari 154

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Politeknik Negeri Malang

BUKU AJAR

BAHASA INDONESIA
(Pengantar Terampil Menulis)

Oleh :
Dr. Mujianto, M.Pd
Dr. Moh. Thamrin, M.Pd

POLITEKNIK NEGERI MALANG


2017
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

HALAMAN PENGESAHAN
BUKU AJAR

1. Judul Modul Ajar : BAHASA INDONESIA ( Pengantar Terampil


Menulis)
Digunakan Pada Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Semester :
2. Penulis Utama :
1. Nama Lengkap : Dr. Mujianto, M.Pd
2. NIP : 196008151986031003
3. Pangkat/golongan : Pembina/IVa
4. Jabatan : Staf Pengajar
5. Program Studi : Jaringan Telekomunikasi Digital
6. Jurusan : Teknik Elektro
3. Jumlah AnggotaTim Penulis : 1
a. Nama Anggota 1 : Dr. Moh. Thamrin, M.Pd
b. Nama Anggota 2 :
4. Bidang Ilmu : Bahasa Indonesia
5. Sumber Dana : Buku ajar ini dibiayai dengan dana DIPA Nomor :
tanggal Politeknik Negeri Malang

Malang, 15 Maret 2017


Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro, Penulis Utama,

Supriatna Adhisuwignjo.ST.MT. Dr. Mujianto, M.Pd


NIP. 197101081999031001 NIP.196008151986031003

Mengetahui,
Direktur Politeknik Negeri Malang

Dr. Ir. Tundung Subali Patma, MT


NIP. 19590424.1988031.002
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada makhluk-Nya. Sholawat dan salam mudah-mudahan tercurahkan kepada
nabi Muhammad SAW yang telah memberi tauladan yang sangat sempurna bagi umat
manusia.

Buku ajar yang berjudul Bahasa Indonesia (Pengantar Penulisan Karya Ilmiah)
ini disusun berdasarkan silabus mata kuliah Tatatulis Ilmiah Politeknik Negeri Malang.
Secara garis besar buku ajar ini berisi materi yang terkait dengan kompetensi menulis.
Secara rinci kompetensi menulis meliputi; kemampuan diksi, penyusunan kalimat,
kalimat efektif, penyusunan paragraf, kemampuan penalaran, kemampuan dalam
penyusunan esei, kemampuan dalam sitasi, penulisan daftar rujukan, dan kemampuan
salam penyusunan karya ilmiah (skripsi dan artikel ilmiah.

Dengan teknik penyajian dan bahasa yang komunikatif, pembaca buku ini
seakan-akan diajak berinteraksi langsung, sehingga memungkinkan tanpa kehadiran
dosen pun dalam proses pembelajaran mahasiswa akan dapat dengan mudah
memahami isi buku ajar ini. Dengan pendekatan komunikatif itulah setiap bab diawali
dengan pendahuluan, tujuan, deskripsi materi, contoh, rangkuman, dan evaluasi. Hal ini
berimplikasi positif bagi mahasiswa untuk menguasai materi secara tuntas (mastery
learning).

Akhirnya, diharapkan buku ajar ini dapat menambah khasanah buku ajar bagi
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital Politeknik Negeri Malang dan benar-
benar dapat digunakan dalam upaya peningkatan kompetensi menulis mahasiswa
melalui proses perkuliahan.

Malang, 15 Maret 2017

Penyusun
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………. i


DAFTAR ISI …………………………………………= Ii
BAB I DIKSI ………………………………………………………….. 1
1.1 Pengertian Diksi .................................................................... 1
1.2 Fungsi Diksi ........................................................................... 1
1.3 Proses Diksi .......................................................................... 3
BAB II KONSEP DASAR KALIMAT ………………………… 4
2.1 Pendahuluan ………………………………………… 4
2.2 Tujuan ………………………………………………… 4
22.1 Tujuan Umum ……………………………………….. 4
2.2.2 Tujuan Khusus ………………………………………… 4
2.3 Pengertian ………………………………………… 4
2.4 Unsur-unsur Kalimaat ………………………………… 4
2.4.1 Unsur Inti dan Bukan Inti ………………………… 5
2.4.2 Kategori dan Fungsi ………………………………… 6
2.5 Rangkuman ………………………………………… 27
2.6 Evaluasi ………………………………………………… 30
BAB III KALIMAT EFEKTIF ………………………………… 31
3.1 Pendahuluan………………………………………… 31
3.2 Tujuan …………………………………………………. 31
3.2.1 Tujuan Umum …………………………………………. 31
3.2.2 Tujuan Khusus …………………………………………. 31
3.3 Pengertian Kalimat efektif …………………………….21
3.4 Ciri Kalimat Efektif …………………………………. 32
3.4.1 Ciri keserasian ........................................................ 32
3.4.2 Ciri kelogisan Penalaran …………………………. 34
3.4.3 Ciri Ketertiban Jalan Pikiran……………………………… 36
3.4.4 Ciri Kelogisan Struktur …………………… 39
3.4.5 Ciri Kegramatikalan struktur …………………… 41
3.4.6 Ciri Ketunggalan Makna ……………………………. 42
3.4.7 Ciri Ketepatan Diksi ........................................................ 44
3.4.8 Ciri Kehematan Kata ……………………………. 46
3.4.9 Ciri Penekanan …………………………………… 49
3.5 Rangkuman …………………………………………. 50
3.6 Evaluasi …………………………………………………. 52
BAB IV PARAGRAF ………………………………………….. 53
4.1 Pendahuluan ………………………………………….. 53
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

4.2 Tujuan ………………………………………………….. 53


4.2.1 Tujuan Umum ………………………………………….. 53
4.2.2 Tujuan Khusus ………………………………………….. 53
4.3 Pengertian Paragraf ………………………………….. 53
4.4 Unsur Paragraf ………………………………………….. 54
4.4.1 Kalimat Utama ………………………………………….. 55
4.4.2 Kalimat Penjelas ………………………………….. 57
4.4.3 Kalimat Penyimpul ………………………………….. 58
4.5 Rangkuman ………………………………………….. 58
4.6 Evaluasi …………………………………………………… 59
4.7 Syarat Pagraf yang Efektif …………………………… 59
4.7.1 Keutuhan …………………………………………… 60
4.7.2 Keruntutan …………………………………………… 62
4.7.3 Kelengkapan …………………………………………… 64
4.8 Rangkuman …………………………………………… 64
4.9 Cara Mendukung Gagasan dalam Paragraf …………… 65
4.10 Jenis Paragraf …………………………………………… 68
4.11 Rangkuman …………………………………………… 70
4.12 Evaluasi …………………………………………………… 70
BAB V PENALARAN …………………………………………………… 72
5.1 Pendahuluan ……………………………………………. 72
5.2 Tujuan …………………………………………………………. 73
5.3 Manfaat ……………………………………………………….. 74
5.4 Konsep Dasar …………………………………………………. 74
5.5 Ciri Penalaran ………………………………………………… 81
5.6 Bentuk Penalaran ……………………………………………… 81
5.7 Penlaran Ilmiah ………………………………………………. 96
5.8 Rangkman ……………………………………………………. 98
BAB VI ESEI …………………………………………………… 99
6.1 Pendahuluan…………………………………………… 99
6.2 Tujuan …………………………………………………… 99
6.2.1 Tujuan Umum …………………………………………… 99
6.2.2 Tujuan Khusus …………………………………………… 99
6.3 Pengertian Esei ………………………………………….. 99
6.4 Unsur Esei …………………………………………… 101
6.4.1 Paragraf Pendahuluan …………………………………… 101
6.4.2 Tubuh Esei/Pargraf Pendukung ……………………………. 105
6.4.3 Paragraf Penutup ……………………………………. 111
6.5 Pengembangan Esei ……………………………………. 112
6.6 Rangkuman …………………………………………… 119
6.7 Evaluasi …………………………………………………… 119
DAFTAR BACAAN …………………………………………………… 121
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

BAB I

DIKSI

1.1 Pendahuluan

Secara umum bahasa dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian bentuk dan bagian
arti. Bagian bentuk adalah bagian bahasa yang berupa deretan bunyi, sedangkan bagian
arti adalah bagian bahasa yang berupa acuan deretan bunyi itu. Di dalam ilmu
kebahasaan deretan bunyi itu disebut unsur fonis, sedangkan sesuatu yang menjadi
acuan deretan bunyi disebut unsur semantis.

Sementara itu, dilihat dari bentuknya bahasa dibagi menjadi dua satuan, yaitu
satuan fonologis dan satuan gramatis. Satuan fonologis terdiri atas fonem dan suku kata.
Satuan gramatis terdiri atas kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Dalam praktik
berkomunikasi, baik dalam bentuk tulis maupun lisan, satuan gramatis ini disebut
sebagai unsur verbal atau unsur kebahasaan. Sebagai salah satu unsur kebahasaan
dalam berkomunikasi, pilihan kata atau diksi memiliki peran yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan, jika seseorang akan mngungkapkan sebuah gagasan atau perasaan pastilah
memilih alat untuk mengungkapkan gagasan tersebut. Diksi merupakan pilihan pertama
sebelum memilih alat lain yang lebih lengkap. Berikut ini dikemukakan arti, fungsi, dan
proses memilih diksi.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memlih diksi dengan tepat.

1.2.2 Tujuan instruksional Khusus

Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa dapat:

 Mengidentifikasi pengertian diksi;


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

 Mengidentifikasi fungsi diksi;


 Mengidentifikasi proses memilih diksi;
 Memilih diksi dengan tepat, sesuai dengan konteks dan situasi

1.3 Pengertian Diksi


Untuk memahami pengertian diksi dikemukakan beberapa pendapat mengenai
diksi. Diksi adalah pengetahuan tentang kemampuan penggunaan perbendaharaan
bahasa (kata, istilah, ungkapan, idiom, majas, singkatan. Farhrudin mengatakan diksi
adalah pemilihan dan penggunaan kata secara tepat untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, gagasan seseorang dalam kalimat. Menurut Gorys Keraf (1985: 20-25); diksi
adalah kemampuan memilih kata, frase, majas yang sesuai dengan konteks dan situasi.
Konteks berkaitan dengan topik/materi, dan situasi berkaitan dengan lawan bicara,
waktu , dan tempat

1.4 Fungsi Diksi


1.4.1 Fungsi Umum

Secara umum diksi memiliki fungsi sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, gagasan secara tepat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara pembicara
atau penulis dengan pendengar/pembaca

1.4.2. Fungsi khusus

Secara khusus diksi memiliki fungsi sebagai berikut.

- Sebagai syarat dalam kalimat efektif

- Sebagai ungkapan idiom

- Sebagai majas

- Sebagai penentu makna


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Contoh :

Jika seorang mahasiswa baru menyukai seorang mahasiswi baru yang baru sekali
bertemu, maka mahasiswa tersebut akan memilih kata untuk mengungkapkan rasa suka
tersebut, misalnya ’ boleh juga’ atau ’asyik juga’ mahasiswi itu. Dia tidak akan memilih
kata ; Hai aku ’cinta’ kamu. Hal ini karena mahasiswa tersebut baru kenal yang belum
tentu mahasiswi pun berkenan dengan mahasiswa tersebut. Bahkan, kemungkinan
mahasiswi akan marah kepada mahasiswa tersebut. Jadi, pemilihan kata sangat
menentukan keberhasilan penyampaian perasaan maupun gagasan. Dengan kata lain,
keberhasilan berkomunikasi sangat ditentukan oleh ketepatan pemilihan kataatau diksi
atau diksinya.

1.5 Proses Memilih Diksi


Pemilihan kata atau diksi dapat dilakukan dengan mengacu pada beberapa aspek
sebagai berikut.

- Berdasarkan strukktur leksikal : sinonim—polisemi; hiponim--hipernim.


- Berdasarkan makn kataa: konotatif—denotatif; kata khusus--kata umum.
- Berdasarkan kosa kata : kata baku-- tidak baku; kata populer-- kata kajian.
- Berdasarkan pemakai bahasa : jargon--slang, percakapan formal—informal.
- Berdasarkan perubahan makana : makna meluas—menyempi.t
- Berdasarkan asal kata : asing—serapan.

Perlatihan I.

Pilihlah diksi yang tepat untuk mengungkapkan rasa ’ senang’, ’sedih’, ’marah’, dan ’
rindu’ dengan syarat sebagai berikut.

1) Diksi yang dipilih dapat berupa kata, frase, atau majas.


2) Tiap ungkapan rasa minimal lima pilihan kata (diksi).
3) Agar jelas dan komunikatif diksi yang dipilih dimasukkan dalam kalimat.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Perlatihan II.

Pilihlah diksi yang tepat untuk mengungkapkan gagasan ’ perencanaan’, ’ inovasi, ’


sistem’, dan ’ pengawasan’ dengan syarat sebagai berikut.

1) Diksi yang dipilih dapat berupa kata, frase, atau majas.


2) Tiap ungkapan rasa minimal lima pilihan kata (diksi).
3) Agar jelas dan komunikatif diksi yang dipilih dimasukkan dalam kalimat.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

BAB II

KONSEP DASAR KALIMAT

2.1 Pendahuluan
Kemampuan yang sangat baik dalam memilih kata atau diksi tentu belum
menjamin Saudara dapat berkomunikasi dengan baik. Hal ini karena diksi hanya mampu
mengungkapkan bagian kecil dari suatu gagasan/perasaan. Untuk mengungkapkan
gagasan yang bermakna komunikatif diperlukan alat kebahasaan yang lebih luas yang
berbentuk kalimat. Pada bab ini Saudara akan dapat mempelajari lebih dalam tentang
pengertian, unsur, dan jenis kalimat.

2.2 Tujuan

2.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menyusun kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2.2.2 Tujuan instruksional Khusus

Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa dapat:

 Mengidentifikasi bagian inti dan bagian bukan inti kalimat;


 Menganalisis kalimat berdasarkan kategori dan fungsinya;
 Mengidentifikasi jenis-jenis kalimat;
 Membedakan kalimat tunggal dengan kalimat majemuk;
 Menyusun kalimat dengan baik dan benar.

2.3 Pengertian
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Untuk memudahkan saudara memahami kalimat, cermatilah kalimat-kalimat di


bawah ini!

1. Sudah diduga sebelumnya, bahwa pembentukan pengurus organisasi


mahasiswa itu akan berjalan dengan lancar.
2. Ia sedang melakukan penelitian.
3. Silakan beristirahat!
4. Sekarang!
5. Ia mahasiswa teladan.

Contoh di atas menunjukkan kepada saudara bahwa kalimat ada


yang panjang juga ada yang pendek. Bahkan, ada kalimat yang hanya
terdiri atas satu kata saja, seperti pada kalimat 4.
Sesungguhnya yang menjadi penentu ukuran kalimat bukanlah
panjang pendeknya kalimat, bukan pula banyak dan sedikitnya kata
yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Dalam bentuk lisan,
kalimat disertai dengan alunan titik nada, dan di sela oleh jeda, diakhiri
oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan. Dalam bentuk tulis,
kalimat bisa dikenali dari huruf kapital dari huruf pertamanya, disisipi
oleh spasi, tanda hubung, koma, titik koma, titik dua, dan di akhiri oleh
tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Jika saudara sepadankan bentuk lisan dan bentuk tulis akan anda temukan
bahwa jeda sepadan dengan tanda baca di sepanjang kalimat sebelum titik, sedangkan
irama titik nada secara implicit mengiringi tanda baca dalam kalimat. Dari uraian dan
contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang
dimulai dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Sedangkan intonasinya
menunjukkan bahwa satuan gramatikal itu sudah mengandung informasi yang lengkap.

2.4 Unsur-unsur Kalimat

Jika saudara memperhatikan kalimat yang saudara baca, akan terlihat bagian-
bagiannya. Ada bagian yang penting dan ada bagian yang hanya merupakan pelengkap
saja. Sub-sub ini akna membahas masalah yang berkaitan dengan bagian-bagian kalimat.

2.4.1 Unsur Inti dan Unsur Bukan Inti

Dilihat dari unsurk pembentukannya, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu unsur
pembentuk utama selanjutnya disebut unsur inti dan unsur pembentuk penunjangnya
selanjutnya disebut unsur bukan inti. Kedudukan unsur inti ini di dalam kalimat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

merupakan pokk gagasan dan tidak bisa dihilangkan. Penghilangan unsur ini akan
mengakibatkan bentuk kekacauan kalimat. Pembentuk unsur bukna inti merupakan
pendukung pokok gagasan. Karena kedudukannya hanya sebagai pendukung, maka
bagian ini bisa dihilangkan. Untuk lebih memahami kedua unsur tersebut perhatikanlah
kalimat berikut ini.

6. Saat ini harus secara dipikirkan kesenjangan dunia pendidikan dan


dunia pekerjaan.
Kalimat 6 terdiri atas tiga bagian, yaitu (1) saat ini; (2) harus segera dipikirkan; (3)
kesenjangan dunia pendidikan dan dunia pekerjaan.

Tiga bagian di atas hanya bagian (1) saja yang bisa dihilangkan, sedangkan bagian (2) dan
(3) tidak bisa dihilangkan. Dengan demikian kalimat 6 dapat disusun lagi menjadi kalimat
berikut.

7. harus segera dipikirkan kesenjangan dunia pendidikan dan dunia


pekerjaan.

Jadi, dilihat dari unsur-unsurnya, bagian (1) saat ini merupakan unsur bukan inti,
sedangkan bagian (2) harus segera dipikirkan, dan bagian (3) kesenjangan dunia
pendidikan dan dunia pekerjaan merupakan unsur inti.

Selain dari itu, kalimat 6 dan 7 memberikan gambaran kepada saudara bahwa
kalimat dapat terdiri atas unsur inti dan unsur bukan inti. Seperti yang sudah dijelaskan
pada bagian awal unsur-unsur inti pada kalimat merupakan kesatuan yang utuh. Unsur
ini tidak boleh dihilangkan. Penghilangan salah satu unsur akna mengakibatkan
kekaucaan kalimat. Perhatikan kalimat berikut !

8. Harus segera dipikirkan (saat ini) kesenjangan.


9. Harus segera (saat ini) dunia pendidikan.

Pelatihan

1. Apakah kalimat itu dan apa sajakah unsur pembentuk dan pendukungnya?
Jelaskan!
2. Apakah yang saudara ketahun tentang unsur inti dan unsur non inti. Jelaskan!
3. Perhatikan kalimat di bawah ini, kemudian tunjukkan unsur inti, non inti,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

1) Kami mendengar dia berpesan kepada adiknya.


2) Buku ini baru saya beli.
3) Dia menyusun kerangka karangan.
4) Penulis menyampaikan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa.
5) Karya ilmiah ini dibuat sebagai syarat lulus mata kuliah Pengantar
Akuntansi.
2.4.2 Kategori dan Fungsi

Kategori dalam bahasa Indonesia mengacu pada bentuk, sedangkan fungsi


mengacu pada tugas unsur-unsur kalimat. Jika Saudara amati kalimat dalam bahasa
Indonesia memiliki kategori kata-kata:

a. kata benda (nomina),


b. kata kerja (verba),
c.kata sifat (ajektiva),
d. kata keterangan (adverbia), dan
e. kata tugas.
Selain itu, saudara akan menemukan kata atau frasa yang berfungsi mengaitkan kata
atau frasa yang satu dengan kata atau frasa yang lain. Unsur kalimat bahasa Indonesia
memiliki fungsi sebagai berikut, yaitu:

a. subjek,
b. predikat,
c. objek,
d. pelengkap, dan
e. keterangan.
Uraian yang berkenaan dengan kategori dan fungsi itu dapat saudara baca dalam
paparan di bawah ini.

2.4.2.1 Kategori

Kata-kata tertentu dalam bahasa Indonesia yang masuk ke dalam kategori tertentu dapat
masuk pula ke dalam kategori yang lain. Kata seperti itu mempunyai keanggotaan
kategori rangkap, seperti pada kata jalan dan telepon pada kalimat berikut.

10. Jalan itu bagus.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

11. Perundingan itu tidak bisa berjalan dengan lancar.


12. Di rumahnya tidak ada telepon.
13. Telepon saja dia, agar cepat datang.

Kata jalan pada kalimat 10 mempunyai kategori nomina, sedangkan kata jalan pada
kalimat 11 mempunyai kategori verba. Demikian juga kata telepon pada kalimat 12 dan
13 mempunyai keanggotaan rangkap, yakni berkategori nomina dan verba.

Pembahasan ringkas tentang kategori dalam kalimat, dapat saudara baca pada paparan
berikut ini.

1) Kata Benda (Nomina)


Secara semantis kata benda atau nomina selanjutnya disebut nomina adalah kata yang
mengacu pada benda, manusia, binatang, konsep atau pengertian. Sedangkan secara
sintaksis nomina adalah bentuk yang mempunyai cirri sebagai berikut.

(1) Kecenderungan berfungsi sebagai subjek, objek, atau pelengkap jika


predikatnya berupa verba.
(2) Pengingkaran hanya dapat dinyatakan dengan kata bukan (bandingkan
dengan kata tidak); dan
(3) Dapat diikuti oleh kata yang adjektiva (maha-siswa – yang – baru)
Nomina dapat mengalami proses morfologis seperti afikasi, reduplikasi, dan
pemajemukan. Kata nomina dilihat dari bentuk morfologisnya dibagi menjadi dua, yaitu
nomina dasar dan nomina turunan. Untuk memahami kedua nomina tersebut ikutilah
paparan berikut ini.

“Nomina dasar adalah nomina yang terdiri atas kata dasar. Nomina ini
mengandung pula konsep semantis yang dapat berpengaruh pada penggunaan kalimat.
Konsep semantis kata meja mengacu pada lokasi, sedangkan nomina umum kata gambar
pada umumnya mengacu pada lokasi, oleh karenanya saudara tidak akan menjumpai
kalimat.

14. Letakkan cangkir ini di gambar. Bandingkan dengan kalimat berikut.


15. Letakkan cangkir ini di meja.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Selain ada nomina yang mengacu pada lokasi ada pula nomina yang
mengacu pada waktu yang nantinya bisa menjadi keterangan waktu
seperti pada kalimat malam minggu, minggu depan, tahun 1993. Kata
pena, penggaris, pisau, dan cangkul mengacu pada alat. Oleh karenanya
kita dapat memanfaatkan untuk keterangan alat, misalnya pada
kalimat:
16. Dia menulis dengan pena.
17. Petani itu mengolah sawahnya dengan cangkul.

Nomina yang lain adalah nomina yang mengacu pada cara melakukan perbuatan,
misalnya pada kata jantan, hukum, dan bijak yang dapat dibentuk menjadi keterangan
cara, seperti pada frasa secara jantan, secara hukum, dan secara bijak.

Penting untuk saudara ingat bahwa memahami cirri semantis suatu kata
adalah sangat penting. Jika ada kalimat yang tidak sesuai dengan cirri
semantisnya, maka kalimat itu merupakan kalimat yang salah atau
paling tidak merupakan kalimat yang aneh. Perhatikanlah kalimat-
kalimat berikut.
18. Sekolah ini menggambar meja.
19. Monyet membeli pisang di pasar.

Kalimat 18 kita tolak karena kata sekolah berkategori nomina yang mengacu pada lokasi,
sehingga tidak mungkin berkedudukan sebagai subjek. Kalimat 19 secara gramatikal
benar tetapi secara logika aneh karena dalam cirri semantis kata monyet termasuk
binatang, sehingga dalam peristiwa yan digambarkan pada kalimat itu terasa aneh. Sekali
lagi perlu diperhatikan bahwa cirri semantis setiap kata mempunyai implikasi sintaksis
yang membuat pengguna bahasa mempunyai kemampuan menilai kalimat itu berterima
(benar) atau tidak berterima (salah).”

Di samping nomina dasar seperti yang telah diuraikan di atas, dalam bahasa
Indonesia dapat saudara jumpai pula nomina turunan. Untuk lebih jelasnya cermatilah
paparan berikut ini.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

“Nomina turunan dibentuk oleh dua morfem atau lebih. Pada umumnya yang
menjadi dasar pembentukannya adalah berupa verba atau adjektiva. Bentuk numeralia
dan konjungsi sedikit sekali dipakai sebagai dasar pembentukannya.

Nomina turunan dapat dibentuk dengan proses afiksasi. Dari bentuk larut dapat dibuat
nomina turunan larutan, pelarutan, melarutkan. Selain melalui proses afiksasi nomina
turunan dapat dibentuk dengan cara menurunkan dari verba atau verba turunan. Untuk
memahami uraian terakhir di atas cermatilah contoh berikut.

Larutan dibentuk dari kata larut

Tulisan dibentuk dari kata tulis

Bandingkan dengan kata turunan di bawah ini!


Pembeli dibentuk dari kata membeli

peninjau dibentuk dari kata meninjau

petinju dibentuk dari kata bertinju

pedagangi dibentuk dari kata berdagang

petani dibentuk dari kata bertani

Nomina turunan dalam bahasa Indonesia secara langsung dapat dibentuk dari
kata dasar tertentu menjadi nomina dengan afiks tertentu pula. Kata pandai dan penting
misalnya, dapat dibentuk menjadi nomina turunan dengan hanya keindahan kegelapan
menambahkan afiks ke-an. Sehingga kedua kata itu dapat diturunkan menjadi turunan
kepandaian dan kepentingan. Sedangkan verba menggunakan dan menghargai hanya
dapat dibentuk dengan menambahkan afiks peng-an, sehingga bisa tercipta kata
penggunaan dan penghargaan.

Ketergantungan afiks pada bentuk dasar tertentu menimbulkan bentuk dasar


yang mempunyai keanggotaan tunggal. Oleh karenanya tentu tidak pernah. Saudara
jumpai bentuk kata pergunaan dan keperhargaan. Sedangkan kata dasar yang agak
bebas bergabung dengan afiks tertentu akan menimbulkan kata yang memiliki
keanggotaan rangkap.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Nomina turunan dapat dibentuk melalui reduplikasi dan pemajemukan, seperti


pada contoh bangunan-bangunan, asal-usul, surat-menyurat, ilmu pengetahuan, tenaga
kerja, dan sumber daya manusia.”

Hal lain yang masuk ke dalam kategori nomina adalah pronomina. Secara
ringkas, pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina tertentu.
Nomina beberapa tenaga kerja dapat diganti dengan kata mereka. Kata nya pada kalimat
Keterampilannya sudah memadahi mengacu pada kata dia. Jadi kata yang mengacu pada
bentuk nomina tertentu disebut pronomina. Pronomina dalam bahasa Indonesia dibagi
atas tiga macam, yaitu (1) pronomina persona: saya, aku, -ku, ku-, engkau, kamu, anda,
kalian, ia, dia, beliau, nya, dan mereka; (2) pronomina penunjuk: ini dan itu; (3)
pronomina penanya: siapa, apa, dan mana. Bentuk nomina yang lain lagi adalah
numeralia.

Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menunjuk jumlah atau nomor benda
dan konsep. Dilihat dari bentuknya numeralia dibagi atas dua golongan, yaitu numeralia
yang menyatakan (1) jumlah, misalnya: dua, sepuluh, dan (2) tingkat, misalnya: pertama,
kedua, sepersepuluh, kesembilan.

Pelatihan.

1. Jelaskan konsep Saudara tentang kategori dalam kalimat! Jika


perlu serta contohnya!
2. Kata dalam kalimat termasuk dalam kategori tertentu. Jelaskan!
3. Sebutkan ciri-ciri nomina dari segi sintaksisnya!
4. Jelaskan secara singkat pengertian pronomina!
5. Pronomina penunjuk dibagi dua. Sebutkan dan buat contohnya dalam kalimat.

2) Kata Kerja atau Verba

Kata kerja atau verba –selanjutnya disebut verba—dalam bahasa Indonesia dapat
dikenali melalui bentuk morfologis, bentuk semantis, dan bentuk sintaksisnya. Bagian ini
secara mendalam hanya membahas bentuk verba ditinjau dari bentuk sintaksisnya.
Sedangkan perihal verba dari bentuk morfologis dan semantisnya hanya diuraikan secara
sepintas.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Agar Saudara mempunyai persepsi yang benar tentang verba, cermatilah contoh
dan paparan berikut ini.

1. Mahasiswa itu menulis.


2. Mereka sedang praktik di bengkel.
3. Tenaga kerja produktif tidak suka bermalas-malasan.
4. Mesin ketik ini tidak berjalan.

Kata yang berhuruf miring pada kalimat 1, 2, 3, 4 berfungsi sebagai predikat. Selain itu
juga mengandung makna perbuatan, proses, dan keadaan. Dua kandungan di atas
setidak-tidaknya dapat dipakai dasar penentuan ciri pembeda verba seperti di bawah ini.

1) Verba berfungsi sebagai predikat.


2) Verba mengandung makna perbuatan, proses, dan keadaan.
3) Verba yang bermakna keadaan sama sekali tidak mengacu
pada sifat.
Verba menulis pada kalimat 1 dan verba sedang praktik pada kalimat 2 mengandung

makna perbuatan. Sedangkan verba berjalan pada kalimat 4 mengandung makna proses.

Kedua makna tersebut mempunyai konsekuensi terhadap pertanyaan-jawaban dengan

logika yang benar. Keberadaan konsekuensi itu bisa Saudara perhatikan pada uraian dan

contoh berikut.

Verba yang mengandung makna perbuatan cocok untuk menjawab pertanyaan

“Apa yang dilakukan oleh subjek?”. Sedangkan verba yang mengandung makna proses

cocok untuk menjawab pertanyaan “ Apa yang terjadi pada subjek?”.

Sesuai dengan uraian di atas, untuk kalimat 1 dan 2 menggunakan pertanyaan

“Apa yang dilakukan oleh mahasiswa itu?” dan “Apa yang dilakukan oleh mereka itu?”

Pola pertanyaan itu tidak cocok untuk kalimat 4, “Apa yang dilakukan oleh mesin itu?”.

Pertanyaan yang cocok untuk kalimat 4 adalah “Apa yang terjadi pada mesin ketik itu?”.

Verba yang agak sulit diidentifikasi adalah verba yang bermakna keadaan. Verba

ini sering dirancukan dengan kategori sifat. Walaupun identifikasi verba keadaan ini sulit,

tidak berarti tidak bisa dilakukan. Jika ingin membedakan verba yang bermakna keadaan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Saudara harus menyejajarkannya dengan keadaan yang merupakan sifat atau kualitas.

Ciri yang dipakai untuk membedakan kedua kategori ini adalah dengan melekat pada

kata yang mengikutinya berarti kata yang mengikutinya merupakan adjektiva. Jika prefiks

ter- tidak bisa melekat bisa dipastikan bahwa kata tersebut merupakan verba. Misalnya

kata baik bisa dibentuk menjadi kata terbaik, sedangkan kata suka tidak bisa dibentuk

menjadi tersuka.

Hubungan verba dengan bentuk lain dalam kalimat dapat diidentifikasi melalui

pengamatan terhadap (1) frasa vebal, (2) fungsi verba, dan (3) jenis verbanya.

Frasa verbal adalah bentuk yang terdiri atas dua kata atau lebih yang salah satu

atau keseluruhannya berupa verba. Dua kata atau lebih yang salah satunya merupakan

unsur inti dan kata lain merupakan unsur penunjangnya. Seperti pada kata akan

membaik pada kalimat 5 dan kata sudah datang pada kalimat 6 di bawah ini.

5. Pertumbuhan ekonomi tahun ini akan membaik.


6. Pukul lima pagi, dia sudah datang.
7. Program perlatihan hari ini adalah berlatih dan berdiskusi.

Inti verba pada kata frasa verbal akan membaik pada kalimat 5 inti verbalnya adalah

membaik, sedangkan frasa verbal sudah datang pada kalimat 6 inti verbalnya adalah

datang. Frasa verbal dengan konstruksi seperti pada kalimat 5 dan 6 disebut indosentrik

atributif. Frasa verbal berdiskusi dan berlatih pada kalimat 7, keduanya merupakan unsur

inti yang digabungkan dengan kata dan rasa yang berkonstruksi seperti ini disebut

indosentrik koordinatif.

Pengenalan verbal yang lain adalah dari sudut fungsi sintaksisnya. Verba dan

frasa verbal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

Perhatikanlah contoh verba dan frasa verbal dalam kalimat di bawah ini.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

8. Mengadakan pengamatan terhadap sejumlah gejala merupakan


kegiatan yang diwajibkan oleh dosennya.
9. Belajar dengan rajin dan taat akan memberikan hasil yang
memuaskan.
10. Para mahasiswa berdarma wisata.
11. Pemuda harus tahan bantingan.
12. Guru itu sedang mengajarkan mengetik pada muridnya.
13. Orang itu sudah berhenti bekerja.
14. Dia sudah berhenti merokok.
15. Mereka baru pulang dari studi ekskursi.
16. Professor itu datang memberi ceramah umum.
Verba dilihat dari perilaku sintaksisnya dapat Saudara kenali melalui ketransitifan

dan keintransitifan. Dua faktor yang dijadikan penanda ketransitifan verba adalah.

1) Adanya objek dalam kalimat aktif yang berbentuk nomina.


2) Dalam kalimat pasif objek tersebut berfungsi sebagai subjek.

Adapun sebagai penanda, verba intransitif adalah verba yang tidak diikuti oleh

nomina yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Atau dengan kata lain,

kalimat verbal yang tidak bisa diikuti oleh objek.

Untuk memperjelas uraian tentang ketransitifan dan keintransitifan verba, cermatilah

contoh berikut ini.

17. Para mahasiswa sedang mengerjakan karya tulis.


18. Seorang tenaga kerja yang ingin maju pasti mencintai pekerjaannya.
19. Pemerintah akan menangguhkan peraturan ini.
20. Dia sedang tertawa.
21. Para mahasiswa bekerja keras menyelesaikan tugasnya.
22. Kami semua akan belajar di perpustakaan.

Bentuk verba transitif terdapat pada kalimat 17-19. Ketransitifannya ditandai oleh verba

yang diikuti oleh nomina yang berfungsi sebagai objek. Verba mengerjakan karya tulis

pada kalimat 17 diikuti oleh nomina karya tulis yang berfungsi sebagai objek. Demikian

pula untuk kalimat 18 dan 19 masing-masing verbanya diikuti oleh nomina yang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

berfungsi sebagai objek. Sesuai dengan paparan di atas maka objek pada kalimat 17-18

dapat dijadikan subjek pada kalimat pasif berikut ini.

23. Karya tulis sedang dikerjakan oleh para mahasiswa.


24. Pekerjaannya pasti dicintai oleh seorang pekerja yang ingin maju.
25. Peraturan ini akan ditangguhkan oleh pemerintah.

Verba tertawa, bekerja keras, dan belajar merupakan verba intransitif. Verba ini

ditentukan oleh tidak adanya nomina sebagai objek kalimatnya.

Pelatihan

1. Apakah verba itu? Jelaskan!


2. Semua Verba perbuatan dapat dipakai dalam kalimat perintah, sedangkan
tidak semua verba proses dapat dipakai dalam kalimat perintah. Buatlah
masing-masing 2 contoh kalimat, sehingga dapat diketahui perbedaannya.
3. Manakah frasa verbalnya dan termasuk jenis frasa verbal apa kalimat di
bawah ini?
a. Kami harus menulis kembali makalah ini.
b. Tugas akhirnya hampir selesai.
c. Mahasiswa dapat mengajukan permohonan penerima beasiswa.
d. Kamu menunggu atau pergi saja.
e. Dia tidak akan mengakui atau mengingkari janjinya.
f. Bagaimana membedakan verba yang mengandung makna keadaan dengan
adjektiva?
3) Kata Sifat atau Adjektiva
Kata sifat atau adjektiva –selanjutnya disebut adjektiva—adalah kata yang dipakai untuk

menunjukkan sifat atau keadaan suatu benda, manusia, atau binatang. Adjektiva ini

dapat Saudara kenali dengan cara :

a. memberi keterangan pembanding,


Misalnya: Lebih murah, kurang besar, paling rajin;

b. memberi keterangan penguat,


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Misalnya: Sangat bagus, amat baik, terlalu mahal, pandai sekali, luas benar.

c. memberikan kata pengingkaran tidak,


Misalnya: tidak murah, tidak benar, tidak luas;

d. membuat bentuk ulang dengan afiks se--nya.


Misalnya: sebaik-baiknya, setinggi-tingginya, semahal-mahalnya; dan

e. adjektiva pada kata tertentu dapat berakhir dengan afeks -er, -wi, -i, iah, ik,
if, al. Misalnya: honorer, surgawi, badani, ilmiah, heroik, positif, dan formal.
Lima pengenalan tersebut di atas sekaligus merupakan syarat yang harus dipenuhi

oleh adjektiva. Hal ini penting diketahui karena beberapa ciri adjektiva juga terdapat

pada kategori yang lain, verba misalnya. Kata ingkar tidak dapat dipakai untuk

pengingkaran adjektiva seperti kata tidak baik dan untuk pengingkaran verba seperti

pada kata tidak menulis.

4) Kata keterangan atau Adverbia


Kata keterangan atau adverbia –selanjutnya disebut adverbia—adalah bentuk kata yang

memberi keterangan pada bentuk kata verba, adjektiva, nomina predikat, dan kalimat.

Agar Saudara paham tentang adverbia bisa membedakannya keterangan sebagai fungsi

kalimat, perhatikanlah contoh kalimat di bawah ini.

26. Saya ingin lekas-lekas menyelesaikan pekerjaan ini.


27. Harga baju ini sangat mahal.
28. Dia hanya seorang pelajar.
29. Sebaiknya kauselesaikan sekarang.
30. Tugasnya diselesaikan minggu depan.
31. Dia dikenal sebagai orang yang sangat baik.

Kata lekas-lekas pada kalimat 26 adalah adverbia yang menerangkan verba

menyelesaikan. Kata sangat pada kalimat 27 adalah adverbia yang menerangkan

adjektiva mahal. Kata hanya pada kalimat 28 adalah adverbia yang menerangkan nomina
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

predikat seorang pelajar. Kata sebaiknya pada kalimat 29 adalah adverbia yang

menerangkan kalimat kauselesaikan sekarang.

Kata minggu depan pada kalimat 30 tidak berkategori adverbia tetapi sebagai nomina

dan fungsinya sebagai keterangan waktu. Kata sangat baik pada kalimat 31 berkategori

adverbia sekaligus berfungsi sebagai keterangan.

Advebia berdasarkan struktur sintaksisnya dapat dilihat melalui dua hal, yaitu (1)

posisi strukturnya dan (2) lingkup strukturnya.

Dari segi posisi strukturnya, adverbia dapat Saudara kenali melalui keadaan adverbia

yang bisa (1) mendahului kata yang diterangkan, (2) mengikuti kata yang diterangakan,

(3) mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan. Ketiga ketiga keadaan tersebut

dapat Saudara lihat pada contoh berikut.

32. Tabel itu disajikan terlalu rinci.


33. Tugas akhirnya dibuat tebal sekali.
34. a. Lantai ini benar bersih.
b. Lantai ini bersih benar.

Dari segi lingkup strukturnya dapat dilihat dari jangkauan adverbia yang terbatas pada

frasa adjectival, frasa adverbial, frasa verbal, dan frasa nominal predikatif.

Perhatikanlah contoh berikut ini.

35. Cita-citanya tinggi sekali.


36. Laporannya kurang sistematis.
37. Pamanku hanya berpangkat praja.
38. Dia berlari cepat.

Adverbia pada kalimat 35, 36, dan 37 letak strukturnya lebih mantap, tidak mempunyai

keleluasaan berpindah tempat. Sedangkan adverbia pada kalimat 38 mempunyai

keleluasaan berpindah tempat sebelum atau sesudah konstituen intinya.

Pelatihan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

1. Apakah kata penakut, pemalas, pendendam termasuk kategori adjektiva?

Jelaskan!

2. Buatlah dua contoh kalimat yang predikatnya berkategori adjektiva.

3. Dapatkah adjektiva dipakai sebagai dasar verba? Buatlah contohnya dalam


kalimat.

4. Sebutkan dan beri contoh dalam kalimat ciri-ciri adjektiva!

5. Baju hijau; Baju itu hijau; Baju yang hijau. Tiga bentuk di atas tidak semuanya
disebut kalimat.

Mengapa?

1) Kata Tugas

Kata tugas adalah kata yang mempunyai makna gramatikal dan tidak mempunyai makna

leksikal. Kategori kata tugas berbeda dengan kelas kata yang lain. kategori verba menulis

misalnya, dapat diberi arti berdasarkan kata dasarnya. Tidak demikian dengan kata tugas.

Makna kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas tetapi ditentukan oleh kata

kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat. Kata tugas di dan yang baru

diketahui artinya setelah digunakan dalam kalimat lain, seperti Bukumu ada di meja.

Pekerjaan yang rapi mengenakkan mata memandang.

Berbeda pula dengan bentuk kata yang lain, kata tugas ini tidak dapat mengalami

perubahan bentuk. Verba berjalan misalnya, dapat mengalami perubahan menjadi

nomina perjalanan. Selain dari itu, kata tugas tidak mudah terpengaruh unsur asing.

Misalnya kita menerima kata klasifikasi di samping mempunyai kata sendiri

pengelompokkan. Jadi kata tugas ini lebih bersifat tertutup.

Bentuk kata tugas dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Preposisi, yang bertugas sebagai pembentuk frasa preposisional.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Misalnya: di, ke, dari, pada, guna, untuk, buat, tentang, sejak, oleh, bersama,

menurut, mengenai, terhadap, bagaikan, daripada, oleh karena, dsb.

b. Konjungsi, yang bertugas menghubungkan dua klausa atau lebih.

Misalnya: dan, kalau, atau, tetapi, sesudah, sewaktu, maka, meskipun demikian, dsb.

c. Interjeksi, kata yang bertugas mengungkapkan kata hati.

Misalnya: ayo, hai, halo, syukur, amboi, ai, lo, MasyaAllah, astaga, bah, brengsek, ih,

cih, sialan, dsb.

d. Artikel, kata yang bertugas membatasi jumlah nomina. Bentuk ini diklasifikasikan

menjadi tiga, yaitu:

1. Menyatakan jumlah tunggal: sang juara, Sri Paus, Hang Tuah, Dang merdu;
2. Menyatakan makna kelompok: para mahasiswa, para ilmuwan; dan
3. Menyatakan makna netral: si hitam, si Amat.
e. Partikel, kata tugas dan perilakunya, dapat Saudara baca pada paparan berikut.

Di dalam bahasa Indonesia, partikel terdiri atas dua kelompok, yaitu yang ditulis menyatu

dengan kata yang mendahului dan yang ditulis terpisah dengan kata yang mendahului.

Yang ditulis menyatu adalah partikel –kah, -lah, dan –tah, sedangkan yang ditulis terpisah

adalah partikel pun.

Partikel –kah sering dipakai dalam membentuk kalimat Tanya, bahkan ada yang

memperjelas sebuah kalimat Tanya. Selain itu jika sudah ada kata Tanya –dalam kalimat

Tanya--, artikel –kah berfungsi memformalkan dan mengahaluskan.

Perhatikan contoh berikut.

39. Diakah yang bertugas?


40. Haruskah saya bayar sekarang?
41. Bagaimanakah kau kerjakan tugas itu?
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Partikel –lah dapat dipakai dalam kalimat perintah dan kalimat Tanya. Dalam kalimat

perintah partikel –lah berfungsi sebagai penghalus nada perintah.

42. Ambil buku itu.


43. Ambillah buku itu.
Sedangkan partikel –lah dalam kalimat berita memberi tegasan sedikit keras. Perhatikan

contoh berkut.

44. Dialah yang mengambil buku saya.


45. Jelaslah semuanya.
Partikel –lah dipakai dalam kalimat oratoris dan banyak dipakai dalam sastra. Jarang

sekali dipakai dalam kalimat keseharian.

Contoh:

46. Siapalah yang menolongku?


47. Apalah artinya semua ini?
Berbeda dengan partkel yang lain, partikel –pun hanya dipakai dalam kalimat berita.

Funsi partikel ini adalah mengeraskan arti kata yang diiringi seperti pada kalimat 48 dan

bisa juga dipakai bersama-sama dengan –lah dalam satu kalimat seperti pada kalimat 49.

48. Mereka pun akhirnya setuju dengan cara pemilihan ini.


49. Para anggota yang menolak pun mulailah berpikiran sama.

Perlu Saudara perhatikan bahwa partikel –pun ditulis serangkai dengan konjungsi.

Misalnya: walaupun, meskipun, adapun, kendatipun, sekalipun, biarpun, dan

sungguhpun.

Pelatihan

1. Jelaskan tentang batasan kata tugas!


2. Termasuk jenis kata tugas apakah kata dalam kalimat berikut ini? Jelaskan pula
penanda hubungan/maknanya!
a. Perpustakaan itu sangat penting bagi mahasiswa.

b. Sebenarnya dia itu pandai tetapi sangat malas.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

c. Wah, kita bisa cepat selesai!

d. Baru-baru ini Sri Paus hadir di tempat ini.

e. Cara seperti itu sangatlah wajar.

2.4.2.2 Fungsi

Seperti yang sudah dipaparkan pada bagian terdahulu fungsi mengacu kepada tugas

unsur kalimat. Fungsi dalam bahasa Indnesia terdiri dari atas (1) subjek, (2) predikat, (3)

Objek, (4) pelengkap, dan (5) keterangan. Untuk memahami kelima fungsi itu

perhatikanlah paparan dan contoh berikut ini.

1) Subjek dan Predikat

dua fungsi ini dipaparkan secara bersama-sama karena subjek dan predikat dalam

kalimat tunggal yang terdiri atas dua konstituen, jika dilihat dari aspek sintaksisnya

senantiasa terdiri atas dua fungsi ini, yakni subjek dan predikat. Secara tradisional subjek

berada di sebelah kiri predikat.

Subjek dalam kalimat bahasa Indonesia sangat mudah untuk Saudara kenali. Karena

subjek merupakan konstituen pendamping. Konstituen ini tidak dimungkinkan berupa

kategori pronomina penanya interogatif. Untuk memperjelas uraian tersebut

perhatikanlah contoh dan paparan berikut ini.

50. Mahasiswa itu membaca


Jika Saudara perhatikan lebih cermat, kalimat di atas terdiri atas dua konstituen,

yaitu mahasiswa itu dan membaca. Konstituen membaca memegang peran yang lebih

besar dibanding dengan konsisten lain ada atau tidak. Konstituen yang digambarkan itu

disebut pusat. Jadi dalam kalimat 50, konstituen membaca merupakan pusat. Untuk itu
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

pusat membaca yang berkategori verba adalah predikat. Sedangkan konstituen

mahasiswa itu yang merupakan pendampingnya adalah subjek.

Subjek mahasiswa itu seperti pada pengenalan fungsi subjek tidak dimungkinkan

diganti dengan pronominal interogatif siapa tanpa diikuti kata tugas yang. Seperti pada

kalimat berikut.

51. Siapa membaca?


Kalimat 51 bukan imbangan dari kalimat 1. kalimat 51 bentuk bakunya adalah siapa yang

membaca?. Dilihat dari peran konstituennya, kata siapa merupakan pusatnya. Dengan

demikian kata siapa menduduki fungsi predikat. Sedangkan subjeknya adalah membaca.

Kemudahan pengenalan terhadap subjek dan predikat tidak terbatas pada

kalimat yang terdiri atas dua konstituen saja. Kalimat tunggal yang terdiri atas beberapa

konstituen, subjek dan predikatnya mudah ditentukan, karena kedua ciri fungsi itu tidak

berubah. Kalimat Mahasiswa itu membeli buku akutansi dapat segera dikenali

mahasiswa itu sebagai subjek, membeli sebagai predikat. Demikan juga kalimat 52 di

bawah ini.

52. Mahasiswa yang baru merencanakan karya tulis itu sangat rajin
membaca di perpustakaan yang berada di samping tempat
tinggalnya.
Frasa mahasiswa yang baru merencanakan karya tulis itu sebagai subjek dan sangat

rajin membaca sebagai predikat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa konstituen mahasiswa

yang baru merencanakan karya tulis itu tidak bisa diganti dengan pronomina interogatif

siapa. Sedangkan sangat rajin membaca merupakan kategori verba.

Di samping itu ada pendamping yang lain selain predikat ialah objek, pelengkap,

dan keterangan. Berbeda dengan pendamping subjek yang secara tradisional berada di

sebelah kiri predikat, pendamping objek dan pelengkap cenderung berada di sebelah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

kanan predikat. Bahkan kedudukan ini lebih bersifat permanen. Pada persyaratan

tertentu subjek masih bisa bergeser di sebelah kanan predikat tanpa mengubah

identitasnya. Hal ini tidak akan terjadi pada objek dan pelengkap. Paparan berikut ini

menjelaskan perihal pendamping-pendamping itu.

Objek dan pelengkap dinamakan komplemen. Oleh karena itu orang sering

menyamakan kedua fungsi itu. Padahal, secara hakiki kedua fungsi itu berbeda.

Perhatikanlah paparan dan contoh berikut ini.

Objek dapat dikenali melalui dua cara, yaitu (1) melihat jenis predikatnya yang

berstatus transitif dan aktif, dan ketransitifan itu ditandai oleh sufiks -kan dan -i, (2)

memperhatikan ciri khas objek, yaitu dimungkinkannya objek berupa -nya, -ku, dan -mu,

juga dimungkinkannya objek kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif. Kalimat 53

di bawah ini mempunyai objek, yaitu singa.

53. Banteng itu mengalahkan singa.

Pembuktian bahwa singa merupakan objek seperti yang diingini oleh uraian di atas

adalah sebagai berikut.

Subjek banteng itu ada karena tuntutan predikat transitif yang berafiks me+ngalah+kan.

Bentuk banteng itu mengalahkan belum cukup sebagai kalimat bahasa Indonesia.

Berdasarkan ciri pengenalan objek, kalimat 53 dapat divariasikan dengan 54 dan 55.

54. Banteng itu mengalahkannya.


55. Singa itu dikalahkan oleh banteng.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas objek berbeda dengan pelengkap. Keduanya

memang mempunyai bentuk kemiripan. Untuk membedakan kedua fungsi itu

perhatikanlah rincian persamaan dan perbedaan objek dan pelengkap di bawah ini.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap dapat Saudara lihat pada ciri-ciri

sebagai berikut.

Objek :

a. berkategori nomina atau nominal;

b. berada langsung pada verba transitif aktif tanpa preposisi;

c. dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif, dan

d. dapat diganti dengannya.

Pelengkap :

a. kategori verba, nomina, adjektiva;

b. berada di belakang verba semi transitif atau dwitransitif dan dapat didahului
oleh preposisi;

c. tidak bisa dipastikan, jika dapat pelengkap tidak bisa berganti subjek;dan

d. tidak dapat diganti dengan –nya, kecuali didahului oleh preposisi selain di,
ke, dari, dan akan.

Berdasarkan persamaan dan perbedaan keduanya, jika Saudara cermati kalimat 56 dan

57, Saudara bisa membedakan objek dan pelengkapnya.

56. Dia menyusun jadwal.


57. Negara Indonesia berlandaskan hukum.
Kata jadwal dapat berubah fungsi menjadi subjek (salah satu ciri) oleh karenanya kata

jadwal merupakan objek. Sedangkan kata hukum mempunyai keterikatan kepada

predikat dan tidak bisa berubah fungsi. Oleh karenanya kata hukum berfungsi sebagai

pelengkap.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Seringkali pelengkap mempunyai hubungan istimewa dengan predikat, sehingga

keduanya sepertinya tidak dapat dipisahkan lagi. Bahkan karena eratnya hubungan

antara predikat dan pelengkap, akibatnya telah menjadi semacam idiom. Seperti pada

contoh naik haji, banjir rejeki, meninggal dunia.

3) Keterangan

Keterangan merupakan unsur bukan inti yang bertugas menerangkan atau memberikan

keterangan tambahan terhadap unsur inti. Unsur inti di dalam kalimat bahasa Indonesia

terdiri atas subjek, predikat, objek, dan pelengkap.

Makna suatu keterangan ditentukan oleh perpaduan unsur masing-masing. Dari

penentuan itu muncullah lebih kurang delapan klasifikasi keterangan.

Perhatikanlah contoh dan paparan berikut.

58. Dia belajar di perpustakaan.


59. Dia menulis dengan pensil.
60. Diserahkannya buku itu kemarin pagi.
61. Penguasaan teori itu harus dilatihkan supaya terampil.
62. Mahasiswa itu studi ekskursi bersama dosen pembimbingnya.
63. Analisis data itu dilakukan secara hati-hati.
64. Ia cepat menyelesaikan kuliah karena rajin.
Keterangan di perpustakaan pada kalimat 58 mengandung makna tempat. Oleh

karenanya konstituen ini disebut keterangan tempat. Unsur yang mengandung makna

tempat selain preposisi di adalah ke dan dari. Frasa bergaris bawah pada kalimat 60 s.d.

65 juga berfungsi sebagai keterangan. Frasa dengan pensil pada kalimat 59 mengandung

keterangan alat; oleh karenanya, disebut keterangan alat. Frasa kemarin pagi pada

kalimat 60 mengandung makna waktu. Oleh karenanya disebut keterangan waktu. Frasa

supaya terampil pada kalimat 61 disebut keterangan tujuan. Unsur pembentuk

keterangan tujuan yang lain adalah untuk, bagi, dan demi. Frasa bersama dosen
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

pembimbingnya pada kalimat 62 mengandung keterangan penyerta. Unsur

pembentukan selain bersama adalah dengan dan beserta. Frasa secara hati-hati pada

kalimat 63 mengandung keterangan cara. Unsur pembentukan selain itu adalah dengan.

Frasa sebagai ketua padakalimat 64 mengandung keterangan similatif. Unsur

pembentuknya yang lain adalah seperti dan bagaikan. Frasa karena rajin pada kalimat 65

mengandung keterangan penyebaban. Unsur pembentuknya yang lain adalah karena.

Pelatihan

1. Analisis kalimat di bawah ini berdasarkan

fungsinya!

a. Tugas yang harus kita selesaikan adalah membuat karya ilmiah kemudian
mempresentasikan di dalam kelas.
b. Kawannya pulang.
c. Adik berkunjung ke tempat dia dirawat.
d. Pemain basket itu bertubuh raksasa.
e. Dia mengikuti KKL di kantor asuransi.
2. Buatlah dua kalimat atau lebih, sehingga dapat membedakan secara jelas fungsi objek

dan pelengkap!

1.4.2.3 Jenis Kalimat

Jenis kalimat dapat ditinjau dari segi bentuk dibagi ke dalam dua jenis, yaitu kalimat

tunggal dan kalimat majemuk.

1) Kalimat Tunggal

Kalimat tungal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa. Unsur subjek dan predikat

dalam kalimat ini terdiri atas satu kesatuan. Seperti layaknya kalimat, kalimat tunggal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

memerlukan unsur inti yang diperlukan. Unsur bukan inti juga ada jika memang

diperlukan. Perhatikanlah contoh berikut.

67. Dia mahasiswa.


68. Kami mahasiswa Politeknik
69. Mereka akan mengadakan studi perbandingan.
Dalam bahasa Indonesia kategori predikat tidak harus berupa verba seperti pada kalimat

67-71. Kategori yang lain sesuai dengan syarat tertentu bisa menduduki fungsi predikat.

Dengan demikian ada kalimat tunggal berpredikat verba, nomina, adjektiva, frasa

preposisi, dan frasa yang lain. Sebagai tambahan, kalimat tunggal tidak selalu berada

dalam wujud pendek tetapi juga dalam wujud panjang. Yang terpenting adalah syarat

dua fungsi –subjek dan predikat—terpenuhi.

2) Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua kalusa atau lebih itu dapat

bersifat koordinatif dan subordinatif. Hubungan koordinatif akan melahirkan kalimat

majemuk setara. Sedangkan hubungan subordinatif akan melahirkan kalimat majemuk

bertingkat. Uraian tentang hubungan koordinatif dan subordinatif itu dapat Saudara baca

pada 1.3.

1.4 Hubungan Antarklausa


Menghubungkan klausa yang satu dengan klausa yang lain dapat melalui dua cara, yaitu

koordinasi dan subordinasi. Penggabungan secara koordinasi dapat dilakukan dengan

menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang

sama. Hubungan koordinasi dan subordinasi antarklausa itu seperti yang terlihat pada

bagian bawah ini.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

KALIMAT

S+P dan S+P

Dia belajar dan saya menulis

Bagan 1 : Hubungan koordinasi

KALIMAT

S
S P KET P O

Orang yang rumahnya di sebelah rel itu menjual alat tulis

KALIMAT

O
S P S P (O) (K)

Mahasiswa itu mengatakan bahwa temannya

Harus dating pagi ini

Bagan 2 : Kalimat Subordinatif

Kalimat 72 – 75 di bawah ini adalah contoh hubungan koordinatif, sedangkan kalimat 67

– 79 menggunakan hubungan subordinatif.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

72. Engkau ingin yang ini atau engkau keluar saja.


73. Anak itu rajin, tetapi kakaknya lebih rajin lagi.
74. Badannya sangat kurus, dan mukanya sangat pucat
75. Tiba-tiba mobil itu berbelok ke kiri, kemudian dengan membelok ke
kanan.
76. Kita sudah berusaha, namun hasilnya masih saja kurang.
77. Lawannya mengakui bahwa ia memang pantas jadi juara.
78. Kebanyakan mahasiswa mendapatkan bimbingan yang memadai dari
dosen walinya.
79. Dia tentu sudah mengenal dengan baik bahwa Bali itu merupakan tujuan
utama para turis.
80. Aku mulai mengerti bahwa teori ini sanat penting.
81. Di tempat ia tinggal tersedia kaca cermin yang biasa dia pakai untuk
berdandan

Hubungan koordinatif dapat ditandai dengan kata dan, lagi, lagi pula, serta, lalu,

kemudian, atau, tetapi, tapi, akan tetapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan,

sebaliknya, bahkan, malah, malahan. Sedangkan penanda hubungan subordinatif dapat

ditandai dengan penggunaan kata bahwa, ketika, sebelum, karena, asal, sekalipun yang

tempat.

Hubungan antarklausa secara semantis dalam kalimat majemuk koordinatif dibagi

menjadi tiga, yaitu hubungan penjumlahan.

(kalimat 82), hubungan perlawanan (kalimat 83), dan hubungan pemilihan (kalimat 84).

82. Konflik dalam dirinya dianggap sebagai tantangan, dan oleh karena itu
dia tampak menghadapinya dengan tegar.
83. Mimbar ini tidak saja bebas, tetapi juga terbuka.
84. Kamu harus segera kembali, atau kamu ingin terlambat.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Hubungan secara subordinatif dibagi menjadi 13, yaitu hubungan waktu (kalimat 85),

hubungan syarat (kalimat 86), hubungan tujuan (kalimat 87), hubungan konsesif (kalimat

88), hubungan pembanding (kalimat 89), hubungan penyebaban (kalimat 90), hubungan

akibat (kalimat 91), hubungan cara (kalimat 92), hubungan penyangkal (kalimat 93),

hubungan kenyataan (kalimat 94), hubungan hasil (kalimat 95), hubungan penjelasan

(96), hubungan atributif (kalimat 97).

85. Aku jadi paham betul sejak dia menginformasikan sesuatunya.


86. Kita akan berpesta jika lulus ujian.
87. Sengaja teori itu diulang-ulang, agar para mahasiswa paham.
88. Dia tidak pernah merasa sedih, walaupun uangnya habis.
89. Saya akan menolongmu sebagaimana saudaramu dulu menolong saya.
90. Rapat pleno itu terpaksa ditunda karena belum ada kesepakatan
mengenai prinsip yang bersifat krusial.
91. Dikerjakannya tugas itu cepat-cepat, sehingga waktu yang disediakan
sangat cukup.
92. Penulis itu mencoba menuangkan pikirannya dengan tetap membiarkan
komputernya menyala.
93. Keadaan ekonomi keluarga itu tenang-tenang saja, seolah-olah tidak ada
yang perlu dipikirkan.
94. Dia pura-pura tidak mengerti, padahal semua rahasia itu ada padanya.
95. Yang saya hadapi adalah hal-hal yang rumit, makanya mukaku selalu
tampak serius.
96. Perlu dijelaskan di sini bahwa sebagian tenaga kerja banyak yang tidak
tahu haknya.
97. Tanggapan yang mereka berikan ternyata sangat menggembirakan

Perlatihan
1. Jelaskan pengertian kalimat tunggal!
2. Susunlah dua kalimat tunggal berpredikat verbal!
3. Bu Camat sedang memimpin rapat. Kalimat di samping ini termasuk
kelimat intransitif. Jelaskan ciri-cirinya!
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

4. Apakah kalimat pasif itu?


5. Buatlah kalimat yang menggunakan hubungan perlawanan!

2.5 Rangkuman

1. Bahasa dibagi menjadi dua satuan, yaitu satuan fonologis dan satuan

gramatis.

2. Kalimat adalah satuan gramatikal yang dimulai dari kesenyapan dan diakhiri

dengan kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa satuan

gramatikal itu mengandung informasi yang lengkap.

3. Kalimat dibagi menjadi dua unsure pembentukan, yaitu unsure inti dan

unsure non inti.

4. Kalimat terdiri atas unsure inti dan unsure non inti, atau dapat terdiri atas

unsure inti semuanya.

5. Kategori dalam bahasa Indonesia mengacu pada bentuk nomina, verba,

adjektiva, adverbia, kata tugas.

6. Fungsi mengacu pada tugas unsure kalimat, yaitu subjek, predikat, objek,

pelengkap, dan keterangan.

7. Nomina adalah kata yang mengacu pada benda, manusia, binatang, konsep

atau pengertian.

8. Nomina dibagi menjadi dua, yaitu nomina dasar dan nomina turunan.

9. Nomina turunan dapat dibentuk melalui proses afiksasi dan reduplikasi.

10. Pronomina dan numeralia termasuk kategori nomina.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

11. Pronomina dibagi atas pronominal persona, penunjuk, dan penanya.

12. Numeralia dibagi atas, numeralia yang menyatakan jumlah dan yang

menyatakan tingkat.

13. Verba adalah bentuk yang menyatakan suatu aktivitas.

14. Verba dapat dikenali melalui cirri-ciri: sebagai predikat, mengandung

perbuatan, proses, keadaan.

15. Verba yang bermakna keadaan sering dirancukan dengan adjektiva.

16. Prefiks –ter dapat melekat pada kategori verba keadaan.

17. Hubungan verba dengan bentuk lain dapat diidentifikasi melalui

pengamatan terhadap frasa verba, fungsi verba, dan jenis verbanya.

18. Ketransitifan verba ditandai oleh adanya objek berupa nomina dan jika

dipasifkan objek menjadi subjek.

19. Keintransitifan verba ditandai oleh tidak adanya objek.

20. Adjektiva adalah kata yang menunjukkan sifat atau keadaan suatu benda,
manusia, dan binatang.
21. Ciri-ciri adjektiva, adalah:
a. Dapat diberi keterangan pembanding
b. Dapat diberi ketarangan penguat
c. Dapat diberi kata pengingkaran tidak
d. Dapat dibentuk dengan reduplikasi dengan afiks se—nya.
e. Kata tertentu bisa ditambah dengan afiks –er, -wi, -i, iah, -k, if, dan –al.
22. Adverbia adalah bentuk kata yang memberi keterangan pada verba,
adjektiva, nomina predikat, dan kalimat.
23. Ciri-ciri adverba adalah:
1) Posisi strukturnya: Adverbia dapat mendahului dan atau mengikuti kata
yang diterangkan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

2) Lingkup strukturnya: jangkauan adverbia hanya terbatas pada frasa


adjektival, frasa adverbial, frasa verbal, dan frasa nominal predikatif.
24. Kata tugas adalah kata yang hanya mempunyai makna gramatikal dan tidak
mempunyai makna leksikal.
25. Kata tugas tidak bisa mengalami perubahan bentuk.
26. Kata tugas diklasifikasikan sebagai preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel,
dan partikel.
27. Fungsi dalam bahasa Indonesia dibagi atas: (1) subjek, (2) predikat, (3)
Objek, (4) pelengkap, (5) keterangan.
28. Subjek adalah konstituen pendamping yang tidak dimungkinkan mengganti
dengan kategori pronomina interogatif.
29. Predikat adalah konstituen yang sangat dipentingkan atau merupakan
konstituen pusat.
30. Objek dan pelengkap merupakan komplemen
31. Persamaan dan perbedaan objek dan pelengkap adalah:
1) Objek
a. Berkategori nomina atau frasa nominal.
b. Berada langsung pada verba transitif aktif tanpa preposisi.
c. Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
d. Dapat diganti dengan-nya.
2) Pelengkap
a.Berkategori verba, nomina, adjektif.
b.Berada di belakang verba semitransitif/dwitransitif dan tidak dapat
dipastikan. Jika dapat tidak bisa menjadi subjek.
c. Tidak dapat diganti dengannya, kecuali didahului oleh preposisi selain
di, ke, dari, akan.
32. Keterangan berfungsi menjelaskan terhadap unsur inti.
33. Keterangan diklasifikasikan menjadi 8:
a. Keterangan tempat.
b. Keterangan alat.
c. Keterangan waktu.
d. Keterangan tujuan.
e. Keterangan penyerta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

f. Keterangan cara.
g. Keterangan similatif, dan
h. Keterangan penyebaban.
34. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa.
35. Kalimat Majemuk adalah aklimat yang terdiri ats dua klausa atau lebih.
36. Kalimat mejemuk koordinatif adalah penggabungan antar klausa yang
mempunyai kedudukan yang sama.
37. Kalimat subordinatif adalah penggabungan antarklausa yang mempunyai
kedudukan yang tidak sama.
2.6 Evaluasi

1. Jelaskan konsep Saudara tentang kategori!

2. Analisislah kalimat berikut berdasarkan kategorinya!

1) Mereka sedang mengadakan praktek di bengkel.


2) Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun akan membaik.
3) Jelaskan perbedaan nomina yang bermakna keadaan dengan adverbia.
4) Sebutkan ciri subjek dan predikat.
Analisislah kalimat di bawah ini berdasarkan fungsinya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

BAB III

KALIMAT EFEKTIF

3.1 Pendahuluan

Dalam praktik berkomunikasi banyak sekali dijumpai ragam penggunaan bahasa


Indonesia. Hal ini karena masyarakat pengguna bahasa Indonesia sangat beragam, baik
karena latar belakang asal daerah, status sosial, maupun pendidikan. Berdasarkan latar
belakang itulah akhirnya dikenal adanya dialek, sosiolek, ragam bahasa Indonesia
rendah, dan ragam bahasa Indonesia tinggi. Penggunaan ragam bahasa Indonesia
tertentu akan mempengaruhi efektivitas komunikasi. Hal ini tergantung pada situasi
penggunaan ragam baahsa yang bersangkutan. Pada situasi formal dan ilimiah telah
disepakati penggunaan salah satu ragam bahasa Indonesia yang dikenal dengan ragam
kalimat efektif. Pada bab ini Saudara dapat memahami lebih jauh tentang kalimat efektif,
yang meliputi pengertian, syarat, dan ciri-ciri kalimat efektif.

3.2 Tujuan

3.2.1 Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa mampu mengutarakan gagasan dengan baik dan benar

3.2.2 Tujuan Instruksional Khusus


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

• Mahasiswa dapat mengutarakan gagasan melalui kalimat yang berpenalaran


logis.

• Mahasiswa dapat mengutarakan gagasan melalui kalimat yang menunjukkan


ketertiban jalan pikiran.

• Mahasiswa dapat mengutarakan gagasan yang menunjukkan kelogisan struktur.

• Mahasiswa dapat mengutarakan gagasan melalui kalimat gramatik.

• Mahasiswa dapat mengutarakan gagasan melalui kalimat yang tepat pilihan


katanya.

• Mahasiswa dapat menekan bagian penting gagasan melalui kalimat.

• Mahasiswa dapat mengutarakan gagasan melalui kalimat yang bervariasi.

3.3 Pengertian Kalimat Efektif

Ada beberapa pandapat tentang pengertian kalimat efektif. Pertama, kalimat


efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan maksud penutur (penulis/pembicara)
kepada penanggap (pembaca/pendengar) secara tepat; atau kalimat yang mampu
menghindarkan kesalahpahaman antara penutur dan penanggap. Pendapat yang lain,
kalimat efektif adalah kalimat yang secara simultan atau serentak mengandung syarat
komunikatif, gramatis, dan ekonomis. Komunikatif berarti kalimat yang bersangkutan
mudah dipahami oleh pembaca/pendengar. Gramatis, berrarti kalimat itu disusun sesuai
dengan kaidah tata bahasa, baik pada kaidah bunyi (fonologis), kaidah pembentukan
kata (morfologis), dan kaidah penyusunan kalimat (sintaksis). Sementara itu, yang
dimaksud dengan ekonomis adalah kalimat yang bersangkutan hanya menggunakan kata
atau frase yang menunjang pesan secara langsung, kata atau frase yang tidak menunjang
dihilangkan.

Berdasarkan pengertian di atas kalimat efektif mengandung syarat yang meliputi :

1. keserasian kalimat,
2. kelogisan struktur,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

3. ketertiban jalan pikiran,


4. kelogisan penalaran,
5. kegramatikalan struktur,
6. ketunggalan makna,
7. ketepatan diksi,
8. kehematan kata, dan
9. penekanan/pementingan pokok.

3.4 Ciri Kalimat Efektif

Berdasarkan pengertian dan syarat tersebut, kalimat efektif dapat dikenali ciri-cirinya
sebagai berikut.

3.4.1 Keserasian Kalimat


Pada bab I dijelaskan bahwa kalimat tersusun berdasarkan kategori tertentu dan terdiri
dari atas subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Tersedianya unsur-unsur itu
belumlah menjamin kalimat itu benar. Hal lain yang harus diperhatikan adalah keserasian
kalimat. Kalimat efektif juga menuntut keserasian ini, yakni keserasian makna antar
fungsi-fungsinya.

Perhatikan kalimat berikut ini!

1. Balita itu sedang menulis tugas akhir.


Keanehan kalimat 1 di atas terjadi karena tidak adanya keserasian makna antara subjek,
predikat, dan objek. Predikat verba sedang menulis mensyaratkan subjek pelaku yang
tidak hanya bernyawa (balita) tetapi harus mempunyai keterampilan dan kemampuan
untuk menulis. Karena subjek balita tidak memiliki syarat seperti itu maka
menggabungkannya dengan predikat menulis tentu saja menimbulkan keanehan.
Keanehan kalimat 1 akan terlihat jelas setelah makna subjek, predikat, dan objeknya
digabungkan.

Keanehan yang lain tidak terletak pada makna, tetapi dari segi budaya, agama, hukum
dll. Sehingga yang aneh bagi suatu masyarakat, tidak aneh bagi masyarkat yang lain.
Seperti contoh berikut ini.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

2. Ibu yang di sana itu mempunyai tiga orang suami.


Predikat dan objek mempunyai dan 3 orang suami dalam budaya dan hukum Indonesia
umunya mensyarakatkan subjek pelaku seorang laki-laki. Karena ketidaktepatan
kesesuaian dengan budaya dan hukum itu, kalimat 2 tidak atau kurang tepat untuk
dipakai. Seandainya kalimat itu dipakai maka akan muncul penilaian citra tertentu
mengenai ibu yang disana itu.

Pelatihan
Serasikan kalimat di bawah ini? Jelsakan!

1. Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih maka
jadilah karya tulis ini.
2. Sepeda motor ini mampu melaju dengan kecepatan 65 km per jam.
3. Bu Ani akan menceraikan suaminya.
4. Kera itu membeli pisang di pasar.
5. Batu itu menggoreng tiga ekor telor.

3.4.2 Ciri Kelogisan Penalaran

Dari segi kelogisan, suatu kalimat dikatakan efektif bila suatu kalimat itu dapat diterima
oleh akal sehat. Sebaliknya, bila isi suatu kalimat tdak dapat diterima oleh akal, maka
kalimat itu dikatakan tidak efektif.

Untuk lebih memahami ciri kelogisan penalaran, perhatikan kalimat-kalimat dan paparan
berikut.

1. Kejahatan-kejahatan yang terjadi akhir-akhir ini berlatar belakang politik.


2. Suwandi memiliki kecenderungan suka wanita, maka dia tidak mungkin dapat
menjadi seorang pemimpin.
3. Wherly tumbuh dalam keluarga tanpa disertai seorang ayah, maka di sekolahnya,
ia akan menjadi masalah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

4. Beliau itu dosen yang baik karena bajunya selalu rapi, rambutnya tidak gondrong
dan tidak memiliki kebiasaan merokok.

Kalimat 1 tidak logis karena tidak memberi batasan pada subjeknya. Jadi bila ditanyakan
“Apakah benar seluruh kejahatan yang akhir-akhir ini berlatar belakang politik?”

Maka, kebenaran kalimat itu meragukan. Untuk membuat keefektifan kalimat 1, subjek
perlu dibatasi. Seperti pada kalimat berikut.

1.a Beberapa kejahatan yang terjadi pada akhir-akhir ini berlatar belakang politik.
1.b Pada umumnya, kejahatan-kejahatan yang terjadi akhir-akhir ini berlatar
belakang politik.

Kalimat 1.a dan 1.b itu, memberi isyarat bahwa tidak semua kejahatan disebabkan oleh
masalah politik. Dengan demikian pertanyaan di atas tidak mencerminkan kebenaran
suatu kesimpulan, kecuali jika semua kejahatan berlatar belakang politik, maka kalimat 1
–lah yang benar.

Kalimat 2 disebabkan oleh kelemahan anggapan yang mendasari pernyataan itu.


Bila Saudara pahami,dasar anggapan pernyataan itu sebgai berikut. Baik tidaknya
seseorang menjadi atasan ditentukan oleh ada tidaknya kecenderungan suka wanita.
Anggapan dasar ini mungkin ada benarnya, tetapi tidak selalu demikian. Jadi,
ketidaklogisan kalimat itu semata-mata disebabkan oleh kelemahan anggapan yang
mendasar. Anggapan dasar itu memiliki kebenaran belum tentu yang tidak dapat
memberi nilai kepastian pada kesimpulan. Maka kalimat 2 ini dapat diperbaiki seperti
pada kalimat 2.a.

2.a Suwandi memiliki kecenderungan suka wanita, maka mungkin dia tidak dapat menjadi atasan yang baik.
Selanjutnya, secara beruntun kalimat 3, 4, 5 dapat diganti dengan kelimat 3.a, 4.a.

3.a Sherly tumbuh dalam keluarga tanpa disertai seorang ayah. Itulah salah satu
penyebabpermasalahannya di sekolah.

4.a Beliau itu dosen yang tidak baik karena tidak menguasai materi yang
disampaikan dan cara penyampaiannya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Mengapa kaliamt 4 juga tidak logis? Karena pernyataan itu tidak mengarah pada masalah
yang sesungguhnya. Kalau Saudara mengatakan bahwa seorang adalah dosen yang jelek
seperti alasan di atas, yaitu tidak mengarah pada penilaian yang sesuai dengan syarat
utama dosen yang baik, secara logika pernyataan tidak mendasar.

Ketidaklogisan yang lain pada umumnya disebabkan oleh logika sebab akibat yang tidak
ada hubungannya. Seperti hubungan sebab akibat ia tidak lulus ujian karena ketika
dalam perjalanan ada lorong hitam melintang di depannya. Secara logika belum dapat
dibuktikan kebenarannya, jika ada kucing hitam melintas di depannya mengakibatkan
seseorang mengalami ketidakberuntungan.

Dari keempat contoh kalimat di atas dapat disimpulkan bahwa suatu kalimat dapat
dikatakan efektif dari segala kelogisan, bila kalimat itu menunjukkan penalaran yang
diterima oleh akal. Kalimat yang mengandung penalaran dari generalisasi yang tergesa-
gesa, dasar deduksi yang lemah, penyelsaian bukan masalahnya, ketidakjelian terhadap
kejadian yang berurutan, adalah kalimat-kalimat yang tidak logis.

Selain yang disebut di atas, ketidaklogisan disebabkan oleh tindaka yang menyebutkan
syarat yang sebenarnya tidak sederhana, analogi palsu, dan ketdakrelevanan
argumentasi, seperti pada kalimat 5, 6, 7 di bawah ini.

5. Saudara menusuk gambar pada setiap pemilihan umum atau


menjadi warga yang baik.
6. Membuat istri bahagia adalah seperti membuat anjing
kesayangan bahagia, belai kepalanya sesering mungkin, dan beri
makan yang baik sebanyak mungkin.
7. Bersama ini saya berikan rekomendasi agar si Suto diangkat
menjadi peneliti kimia karena dia tetangga dan ketua RT saya.

Pernyataan dalam kalimat 5 menganggap sederhana konsep warga


negara yang baik dan yang jelek. Padahal jika diperhatikan, konsep
warga negara itu mencerminkan suatu kompleksitas dan tidak bisa
dikelompokkan menjadi satu segi.
Ketidaklogisan pada kalimat 6 disebabkan oleh syarat analogi yang
tidak dipenuhi. Jadi kesalahan analoginya terletak pada perbandingan
dua hal yang tidak memiliki hubungan. Sedangkan ketidakrelevanan
kalimat 7 adalah pengangkatan seorang peneliti kimia karena menjadi
tetangga dan ketua RT, bukan karena kemampuannya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Kalimat 5-7 di atas dapat direvisi menjadi kalimat 5.a, 6.a, 7.a di bawah
ini.
5.a Sebagai warga negara, sebaiknya Saudara dapat
menggunakan hak Saudara dalam setiap pemilu.
6.a Membuat istri bahagia seperti membuat suami bahagia, bisa
dilakukan dengan memberikan perhatian yang tepat
terhadap kebutuhannya.
7.a Saya memberikan rekomendasi kepada si Suto agar dapat
diangakat menjadi peneliti kimia, karena yang dia sudah
berpengalaman dalam bidang tersebut.

Pelatihan
Mengapa kalimat-kalimat berikut tidak logis? Ubahlah menjadi kalimat
yang logis!
1) Setiap orang harus belajar di perguruan tinggi, karena belajar di
perguruan tinggi itu baik.
2) Kucing itu binatang, seratus ekor kucing adalah seratus ekor
binatang; maka, separuh dari semua kucing adalah separuh dari
semua binatang.
3) Kakak saya tidak berambut gondrong, karena dia bukan
seniman.
4) Semua orang Inggris kaku.
5) Andi putra seorang guru besar, maka dia pasti akan berhasil
belajar di perguruan tinggi.

3.4.3 Ciri Ketertiban Jalan Pikiran


Efektif tidaknya sebuah kalimat ditentukan juga oleh ketertiban jalan
pikiran yang mendasarinya. Jalan pikiran yang tertib memunculkan
kalimat yang efektif. Sebaliknya jalan pikiran yang tidak tertib
mengakibatkan kalimat yang tidak efektif. Ketertiban jalan pikiran itu
ditandai dengan jalan pikiran yang teratur. Ketidaktertiban jalan
pikiran ditandai oleh jalan pikiran yang meloncat-loncat. Perlu Saudara
ketahui bahwa kalimat merupakan ungkapan jalan pikiran seseorang.
1. Banyak karangan yang baik isinya, tetapi karena judulnya
kurang menarik, kurang mendapat perhatian pembaca.
2. Banyak karangan yang baik isinya, tetapi kurang mendapat
perhatian pembaca karena judulnya kurang menarik.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Kita akan mengalami kesulitan dalam mengurutkan pernyataan dengan


kata penyambung yang tepat, jika mengetahui pernyataan yang
berlawanan dan pernyataan yang mengandung makna sebab-akibat.
Dalam kalimat 1 terdapat tiga klausa, yaitu:
1) Banyak karangan yang baik isinya.
2) Judulnya kurang menarik.
3) Kurang mendapat perhatian pembaca.
Klausa 1) berlawanan dengan klausa 3); klausa 2) menjadi sebab bagi
klausa 3). Klausa 1) perlu dihubungkan dengan klausa 3) dengan kata
tugas tetapi tugas yang mengandung makna perlawanan. Sedangkan
klausa 2) dan 3) perlu dihubungkan dengan kata tugas karena yang
mengandung makna penyebaban.
Untuk lebih memahami ciri ketertiban jalan pikiran dalam menyusun
kalimat efektif perhatikanlah contoh dan paparan berikut ini.
3. Bahasa Indonesia adalah bahasa negara dan berfungsi sebagai
pengantar resmi di sekolah.

Dalam kalimat 3 terdapat dua klausa yang tidak sejajar, yaitu 1) Bahasa
Indonesia adalah bahasa negara (frasa benda + frasa kerja), 2) Bahasa
Indonesia berfungsi sebagai pengantar resmi di sekolah (frasa benda +
frasa keja). Oleh karenanya penggabungan dua klaisa seperti di atas
lebih tepat jika menggunakan kata tugas yang, seperti pada kalimat 4
berikut ini.
4. Bahasa Indonesia adalah bahasa negara yang berfungsi sebagai
bahasa pengantar resmi.

Perhatikan pula kalimat 5 dan 6 berikut ini!


5. Leonardo da Vinci memperingatkan bahwa mereka yang
melakukan sesuatu tanpa didasari oleh teori dan perencanaan
serupa dengan pelaut yang berlayar tanpa peta dan kemudi.

Kekurangefektifan kalimat di atas disebabkan oleh adanya bentuk yang


tidak sejajar pada pengganti objek yang berbentuk aktif melakukan
yang bergabung dengan predikat yang berbentuk pasif didasari. Untuk
menyejajarkannya cukup mengubah dalam bentuk aktif semuanya,
seperti pada kalimat 6 dibawah ini.
6. Leonardo da Vinci memperingatkan bahwa mereka yang
melakukan sesuatu tanpa mendasarkannya pada teori dan
perencanaan serupa pelaut yang berlayar tanpa peta dan
kemudi.

Singaktnya kesejajaran dapat dibentuk dengan menyejajarkan bagian-


bagian tertentu. Misalnya saja bila bagian tertentu menggunakan
bentuk verba, bentuk yang lain menggunakan bentuk verba juga
seperti pada kalimat 7 dan 8 di bawah ini.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

7. Tahap akhir penyelesaian gedung ini adalah pengecetan


tembok, pemasangan lampu, dan penataan ruang.
8. Tahap akhir penyelesaian gedung ini adalah mengecet tembok,
memasang lampu, dan menata ruang.

Pelatihan
Analisislah kalimat-kalimat di bawah ini berdasarkan ketertiban jalan
pikirannya, kemudian perbaikilah sehingga menjadi kalimat-kalimat
yang benar!
1) Beliau mengatakan hal itu setelah didapatkan bukti bahwa warga
yang melanggarperaturan cenderung meningkat.
2) Kemampuan berfikir kritis, analitis, dan sistematis harus
dimiliki mahasiswa dan bersedia membela kebenaran dan
menghancurkan kebatilan.
3) Malaysia sebelum mengadakan persetujuan dengan Indonesia
tentang peristilahan sudah mempunyai aturan sendiri seperti
yang telah digariskan oleh Malaysia University.
4) Pembaca setelah selesai melakukan kegiatannya dapat
menangkap dan merasakan ide-ide yang dikemukakan oleh
pengarang dalam buku itu.
5) Kita mengetahui bahwa letak Indonesia sangat strategis dan
berada di persimpangan yang bernilai ekonomis.

3.4.4 Ciri Kelogisan Struktur


Berdasarkan strukturnya suatu kalimat dikatakan logis apabila semua
fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dalam
kalimat itu berhubungan secara logis. Untuk lebih memahami
pernyataan di atas perhatikanlah kalimat-kalimat dan paparan di bawah
ini.

1. Waktu kami persilakan!


2. Dirgahayu hari ulang tahun RI ke-48.

Ketidaklogisan pada kalimat 1 adalah kata waktu yang dipersilakan.


Seharusnya yang dipersilahkan adalah manusia, Bapak Rektor
misalnya. Dalam konteks kalimat 1 kata waktu secara logis adalah
sesuatu yang diserahkan. Dengan demikian kalimat 1 harus diperbaiki
seperti pada kalimat 3 dan 4.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

3. Bapak Rektor kami persilakan!


4. Kepada Bapak Rektor, waktu kami serahkan.
5.
Ketidaklogisan kalimat 2 terletak pada kata dirgahayu yang berarti
semoga panjang umur yang digabungkan dengan kata hari ulang tahun.
Sehingga jika disepadankan akan berbunyi Semoga panjang umur HUT
RI. Jadi ucapan itu bukan untuk RI, tetapi untuk HUT-nya. Kalimat 2
dapat diperbaiki menjadi kalimat 5 dan 6 di bawah ini.

5. Dirgahayu kemerdekaan RI.


6. Dirgahayu negara Republik Indonesia.

Untuk melengkapi pemahaman Sudara tentang kelogisan struktur


dalam penyusunankalimat efektif, perhatikanlah kalimat di bawah ini.

7. Yang kehilangan buku harap diambil di kantor.


8. Presiden menganugerahkan beliau bintang jasa.

Ketidaklogisan kalimat 7 dan 8 di atas secara berturut-turut adalah yang


diambil di kantor adalah yang kehilangan buku (orang). Kata
menganugerahkan berarti menjadikan sebagai anugerah. Kalimat 8 itu
jika disepadankan dengan uraian di atas adalah Presiden menjadikan
sebagai anugerah beliau bintang jasa. Oleh karenanya kalimat 7 dan 8
harus diganti dengan kalimat 9 dan 10 berikut ini.

9. Yang kehilangan buku dapat mengambilnya di kantor.


10.* Presiden menganugerahi beliau bintang jasa.
*Presiden Menganugerahkan bintang jasa kepada beliau.

Mengetahui kandungan semantis pada suatu kata sangatlah diperlukan.


Seperti kata ditugaskan yang berarti dijadikan sebagai tugas. Kata
ditugasi berarti diberi tugas. Dengan demikian Saudara kan segera tahu
ketidaklogisan kalimat 11 dan kebenaran kalimat 12 dan 13 di bawah
ini.

11. Mereka ditugaskan (dijadikan sebagai tugas) oleh


dosennya menyusun makalah.
12. Mereka ditugasi (diberi tugas) oleh dosennya menyusun
makalah.
13. Membuat makalah ditugaskan (dijadikan sebagai tugas)
kepada mereka oleh dosennya.

Ketidaklogisan yang lain dapat muncul karena ketidakserasian antar


fungsinya. Seperti pada kjalimat 14 di bawah ini subjeknya mengacu
makna tunggal sedangkan predikat menghendaki subjek bermakna
jamak. Untuk itu bandingkan dengan kalimat 15.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

14. Karena akan hujan, saya berlarian pulang.


15. Karena kan hujan, saya berlari pulang.

Frase terbaik I, terbaik II, dan terbaik III juga tidak logis, karena prefiks
ter- pada frase itu mengandung makna paling. Sehingga kalimat 16 dan
17 dapat direvisi menjadi kalimat 18 dan 19 di bawah ini.

16. Penulis terbaik I mendapat hadiah Rp. 250.000,00


17. Penulis terbaik II mendapat hadiah Rp. 200.000,00
18. Pemenang I mendapat hadiah Rp. 250.000.000,00
19. Pemenang II mendapat hadiah Rp. 200.000,00

Perlatihan
1) Jakarta kota terbesar I di Indonesia.
2) Saya belum jelas Pak!
3) Jangan dimasuki apa-apa dalam amplop ini.
4) Barang siapa menemukan buku saya yang hilang supaya
diserahkan kepada polisi.
5) Naik kendaraan harap turun!

3.4.5 Ciri Kegramatikalan Struktur


Kalimat yang memenuhi ciri kegramatikalan adalah kalimat yang
sesuai dengan kaidah tata bahasa. Kaidah tata bahasa Indonesia yang
diacu adalah tata bahasa baku bahasa Indonesia.
Kaidah-kaidah itu meliputi hubungan fungsi , pola kalimat, dan kosa
kata baku bahasa Indonesia. Perhatikanlah kalimat 1 dan 2, kemudian
bandingkan dengan kalimat 3 dan 4 di bawah ini.

1. Meskipun orang asing, Calvin pandai bicara dalam bahasa


Indonesia.
2. Dia tidak ngambil buku saya.

Kata bicara dalam kalimat 1 dan kata ngambil pada kalimat 2,


merupakan bentuk yang tidak gramatikal. Ketidakgranmatikalan itu
disebabkan oleh penggunaan kata yang tidak baku. Kata baku untuk
bicara adalah berbicara, sedangkan bentuk kata baku ngambil adalah
mengambil. Oleh kiarenanya kalimat 1 dan 2 dapat diperbaiki seperti
pada kalimat 3 dan 4 di bawah ini.

3. Meskipun orang asing, Calvin pandai berbicara dalam


bahasa Indonesia.
4. Dia tidak mengambil buku saya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Di dalam bahasa Indonesia fungsi tertentu harus dimunculkan di


samping terdapat fujngsi yang muncul secara manasuka. Ini berarti
fungsi subjek-predikat harus ada. Bisa saja fungsi-fungsi tidak terlihat
karena memang diselipkan. Kesalahan kalimat 5 dan 6 di bawah ini
tidak saja terletak pada fungsi subjek yang tidak dimunculkan, tetapi
fungsi subjek dalam kalimat dimaksud memang tidak ada. Oleh
karenanya agar gramatik fungsi-fungsi tertentu harus dimunculkan,
seperti pada kalimat 7 dan 8 di bawah ini.
5. Dalam pertemuan itu membahas masalah KOPMA.
6. Menghubungkan dengan TVRI.
7. Dalam pertemuan tiu dibahas masalah KOPMA atau,
pertemuan itu membahas masalah KOPMA.
8. RCTI menghubungkan diri dengan TVRI.

Kesalahan yang lain sering muncul adalah penggunaan kata tugas


dalam menghubungkan predikat dan keterangan pelaku persona I.
Padahal, secara gramatikal, di antara kedua fungsi itu tidak boleh
disisipkan kata tugas. Hubungan keduanya merupakan hubungan
langsung. Kesalahan kalimat 9 dan 10 terletak pada penggunaan kata
tugas. Kesalahan kalimat itu dapat diperbaiki dengan jalan
menghilangkan kata tugasnya seperti pada kalimat 11 dan 12 di bawah
ini.

9. Masalah itu semuanya disadari oleh kita.


10. Apa yang Saudara jelaskan saya sudah pahami.
11. Semua masalah itu telah kita sadari.
12. Apa yang Saudara jelaskan sudah saya pahammi.

Berbeda dengan bentuk kalimat pasif di atas, hubungan predikat dan


objek dalam kalimat aktif perlu dirapatkan dengan cara menyisipkan
kata lain, seperti pada kalimat berikut.

13. Saya ingin menjelaskan cara membuat tabel.


14. Saya dapat memahami masalah yang Saudara hadapi.

Perlatihan
Analisislah kalimat di bawah ini sehingga menjadi kalimat yang
gramatikal!
1) Apa yang Sudara katakan, satya dapat pahami.
2) Makalah itu akan disusun oleh kita.
3) Dia akan meminjam buku di perpustakaan.
4) Di kampus ini dibangun pusat sumber belajar.
5) Bahwa hal itu tidak benar, saya sudah katakan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

3.4.6 Ciri Ketunggalan Makna.


Kalimat efektif berdasarkan ciri ketunggalan makna adalah kalimat
yang tidak memungkinkan adanya makna ganda.
Dengan demikian kalimat yang bermakna ganda termasuk kalimat
yang tidak efektif. Perhatikanlah kalimat dan paparan di bawah ini.
1. Pencopet itu berhasil ditangkap polisi
Ketidak efektifan kalimat di atas terlihat pada jawaban dari pertanyaan
“Siapakah yang berhasil, pencopet atau polisi?”. Kalimat 1 akan lebih
tepat jika diubah menjadi kalimat 2.
2. Polisi itu berhasil menangkap pencopet itu.
Makna ganda dalam kalimat sering terjadi pada frase yang terdiri atas
lebih dari dua kata. Seperti pada frase (1) buku sejarah baru, (2) Direktur
politeknik yang baru, (3) istri camat yang baru. Ketiga frase di atas
menimbulkan pertanyaan yang memungkinkan jawaban ganda. Frase
(1) yang baru bukunya atau sejarahnya. Frase (2) yang baru politeknik
atau direkturnya. Frase (3) yang baru istri atau camatnya. Untuk
mengatasi masalah itu dapat ditempuh dengan 1) memanfaatkan tanda
hubung, atau 2) mendekatkan keterangan pada pokok yang
diterangkan. Seperti pada kalimat-kalimat di bawah ini.
6) Dia sedang membeli buku-sejarah baru (yang baru
bukunya).
7) Dia sedang membeli buku sejarah-baru (yang baru
sejarahnya).
8) Direktur baru Politeknik akan dilantik besok pagi
(yang baru direkturnya).
9) Istri baru Pak Camat sedang memimpin rapat (yang
baru istrinya)
10) Istri Pak Camat yang baru sedang memimpin rapat
(yang baru Pak Camatnya).
11) Istri baru Pak Camat yang baru sedang memimpin
rapat (yang baru kedua-duanya).

Dalam bentuk tulis pemakaian tanda baca yang tidak tepat dapat
mengakibatkan makna ganda. Seperti pada kalimat “Menurut ayah
teman ibu saya itu orang baik-baik”. Kalimat ini terlihat janggal setelah
dimunculkan pertanyaan siapakah orang yang baik? Bandingkan
dengan kalimat berikut

12) Menurut ayah, teman ibu saya itu orang baik-baik.


13) Menurut ayah teman, ibu saya itu orang baik-baik.
14) Menurut ayah teman ibu, saya itu orang baik-baik.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Ketidaktahuan penggunaan huruf kapital dalam bahasa tulis juga


menimbulkan makna ganda. Seperti pada kalimat 12 dan 13 di bawah
ini.

15) Hari ini, saudara Joko datang jam berapa?


16) Hari ini, Saudara Joko datang jam berapa?

Pada kalimat 12 yang datang adalah saudaranya Joko. Sedangkan pada


kalimat 13 yang datang adalah Joko sendiri.
Perlatihan
Perbaikan kalimat di bawah ini sehingga mengandung makna tunggal!
1) Menurut sahabat dosen saya ini sangat rajin.
2) Saudara mendapat bagian tiga puluh empat perlima
bagian
3) Hari ini ibu ani tidak hadir.
4) Anak pegawai yang rajin itu melanjutkan pelajarannya ke
perguruan tinggi.
5) Dia temannya kakak.

3.4.7 Ciri Ketepatan Diksi


Diksi sering diistilahkan dengan pilihan kata. Di dalam kalimat efektif
memilih kata yang benar tidak saja membuat kalimat dapat diterima,
lebih dari itu kalimat yang diciptakan akan mempunyai nilai
kebahagiaan yang tepat. Ketepatan diskusi mengacu pada tindakan
memilih kata yang cermat, sesuai, dan lazim.
Mencapai kecermatan dapat dilakukan dengan cara memilih kata-kata
khusus daripada kata-kata umum, menghindari kata asing, atau
mengutamakan kata konkret. Untuk mencapai kesesuaian, kata-kata
berkonotatif yang sesuai, lebih dipilih dari pada kata yang bermakna
denotatif. Sedangkan untuk mencapai kelaziman kata yang dipilih,
ragam baku lebih dipilih dari pada ragam tutur.
Perhatikan kalimat di bawah ini!

1. Menghadapi mahasiswa di kelas, seseorang harus mampu


mengelola kelas dengan baik
2. Sebagai pemimpin, orang harus bertanggung jawab.

Kata yang bergaris miring pada kalimat di atas terlalu umum, sehingga
pembaca tidak segera dapat menangkap idenya.
Untuk itu kata umum seseorang dan orang diganti dengan kata khusus
dosen dan dia, seperti pada kalimat berikut.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

3. Untuk menghadapi mahasiswa di kelas, dosen harus


mampu mengelola kelas dengan baik.
4. Sebagai pemimpin, dia harus bertanggung jawab.
Berikut ini ada beberapa kata yang bersinonim dan ada pula kata yang
berhiponim. Tentu Saudara dapat memilih kata yang tepat sesuai
dengan makna yang diinginkan, seperti kata menengok, melihat,
melirik, mengintip, dan menonton.
Kalimat efektif bisa dicapai dengan memanfaatkan kata-kata lugas
dengan menghindari kata-kata asing. Kalimat 5 dan 6 di bawah ini lebih
sulit ditangkap maknanya karena menggunakan kata-kata asing.
Sedangkan kalimat 7 dan 8 lebih komunikatif karena menggunakan
kata bahasa Indonesia.

5. Leadership perlu ditanamkan sejak dini


6. Kita harus memberi kesempatan sebesar-besarnya kepada
mahasiswa untuk menguasai teknologi yang sophisticated.

Bandingkan dengan kalimat berikut!


7. Kepemimpinan perlu ditanamkan sejak dini.
8. Kita harus memberi kesempatan yang sebesar-besarnya
kepada mahasiswa untuk menguasai teknologi yang
canggih.
Ketepatan memilih kata yang mempunyai makna yang tepat dan
memilih secara tepat pula kata-kata yang lazimakan membantu
penanggap menerima gagasan melalui kalimat. Kata menonton secara
konotatif tepat dibanding dengan kata melihat, mengawasi, memandang
pada kalimat 9.
Kata agung secara konotatif lebih tepat dipakai pada kalimat 10
walaupun kata tersebut mempunyai sinonim besar, raya, akbar.

9. Saya suka (melihat, menonton, mengawasi, memandang,


menengok) pertunjukan seni daerah.
10. Jaksa (raya, besar, agung) mempunyai perhatian khusu
pada masalah korupsi.

Selain yang diuraikan diatas kecermatan sebuah kalimat ditentukan


pula oleh pemakaian kata yang berungkapan seperti pemakaian kata
bergantung pada, disebabkan oleh pada kalimat 11 dan 12 di bawah ini.

11. masalah ini bisa cepat selesai (bergantung pada, tergantung


pada, bergantung dari pada) yang hadir disini.
12. Kemacetan pemilihan pengurus organisasi itu (disebabkan
karena, disebabkan oleh, dikarenakan) ambisi pribadi
peserta rapat.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Perlatihan
Pilih salah satu kata yang berada di dalam kurung dan uraikan alasan
Saudara mengapa Saudara memilihnya!
1) Dalam mengarang karya ilmiah harusdipilih kata-kata yang
(lugu, asli, polos, lugas).
2) Data yang (benar, sahih, valid) dapatmenghasilkan kesimpulan
yang dapat dipercaya.
3) Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti harus terlebih
dahulu menyusun (sarana, alat, instrumen).
4) (Berhubung, karena, disebabkan, dikarenakan) sering absen,
dia terancam putus kuliah.
5) Tanah Air Indonesia (terdiri, terdiri dari, erdiri atas) pulau-
pulau dan lautan.

3.4.8 Ciri Kehematan Kata


Kehematan berkaitan dengan jumlah kata yang digunakan sesuai
dengan tujuan yang ingin disampaikan. Kalimat efektif menolak kata
yang tidak diperlukan. Cara yang paling sederhana unutuk
mengidentifikasi suatu kata yang tidak diperlukan adalah
menghilangkan kata yang dimaksud dan makna kalimat masih terjaga
dengan sempurna. Untuk memperdalam pemahaman Saudara tentang
ciri kehematan ini perhatikanlah kalimat dan paparan berikut ini.

1. Bahasa Indonesia adalah merupakan suatu bahasa persatuan.


2. Bahasa dapat dipergunakan untuk mengungkapkan pikiran
kita.

Bandingkan kedua kalimat di atas dengan kalimat 3 dan 4 berikut ini.

3. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan.


4. Bahasa dapat dipergunakan untuk mengungkapkan pikiran
kita.

Dari kalimat-kalimat di atas dapat Saudara ketahui bahwa beberapa


kata dalam kalimat 1 dan 2 dapat dibuang tanpa mengubah makna.
Bahkan dengan menghemat kata kalimat kita akan mudah
menyampaikan maksud kita. Kalimat 5 dan 6 di bawah ini tidak efektif
karena menggunakan kata tugas dari dan terhadap yang tidak
diperlukan. Dengan menghilangkan kedua kata keefektifan kalimat
akan terjaga.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

5. Nama dari majalah sekolahnya adalah Pena.


6. Kita wajib menghhormati terhadap hak-hak asasi manusia.

Kalimat 7 s.d 11 merupakan contoh kalimat dengan penghematan kata


tugas.

7. Penelitian ini bertujuan (untuk) mendeskripsikan gaya


hidup masyarakat kelas menengah.
8. (Mengenai) Program Kerja Paket A telah berkembang
dengan baik
9. Mahasiswa harus memahami (akan pentingnya buku bagi
pengembangan dan peningkatan daripada) ilmu
pengetahuan.
10. Pola alamiah (dari) suatu kerangka karangan biasanya.
11. Karena itu, (maka) dia tidak ikut kuliah.
Selain yang sudah dijelaskan diatas, kehematan kalimat bisa dilakukan
dengan menghilangkan kata yang maknanya sudah dicakup oleh kata
lain, seperti pada kalimat di bawah ini.

12. Para tamu-tamu dipersilahkan masuk.


13. Karangan ilmiah ini terdapat banyak kesalahan-kesalahan.
14. Dia duduk di kusi yang paling depan sendiri.

Bandingkan dengan kalimat berikut!


15. * Para tamu dipersilahkan masuk.
* Tamu-tamu dipersilahkan masuk
16. Karangan ini terdapat banyak kesalahan.
17. * Dia duduk di kursi yang paling depan.
* Dia duduk di kursi terdepan.

Kesalahan kalimat 12 s.d. 14 terletak pada pemakaian dua kata yang


maknanya sama. Kata para dan tamu-tamu pada kalimat 12 terdapat
kerancuan , dari bentuk para tamu dan tamu-tamu. Dalam bahasa
indonesia pemakaian semacam itu tidak diperkenankan. Demikian juga
kata tercetak miring pada kalimat 13 merupakan bentuk rancu,
daribentuk asli banyak kesalahan. Demikian juga prasa yang paling
depan sendiri pada kalimat 14 merupakan bentuk rancu, dari bentuk
asli paling depan.
Kalimat-kalimat di bawah ini merupakan pemanjangan kata yang tidak
diperlukan seperti diuraikan di atas. Oleh karenanya, Saudara bisa
memakai salah satunya (kalimat 18) atau menghilangkan kata yang
berada di antara tanda kurung (kalimat 19-20). Perhatikanlah kalimat
berikut!
18. Pembaca harus memahami rangkaian kata/kata-kata
itu sesuai dengan maknanya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

19. Politehnik akan mengadakan pertandingan tenis antar


mahasiswa (-mahasiswa) pada akhir semester.
20. * Karena (Dia) tidak lulus tes I, dia harus mengulang.
* Dia harus mengulang karena tidak lulus tes I.

Penghematan kata dapat juga dilakukan dengan


menyederhanakankalimat yang panjang, seperti pada kalimat di bwah
ini.
21. Apabila pertimbangan yang menyangkut masalah pelamar itu
memenuhi ketentuan dengan baik kita harus menyimpulkan
bahwa pelamar pekerjaan itu harus harus kita terima.
22. Dalam pertimbangan keadaan seperti itu, kita harus melihat
kenyataan bahwa anggota yang tidak hadir belumtentu
menyetujui usul itu.

Bandingkan dengan kalimat berikut!


23. Berdasarkan pertimbangan, pelamar itu dapat kita terima.
24. Meskipun demikian, anggota yang tidak hadir belum tentu
menyetujui usul itu.
Penggabungan kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara
dengan cara melenyapkan satu atau lebih unsur-unsurnya dan
membentuk keterangan aposisi secara fleksibel dapat dipertimbangkan
penggunaannya, seperti pada kalimat 27 dan 28 di bawah ini.
25. Chairil Anwar adalah penyair angkatan 45 dan ia
dilahirkan di Medan.
26. Gedung kantor itu didirikan pada tahun 1970 dan gedung
itu sekarang sudah rusak.
Bandingkan dengan kalimat,
27. Chairil Anwar, penyair angkatan 45, lahir di Medan.
28. Gedung kantor yang didirikan pada tahun 1970 itu
sekarang sudah rusak.
Pelatihan :
Perbaikilah kalimat di bawah ini !
1) Nilai daripada ujiannya sangat baik.
2) Hal tersebut memungkinkan sekali mengingat lemahnya
pertahan kesebelasan itu.
3) Sehari-hari kedua mahasiswa itu saling bantu membantu.
4) Para mahasiswa-mahasiswa sibuk mengadakan penelitian
di daerah Batu.
5) Dari segi tertentu memanglah bisa dikatakan bahwa
diskusi terbuka itu dapat melatih keberanian dan melatih
keterampilan mengemukakan pendapat.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

3.4.9 Ciri Penekanan (Stressing)


Penekanan kata dalam kalimat efektif adalah pementingan gagasan
pokok sehingga lebih menarik perhatian pembaca. Aspek penekanan
berkaitan dengan tujuan komunikasi dan bentuk ekspresi.
Penekanan gagasan pokok dalam kalimat dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain dengan mengubah urutan kata, membedakan
tingkatan bagian kalimat, membevariasikan bentuk kata; mengulang
kata-kata kunci; menggunakan pola inversi; menggunakan bentuk
pertentangan; memanfaatkan fungsi partikel.
Pengubahan urutan kata dalam kalimat efektif dapat dilakukan dengan
dasar bahwa kata, frasa, klausa yang berada di posisi depan merupakan
bagian yang mendapat tekanan. Seperti pada kalimat berikut.
1. Inggris tidak pernayh memetik kemenangan di piala
Eropa setelah sukses pada tahun 1966.
2. Setelah sukses di tahun 1966, Inggris tidak pernah
memetik kemenangan di Piala Eropa.
Kedua kalimat di atas kedua-duanya efektif. Kalimat 1 memberi
penekanan pada gagasan Inggris tidak pernah menang, sedangkan
kalimat 2 memberi penekanan pada gagasan Setelah sukses pada tahun
1966. Secara sederhana berdasarkan cara pertama ini adalah bagian yang
mendapat tekanan diletakkan pada bagian awal kalimat.
Membedakan tingkatan bagian dalam kalimat dapat dilakukan dengan
memberi tekanan pada bagian yang dipentingkan dengan cara memberi
keterangan tambahan atau menciptakan anak kalimat pengganti yang
diberi penekanan, seperti pada kata Rambo dalam kalimat 3 di bawah
ini.

3. Di antara kita sudah banyak yang mengenal tokoh


Rambo, tokoh superhero ciptaan hollywood.
Membervariasikan bentuk kata dapat digunakan juga untuk
mengefektifkan gagasan kita. Biasanya verba aktif digunakan untuk
memberikan penekanan pada subjek, sedangkan verba pasif akan
memberi penekanan pada bagian objek, seperti pada kalimat 4 dan 5
berikut ini.
4. Dosen itu menugasi mahasiswanya menyusun karya
ilmiah.
5. Pemain yang terkenan kartu merah dilarang main oleh
wasit.
Menekankan gagasan yang terdapat pada predikat dapat dilakukan
dengan menginversikan kalimat, seperti pada kalimat 7 berikut ini.
6. Para mahasiswa melakukan praktikum di laboratorium.
7. Melakukan praktikum di laboratorium, para mahasiswa.
Cara terakhir untuk memberi penekanan pada gagasan adalah dengan
memanfaatkan jasa partikel –lah dan –pun. Perhatikanlah contoh
kalimat di bawah ini.
8. Mereka berlarian pulang.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

9. Mereka pun berlarian pulang.


10. Dia yang bertanggung jawab atas sukses tidaknya acara
ini.
11. Dia lah yang bertanggung jawab sukses atas tidaknya
acara ini.
Dengan memanfaatkan partikel –pun, kata mereka pada kalimat 9
mendapat pementingan. Demikian juga pada kalimat 11, kata dia lebih
dipentingkan dibandingkan dengan kata yang lain.
Pelatihan
Berikanlah penekanan pada bagian tertentuk dalam kalimat di bawah
ini dan jika ada kalimat yang salah perbaikan dulu!
1) Mahasiswa akan semakin mantap jika mampu berkomunikasi
dalam bentuk tulis.
2) Salah satu tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa
Politeknik sebagai syarat memperoleh ijasah adalah membuat
laporan akhir.
3) Politeknik dipimpin oleh seorang direktur.
4) Harga buku di kota ini relatih mahal.
5) Kuliah tamu akan dilaksanakan pada hari Sabtu.
3.5 Rangkuman
1. Kalimat yang efektif mampu menyampaikan maksud penutur
kepada penanggap secara tepat.
2. Ciri-ciri pokok kalimat efektif.
a. Mampu menyampaikan kebenaran informasi secera tepat
dan cermat.
b. Menggunakan kata secara tepat dan hemat.
c. Mampu menahan pembaca untuk bertahan secara suka
rela menghadapi bacaan hingga selesai.
3. Kebenaran kalimat tidak saja mengharuskan kategori dan fungsi
tertentu secara tepat, tetapi juga mensyaratkan adanya keserasian
makna kalimat.
4. Keserasian makna dapat dilakukan dengan bari.
a. menyerasikan hubungan antarfungsinya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

b. Menghindari keanehan logika.


c. Menghindari ketidaksesuaian dengan kultur/budaya.
5. Kalimat efektif harus didukung oleh logika yang tepat.
6. Dari ciri kelogisan, kalimat dikatakan efektif jika kandungan
maknanya dapat diterima oleh akal.
7. Ketidaklogisan kalimat sering disebabkan oleh tidak adanya
pembatasan subjek (subjek terlalu umum), kesalahan dasar
pernyataan, hubungan sebab akiat yang tidak benar, kesalahan
dasar analogi, dan argumentasi yang lemah.
8. Jalan pikiran yang tertib akan memunculkan kalimat yang tertib.
9. Kesejajaran bentuk mendukung ketertiban jalan pikiran dalam
kalimat.
10. Kelogisan struktur ditandai oleh hubungan antarfungsi secara
logis.
11. Mengetahui kandungan makna suatu kata sangatlah diperlukan,
karena dari kandungan makna itu.
12. Saudara dapat menyusun makna sesuai dengan yang Saudara
harapkan.
13. Ciri kegramatikalan struktur adalah kalimat yang sesuai dengan
kaidah tata bahasa.
14. Ciri ketunggalan makna kalimat ialah menghindari makna
ganda.
15. Makna ganda sering terjadi pada frase yang terdiri atas lebih dari
dua kata. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara.
a. mendekatkan keterangan pada pokok yang diterangkan;
b. memanfaatkan jasa tanda hubung; dan
c. memperhatikan secara cermat tanda bacanya secara cermat
(dalam bentuk tulis.
16. Diksi adalah pilihan kata.
17. Memilih kata yang tepat mendukung penyusunan kalimat yang
sesuai dengan makna dan nilai bahasa yang diharapkan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

18. Memiliih kata yang mempunyai konotasi sesuai dan memilih


kata yang lazim, memilih kata yang beridiom akan membantu
penanggap menerima agasan yang dimaksud.
19. Kalimat efektif menggunakan kata yang diperlukan saja.
20. Alat uji yang paling sederhana untuk mengidentifikasi suatu
kata dalamkalimat dibutuhkan atau tidak adalah dengan
menanggalkan kata itu dari kalimatnya. Jika dengan itu makna
kalimat masih terjaga, maka dapat disimpulkan bahwa kata yang
dimaksud memang tidak dibutuhkan.
21. Kehematan kalimat dapat dilakukan juga dengan cara:
a. menghilangkan kata yang maknanya sudah dicakup oleh
kata yang lain;
b. menyederhanakan kalimat yang panjang, dan
c. melepaskan kata/fungsi yang sama dalam kalimat
majemuk setara.
22. Penekanan gagasan pokok dapat dilakukan dengan cara:
a. mengubah urutan kata;
b. membedakan tingkatan bagian dalam kalimat;
c. mengulang kata-kata kunci;
d. menggunakan pola inversi;
e. menggunakan bentuk pertentangan; dan
f. memanfaatkan fungsi partikel.

3.6 Evaluasi
1. Apakah kalimat efektif itu? Jelaskan.
2. Unsur apa sajakah yang mendukung, sehingga kalimat yang
Saudara susun bisa mewakili gagasan Saudara.
3. Bagaimana peranan EYD dalam penyusunan kalimat efektif
4. Sebutkan ciri-ciri pokok kalimat efektif.
5. Penulisan kalimat berikut sehingga menjadi kalimat yang efektif
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

a. Dengan memanjatkan syukur ke hadirat Tuhan Yang


Mahakuasa maka jadilah karya tulis ini.
b. Dia tidak lulus karena malamnya dia bermimpi
menggendong kucing hitam.
BAB IV

PARAGRAF

4.1 Pendahuluan

Di dalam bab ini anda akan dipandu untuk memahami pengertian paragraf,
unsur paragraf, syarat paragraf yang efektif, serta cara pembuatan paragraf dengan
berbagai pola pengembangan. Bab ini merupakan salah satu aspek yang paling penting
untuk penguasaan keterampilan menulis anda. Sebab, paragraf merupakan unit pikiran
paling dasar yang menjadi titik tolak pengembangan tulisan yang lebih luas (kompleks).
Jika anda terampil membuat paragraf yang efektif, maka anda akan sangat mudah
mengembangkan tulisan, baik dalam esei ilmiah, laporan ilmiah maupun bentuk tulisan
yang lain.

4.2 Tujuan

4.2.1 Tujuan umum

Setelah mempelajari bab ini Anda dapat mengenali konsep dasar paragraf, unsur
paragraf, syarat paragraf, dan cara pengembangan paragraf.

4.2.2 Tujuan khusus

 Anda dapat mengidentifikasi unsur-unsur paragraf dan syarat paragraf yang


efektif.
 Anda dapat membuat paragraf yang efektif dengan cara pengembangan yang
berbeda-beda.
 Anda dapat membuat paragraf yang efektif dengan pola pengembangan
deduktif, induktif, dan deskriptif.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

4.3. Pengertian Paragraf

Ada beberapa pengertian paragraf. Menurut Adjat Sakri bangun paragraf terbentuk dari
kalimat, kalimat terbentuk dari kataan dan kataan terbentuk dari kata. Dua kata atau
lebih yang membentuk seuntai kata yang bermakna disebut kataan (frase). Kata atau
kataan yang mendukung pikiran lengkap disebut kalimat. Gabungan kalimat yang
mendukung kesatuan gagasan disebut paragraf. Rangkaian paragraf membentuk
karangan (1992:13). Menurut Oshima (1985) paragraf adalah unit atau bagian pikiran
terkecil dari suatu topik yang tidak jelas jika diuraikan hanya dengan satu kalimat.
Dengan kata lain paragraf adalah bagian karangan terkecil yang terdiri atas beberapa
kalimat yang membangun sebuah pikiran yang utuh dan padu.

Di dalam sebuah karangan, paragraf biasanya ditandai penulisan menjorok ke


dalam (berlekuk) untuk pola penulisan bergerigi (indented style) dan memperlebar jarak
antara baris (spasi) untuk pola penulisan lurus (block style). Kedua tanda tersebut
sekaligus merupakan pemisah paragraf yang satu dengan paragraf lain dalam suatu
karangan. Agar lebih jelas, Anda lihat Gambar 1 berikut.

Pola Bergerigi Pola Lurus

1,5/2

2/3

1,5/2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Gambar 1: Bentuk Paragraf

4.4 Unsur Paragraf

Sebagai alat pengungkapan kesatuan gagasan, paragraf terdiri atas beberapa kalimat
yang saling mendukung dan bertautan. Dengan kata lain, kalimat-kalimat itu merupakan
unsur pembentuk paragraf. Pada prinsipnya unsur paragraf itu ada tiga, yaitu:

 Kalimat utama/topik (topic sentence)


 Kalimat penjelas (modified sentence)
 Kalimat penyimpul (conclusion sentence)

4.4.1 Kalimat Utama/Topik

Kalimat topik merupakan kalimat yang mengungkapkan gagasan


utama dalam setiap paragraf. Kalimat bercetak miring dalam peragraf
berikut merupakan contoh kalimat topik.
Paragraf 1
“Surat merupakan alat komunikasi yang paling efektif. Melalui surat informasi
yang disampaikan dapat diberikan dan dibaca langsung oleh penerimanya. Dengan
biaya yang relatif murah, surat segera dapat diterima atau diketahui dengan
keadaan aman. Artinya informasi tidak dapat disadap oleh pihak lain. Di samping
itu, informasi yang disampaikan dapat lebih banyak dan komprehensif. Pendek
kata, surat merupakan media komunikasi yang mudah, murah, aman dan tepat
waktu.”

Apabila Anda kenali dengan seksama paragraf tersebut, isi gagasan adalah keefektifan
surat. Hal ini tertuang secara tersurat pada kalimat topik.

Dengan mengenali kalimat topik itu Anda akan memperoleh gambaran yang rinci
unsur-unsur pembentuknya, yaitu surat sebagai aspek yang dibicarakan dan sarana
komunikasi yang efektif sebagai pewatas atau pemerinci surat. Aspek yang menjadi
objek pembicaraan ini disebut topik dan aspek pewatas atau pemerinci disebut ide
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

pengontrol/pengendali. Dengan kata lain unsur-unsur pembentuk kalimat topik ada dua,
yaitu topik dan ide pengontrol.

Contoh:

(1) Siasat untuk menhadap UMPT ada empat hal.


(2) Ada lima macam prinsip manajemen.

Topik yang dibicarakan pada kalimat (1) adalah siasat untuk


menghadapi UMPT dan ide pengontrolnya adalah ada empat hal.
Sedangkan topik pada kalimat (2) adalah prinsip-prinsip manajemen
dan ide pengontrolnya adalah ada lima macam.

Kalimat topik berisikan gagasan utama dan janji penulis kepada


pembaca dalam suatu paragraf, maka rumusan kalimat topik harus
jelas, artinya ada pembeda antara topik dan ide pengendali. Kalimat
topik tidak terlalu sempit artinya kalimat topik dapat dikembangkan
dengan maksud penjelasan. Kalimat topik tidak terlalu luas, artinya
hanya mencakup pewatas yang sejenis/sekelas dari topik tertentu.
Contoh:
(3) Emas memiliki tiga sifat utama.
(4) Ada beberapa keunggulan pendidikan Politeknik.
(5) Mengemudi di jalan tol.
(6) Direktur membuka pameran yang diadakan oleh HMJ Teknik
Kimia Politeknik seluruh Indonesia kemarin di Politeknik
Negeri Malang.

Kalimat topik (3) dan (4) memenuhi ketiga kriteria di atas, yaitu jelas,
tidak terlalu sempit dan tidak terlalu luas. Kalimat topik (5) terlalu luas,
sehingga sukar untuk dikembangkan. Aspek yang terkandung dalam
ka,limat itu sangat luas, misalnya cara mengemudi di jalan tol,
kecepatan kendaraan, dan bahaya mengemudi di jalan tol. Ketiga aspek
ini masing-masing dapat dijadikan kalimat topik (Kt) seperti pada
kalimat topik (5a), (5b), dan (5c).
Kt (5a) Ada tiga cara mengemudi di jalan tol.
Kt (5b) Kecepatan mengemudi di jalan tol harus memenuhi standar
lalu lintas.
Kt (5c) Ada beberapa bahaya mengemudi di jalan tol.
Adapun kalimat topik (6) terlalu sempit atau terlalu rinci, sehingga
tidak ada aspek yang dikembangkan atau diinformasikan kepada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

pembaca. Dengan kata lain tidak ada informasi yang dijanjikan kepada
pembaca.

Perlatihan:
Pilihan kalimat berikut yang dapat dijadikan sebagai kaliamt topik
yang memenuhi syarat dalam suatu paragraf!
(1) Ada dua kendala penelitian di PT sulit berkembang.
(2) Pemilu ibarat permainan sepak bola.
(3) Kemampuan bahasa sangat diperlukan untuk tenaga kerja
industri.
(4) Program pendidikan Polikteknik terbagi atas 55% materi teoritis
dan 45% materi praktek.
(5) Keindahan lukisan itu terletak pada tata warna dan sudut
pandang apresiatornya.

4.4.2 Kalimat Penjelas


Anda telah mengenali bahwa ide pengontrol/pengendali merupakan
‘janji’ yang akan disajikan penulis kepada pembaca. Oleh karena itu,
tugas penulis setelah membuat kalimat topik adalah menulis beberapa
kalimat penjelas atau kalimat rinci, yaitu kalimat yang
menguraikan/menjelaskan isi ide pengendali di dalam kalimat topik.
Contoh berikut memperlihatkan kepada Anda cara penulis
mengembangkan kalimat topik ke dalam kalimat-kalimat penjelas.
Paragraf 2:
“Siasat untuk menghadapi UMPT ada empat hal (1). Pertama,
secara reguler calon peserta mengikuti bimbingan belajar yang
diadakan oleh lembaga bimbingan profesional selama satu tahun
(2). Kedua, mengadakan belajar kelompok dengan
menitikberatkan pada pembahasan soal-soal ujian UMPT pada
tahun-tahun sebelumnya (3). Ketiga, belajar mandiri sejak kelas
satu SMA secara intensif sehingga prestasi yang diperoleh selalu
rangking kesatu (4). Keempat, mengikuti bimbingan belajar
program intensif selama satu bulan dengan tentor piihan dari
lembaga bimbingan tes pilihan (5). Demikian keempat cara itu
dapat dipilih salah satu untuk menghadapi UMPT.”

Paragraf di atas memperlihatkan kepada Anda, bahwa penulis telah


memenuhi janjinya untuk menjelaskan secara rinci gagasan utama
paragraf. Janji penulis (ide pengontrol) adalah empat (hal). Kalimat 2, 3,
4, 5, merupakan rincian isi ide pengontol.
Perlatihan:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

1) Kembangkanlah kalimat rincian/penjelas berdasarkan kalimat


topik berikut!
(1) Kebudayaan merupakan akar dari segala nilai dan norma
yang dianut oleh masyarakat.
(2) Akhir-akhir ini banyak SMTP swasta gulung tikar.
(3) Ada beberapa dampak negatif berteman dengan perokok.
2) Cobalah anda menulis atau mengembangkan kalimat
penjelas/rincian berdasar pada kalimat topik yang anda buat sendiri!

4.4.3 Kalimat Penyimpul


Untuk mengenali kalimat penyimpul anda lihat kembali kalimat
akhir paragraf 1, “Pendek kata, surat merupakan media komunikasi yang
mudah, murah, aman, dan tepat waktu”. Kalimat tersebut merupakan
kesimpulan/ringkasan isi dari kalimat-kalimat penjelas yang terdapat
paragraf 1. Rumusan kalimat penyimpul dapat berupa penegasan atau
penekanan kalimat topik. Kalimat berikut merupakan penyimpul
paragraf 2. “Demikian keempat cara itu dapat dipilih salah satu untuk
menghadapi UMPT”.
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan, kalimat
penyimpul merupakan penegasan dan/atau ringkasan kalimat penjelas
dalam paragraf. Karena berupa kesimpulan, maka rumusan kalimat
penyimpul biasanya diawali dengan kata hubung yang bermakna
penyimpulan.
Contoh:
Jadi, …
Pendek kata, …
Kesimpulannya, …
Dengan demikian, …
Perlatihan:
Buatlah kalimat penyimpul berdasarkan pada paragraf berikut!
Paragraf 3 :
“Bahasa memiliki beberapa fungsi (1). Dengan bahasa, seseorang
dapat mengungkapkan isi hatinya, memerintah orang lain
bahkan memaki orang lain (2). Melalui bahasa seseorang dapat
dikenali pribadinya oleh orang lain (3). Dengan bahasa seseorang
dapat mendokumentasikan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (4).”

4.5. Rangkuman
Pada prinsipnya, unsur pembentuk paragraf ada tiga, yaitu kalimat
topik, kalimat penjelas dan kalimat penyimpul. Kalimat topik
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

merupakan alat menuangkan gagasan pokok dalam paragraf. Kalimat


topik memuat topik dan ide pengendali. Kalimat penjelas merupakan
jabaran pikiran yang terkandung di dalam ide pengendali kalimat
topik. Sedangkan kalimat penyimpul merupakan ringkasan isi semua
kalimat penjelas yang terdapat dalam paragraf.

4.6. Evaluasi
1) - Kenalilah kalimat topik pada setiap paragraf yang terdapat pada
suatu karangan/esei pada topik artikel ilmiah majalah atau koran!
- Kumpulkan hasil tugas anda disertai karangan/esei yang telah
anda analisis!
2) - Kenalilah kalimat penjelas pada setiap paragraf yang terdapat
pada suatu karangan/esei pada topik artikel ilmiah
makalah/koran!
- Kumpulkan hasil tugas anda disertai karangan/esei yang telah
anda analisis!
3) - Kenalilah kalimat penyimpul pada setiap paragraf yang terdapat
pada suatu karangan/esei pada topik artikel ilmiah majalah/koran.
- Kumpulkan hasil tugas anda disertai karangan/esei tadi setelah
anda analisis!
4) Ambillah suatu karangan pendek yang terdiri atas kurang lebih 5
paragraaf, kemudian anda kenali setiap paragraf dengan memberi
tanda garis bawah pada:
- Kalimat topik
- Kalimat penjelas
- Kalimat penyimpul
5) Buatlah dua paragraf yang masing-masing paragraf memenuhi unsur
kalimat topik, kalimat penjelas, dan kalimat penyimpul!

4.7 Syarat Paragraf yang Efektif


Sering kita mengalami kesulitan memahami isi tulisan. Hal ini tidak
berarti bahwa kita tidak bisa membaca kata demi kata tulisan tersebut.
Namun, disebabkan kesalahan penataan pikiran penulis dalam
tulisannya, timbullah bermacam-macam bentuk kesalahan dalam
penulisan paragraf. Misalnya, tidak ada pembeda antara kalimat topik
dengan kalimat penjelas; adanya dua gagasan yang berbeda dalam satu
paragraf, pemakaian kata-kata yang kurang tepat dan sebagainya.
Paragraf yang mengandung bermacam-macam kesalahan ini disebut
paragraf yang tidak efektif. Apa syarat-syarat penulisan paragraf yang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

efektif? Untuk menjawab pertanyaan ini kenalilah paragraf berikut


dengan seksama!
Paragraf 4:
“Beberapa faktor penyebab karyawan PT Indo Tekstil Jakarta
mengadakan unjuk rasa di depan Kantor Depnaker. Jakarta (1).
Mereka menuntut kenaikan gaji sesuai dengan standar upah
minimum yang ditetapkan oleh Depnaker. (2). Unjuk rasa ini juga
menuntut kebijaksanaan yang adil berkaitan dengan promosi staf
dan kenaikan insentif (3). Selain itu mereka menuntut dibentuknya
SPSI yang dapat menjadi pengayoman karyawan (3). Begitulah
beberapa alasan karyawan mengadakan unjuk rasa (5).”

Paragraf di atas hanya memuat satu gagasan, yaitu beberapa faktor


penyebab unjuk rasa karyawan PT Indo Tekstil. Gagasan ini tertuang
dalam kalimat topik (1). Kalimat (2), (3), (4) berisi penjelasan alasan
untuk rasa. Ketiganya mendukung secara padu terhadap kalimat topik.
Sedangkan kalimat (5) merupakan penegasan kembali isi kalimat topik
dalam bentuk kalimat lain.
Di samping memiliki gagasan tunggal, paragraf di atas memiliki
ciri keruntutan dan kelengkapan. Dikatakan keruntutan, karena semua
kalimat penjelas (2), (3), (4) dituturkan secara runtut atau saling
bertautan dalam mendukung kalimat topik. Dikatakan memiliki ciri
kelengkapan, karena kalimat rincian telah menjelaskan (memerikan)
keseluruh isi yang terkandung dalam ide pengendali. Ide pengendali
kalimat topik paragraf di atas adalah beberapa faktor penyebab
karyawan PT Indo Tekstil mengadakan unjuk rasa. Kalimat (2), (3), (4)
menjelaskan beberapa faktor penyebab unjuk rasa, yaitu menuntut
kenaikan gaji, (2); menuntut kebijaksanaan yang adil terhadap pegawai
(3); dan menuntut dibentuknya SPSI sebagai pengayom karyawan (4).
4.7.1 Keutuhan
Di muka telah disebutkan, bahwa salah satu syarat paragraf yang
efektif adalah keutuhan. Paragraf dikatakan baik dan utuh apabila di
dalam paragraf itu hanya terdapat satu gagasan pokok. Jika ada ide lain
yang terkait sebaiknya dituliskan pada paragraf baru. Di samping itu,
setiap kalimat dalam paragraf harus memiliki hubungan langsung
dengan kalimat topik. Tidak dibenarkan apabila terdapat kalimat yang
tidak relevan dengan kalimat topik. Untuk pemahaman ini lihatlah
dengan seksama paragraf 5 berikut:
Paragraf 5:
“ Kemajuan berangsur-angsur dibuat orang dalam perjuangan
melawan kanker (1). Pada awal tahun 1900, sedikit sekali penderita
kanker yang mempunyai harapan bisa hidup panjang (2). Pada tahun
1930-an kurang dari seperlima penderita kanker bisa hidup lebih
dari lima tahun (3). Pada tahun 1950-an ratio itu menjadi 1 : 4. Ratio
itu sekarang ini menjadi 1 : 3 (4). Kemajuan dari seperempat menjadi
sepertiga itu berarti terselamatkannya 58.000 jiwa setiap tahun (5).”
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Paragraf 5 pada pokoknya mengemukakan perkembangan usaha


penanggulangan penderita kanker dari tahun ke tahun (1). Kalimat (2),
(3), (4), (5) merupakan bukti nyata perkembangan usaha
penanggulangan penderita kanker dari tahun ke tahun (1). Kalimat (2),
(3), (4), (5) merupakan bukti nyata perkembangan kalimat (2), (3), (4)
dan (5) mempunyai hubungan langsung dengan kalimat (1). Dengan
kata lain paragraf 5 merupakan paragraf yang memenuhi syarat
keutuhan.
Aspek lain yang harus diperhatikan dalam keutuhan adalah setiap
kalimat penjelas harus memberi penjelasan langsung atau merupakan
bukti gagasan pokok yang dituangkan dalam kalimat topik. Kadang-
kadang penulis tidak merasa, bahwa kalimat penjelas yang digunakan
untuk mendukung kalimat topik menyimpang. Apabila hal ini terjadi,
maka isi kalimat penjelas akan keluar dari topik (off the topic). Oleh
karena itu, penulis harus mengenali dengan seksama topik dan ide
pengendali yang ada dalam kalimat topik.
Paragraf 6:
“Kemajuan telah berangsur-angsur dibuat dalam perjuangan
melawan kanker (1). Pada awal tahun 1900, sedikit sekali penderita
kanker yang mempunyai harapan hidup panjang (2). Akan tetapi,
karena kemajuan teknologi dalam dunia kedokteran, kemajuan
penyembuhan kanker dewasa ini mencapai sepertiga penderita
dapat diselamatkan (3). Telah terbukti bahwa merokok merupakan
penyebab penyakit kanker paru-paru (4). Sayangnya, peperangan
melawan kanker itu belum berakhir dengan kemenangan (5).
Meskipun penyembuhan beberapa bentuk kanker sudah bisa
ditemukan, bentuk kanker lainnya muncul (6). Penyakit serangan
jantung dewasa ini juga meningkat (7)”.
Paragraf 6 merupakan paragraf yang tidak utuh karena kalimat (4) dan
(5) yakni “Merokok merupakan penyebab langsung kanker paru-paru”
dan “Penyakit serangan jantung dewasa ini juga meningkat”
merupakan kalimat yang tidak padu atau tidak mendukung kalimat
topik.

Perlatihan
Kembangkan kalimat topik berikut menjadi sebuah paragraf dengan
memperhatikan keutuhan gagasan pokok!
1. Terdapat beberapa dampak positif masuknya wisatawan asing ke
Indonesia.
2. Prosedur pengadaan barang dalam suatu institusi ada dua cara,
yaitu pembelian langsung dan melalui lelang.

4.7.2 Keruntutan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Untuk memperoleh keruntutan gagasan dalam paragraf, kalimat-


kalimat yang ada harus diperpautkan. Untuk maksud ini, dapat
dilakukan berbagai cara, antara lain:
a. Mengulang kata-kata kunci dari kalimat satu pada kalimat
berikutnya. Kata kunci ini biasanya kata/ frase yang menduduki
fungsi subjek, predikat,.dan objek. Kata tercetak miring merupakan
contoh pengulangan kata kunci.
Mahasiswa Politeknik Jurusan Mesin mengadakan praktik
lapangan di bengkel (1). Praktik lapangan ini berupa
pengoperasian mesin bubut dan mesin potong (2).

Frase praktik lapangan berfungsi sebagai objek dalam kalimat (1)


kemudian diulang pada kalimat (2) berfungsi sebagai subjek.
b. Menggunakan kata ganti dan atau kata bersinonim kata kunci
pada kalimat satu untuk kalimat berikutnya.
Contoh:
Setelah mengadakan praktik lapangan mahasiswa itu
mengadakan seminar di ruang Auditorium (1). Mereka saling
berargumentasi terhadap hasil praktiknya (2). Mereka
berdiskusi di Auditorium dipimpin oleh dosen pembimbing (3).

Kata mereka merupakan kata ganti dari kata mahasiswa dan kata
berdiskusi merupakan kata ganti seminar.
c. Menggunakan kata perangkai, baik berupa sepatah kata atau
lebih yang ditempatkan pada awal atau dekat awal kalimat.
Bandingkan kedua contoh dalam cuplikan berikut:
o Banyak TKI yang akan ke Malaysia terlantar di hutan Pulau
Batam. Para calo tenaga kerja tidak mau bertanggung jawab
terhadap nasib TKI.

o Banyak TKI yang akan ke Malaysia terlantar di hutan Pulau


Batam. Sementara itu, para calo tenaga kerja tidak mau
bertanggung jawab terhadap nasib TKI.
Kalimat pada cuplikan pertama kurang erat hubungannya. Seolah-olah
kedua kalimat itu tidak ada kaitannya. Dengan menambah perangkai
sementara itu pada awal kalimat kedua hubungan keduanya lebih erat,
seperti terdapat pada cuplikan kedua. Pada cuplikan kedua itu kata
perangkai memperpautkan kalimat kedua pada kalimat pertama,
sehingga terbentuk cuplikan yang runtut.
Di dalam bahasa Indonesia, kata perangkai (tanda transisi) banyak
macamnya. Berikut beberapa contoh kata perangkai, baik perangkai
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

dalam sebuah kalimat maupun perangkai antar kalimat, yang


dikelompokkan menurut tugasnya masing-masing:
Tabel Ungkapan Penghubung/Perangkai atau Tanda Transisi
No Fungsi Wujud Kata Perangkai/tanda Transisi
Dalam kalimat Antarkalimat
1 Mengenalkan ide dan Selanjutnya,
tambahan segi lain pada Lagi pula,
suatu gagasan Kedua,
Juga,
Sebagai tambahan,
2 Mengembangkan contoh seperti Contohnya,
atau gambaran Misalnya,
Sebagai ilustrasi,
3 Mengenalkan ide pilihan atau Selain itu,
Di samping itu,
Sebagai alternatif,
4 Menyatakan kebalikan, tetapi, Namun,
perbedaan,atau daripada Sebaliknya,
perbandingan Di sisi lain,
Di pihak lain,
5 Menyatakan hubungan karena Oleh karena itu,
sebab akibat sebab Oleh sebab itu,
maka Jika,
6 Mengemukakan Jadi,
kesimpulan Kesimpulannya,
Pendek kata,
Berdasarkan uraian
di atas,

Perlatihan :
Susunlah kalimat berikut dengan menggunakan kata perangkai yang
tepat, sehingga terbentuk paragraf yang runtut!
1. Tiba-tiba terlihat olehnya perigi yang dalam sekali.
2. Air tampak dari atas sangat jernih.
3. Ia berdoa agar memperoleh perlindungan-Nya.
4. Musafir itu telah beberapa hari berjalan mengarungi
padang pasir.
5. Air dan perbekalan lainnya telah habis.
6. Ia mengambil air itu dengan tali dan poci yang dibawanya.

4.7.3 Kelengkapan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Ketika anda membaca suatu tulisan, sering bertanya apa maksud/pokok pikiran dalam
bacaan ini?. Munculnya pertanyaan ini sering diakibatkan oleh informasi yang
terkandung dalam tulisan kurang lengkap. Ketidaklengkapan ini disebabkan oleh kurang
tepatnya janji penulis kepada pembaca dalam menuangkan pikirannya. Secara tersurat
janji penulis dinyatakan dalam kalimat topik, pada ide pengendali. Karena ide pengendali
merupakan sesuatu yang dijanjikan penulis, maka semua kalimat penjelas harus
mengungkapkan secara keseluruhan isi ide pengendali.

Contoh: Pada kalimat utama “Ada lima cara belajar yang efektif.” Yang dijanjikan penulis
dalam kalimat utama ini adalah lima cara yang efektif. Kelima cara itu harus secara rinci
dijabarkan dalam kalimat penjelas. Apabila hanya dikemukakan tiga atau empat cara,
maka paragraf yang bersangkutan tidak lengkap. Dengan kata lain penulis tidak
memenuhi janjinya untuk menuangkan sepenuhnya informasi yang telah dijanjikan.

Perlatihan:

Kembangkan kalimat topik berikut dengan kalimat penjelas yang dapat mengungkapkan
keseluruhan pikiran/isi yang terkandung di dalamnya.

1. Sebagian besar lulusan Politeknik segera memperoleh pekerjaan di industri jasa


dan manufaktur.
2. Banyak lembaga yang mensyaratkan kemampuan berbahasa Inggris sebagai
dasar penerimaan karyawan.

4.8 Rangkuman

Pada dasarnya syarat penulisan paragraf yang efektif itu ada tiga, yatiu keutuhan,
keruntutan, dan kelengkapan. Yang dimaksud dengan keutuhan adalah setiap paragraf
hanya terdiri atas satu gagasan yang utuhh. Semua kalimat yang ada harus berhubungan
langsung dengan kalimat topik. Yang dimaksud dengan keruntutan adalah adanya
hubungan yang runtut antara kalimat atau dengan kalimat yang lain dalam paragraf.
Adapun yang dimaksud dengan kelengkapan adalah isi paragraf yang menjelaskan secara
tuntus gagasan pokok yang ada dalam paragraf.

Pelatihan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

1) Carilah satu artikel yang dimuat dalam surat kabar, kemudian analisislah setiap
paragraf berdasarkan kriteria penulisan paragraf yang efektif!
2) Betulkanlah paragraf berikut dengan memperhatikan keutuhan, keruntutan, dan
kelengkapan.
“Turisme merupakan industri yang maju bagi negara bagian Hawai.
Tiap tahun lebih dari 3,2 juta turis mengunjungi pulau-pulau di
Hawai. Pada waktu musim salju, kapal-kapal laut dan pesawat
terbang yang penuh dengan turis berlabuh di kepulauan ini setiap
lima belas menit. Hotel-hotel baru, tempat-tempat rekreasi baru
terus dibangun untuk menampung para turis yang makin lama
makin banyak itu. Gula dan nanas juga merupakan industri penting
di Hawai.”

4.9 Cara Mendukung Gagasan dalam Paragraf

Pengetahuan dan pemahaman terhadap unsur dan syarat paragraf yang efektif akan
mendukung keberhasilan Anda dalam membuat paragraf. Namun demikian, belum tentu
tulisan Anda dapat menyakinkan pembaca akan kebenaran yang Anda tulis. Oleh karena
itu, Anda harus berusaha agar tulisan Anda dapat dipercaya oleh pembaca, yakni dengan
mendukung gagasan/ide yang tertuang dalam kalimat topik dengan memberi perincian
yang konkret. Bagaiman cara mendukung gagasan agar diperoleh perincian yang
konkret? Jawaban pertanyaan inilah yang memandu Anda agar dapat mengembangkan
paragraf dengan baik.

Ada beberapa cara pengembangan paragraf, yaitu dengan dukungan pendapat ahli,
statistik, ilustrasi, analogi, dan perbandingan. Pengembangan gagasan dengan dukungan
pendapat ahli/pakar dapat dilakukan dengan mengutip pendapat, baik secara langsung
maupun tidak langsung dan menuangkannya dalam kalimat penjelas. Dengan demikian,
pendapat ahli ini digunakan sebagai penguat kalimat penjelas dalam mendukung kalimat
topik. Dengan kata lain, fungsi pendapat ahli/pakar dalam paragraf adalah untuk
mendukung kejelasan informasi yang telah dipaparkan dalam bentuk kalimat penjelas
sebagai pendukung kalimat topik (gagasan utama) paragraf.

Agar lebih jelas, Anda cermati contoh paragraf-paragraf berikut.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Paragraf 7 : (dengan dukungan kutipan pendapat)

“Tidak ada bahasa di dunia ini yang paling baik (1). Setiap bahasa mempunyai
sistem kebahasaan tersendiri, yang berbeda antar bahasa satu dengan bahasa lain
(2). Dengan demikian, tidak ada bahasa yang lebih unggul di antara bahasa yang
lain (3). Trudgill mengatakan, “metologi ‘bahasa saya adalah bahasa yang paling
baik di dunia’ adalah salah” (4). Hal ini disebabkan sistem fonologi, morfologi, dan
sintaksis setiap bahasa berbeda (5).”

Paragraf 8 : (dengan dukungan statistik)

“Pada dekade tiga tahun terakhir ini peserta ujian masuk lokal Politeknik Malang
meningkat tajam (1). Hal ini dapat dilihat pada statistik peserta ujian masuk yang
disusun oleh bagian pengajaran Politeknik Universitas Brawaijaya (2). Pada tahun
1990 jumlah peserta ujian hanya 4500 orang (3). Pada tahun 1991 jumlah peserta
ujian naik menjadi 5250 (4). Kemudian, tahun 1992, naik menjadi 6400 (5).
Sementara itu, pada tahun 1993, jumlah peserta menjadi 7600 orang (b). Dari data-
data dapat disimpulkan kenaikan peserta ujian pada tiga tahun terakhir ini cukup
tajam, yakni  20 % /tahun (7).”

Paragraf 9 : (dengan dukungan ilustrasi)

“Dul Trong menyadari bahwa pelayarannya akan penuh resiko (1). Namun, ia juga
mengetahui bahwa ia tidak mempunyai pilihan lain, yakni harus pindah ke negara
lain (2). Pada suatu malam ia dan keluarganya beserta tiga puluh enam orang
Vietnam lainnya berlayar dengan perahu kecil yang sudah tua (3). Pelayaran
mereka seolah-olah mimpi buruk saja (4). Di tengah lautan mereka dibajak sampai
dua kali oleh Bajak laut (5). Perbekalan mereka disapu bersih oleh badai yang
mengamuk (16). Sebelas orang lanjut usia yang bersama mereka meninggal (7).
Sementara yang masih hidup menjadi setengah gila karena kekurangan makan dan
minum (8).”

Paragraf 10 (dengan dukungan analogi)


“Setiap mahasiswa harus menjadi penulis yang baik. (1). Penulis yang baik dapat dianalogikan sebagai pengemudi
yang baik (2). Pengemudi yang baik selalu memberi tanda dalam setiap mengarahkan mobilnya (3). Jika akan belok
kekanan memberi tanda (sign) ke kanan (4). Jika akan mendahului memberi tanda menyalip, dsb. (5). Begitu juga
penulis yang baik, harus memberi tanda-tanda transisi untuk mengubungkan bagian satu dengan yang lain, agar
terjalin pikiran yang utuh dan runtut (6)”
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Kalimat 2-5 merupakan analogi dari penulis yang baik (kalimat 1). Sedangkan kalimat 6 merupakan konfirmasi dari analogi
hal 2-5 untuk penulis yang baik.

Paragraf 11 (dengan dukungan perbandingan)

“Ford dan VW mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan (1). Keduanya dapat mengangkut lima orang (2).
Tempat duduk kedua mobi itu terbuat dari oscar yang baik (3). Selain itu, kedua mobil memberi jaminan 12000 mil
(4). Perbedaannya, Ford memiliki panjang 2,75 m, sedangkan VW hanya 2 m (5). Oleh karena itu, Ford memerlukan
tempat parkir yang lebih luas daripada VW (6). Di samping itu, Ford menggunakan mesin yang lebih besar dan
canggih, sehingga lebih stabil dan nyaman (7). Sementara itu, VW menggunakan mesin yang kecil dengan pendingin
udara, sehingga kurang stabil, mesin cepat panas dan tentunya kurang nyaman (8)”

Perlatihan:

1) Kembangkan setiap kalimat topik (gagasan utama) berikut dengan salah satu dari
kalimat cara mendukung gagasan paragraf (statistik, kutipan pendapat, ilustrasi,
analogi, perbandingan).

(1) Peristiwa tabrakan kereta api Citayaan beberapa bulan yang lalu sangat
mengerikan.
(2) Arus wisatawan manca negara meningkat pesat sekali setelah adanya Indonesia
Year 1990.
(3) Prinsup manajemen ada lima, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan penilaian.

2) Analisilah kedua paragraf berikut berdasarkan cara mendukung


gagasan yang digunakan!

Paragraf 1

“Sejak munculnya pesawat telepon telah membantu manusia berkomunikasi jauh.


Manusia tidak perlu lagi pergi jauh ke tempat orang lain yang akan diajak bicara,
sehingga memakan waktu dan biaya yang banyak. Dengan adanya pesawat telepon,
manusia dapat menghemat waktu dan biaya. Dan, pesawat telepon ini dapat
digunakan setiap saat tanpa ada batasnya, asal pelanggan mampu membayar
rekeningnya.”

Paragraf 2

“Sebagai bagian integral dari pendidikan di Politeknik, praktek di workshop sangat


menentukan keberhasilan mahasiswa politeknik. Artinya, keberhasilan praktek di
workshop, juga merupakan tuntutan bagi setiap mahasiswa politeknik. Salah satu
indikator lulusan yang memiliki keterampilan tinggi adalah keberhasilan praktek di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

workshop, sehingga mahasiswa terlatih dlam mewujudkan keahlian dalam


bidangnya.”

4.10 Jenis Paragraf

Jenis paragraf yang sering digunakan untuk menulis sebenarnya


banyak sekali. Hal ini bergantung pada sudut pandang yang digunakan
untuk penggolongan paragraf. Berkaitan dengan tujuan akhir
pembelajaran buku ajar ini, yakni dapat berkomunikasi keilmuan
dalam bentuk tulis yang baik, penggolongan paragraf di sini
didasarkan pada dua sudut pandang, yaitu berdasarkan: (1) posisi
kalimat topik dan (2) sosialisasi paragraf dalam suatu karangan.
Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
paragraf deduktif dan paragraf induktif. Paragraf deduktif yaitu paragraf yang posisi
kalimat topiknya (gagasan utama) terletak pada awal paragraf.

Secara visual paragraf deduktif digambarkan sebagai berikut.

Kalimat Utama

Kalimat- kalimat penjelas

Kalimat penyimpul (fakultatif)

Untuk memahami paragraf deduktif, Anda perhatikan contoh paragraf


11 di atas.
Paragraf induktif adalah paragraf dengan posisi kalimat topik terletak
pada akhir paragraf. Secara visual paragraf induktif dapat digambarkan
sebagai berikut.
Kalimat- kalimat penjelas

Kalimat- kalimat penjelas

Kalimat Utama/biasanya berupa penyimpul/generalisasi

Untuk memahami paragraf induktif perhatikan paragraf berikut.

Paragraf 12 (Paragraf Induktif)


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

“Dalam tahun 1980, ketika permintaan dan penyediaan tempat masih


berimbang, jumlah penumpang kereta api kelas satu tercatat 340.000 orang,
kelas dua 911.000, dan kelas tiga 15.138.000 (1). Dalam tahun 1985 jumlah itu
meningkat menjadi masing-masing 773.000 untuk kelas satu dan 3.130.000
untuk kelas dua (2). Dalam kurun waktu delapan tahun jumlah itu terus
meningkat, sehingga pada tahun 1988 penumpang kelas satu mencapai 928.000
orang atau hampir 300% (3). Dalam tahun yang sama penumpang kelas dua
mencapai 4.206.000 orang atau 460% (4). Dalam pada itu, penumpang kelas tiga
hanya mencapai 16.448.000 orang atau naik 8,6%, suatu kenaikan yang tidak
berarti (5). Terlihat bahwa kenaikan jumlah penumpang kereta api di setiap kelas
tidak seimbang dari tahun ke tahun, yang satu lebih besar dari pada yang lain
(6).”

Berdasarkan sosialisasi, hubungan antar paragraf dalam suatu karangan, paragraf


dibedakan atas tiga macam, yaitu (1) paragraf pendahuluan, (2) paragraf pendukung (isi)
dan (3) paragraf penutup. Penjelasan tentang jenis paragraf ini dapat dilihat pada bab IV.

Perlatihan :

1) Kembangkan dua kalimat topik berikut menjadi dua paragraf yang tuntas dengan
syarat :

a. Paragraf (1) posisi kalimat topik pada awal paragraf


b. Paragraf (2) posisi kalimat topik pada akhir paragraph
c. Kalimat topik :
 Akhir-akhir ini banyak karyawan perusahaan mengadakan unjuk rasa.
 Perkembangan teknologi yang cepat harus diimbangi kesiapan sumber daya
manusianya.

2) Termasuk jenis paragraf apakah kedua paragraf berikut ! Berikan tanda posisi
kalimat topik dan kalimat penjelas pada setiap paragraf.

Paragraf 1

Sejak munculnya pesawat telepon telah membantu manusia berkomuniaksi jarak


jauh. Manusia tidak lagi pergi jauh ke tempat orang lain yang akan diajak bicara,
sehingga memakan waktu dan biaya yang banyak. Dengan adanya pesawat
telepon, manusia dapat menghemnat waktu dan biaya. Dan mampu membayar
rekeningnya.

Paragraf 2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Sebagai bagian integral dari pendidikan di Politeknik, praktek di workshop sangat


menentukan keberhasilan mahasiswa Politeknik. Artinya keberhasilan praktek di
workshop, juga merupakan tuntutan bagi setiap mahasiswa politeknik. Salah satu
indikator lulusan yang memiliki ketrampilan tinggi adalah keberhasilan praktek di
workshop. Sehingga mahasiswa terlatih dalam mewujudkan keahlian dalam
bidangnya.

4.11 Rangkuman

Paragraf adalah seperangkat tulisan yang terdiri atas beberapa kalimat


yang saling menunjang untuk mendukung gagasan pokok. Paragraf
terbentuk atas tiga unsur, yaitu kalimat yang berisi gagasan utama
paragraf. Kalimat penjelas berisi uraian/rincian penjelasan isi kalimat
topik. Sedangkan kalimat penyimpul berisi ringkasan isi dan/atau
penegasan kembali kalimat topik.
Penyusun paragraf yang efektif harus memenuhi syarat keutuhan, keruntutan dan
kelengkapan. Agar pembuatan paragraf dapat dilakukan dengan mudah dan persuasif,
maka gagasan paragraf dapat didukung dengan menggunakan statistik, pendapat ahli,
ilustrasi, analogi dan perbandingan.

Jenis paragraf banyak sekali. Hal ini tergantung pada sudut pandang yang digunakan.
Berdasarkan posisi kalimat topik paragraf dibedakan atas paragraf deduktif dan paragraf
induktif. Sedangkan berdasarkan posisi paragraf di dalam karangan paragraf dibedakan
atas paragraf pendahuluan, paragraf pendukung dan paragraf penyimpul/penutup.

4.12 Evaluasi

A. Buatlah empat paragraf yang memenuhi syarat:


1. Unsur paragraf yang baik

2. Syarat paragraf yang efektif

3. Pengembangan dengan dukungan statistik, kutipan pendapat, ilustrasi dan


perbandingan.

4. Topik/gagasan sesuai dengan jurusan Anda.

5. Dua paragraf berjenis deduktif dan dua lainnya paragraf induktif.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

B. Analisislah paragraf berikut berdasarkan syarat-syarat seperti yang tertera pada soal
A.

Paragraf 1

“Bagi pemerintah, daerah industri merupakan aset penerimaan negara yang


sangat besar sehingga pemerintah berusaha membantu kelancaran proses
produksi dengan cara misalnya memberikan sarana-sarana dan fasilitas-fasilitas.
Sarana transportasi misalnya jalan, jembatan dan lain-lain. Sarana
telekomunikasi misalnya jaringan telefon, sarana informasi, listrik, air dan
lainnya. Ada sarana-sarana umum itu tidak hanya menguntungkan pihak
industri tapi juga masyarakat di sekitarnya di yang dapat juga menggunakan
sarana itu.”

Paragraf 2

“Ada dampak positif, ada juga dampak negatifnya. Limbah industri yang berupa
jelaga dari cerobong pabrik, air buangan pabrik dan segala buangan produk
obat-obatan anti hama seperti DDT dan bahan-bahan kimia lainnya, merupakan
sumber pencemaran lingkungan. Akibat atau bahaya yang ditimbulkan oleh
pencemaran lingkungan secara garis besar merugikan manusia. Tidak sedikit
petani tambak di Lamongan yang gagal panen karena ikannya banyak yang mati
tercemar oleh limbah limbah pabrik. Bahkan di Surabaya telah timbul
kehebohan akibat pencemaran yang cukup serius pada air minum di sana, dari
hasil penelitian diketahui bahwa kali Brantas sebagai bahan mentah pengolah
air minum Surabaya telah dicemari oleh limbah pabrik ini dapat mengakibatkan
sejumlah penyakit yang gejalanya bisa muncul dalam jangka yang singkat atau
jangka panjang.”

Paragraf 3

“Masyarakat yang hidup di daerah industri sebagian besar sudah mempunyai


standart hidup yang lebih baik sehingga biaya hidup menjadi tinggi. Harga
rumah di daerah industri begitu melambung tinggi dan terus meningkat
daritahun ke tahun. Demikian juga kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan,
biaya kesehatan dan lain-lain semuanya dirasakan melambung tinggi jauh
dibandingkan sebelum daerah tersebut menjadi daerah industri.”

Paragraf 4

“Kehidupan di daerah industri segalanya dihargai dengan uang. Motivasi untuk


mencari uang sangat besar karena didorong oleh situasi, kondisi dan fasilitas.
Situasi semacam ini merupakan iklim yang baik untuk perkembangan sifat
individualisme. Orang sibuk dengan urusan masing-masing seakan tidak ada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

waktu untuk orang lain. Kegotong-royongan merupakan sebuah slogan yang


hanya tersimpan rapi dalam kamus tanpa ada pelaksanaannya.”

BAB V

PENALARAN

5.1 Pendahuluan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita
selalu berpikir. Berpikir merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berpikir, dalam
benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata.
Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran,
misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan
secara sadar, tersusun daiam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk
sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang
disebut kegiatan bernalar.

Bernalar adalah berpikir tentang sesuatu (misalnya sebuah kenyataan.) dengan


berhati-hati untuk kemudian disusul dengan penilaian atau pemberian alasan. Bernalar
memang penting bagi setiap orang. Ambillah contoh yang sederhana seperti pada waktu
seseorang hendak menyeberangi jalan yang penuh dengan kendaraan. Bagaimanakah ia
harus melintasi jalan yang padat itu? Ia mulai memperhatikan arus lalu-lintas, arah
datangnya, serta kecepatannya. Memotong arus yang padat itu tentu tidak mudah.
Tetapi jika ia perhatikan lebih lanjut, ia akan dapat menemukan tempat yang
dikhususkan untuk penyeberangan. Pada tempat itu, pada saat-saat tertentu, tanda
aman akan menyala dan orang dapat menyeberang dengan aman. Tanda aman itu
berupa lampu hijau yang di tengahnya bergambar orang. Selama tanda aman belum
menyala,. orang tidak boleh menyeberang.

Kita lihat di sini proses bernalar berlangsung. Sebelum orang menyeberangi


jalan, ia menyadari kesulitan memotong arus lalu-Iintas. Dengan pengamatan dapat
dicari cara yang paling tepat. Untuk itu orang harus menggunakan pikiran sehat.
Akhirnya, lewat pertimbangan dengan berbagai alasan, orang mengambil putusan
mengenai cara menyeberang dan menentukan saat yang tepat.

Berdasarkan uraian di atas, dapatlah dicatat bahwa proses bernalar atau


singkatnya penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh
kesimpulan. Nalar memiliki beberapa makna. Sesuatu disebut nalar jika dianggap masuk
akal, atau logis; sebaliknya disebut bohong atau palsu. Dalam hal ini, nalar
menggambarkan sifat. Sudut pandang ini kita temukan dalam bahasa Jawa. Nalar dapat
juga bermakna pertimbangan atau alasan; kata bakunya adalah argumen. Jadi misalnya
saja, menurut nalarnya semua tindakannya sudah sesuai dengan ketentuan. Kita lihat di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

sini, nalar menyatakan benda, meskipun mujarad. (Periksa misalnya Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1992.)

Menurut Dewey (dalam Huppe dan Kaminsky, 1957) ada lima langkah dalam
proses bernalar itu. Kelima langkah itu ialah :

(1) merasakan kesulitan

(2) memberi batasan mengenai yang disebut kesulitan itu

(3) mengusulkan. penyelesaian yang mungkin

(4) memberikan. gambaran mengenai tautan usulan tersebut dengan


menimbang-nimbang

(5) menguji lebih lanjut pertimbangan yang telah diambil hingga akhirnya usulan
itu diterima atau ditolak.

Berikut ini Anda dapat memahami lebih jauh tentang tujuan, manfaat, konsep
dasar, dan jenis penalaran.

5.2 Tujuan

5.2.1 Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa mampu bernalar dengan tepat dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.

3.2.2 Tujuan Instruksional Khusus

 Mahasiswa dapat melakukan pengamatan terhadap fenomena, kemudian membuat


kesimpulan.
 Mahasiswa dapat membuat proposisiyang tepat nerdasarkan hasil pengamatan.
 Mahasiswa dapat mengembangkan penalaran dalam bentuk induktif maupu
deduktif.
 Mahasiswa dapat menulis berdasarkan penalaran yang benar, baik dalam bentuk
lkalimat, paragraph, maupun esei.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

5.3 Tujuan Penalaran

 Untuk Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara
rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
 Untuk meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.

 Untuk mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas


sistematis

 Untuk meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-


kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.

 Untuk melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

 Untuk mengetahui dan meningkatkan kecakapan yang mengacu pada


kesanggupan akal budi sehingga dapat mewujudkan pengetahuan ke dalam
tindakan.

5.4 Manfaat Penalaran

 Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional,
kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
 Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.

 Mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas


sistematis

 Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan


berpkir, kekeliruan serta kesesatan.

 Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

 Mengetahui dan meningkatkan kecakapan yang mengacu pada kesanggupan


akal budi sehingga dapat mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

5.5 Konsep Dasar Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera


(observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar.

Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha
menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju
kepada suatu kesimpulan. Penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai
suatu kesimpulan yang logis.

Penalaran (reasoning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-


hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu yang dianggap bahan
bukti, menuju pada suatu kesimpulan (Keraf, 1982; Moeliono, 1989). Dengan kata lain,
penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah
kesimpulan (pengetahuan atau keyakinan). Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat
berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera


(observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah
yang disebut menalar.

Proposisi dan Term

Terlebih dahulu harus diketahui apa yang dimaksud term dalam penalaran. Term
adalah kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan subjek atau predikat dalam sebuah
kalimat proposisi.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Contoh :

Semua tebu manis

Semua tebu term

manis term

Dalam kalimat Bumi adalah planet, kata bumi dan planet adalah term. Term dan
proposisi mempunyai hubungan yang erat. Proposisi adalah pernyataan tentang
hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi
adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek - predikat atau term - term yang
membentuk kalimat.

Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat. Dengan demikian, proposisi


pasti berbentuk kalimat, tetapi tidak setiapkalimat dapat digolongkan ke dalam
proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Kalimat Tanya,
kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inversi tidak dapat proposisi. Kalimat –
kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita
yang netral.

Kalimat berikut ini bukan proposisi.

a) Bangsa burungkah ayam ?


b) Mudah – mudahan adik tidak sakit.
c) Berdirilah kamu di pinggir pantai.
Kalimat – kalimat ini dapat diubah menjadi proposisi sebagai berikut.

a) Ayam adalah burung.


b) Adik tidak sakit.
c) Kamu berdiri di pinggir pantai.
Dari uraian di atas ini dapat dikatakan bahwa proposisi itu harus terdiri atas subjek
dan predikat yang masing – masing dapat diwujudkan dalam kelompoknya sehingga
dapat dilihat hubungan kelompok subjek dan kelompok predikat.

Dalam hal hubungan kelompok subjek dan kelompok predikat dalam proposisi,
seorang ahli logika bangsa Swis, Euler, yang hidup pada abad XVIII mengemukakan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

konsepnya dengan empat jenis proposisi dangan lima macam posisi lingkaran. Lingkaran
itu disebut Lingkaran Euler.

Keempat jenis proposisi itu adalah sebagai berikut.

1. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang
terdapat dalam predikat.
Semua S adalah P.

Semua sekat adalah semua tidak sakit.

S= P

2. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perangkat
predikat.
Semua S adalah P

Sebagian sepeda beroda

. P
s

Sebaliknya, suatu perangkat predikat merupakan bagian dari perangkat subjek.

Sebagian S adalah P.

Semua binatang adalah kera.

s P

3. Suatu perangkap yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.
Dengan kata lain, antara subjek dan predikat tidak terdapat relasi.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Tidak satu pun S adalah P.

Tidak seorang pun manusia adalah binatang.

s p

4. Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat


predikat.
Sebagian S tidaklah P.

Sebagian kaca tidaklah bening.

s p

Jenis – jenis proposisi

Proposisi dapat dipandang dari empat criteria, yaitu berdasarkan bentuknya,


berdasarkan sifatnya, berdasarkan kualitasnya, dan berdasarkan kuantitasnya.
Berdasarkan bentuknya, proposisi dapat dibagi atas proposisi tunggal dan proposisi
majemuk. Proposisi tunggal hanya mengandung satu pernyataan.

Contoh :

Semua petani harus bekerja keras.

Setiap pemuda adalah calon pemimpin.

Proposisi majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan.

Contoh :

Semua petani harus bekerja keras dan hemat.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Proposisi majemuk ini sebenarnya terdiri atas dua proposisi, yaitu :

Semua petani harus bekerja keras

dan

Semua petani harus hemat

Berdasarkan sifatnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi kategorial dan


proposisi kondisional. Dalam proposisi kategorial, hubungan antara subjek dan predikat
terjadi dengan tanpa syarat.

Contoh :

Semua bemo beroda tiga.

Sebagian binatang tidak berekor.

Dalam proposisi kondisional, hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan suatu
syarat tertentu. Syarat itu harus dipenuhi atau diingat sebelum peristiwa dapat
berlangsung.

Contoh :

Jika air tidak ada, manusia pasti mati.

Proposisi ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian sebab dan bagian akibat. Dalam
proposisi Jika air tidak ada, manusia akan mati unsur, sebab ialah Jika air tidak ada dan
unsur akibat ialah manusia akan mati. Unsur sebab disebut anteseden dan. unsur akibat
disebut konsekuen. Anteseden sebuah proposisi harus selalu mendahului konsekuen.
Kalau urutannya dibalik, kalimat itu bukanlah proposisi. Proposisi kondisional seperti di
atas disebut proposisi kondisional hipotetis. Di samping itu, ada pula proposisi
kondisional disfungtif. Proposisi kondisional disfungtif ini mengemukakan suatu alternatif
atau pilihan.

Contoh:

1) Amir Hamzah adalah seorang sastrawan atau pahlawan.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

2)TNI-AD baru saja membeli tank amphibi yang dapat berjalan di darat ataupun di
laut.

Berdasarkan kualitasnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi positif (afirmatif)


dan proposisi negatif. Proposisi positif (afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan
adanya persesuaian hubungan antara subjek dan predikat.

Contoh:

1) Semua dokter adalah orang pintar.

2) Sebagian manusia adalah bersifat sosial.

Proposisi negatif adalah proposisi yang menyatakan bahwa antara subjek dan predikat
tidak mempunyai hubungan. Dengan kata lain, proposisi negatif meniadakan hubungan
antara subjek dan predikat.

Contoh:

1) Semua harimau bukanlah singa.

2) Sebagian orang jompo tidaklah pelupa.

Dalam proposisi kondisional hipotesis, pokok persoalan terletak pada unsur


konsekuennya. Kalau konsekuennya positif, proposisi itu juga positif (afirmatif). Kalau
konsekuennya negatif, proposisi itu juga negatif. Unsur anteseden tidak memberi
pengaruh pada kualitas proposisi.

Contoh:

1) Jika hari panas, petani tidaklah bekerja. (negatif)

2) Jika hari tidak panas, petani menjadi senang (afirmatif).


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi universal. dan


proposisi khusus. Pada proposisi universal, predikat proposisi membenarkan atau
mengingkari seluruh subyeknya.

Contoh:

1) Semua dokter adalah orang pintar.

2) Tidak seorang dokter pun adalah orang yang tak pintar.

3) Semua gajah bukanlah kera.

4) Tidak seekor gajah pun adalah kera.

Kata-kata yang dapat membantu, menciptakan proposisi universal ini ialah.:

a) universal afirmatif : semua, setiap, tiap, masing- masing,apa pun juga

b) universal negative : tidak satu pun, tak seorang pun.

Pada proposisi khusus, predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari


sebagian subjeknya. Contoh:

1) Sebagian mahasiswa gemar olah raga.

2) Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.

3) Sebagian Pulau Jawa adalah Jawa Barat.

4) Tiddak semua Pulau Jawa adalah Jawa Barat.

Kata-kata yang dapat membantu menciptakan proposisi khusus ialah kata sebagian,
sebahagian, banyak, beberapa, string, kadang- kadang, dalam keadaan tertentu.

Bentuk-bentuk Proposisi

Berdasarkan kualitas (afirmatif dan negatif) dan kuantitas (universal dan umum),
ditemukan empat bentuk proposisi, yaitu sebagai berikut :

a) Proposisi Universal-Afirmatif dilambangkan A.

b) Proposisi Universal-Negatif dilambangkan E.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

c) Proposisi Khusus Afirmatif dilambangkan I.

d) Proposisi Khusus Negatif dilambangkan O.

Bagan di atas dapat dibaca sebagai berikut :

Proposisi A : Semua S adalah P

Proposisi E : Tidak satu pun S adalah P.

Proposisi I : Sebagian. S adalah P.

Proposisi O : Sebagian S tidaklah P.

Dalam, suatu proposisi, suatu term dapat bersifat tersebar dan dapat pula bersifat
tak tersebar. Suatu term dikatakan tersebar apabila term itu diambil atas seluruh
denotasinya dan term dikatakan tak tersebar apabila term yang diambil tidak atas
seluruh denotisinya. Dalam hal ini akan diperoleh ketentuan sebagai berikut :

Proposisi A : Subjek tersebar, predikat tidak tersebar.

Proposisi E : Subjek tersebar, predikat tersebar.

Proposisi I : Subjek tak tersebar, predikat tak tersebar.

Proposisi O : Subjek tak.tersebar, perdikat. tersebar.

5.6 Ciri Penalaran

Penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu:

 Pertama, adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika.
Adanya pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Kegiatan penalaran
merupakan proses berpikir logis, di mana berpikir logis di sini harus diartikan
sebagai kegiatan berpikir menurut pola-pola tertentu, atau dengan perkataan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

lain menurut logika tertentu. tegasnya, menurut logika berpikir yaitu :deduksi-
induksi, rasionalism-empirism, abstrak-kongkrit, apriori-aposteriori).

 Kedua, adanya proses analitik dari proses berpikirnya.


Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir analisis-
sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/penelitian). Sifat
analitik dari proses berpikirnya. Penalaran merupakan kegiatan berpikir dari yang
menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang
dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang
mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang
mempergunakan logika tersendiri.

5.7 Bentuk Penalaran

Bentuk penalaran secara dikelompokkan menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan
penalaran induktif.

5.7.1. Penalaran Deduktif

Penalaran yang simpulannya diturunkan dari serangkaian asersi umum yang


disepakati atau dianggap benar (disebut premis baik major maupun minor).

Penalaran deduksi adalah proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum
(prinsip, hukum, teori, atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan sesuatu
yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal yang khusus yang merupakan
bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu.

Proses penalaran deduktif berlangsung dalam 3 tahap:

1. Generalisasi sebagai pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan


generalisasi yang bersumber dari keyakinan atau pengetahuan yang sudah
diketahui dan diakui kebenarannya).
2. Penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu,
manusia dan besi.
3. Kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Kriteria Kebenaran Argumen Deduktif

• Kelengkapan
• Kejelasan
• Kesahihan
• Keterpercayaan
Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif adalah kebenaran logis bukan
kebenaran empiris (realitas).

Kriteria kebenaran logis:

1. Semua premis benar


2. Konklusi mengikuti semua premis
3. Semua premis dapat diterima)
Perlu diketahui, term adalah suatu kata atau frasa yang menempati fungsi subjek
atau predikat. Term predikat dari kesimpulan di atas adalah term mayor dari seluruh
silogisme. Subjek dari konklusi adalah term minor dari silogisme tersebut. Term yang
muncul pada kedua premis dan tidak muncul dalam kesimpulan disebut term tengah.
Term tengah ini menghubungkan premis mayor dan premis minor.

Penarikan simpulan deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak


langsung

1. Menarik Simpulan Secara Langsung

Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi
yang ditarik dari dua premis disebut

Simpulan tak langsung

Beberapa jenis penarikan konklusi secara langsung akan dipaparkan sebagai berikut :

a) Konversi

Konversi adalah sejenis penarikan secara langsung dengan prinsip-prinsip


sebagai berikut :

a. Subjek premis menjadi predikat simpulan


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

b. Predikat premis menjadi subjek simpulan


c. Kualitas premis sama dengan kualitas simpulan
d. Term yamg tak tersebar dalam premis, juga tak tersebar dalam
simpulan
Pada proposisi A, polanya sebagai berikut :

Semua S adalah P (premis)

Sebagian P adalah S (simpulan)

Contoh 1 :

Semua ikan berdarah dingin (premis)

Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan (simpulan)

Contoh 2 :

Semua sapi berwarna putih (premis)

Sebagian yang berwarna putih adalah sapi (simpulan)

Pada proposisi I, polanya sebagai berikut :

Tidak satu pun S adalah P (premis)

Tidak satu pun P adalah S (simpulan)

Contoh 1 :

Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat (premis)

Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk (simpulan)

Contoh 2 :

Tidak seekor serigala pun adalah singa (premis)

Tidak seekor singa pun adalah serigala (simpulan)


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Pada proposisi E, polanya sebagai berikut :

Sebagian S adalah P (premis)

Sebagian P adalah S (simpulan)

Contoh 1 :

Beberapa prajurit adalah gagah berani (premis)

Beberapa yang gagah berani adalah prajurit (simpulan)

Contoh 2 :

Beberapa kucing adalah jinak (premis)

Beberapa yang jinak adalah kucing (simpulan)

Konklusi tidak dapat dilakukan pada proposisi O.

b) Obversi

Oversi adalah suatu cara penarikan simpulan secara langsung dengan


ketentuan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Subjek premis sama dengan subjek simpulan


b. Predikat simpulan kontradiktori dengan predikat premis
c. Kuantitas simpulan kebalikan dari kualitas premis
d. Kuantitas simpulan sama dengan kuantitas premis
Pada proposisi A, polanya sebagai berikut :

Semua S adalah P (premis)

Tidak satu pun S adalah tak P (simpulan)

Contoh 1 :

Semua rudal adalah senjata berbahaya (premis)

Tidak satu pun rudal adalah tidak senjata berbahaya (simpulan)

Contoh 2 :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Semua boiler adalah penghasil energi (premis)

Tidak satu pun penghasil energi adalah buakan broiler (simpulan)

Pada proposisi E, polanya sebagai berikut :

Tidak satu pun S adalah P (premis)

Semua S adalah tak P (simpulan)

Contoh 1 :

Tidak seekor pun harimau adalah singa (premis)

Semua harimau adalah bukan singa (simpulan)

Contoh 2 :

Tidak seekor pun kucing adalah anjing (premis)

Semua kucing adalah bukan anjing (simpulan)

Pada proposisi I, polanya sebagai berikut :

Sebagian S adalah P (premis)

Sebagian S tidaklah bukan P (simpulan)

Contoh 1 :

Beberapa tokoh politik adalah para sarjana (premis)

Beberapa tokoh politik tidaklah bukan para sarjana (simpulan)

Contoh 2 :

Beberapa koruptor adalah pejabat (premis)

Beberapa koruptor tidaklah bukan pejabat (simpulan)

Pada proposisi O, polanya sebagai berikut :

Sebagian S tidaklah P (premis)


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Sebagian S adalah tak P (simpulan)

Contoh 1 :

Sebagian minyak tidaklah barang impor (premis)

Sebagian minyak adalah tak barang impor (simpulan)

Contoh 2 :

Sebagian TKI tidaklah wanita (premis)

Sebagian TKI adalah tak wanita (simpulan)

c) Kontraposisi

Kontraposisi adalah suatu jenis pengambialn simpulan dengan prinsip-


prinsip sebagai berikut :

a. Subjek simpulan adalah kontradiktori predikat premis


b. Prediakat simpulan adalah subjek premis
c. Kualitas simpulan tidak sama dengan kualitas premis
d. Tidak ada term yang tersebar
Pada proposisi A, polanya sebagai berikut :

Semua S adalah P (premis)

Tidak satu pun S adalah tak P (simpulan)

Tidak satu pun tak P adalah S (simpulan)

Contoh 1 :

Semua gajah adalah berbelalai (premis)

Tidak satu pun gajah adalah tak berbelalai (simpulan)

Tidak satu pun yang tak berbelalai adalah gajah (simpulan)

Contoh 2 :

Semua sapi adalah bertanduk (premis)


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Tidak satu pun sapi adalah tak bertanduk (simpulan)

Tidak satu pun yang tak bertanduk adalah sapi (simpulan)

Pada proposisi E, polanya sebagai berikut :

Tidak satu pun S adalah P (premis)

Semua S adalah tak P (simpulan)

Sebagian tak P adalah S (simpulan)

Contoh 1 :

Tak seorang pun pejabat miskin (premis)

Semua pejabat adalah tak miskin (simpulan)

Sebagian yang tak miskin adalah pejabat (simpulan)

Contoh 2 :

Tidak seekor pun tikus berkaki dua (premis)

Semua tikus adalah tak berkaki dua (simpulan)

Sebagian yang tak berkaki dua adalah tikus (simpulan)

Pada proposisi O polanya sebagai berikut :

Sebagian S tidaklah P (premis)

Sebagian S adalah tak P (simpulan)

Sebagian tak P adalah S (simpulan)

Contoh 1 :

Sebagian jembatan bukan besi (premis)

Sebagian jembatan adalah tak besi (simpulan)

Sebagian tak besi adalah jembatan (simpulan)


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Contoh 2 :

Sebagian manusia bukan makluk sosial (premis)

Sebagian manusia adalah tak makhluk sosial (simpulan)

Sebagian tak makluk sosial adalah manusia (simpulan)

Ketiga macam menarik simpulan langsung itu dapat dilihat contohnya dibawah ini :

1. Premis : Semua pemain adalah para pemuda (A)


Simpulan konversi : Sebagian pemuda adalah pemain (I)

Simpulan obversi : Tidak seorang pun pemain adalah tak pemuda (E)

Simpulan kontraposisi : Tidak seorang pun tak pemuda adalah pemain (E)

2. Premis : Tak seorang pun pejabat adalah pencuri (E)


Simpulan konversi : Tak seorang pun pencuri adalah pejabat (E)

Simpulan obversi : Semua pejabat adalah tak pencuri (A)

Simpulan kontraposisi : Sebagian tak pencuri adalah pejabat (I)

3. Premis : Sebagian yang bercahaya adalah bintang (I)


Simpulan konversi : Sebagian bintang adalah bercahaya (I)

Simpulan obversi : Sebagian yang bercahaya tidaklah tak bintang (O)

4. Premis : Sebagian binatang tidak berekor (O)


Simpulan obversi : Sebagian binatang adalah tak berekor (I)

Simpulan kontraposisi : Sebagian tak berekor adalah binatang (I)

5. Premis : Semua pembalap adalah laki-laki (A)


Simpulan konversi : Sebagian laki-laki adalah pembalap (I)

Simpulan obversi : Tidak seorang pun pembalap adalah tak laki-laki (E)

PROPOSISI KONVERSI OBVERSI KONTRAPOSISI


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

A I E E

Semua S adalah P Sebagian P adalah S Tak satu pun S adalah tak Tak satu pun tak P adalah
P S

E E A I

Tak satu pun S adalah P Tak satu pun P adalah S Semua S adalah tak P Sebagian tak P adalah S

I I O -

Sebagian S adalah P Sebagian P adalah S Sebagian S tidaklah tak P

O - I I

Sebagian S tidaklah P Sebagian S adalah tak P Sebagian tak P adalah S

Simpulan kontraposisi : Tidak seorang pun tak laki-laki adalah pembalap (E)

2. Menarik simpulan Secara tidak langsung

 Silogisme
Silogisme adalah suatu proses proses penalaran yang menghubungkan dua
proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang
merupakann proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di
dalamnya (Keraf, 1982).

Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas 3 bagian: premis mayor, premis
minor, dan kesimpulan. Yang disebut dengan premis adalah proposisi yang menjadi
dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme,
merupakan generalisasi atau proposisi yang dianggap benar bagi semua unsur atau
anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau tengah dari
silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menunjuk sebuah kasus atau
peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan adalah proposisi yang
menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi
anggota-anggotanya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Pada umumnya berstruktur silogisma sehinga disebut penalaran/argumen logis


(logical argument).

Contoh 1 :

Premis mayor : Semua binatang menyusui berparu-paru.

Premis minor : Kucing adalah binatang menyusui.

Konklusi : Kucing berparu-paru.

Contoh 2 :

Premis mayor : Semua tumbuhan memerlukan cahaya

Premis minor : Padi adalah tumbuhan

Konklusi : Padi memerlukan cahaya

Contoh 3 :

Premis mayor : Semua logam yang dipanaskan dapat memuai

Premis minor : Emas adalah logam

Konklusi : Emas dapat memuai

Silogisme dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu :

a) Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang terdiri dari tiga proposisi. Dua
proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis
yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus
disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek
simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.

Contoh 1:

Semua manusia bijaksana.

Semua polisi adalah manusia.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Jadi, semua polisi bijaksana.

Contoh 2:

Semua mahasiswa diwajibkan untuk belajar.

Rendi adalah seorang mahasiswa.

Rendi diwajibkan belajar.

Catatan: jika tidak ada term penengah, maka simpulan tidak dapat diambil.
Pada contoh 2, term penengahnya adalah Rendi.

Aturan umum silogisme Kategorial adalah sebaga berikut.

1. Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan
term penengah.
Contoh 1:

Semua atlet harus giat berlatih.

Xantipe adalah seorang atlet.

Xantipe harus giat berlatih.

Term mayor = Xantipe.

Term minor = harus giat berlatih.

Term penengah = atlet.

Contoh 2:

Semua tumbuhan dikotil berakar tunjang.

Mangga adalah tumbuhan dikotil.

Mangga berakar tunjang.

Term mayor = mangga.

Term minor = berakar tunjang.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Term penengah = tumbuhan dikotil.

Jika term lebih dari tiga term, maka tidak dapat ditarik
kesimpulan.

Contoh 3:

Gambar itu menempel di dinding.

Dinding itu menempel di tiang.

Dalam premis ini terdapat empat macam term yaitu gambar, menempel
di dinding, dinding, dan menempel di tiang. Sehingga tidak dapat ditarik
kesimpulan.

2.Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor,
dan simpulan.
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh 1:

Semua semut bukan ulat.

Tidak seekor ulatpun adalah manusia.

Contoh 2:

Semua buku bukan papan tulis.

Tidak sebuah papan tulispun adalah pensil.

4.Bila salah satu premisnya adalah negatif, simpulan pasti negatif.


Contoh 1:

Setiap guru yang akan mengikuti sertifikasi minimal harus bergelar


Sarjana

Pak Rahman adalah guru SD yang berijasah Diploma 1.

Pak rahman tidak dapat mengikuti sertifikasi guru.

Contoh 2:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Semua balita yang sudah berumur lebih dari dua tahun tidak diwajibkan
lagi minum air susu.

Dimas adalah balita yang berumur tiga tahun.

Oleh sebab itu, Dimas tidak diwajibkan lagi minum susu.

5.Dari premis yang afirmatif, akan dihasilkan simpulan yang afirmatif.


6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:

Sebagian orang jujur adalah petani.

Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.

Jadi,...

7.Bila salah satu premisnya khusus, smpulan akan bersifat khusus.


Contoh:

Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.

Sebagian pemuda adalah mahasiswa.

Maka, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.

8.Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak
dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:

Beberapa manusia adalah bijaksana.

Tidak seekor binatang pun adalah manusia.

Jadi, ...

Bentuk-bentuk silogisme

1. Term penengah + term mayor MP

Term minor + term penengah SM


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Jadi, term minor + term mayor SP

2. Term mayor + term penengah PM

Term minor + term penengah SM

Jadi, term minor + term mayor SP

3. Term penengah + term mayor MP

Term penengah + term minor MS

Jadi, term minor + term mayor SP

4. Term mayor + term penengah PM

Term penengah + term minor MS

Jadi, term minor + term mayor SP

b) Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi kondisional hipotesis. Kalau premis minornya membenarkan
antesenden, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya
menolak antesenden, simpulanya juga menolak konsekuen.

Contoh 1:

Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.

Besi dipanaskan.

Jadi besi memuai.

Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.

Besi tidak dipanaskan.

Jadi, besi tidak akn memuai.

Contoh 2:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Jika manusia minum, manusia akan memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya.

Manusia minum.

Jadi manusia memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya.

Jika manusia tidak minum, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan cairan
tubuhnya.

Manusia tidak minum.

Jadi manusia tidak akan memenuhu kebutuhan cairantubuhnya.

c) Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif. Kalu premis minornya membenarkan salah satu
alternatif, simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh 1:

Dia adalah seorang kiai atau profesor.

Dia seorang kiai.

Jadi, dia bukan seorang profesor.

Dia adalah seorang kiai atau profesor.

Dia bukan seorang kiai.

Jadi, dia seorang profesor.

Contoh 2:

Alasan seorang wanita berkerudung adalah untuk berdandan atau


memenuhi kewajibannya.

Alasan seorang wanita berkerudung bukan hanya untuk berdandan.

Jadi, alasan seorang wanita berkarudung adalah untuk memenuhi


kewajibannya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

d) Entimem
Dalam kenyataan sehari-hari kita jarang menggunakan bentuk silogisme secara
lengkap. Demi kepraktisan, bagian silogisme yang dianggap telah dipahami,
dihilangkan (Guinn dan Marder, 1987). Inilah yang disebut entimem.

Contoh 1:

Premis Mayor : Semua rentenir adalah pengisap darah orang yang sedang
kesusahan.

Premis Minor : Pak Jadam adalah rentenir.

Kesimpulan : Jadi, Pak Jadam adalah pengisap darah orang yang sedang
kesusahan.

Kalau proses berpikir diungkapkan seperti itu rasanya akan kaku dan tidak praktis.
Oleh karena itu, kita akan mengatakannya dalam bentuk entimem, “Pak Jadam
adalah rentenir, yang mengisap darah orang yang sedang dilanda kesusahan.”

Contoh 2:

Premis Mayor : Semua bunga memiliki keharuman yang khas.

Premis Minor : Mawar adalah bunga.

Kesimpulan : Mawar memiliki keharuman yang khas.

Untuk mengetes keabsahan sebuah entimem, kembalikanlah pada silogisme asal


yang lengkap, dengan mengacu pada prinsip-prinsip silogisme di atas.

5.7 2. Penalaran Induktif

1. Generalisasi

Generalisasi atau perampatan ialah proses penalaran yang bertolak dari


sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunkan dari
gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau
studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian,
pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, social, ekonomi, atau hukum. Dari
berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap,penilaian,
keyakinan, atau perasaan tertentu (Guinn dan Marder, 1987).

Hal-hal yang digunakan untuk menguji keabsahan Penalaran generalisasi

a. Apakah jumlah gejala atau peristiwa khusus yang dijadikan dasar generalisasi
tersebut cukup memadai? Tergantung keluasan generalisasi itu. Tidak ada jawaban
yang pasti mengenai jumlah gejala itu. Akan tetapi, semakin banyak data yang
digunakan, akan semakin baik hasil generalisasi itu. Sebagai contoh, kita bertemu
dengan sepuluh orang penjudi. Ternyata, mereka juga peminum. Dari temuan itu lalu
kita menggeneralisasi bahwa penjudi adalah juga peminum. Betulkah generalisasi
itu? Data itu terlalu sedikit dibandingkan dengan populasi penjudi lalu, apa yang
harus kita lakukan agar generalisasi yang kita buat diterima? Pertama, cari data
tambahan agar representatif. Kedua, jika data sudah memadai, maka
penyimpulannya diawali dengan kata atau frase pewatas tertentu, seperti sebagian
besar, dari penelitian itu, bertolak dari data di atas dan cenderung.

b. Apakah gejala atau peristiwa yang digunakan sebagai bahan generalisasi


merupakan contoh yang baik, yang dapat mewakili keseluruhan atau bagian yang
dikenai generalisasi? Contoh, Anda akan meneliti anak-anak remaja pelaku kriminal.
Sampel yang dipilih ialah para remaja pelaku kriminal dari keluarga yang orang
tuanya miskin atau sangat kaya. Dari data yang terkumpul ditariklah kesimpulan
bahwa para remaja perilaku kriminal berasal dari keluarga yang kekurangan atau bisa
jadi berlebih. Betulkah kesimpulan itu? Belum tentu! Bagaimana anak remaja yang
berasal dari keluarga menengah? Apakah faktor pendorong perilaku kriminal anak
hanya sesutu yang bersifat materiil? Bagaiimana dengan pendidikan keluarga atau
keadaan lingkungan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

c. Seberapa banyak kekecualian yang tidak sesuai dengan generalisasi yang


dilakukan? Kalau jumlah kekecualian itu terlalu banyak, maka generalisasi itu tidak
sah. Kalau jumlahnya sedikit, maka perumusan generalisasi itu harus dilakukan hati-
hati kita harus cermat menggunakan kata atau frasa semua, setiap, seluruh, selalu,
biasanya, cenderung, pada umumnya, sebagian besar, rata-rata, atau kebanyakan.

d. Apakah perumusan generalisasi itu sesuai dengan data-data yang diteliti?


Kalau generalisasiitu menggunakan kata semua atau setiap misalnya, betulkah
semua data yang ada telah diteliti? Jangan-jangan hanya sebagian kecil saja!

Contoh 1:

“Para peneliti dari University of Minnesota melakukan kajian untuk mencari formula
yang dapat mengurangi resiko kematian akibat penyakit jantung. Mereka meneliti
34.486 wanita pascamenopause. Sebagian dari mereka diminta untuk
mengkonsumsi banyak kacang-kacangan, minyak sayuran, dan margarine yang
banyak mengandung vitamin E. dari studi itu ditemukan orang yang memakan
makanan yang banyak mengandung vitamin E, memiliki resiko kematian akibat
penyakit jantung yang lebih rendah 50% dibandingkan dengan orang yang sedikit
mengkonsumsi makanan seperti itu.”

Contoh 2

Mahasiswa Politeknik Negeri Malang jurusan Teknik Kimia mengadakan riset


tentang pentingnya PST bagi hewan ternak. Riset ini dilakukan pada 20 ekor sapi
perah. Masing-masing diberikan asupan PST dengan kadar yang sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh sapi perah tersebut dalam melakukan aktivitas metaboliknya. Dari
hasil riset tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa PST dapat meningkatkan
produktivitas susu sapi perah.

2. Analogi
“Hawa nafsu adalah kuda tunggangan yang akan membawamu meraih ambisi.
Dan agama adalah kendali untuk mengendalikan tungganganmu agar tidak liar,
mementalkan, menyeret, dan menginjak-injak dirimu.” Hawa nafsu dianalogikan
dengan kuda tunggangan, dan agama adalah tali kekangnya. Analogi itu dilakukan
karena antara sesuatu yang dibandingkan dengan pembandingnya memiliki
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu
yang abstrak atau rumit secara konkrit dan mudah dicerna. Namun, bukan analogi
metaforis atau analogi deklaratif (penjelas) seperti itu yang dimaksud di sini. Analogi
tersebut tidak memberikan simpulan atau pengetahuan apa pun.

Analogi yang dimaksud di sini adalah analogi induktif atau analogi logis. Analogi
induktif (kias) adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau
gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah
kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik diantara
dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan “Apa yang berlaku pada satu hal
akan pula berlaku untuk hal lainnya.” Dengan demikian, dasar kesimpulan yang
digunakan merupakan cirri pokok atau esensial yang berhubungan erat dari dua hal
yang dianalogikan.

Dalam riset medis, misalnya, para peneliti mengamati berbagai efek dari
bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti mencit (tikus putih) dank era,
yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia.
Dari kajian itu akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang
ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.

Contoh 1 :

“Dr. Maria C. Diamond tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap
pertumbuhan cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan.
Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah hormone yang isinya serupa
dengan pil. Hasilnya, tikus-tikus memperlihatkan pertumbuhan cerebral cortex yang
sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormone itu.
Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond, seorang professor anatomi dari University of
California, menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak
penggunanya.” (Salmon, 1989)

Contoh 2 :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Setiap tahun di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan selalu
dilanda bencana banjir. Hal ini dikarenakan banyak hutan-hutan yang digunduli. Di
Pulau Jawa hutan sudah digunakan untuk pemukiman penduduk, sedangkan di Pulau
Sumatera kebakaran hutan tak terelakkan. Semua ini mengakibatkan kurangnya
penyerapan air oleh akar-akar pepohonan. Seperti halnya kepala yang botak dan
sedikit rambut akan membutuhkan sedikit air untuk membersihkannya. Tetapi jika
sebuah kepala semakin botak bahkan gundul maka tidak lagi memerlukan air untuk
membersihkan demikian juga dengan hutan yang gundul tidak mampu lagi utntuk
menyerap air.

Contoh 3 :

Pertadingan tim sepak bola Arema di kandang selalu diramaikan oleh puluhan
ribu Aremania. Tim lawan dibuat ketakutan sebelum pertandingan berlangsung
dengan yel-yel dan semangat aremania. Seolah-olah tim lawan merasa berada di
kandang singa yang siap mencabik-cabiknya. Mbamba striker Arema seperti taring
singa yang siap merobek-robek jala lawan.

3. Hubungan kausal (Sebab-Akibat)


Menurut hukum kausalita semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam
rangkaian sebab akibat. Tak ada satu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa
penyebab. Cara berpikir seperti ini, sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti halnya di dunia ilmu pengetahuan.

Sebagai contoh, ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera
memunguti pakaian yang sedang dijemurnya, tindakannya itu terdorong oleh
pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) pertanda akan turun hujan (akibat).
Hujan (sebab) akan menjadikan pakaian yang dijemurnya basah (akibat).

Corak penalaran kausalitas ini dapat terwujud dalam pola: sebab ke akibat,
akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.

Berdasarkan paparan di atas, penalaran kausalitas memiliki karakteristik berikut:


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

- Satu atau beberapa gejala (peristiwa) yang timbul dapat berperan sebagai sebab
atau akibat, atau sekaligus sebagai akibat dari gejala sebelumnya dan sebab
gejala sesudahnya.
- Gejala atau peristiwa yang terjadi dapat ditimbulkan oleh satu sebab atau lebih,
dan menghasilkan satu akibat atau lebih.
- Hubungan sebab dan akibat dapat bersifat langsung dan tak langsung.
Contoh 1 :

“Di Amerika, diabetes yang tak terkontrol menjadi penyebab utama kebutaan, dan
menduduki peringkat ke-4 penyakit yang terbanyak menimbulkan kematian. Penyakit
diabetes yang tak terkontrol ini juga menimbulkan resiko tinggi penyakit jantung,
ginjal, dan syaraf.

Akhir-akhir ini ada kabar yang baik untuk penyembuhan diabetes. Suntikan
insulin tidak lagi diperlukan untuk sebagian besar penderita diabetes. Untuk jenis
diabetes tertentu, yang biasanya menyerang orang-orang lanjut usia atau orang
dewasa yang kelebihan berat badan, dapat disembuhkan dengan diet dan olahraga.”

Contoh 2 :

Awal tahun 2008 para peneliti IPB mempublikasikan hasil penelitiannya tentang
kandungan susu formula yang beredar di Indonesia. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa dari sample beberapa merk susu yang diteliti, hamper 80%
mengandung bakteri berbahaya Enterobacter Zaka Zaki. Berita tersebut
mengakibatkan penurunan yang sangat drastis pembelian susu formula berbgai merk
dalam 1 bulan terakhir. Anehnya, pihak peneliti juga masih merahasiakan merk-merk
apa saja yang mengandung bakteri berbahaya tersebut.Hal ini sangat membuat
panik para ibu yang memiliki bayi.

5.6 Penalaran Ilmiah

Untuk dapat memahami secara lebih baik seta menerapkan aspek penalaran
yang diuraikan pada bagian terdauhlu, perlu pula dipahami beberapa hal mengenai
penalaran. Pada bagian berikut ini akan dibahas beberapa konsep yang berhubungan
dengan penalaran, khususnya penalaran ilmiah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Ilmu ialah bangunan pengetahuan yang tersusun secara sistematik dan diperoleh
melatui proses ilmiah yang menggunakan penalaran ilmiah. Ciri utama penalaran ini
ialah logis dan analitis. Logis berarti bahwa penalaran itu dilakukan sesuai dengan alur
atau pola penalaran deduktif yang rasional dan penalaran induktif yang empiris;
sedangkan analitis berarti dilakukan menurut langkah tertentu sebagai konsekuensi
digunakannya kedua alur penalaran tadi.

Proses ilmiah seperti yang dikemukakan oleh John Dewey mencakup lima
langkah pokok sebagai berikut :

1) Mengenali dan merumuskan masalah


Proses ilmiah selalu dimulai dengan pengamatan terhadap sesuatu yaitu
tcrhadap gejala-gejala atau fakta-fakta. Pengamatan itu mempertemukan
manusia dengan masalah sehubungan dengan gejala yang diamati itu.
Masalah itu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.

2) Menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis

Masalah yang dihadapi perlu dicarikan jawabannya. Karena masalahnya


merupakan fakta maka jawabannya juga harus dicari berdasarkan fakta.
Akan tet.api, dalam proses ilmiah jawaban itu tidak dapat diberikan secara
langsung melainkan harus melalui jawaban sementara yang bersifat tentatif,
artinya masih harus diuji kebenarannya. Untuk mendapatkan jawaban
sementara itu, perlu disusun terlebih dahulu kerangka-kerangkap piker
berlandaskan pada teori yang sesuai dengan masalah yang dihadapi..

3) Merumuskan hipotesis

Berdasarkan teori yang disusun maka dapatlah dibuat suatu silogisme


dengan premis mayornya berupa proposisi dari teori dan premis minornya
berupa proposisi sehubungan dengan masalah. Kesimpulan yang ditarik dari
kedua proposisi itulah yang merupakan jawaban sementara untuk masalah
yang dihadapi. Proses penarikan. kesimpulan tersebut merupakan proses
deduktif.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Dengan penarikan kesimpulan yang bersifat deduktif itu, jawaban yang


diperoleh akan bersifat konsisten, tidak bertentangan, dan sejalan dengan
teori, yang telah ada (tentu saja dengan syarat bahwa teori yang dipakai
sebagai premis mayor tepat, dan penarikan kesimpulannya dilakukan secara
sah).

4) Menguji hipotesis

Karena hipotesis baru merupakan jawaban yang bersifat sementara maka


langkah berikutnya ialah menguji hipotesis itu dengan data empiris. Untuk
memperoleh data itu diperlukan langkah-langkah yang menuntut
persyaratan sehubungan dengan metode penelitian, teknik dan instrumen
pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, teknik analisis, dan
sebagainya. Kesimpulan empiris yang dikumpulkan dan dianalisis itu
merupakan hasil proses induktif. Dengan data inilah dilakukan pengujian
hipotesis : apakah data itu mendukung atau menolak hipotesis.

5) Menarik Kesimpulan

Langkah terakhir dalam proses penalaran ilmiah ialah menarik kesimpulan.


Kesimpulan itu, merupakan jawaban masalah yang sejalan/sesuai dengan
teori dan berkoresponden dengan kenyataan empiris. Dengan demikian
jelaslah bahwa penalaran ilmiah dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan
fakta pula; keduanya dihubungkan dengan teori yang dipakai sebagai
landasan penyusunan hipotesis.

5.8 Rangkuman

1. Penalaran adalah proses berpikir untuk menarik sebuah kesimpulan dari


beberapa fakta atau bukti yang logis.
2. Ciri-ciri penalaran adalah :
- melalui proses berpikir analitik yakni pola-pola tertentu yang
sesuai dengan logika

- adanya fakta atau bukti yang mencakup beberapa sudut pandang

3. Bentuk penalaran :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

a. Penalaran deduktif. Rincian penalaran ini meliputi;

- silogisme
- entimem
b. Penalaran induktif. Rincian penalaran ini meliputi ;

- generalisasi
- analogi
- sebab-akibat
Perlatihan

1) Sebutkan bentuk penalaran !


2) Buatlah contoh masing-masing bentuk penalaran!

BAB V1
E S E I/WACANA

6.1 Pendahuluan

Setelah dapat membuat paragraf dengan baik, Anda dapat


mengembangkan kemampuan menulis dalam skala yang lebih luas,
yakni dalam bentuk mengakumulasi gagasan/ide yang dikemas dalam
sebuah tulisan yang utuh, runtut dan padu. Tulisan yang berisi satu
topik yang utuh, runtut, dan padu inilah yang dikenal dengan esei.
Apakah pengertian esei? Unsur-unsur dan syarat apa sajakah pembentuk esai?
Bagaimana cara pengembangan esei? Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
dapat memandu Anda untuk dapat menulis esei dengan efektif.

6.2 Tujuan

6.2.1 Tujuan Umum

Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat mengidentifikasi ciri-ciri, unsur-
unsur, dan syarat-syarat penulisan esei sehingga dapat menulis esei yang efektif.

6.2.1 Tujuan Khusus


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat :


 membuat paragraf pendahuluan dengan baik.
 mengembangkan pernyataan tesis dalam paragraf pendahuluan ke dalam paragraf
pendukung atau tubuh esei secara padu, runtut, dan tuntas.
 membuat paragraf penutup/penyimpul sebagai bagian akhir esei; dan
 membuat esei yang lengkap berdasarkan pada pengembangan urutan kronologis,
devisi logika, sebab-akibat, dan perbandingan..

6.3 Pengertian Esei/Wacana

Ada beberapa pendapat tentang esei/wacana. Pada mulanya konsepsi esei


adalah suatu tulisan yang berkaitan dengan penilaian, pertimbaangan, komentar tentang
karya karangan yang terdiri atas beberapa paragraf dan memuat satu topik (1991:61).
Sedangkan Alice Oshima dan Ann Hoque berpendapat, esei adalah seperangkat tulisan
yang terdiri atas beberapa paragraf, tidak hanya satu atau dua paragraf dan berisi satu
topik. Hal ini sama dengan paragraf. Perbedaannya topik di dalam esei lebih panjang dan
kompleks apabila ditulis dalam satu paragraf. Oleh karena itu, topik di dalam esei harus
ditulis menjadi beberapa paragraf. Masing-masing paragraf berisi satu gagasan yang
merupakan bagian dari topik esei(1985:77)

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, gagasan/topik suatu esei tidak harus


berkaitan dengan produk sastra. Topik esei dapat berupa berbagai macam aspek
kehidupan, baik fiktif maupun nonfiktif. Dengan demikian dapat disimpulkan, esei adalah
seperangkat tulisan yang terdiri atas lebih dan dua paragraf yang saling mendukung
terhadap gagasan/topik utama.

Pada dasarnya menulis esei hampir sama dengan menulis paragraf. Prinsip
pengorganisasian dan cara pengembangannya hampir sama. Perbedaannya, menulis esei
lebih panjang daripada menulis paragraf. Oleh karena itu, apabila Anda dapat menulis
paragraf dengan baik, Anda akan dapat menulis esei dengan baik pula.

Diagram berikut menunjukkan kepada Anda, bahwa bagian-bagian paragraf


berkorespondensi (berhubungan) dengan bagian-bagian esei.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

ESEI

Paragraf pendahuluan

Pertanyaan umum

Pertanyaan Tesis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

PARAGRAF

Kal. Topik/kal utama

Kal- kal penjelas

Kal. Penyimpul

Kalimat Topik

Kalimat Penjelas
Paragraf isi atau tubuh esei
Kalimat Penjelas
. Kal. Topik/kal
Kalimat utama
Penjelas
Kal- kal penjelas

Kal. Penyimpul

Kal. Topik/kal utama

Kal- kal penjelas

Kal. Penyimpul

. Paragraf penutup
Ringkasan isi /penegasan
kembali.pernyataan tesis

6.4 Unsur Esai


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

6.4.1 Paragraf Pendahuluan

Mengacu pada pengertian di atas, esai terdiri atas beberapa unsur, yakni paragraf
pendahuluan, tubuh esei (paragraf pendukung), dan paragraf penyimpul/penutup.

Rencana penulisan karngan. Dengan kata lain, paragraf pendahuluan


terdiri atas dua bagian, yaitu:
a. Pernyataan umum (general statement) yang berisi latar belakang munculnya topik
dan/atau ungkapan yang menarik pembaca terhadap topik yang akan disajikan.
b. Pernyataan tesis (thesis statement) yang berisi pemaparan secara tersurat
topik/gagasan dan/atau subtopik. Pernyataan tesis dalam esei pada dasarnya sama
dengan kalimat topik di dalam paragraf. Dengan demikian, pernyataan tesis ini
merupakan ide pewatas (controlling ideas) atau subbagian topik yang luas. Oleh
karena itu, pernyataan tesis dapat dikatakan sebagai ‘janji’ penulis yang akan
dikembangkan di dalam tubuh esei.

Agar lebih jelas, Anda perhatikan contoh paragraf pendahuluan berikut.

Contoh (1) Paragraf pendahuluan

Kecenderungan lulusan pendidikan tinggi saat ini telah bergesr (1). Semula
lulusan pendidikan tinggi berkecenderungan ingin bekerja di instansi pemerintah
atau menjadi pegawai negeri (2). Namun, sejak awal tahun 1990 lulusan pendidikan
tinggi lebih cenderung untuk menjadi karyawan perusahaan swasta (3). Sebagai
contoh, tahun 1990-1993 99% lulusan pendidikan tinggi Politeknik bekerja di
perusahaan swasta, baik manufaktur maupun jasa (4). Memang, menjadi karyawan
perusahaan swasta memiliki banyak keuntungan, misalnya gaji yang tinggi, jaminan
kesejahteraan hidup, kebebasan peningkatan profesionalisme (5).

Kalimat (1) sampai dengan kalimat (4) merupakan pernyataan umum, yakni
mengemukakan kondisi-kondisi pergeseran kecenderungan lulusan pendidikan tinggi
dalam pekerjaan. Sedangkan kalimat (5) merupakan pernyataan tesis, yakni
mengemukakan beberapa keuntungan menjadi karyawan perusahaan swasta.
Sebenarnya kalimat (5) merupakan subtopik dari kalimat (3) … lebih cenderung menjadi
karyawan perusahaan swasta.

Dengan demikian, Anda dapat dengan mudah mengenali isi yang akan dikembangkan
dalam tubuh esei, yakni keuntungan menjadi karyawan perusahaan swasta seperti yang
tersurat dalam kalimat (5).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Disamping berisi latar belakang munculnya topik/pernyataan tesis, pernyataan umum


dapat juga berisi kalimat-kalimat ‘sensasional’, yakni, kalimat yang dapat menimbulkan
daya tarik pembaca terhadap topik/pernyataan tesis yang akan disajikan dalam esai.
Misalnya: Akhir-akhir ini Jawa Timur digoncangkan unjuk rasa anti SDSB (1).

Berdasarkan kedua contoh paragraf pendahuluan di atas dapat disimpulkan paragraf


pendahuluan mempunyai fungsi:

 mengemukakan alasan munculnya topik;


 menarik pembaca terhadap topik yang akan dikemukakan dalam esei;
 menginformasikan kepada pembaca tentang topik/tesis esei, dan
 memudahkan penulis dalam mengembangkan/mengorganisasikan topik/tesis dalam
tubuh esei.
Yang perlu Anda perhatikan, cara yang efektif dalam membuat paragraf pendahuluan,
meliputi ;

a. menguraikan kondisi-kondisi faktual yang berkaitan dengan topik;


b. mengemukakan alasan, baik alasan keilmuan, kebergunaan, maupun alasan lainnya
berkaitan dengan munculnya topik.
c. menuangkan secara jelas topik yang akan dikembangkan; dan
d. menguraikan topik menjadi subtopik-subtopik.

Kedua cara yang pertama (a dan b) digunakan untuk membuat


pernyataan umum. Sedangkan kedua cara terakhir (c dan d) digunakan
untuk membuat pernyataan tesis.
Dengan demikian, penulisan paragraf pendahuluan diawali dengan kalimat-kalimat yang
berisi kondisi umum subjek (topik) dengan maksud menarik perhatian pembaca dan
menyampaikan latar belakang topik. Kemudian, diikuti kalimat yang lebih khusus
daripada kalimat sebelumnya. Akhirnya, diikuti kalimat yang lebih khusus lagi, yang
disebut pernyataan tesis.

Perhatian pembaca dan menyampaikan latar belakang topik. Kemudian, diikuti kalimat
yang lebih khusus daripada kalimat sebelumnya. Akhirnya, diikuti kalimat yang lebih
khusus lagi, yang disebut pernyataan tesis.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Penulisan paragraf pendahuluan dapat digambarkan sebagai ‘sebuah corong’.

Bagian atas sangat lebar, bagian tengah agak mengecil dan bagian bawah (leher corong)
sangat kecil. Anda perhatikan gambar berikut.

pernyataan umum

pernyataan tesis

Perlatihan :

1) Betulkan bagian-bagian paragraf pendahuluan (2) berikut yang tidak tepat.


2) Tulislah kembali paragraf tersebut setelah Anda betulkan
3) Berilah tanda/keterangan pernyataan umum dan pernyataan tesis paragraf
pendahuluan (3).

Paragraf pendahuluan (2)

Pengaruh Era Globalisasi dewasa ini telah menyebar ke setiap aspek


kehidupan. Banyak dampak-dampak positif yang dapat kita nikmati, misalnya:
terbukanya lapangan pekerjaan, kita dapat mengenyam pendidikan yang lebih
memadai. Di samping itu ada dampak-dampak negatif dari Era Globalisasi
misalnya: adanya pergaulan bebas, masuknya kebudayaan asing yang dapat
merusak budaya bangsa.

Paragraf pendahuluan (3)

Ketenagakerjaan merupakan masalah besar di hampir semua negara, baik


negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia sendiri hal tersebut
menjadi masalah yang cukup pelik. Indonesia sebagai negara berkembang
yang sedang melaksanakan pembangunan di semua sektor, membutuhkan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Peningkatan kualitas sumber


daya manusia dapat dilakukan melalui jalur pendidikan, jalur pelatihan, dan
jalur pengembangan di tempat kerja.

2) Buatlah dua paragraf pendahuluan dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Topik berkisar pada jurusan Anda.


b. Pernyataan umum harus mengemukakan latar belakang topik dan/atau dapat
menimbulkan daya tarik pembaca.
c. Pernyataan umum harus menggambarkan perincian topik atau disebut subtesis.
d. Berilah tanda yang berbeda antara pernyataan umum dengan pernyataan tesis.
6.4.2 Tubuh Esei/Paragraf pendukung

Setelah dapat membuat paragraf pendahuluan dengan baik, langkah berikutnya


Anda mengembangkan pernyataan tesis ke dalam tubuh esei. Pengembangan
pernyataan tesis ini berupa penjelasan isi/uraian isi tesis dalam beberapa paragraf
pendukung. Oleh karena itu, tubuh esei disebut juga paragraf pendukung/paragraf isi.
Jumlah paragraf pendukung di dalam esei sangat bergantung pada keluasan pernyataan
tesis. Semakin luas pernyataan tesis semakin banyak paragraf pendukung. Sebaliknya,
semakin spesifik pernyataan tesis semakin sedikit paragraf pendukung. Hal ini
disebabkan, pernyataan tesis merupakan “janji” penulis yang akan dijelaskan di dalam
paragraf pendukung.

Agar dapat dengan mudah menguraikan pernyataan tesis ke dalam paragraf pendukung
Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.

(1) Deskripsikan aspek-aspek yang merupakan bagian penyataan tesis secara jelas
dan tuntas!
(2) Buatlah kerangka (out line) tubuh esei berdasarkan pada hasil deskripsi
pernyataan tesis.
(3) Kembangkan masing-masing rincian pernyataan tesis menjadi paragraf
pendukung!
(4) Kembangkan/organisasikan tubuh esei berdasar pada pola pengembangan esei,
seperti urutan kronologis, devisi logika, hubungan sebab-akibat dan persamaan-
perbandinagn.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Petunjuk 1 dan 2 hanya perlu digunakan oleh penulis pemula, karena


sangat membantu untuk mengembangkan pernyataan tesis ke dalam
tubuh esei. Hal ini berbeda dengan penulis yang sudah terampil
(profesional). Penulis yang demikian akan dengan mudah
mengembangkan topik/tesis apabila paragraf pendahuluan telah ditulis
dengan baik. Hal ini disebabkan kerangka tubuh esei
dikembangkan/dijabarkan dari pernyataan tesis yang tertuang di dalam
paragraf pendahuluan.
Pembuatan kerangka tubuh esei (2) dapat dilakukan berdasar pada dua
prinsip, yaitu persamaan nilai dan paralel. Yang dimaksud dengan
prinsip persamaan nilai adalah pembuatan kerangka tubuh esei tubuh
esei dengan memberi penomoran/tanda yang sama pada bagian-bagian
yang setaraf nilainya. Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip
paralel adalah pembuatan kerangka tubuh esei dengan menggunakan
unsur kebahasaan yang sama untuk menjabarkan bagian-bagian tubuh
esei.
Untuk memahami lebih jauh tentang prinsip pembuatan kerangka
tubuh esei.
Anda perhatikan contoh berikut.
Contoh kerangka Esei
Pernyataan Tesis
Adapun yang menjadi faktor penyebab kenakalan remaja adalah
faktor yang bersifat intern dan faktor yang bersifat ekstern.
Faktor intern datangnya dari dalam diri anak itu sendiri yang
berkaitan dengan kejiwaan, misalnya, frustasi, kegagalan dalam
mencapai sesuatu yang diinginkan, yang bisa menimbulkan
tindakan-tindakan negatif sebagai penyaluran tekanan batin yang
ada dalam dirinya. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang
berasal dari luar diri anak, misalnya, faktor keluarga, faktor
lingkungan dan faktor masyarakat.
Batang tubuh :
1) Faktor-faktor yang berasal dari dalam (intern)
 Faktor kejiwaan.
 Frustasi.
 Kegagalan dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkan serta
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
 Sebagai penyaluran tekanan batin yang dimiliki.

2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam luar (ekstern).


 Faktor Keluarga
 Kurangnya kasih sayang dan perhatian
 Orang tua yang bersikap otoriter
 Faktor lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

 Faktor Masyarakat

3) Kesimpulan

Kenakalan remaja merupakan masalah yang memerlukan perhatian karena banyaknya kasus kenakalan remaja
telah menjurus ke arah kejahatan. Bahkan, sebagian di antaranya tergolong tindak kriminal yang dapat
meresahkan masyarakat. Kenakalan remaja bukanlah pembawaan lahir, melainkan pembawaan yang
dipengaruhi pula oleh faktor-faktor yang turut membangun pribadi remaja, faktor tersebut adalah intern dan
faktor ekstern. Apabila para orang tua cukup menaruh perhatian pada tanggung jawab dalam melaksanakan
fungsinya sudah tentu akan memiliki pribadi yang baik. Begitu pula halnya masyarakat dan lingkungan juga turut
andil dalam menentukan baik buruknya masyarakat manusia, khususnya remaja, untuk menjadikan manusia
yang berakhlak dan suka menjunjung tinggi kesusilaan.

Contoh tersebut merupakan gabungan dua prinsip pembuatan kerangka tubuh esei,
yaitu prinsip persamaan dan prinsip paralel. Angka romawi I sampai dengan III disusun
berdasarkan prinsip persamaan nilai, karena masing-masing merupakan subtesis. Huruf
besar (A, B, C), dst, masing-masing paragraf sehingga menjadi paragraf pendukung yang
tuntas. Untuk maksud ini, Anda perlu memperhatikan syarat-syarat berikut.

1) Kepaduan (unity), artinya semua paragraf pendukung harus menampakkan


hubungan isi yang erat serta secara serentak mendukung pernyataan tesis yang ada
dalam paragraf pendahulu. Kepaduan di dalam esei pada dasarnya sama dengan
kepaduan dalam paragraf. Bedanya, keutuhan dalam esei menampakkann hubungan
yang menyatu antara paragraf satu dengan paragraf yang lain. Sedangkan keutuhan
dalam paragraf menampakkan kesatuan isi antar kalimat.
2) Keruntutan (coherence), artinya adanya keterpaduan paragraf satu dengan
paragraf yang lainnya dalam kapasitas nya mendukung pernyataan tesis. Untuk
menjaga keruntutan antar paragraf dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu urutan
kronologis dan dengan tanda-tanda transisi. Keruntutan dengan cara urutan kronologis
dilakukan dengan mengemukakan paragraf pendukung berdasarkan urutan, baik
waktu, peristiwa maupun proses (lihat cara pengembangan/pengorganisasian esei).
Keruntutan dengan menggunakan tanda transisi dapat dilakukan dengan
menempatkan frase/ungkapan penghubung pada awal setiap paragraf sesuai dengan
paragraf yang bersangkutan. Tabel berikut menunjukkan jenis dan fungsi
frase/ungkapan penghubung yang lazim digunakan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Tabel

Ungkapan Penghubung/Tanda Transisi Antarparagraf

No. Fungsi Bentuk Tanda Transisi

1. Mengenalkan ide tambahan Selanjutnya,

Kemudian,

Kedua,

2. Mengenalkan ide pilihan Selain itu,

Disamping itu,.

3. Mengenalkan ide pertentangan Namun,

Di pihak lain,

4. Mengenalkan contoh/gambaran Sebagai contoh,

Misalnya,

Umpamanya,

5. Menyatakan hubungan sebab Oleh sebab itu,


akibat.
Oleh karena itu,

6. Menunjukkan kesimpulan Pendek kata,

Jadi,

Berdasarkan uraian di atas,

3) Ketuntasan (Totality), artinya paragraf pendukung/tubuh esei harus menjelaskan


secara tuntas menyeluruh isi pernyataan tesis yang terdapat di dalam paragraf
pendahuluan. Hal ini mengimplikasikan keluasan isi pernyataan tesis. Dengan
demikian, isi paragraf pendukung harus mencerminkan keluasan isi pernyataan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

tesis. Apabila isi paragraf pendukung sejalan/setara dengan isi pernyataan tesis,
maka esei tersebut dapat disebut memenuhi syarat ketuntasan. Dengan kata, lain
penulis esei telah memenuhi “janjinya” kepada pembaca, yakni menjelaskan
seluruh isi pernyataan tesis ke dalam tubuh esei.

Untuk membantu pemahaman terhadap ketiga syarat pengembangan tubuh esei, Anda
perhatikan contoh esei berikut.

Contoh Esei (1)

PERAN SEKRETARIS

Banyak orang berpendapat, wanita yang menjadi sekretaris


selalu menjadi isteri simpinan bosnya. Memang, ada sebagian yang
seperti itu, tetapi masih lebih banyak sekretaris yang benar-benar
menjalankan tugas sesuai dengan profesinya. Peran sekretaris di
perkantoran sangat diperlukan, misalnya sebagai pelaksana
kesekretariatan, sebagai pemegang rahasia perusahaan, sebagai
pengelola orang lain, sebagai pekerja pembantu pimpinan dan sebagai
pengelola waktu. Di samping itu, sekretaris mempunyai peran ganda
yaitu sebagai sekretaris pimpinan yang harus selalu siap mendengarkan
masalah-masalah yang diutarakan pimpinan baik masalah yang
berhubungan dengan kantor ataupun yang berhubungan dengan keluarga.
Peran Sekretaris di Perkantoran.

Sekretaris sebagai pelaksana kesekretariatan mempunyai 3


macam peran. Yang pertama adalah menangani satu atau beberapa
macam tugas misalnya sebagai pengetik surat, pencatat surat yang
masuk dan keluar. Yang kedua adalah menangani sebagian besar atau
keseluruhan tugas kesekretariatan. Lingkup tugasnya biasanya adalah
hanya untuk seorang atasan dan sering dilakukan seorang diri misalnya
sekretaris direktur. Yang ketiga adalah sebagai penanggung jawab
kesekretariatan. Lingkup tugasnya adalah menunjang kelancaran kerja
suatu organisasi.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaksana kesekretariatan
yang mengelola informasi dan komunikasi, sekretaris dituntut untuk
dapat berperan sebagai pemegang rahasia. Dalam hal ini sekretaris
dituntut untuk menyimpan semua rahasia yang berhubungan dengan
jabatannya misalnya ia mempunyai tugas untuk menangani surat untuk
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

pimpinan, dalam hal ini dia harus dapat menjamin bahwa semua surat
yang ditandatanganinya tidak akan diketahui isinya oleh siapapun
kecuali pimpinan. Demikian juga bila dia bertugas sebagai pencatat
hasil keputusan rapat, maka dia juga harus dapat menjamin bahwa
hasil keputusan rapat tersebut tidak akan diketahui oleh pihak-pihak
lain yang tidak boleh mengetahuinya.
Sekretaris sebagai pengelola orang lain, dilihat dari perannya
sebagi pelaksana kesekretariatan, dapat diketahui bahwa ia dapat
mempunyai bawahan. Jadi sekretaris akan mempunyai kewajiban
mengelola bawahannya dalam pelaksanaan tugas-tugas kesekretariatan
untuk menunjang kelancaran organisasi. Selain itu, sekretaris pribadi
juga akan mempunyai tugas mengelola orang lain yaitu atasannya
misalnya mengatur jadwal kegiatan harian atasan, mengatur janji temu
antara atasan dengan tamu-tamunya, mengatur aktivitas kunjungan
atasan dan sebagainya. Orang lain yang dikelola sekretaris adalah para
tamu perusahaan atau para tamu pimpinan. Sehubungan dengan salah
satu tugas sekretaris yaitu tugas resepsionis, maka sekretaris akan
berhubungan dengan masalah tamu. Dalam hal ini sekretaris berperan
sebagai pengelola para tamu tersebut sehingga mereka dapat tercapai
tujuannya dalam bertamu dengan baik.

Sekretaris sebagai pekerja pembantu pimpinan atau atasan, di


sini perannya adalah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan atasan atau
pimpinan yang sifatnya kecil tetapi mempunyai arti atau pengaruh
yang besar terhadap atasan tetapi atasan tidak sempat menanganinya
misalnya mengurus surat-surat untuk para pimpinan, menyusun
laporan, membuat jadwal perjalanan dinas, menyiapkan minum untuk
para tamu, menyiapkan segala sesuatu yang akan dibawa untuk
perjalanan dinas, membuat perjanjian melalui telepon dan sebagainya.
Karena tugas atau pekerjaan-pekerjaan semacam itu akan menunjang
kelancaran tugas pimpinan atau atasan, maka sekretaris sering disebut
sebagai usur penunjang bagi para pimpinan atau atasan.
Sekretaris sebagai pengelola waktu, bila dilihat dari perannya
yang lain maka sekretaris dituntut untuk dapat mengelola waktunya
dengan baik. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilannya dalam
menjalankan setiap perannya. Jadi seorang sekretaris dituntut untuk
dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk melaksanakan
peran-perannya.

Peran Ganda Sekretaris.


Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, seorang
sekretaris dituntut untuk selalu siap menjadi penmdengar setia bila
atasannya mengutarakan segala masalah yang dihadapinya, baik itu
berhubungan dengan pekerjaan ataupun yang berhubungan dengan
keluarga. Disinilah kita dapat melihat peran ganda seorang sekretaris.
Selain sebagai sekretaris dalam bidang perkantoran, ia dituntut untuk
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

menjadi semacam isteri pengganti di kantor. Menurut DR. Johana E.


Pawitrasari Hadiyono, hal tersebut terjadi karena sekretaris
menghabiskan banyak waktunya untuk melayani kebutuhan
profesional atasannya dan banyak dimintai pertimbangan tentang
urusan pribadi atasan.
Bila pimpinan mempunyai masalah yang berhubungan dengan
kantor atau perusahaan, ia akan berusaha mencari jalan keluar dengan
cara membicarakan masalah tersebut dengan seseorang yang
mempunyai hubungan dekat dengannya di kantor tersebut dan
mungkin bahkan pasti sekretarislah tempat ia membicarakan masalah
tersebut. Atasan berharap agar sekretaris bersedia ikut membantu
memecahkan masalah itu. Masalah-masalah yang biasa muncul adalah
berkaitan dengan maju mundurnya perusahaan, bagaimana keadaan
perusahaan pada waktu itu dan langkah-langkah apa yang perlu
diambil untuk mengatasinya. Biasanya juga masalah yang berhubungan
dengan karyawan misalnya masalah gaji, asuransi, kesejahteraan,
keselamatan dan kesejahteraan kerja, pembagian kerja dan sebagainya.
Dan, masalah yang paling penting adalah masalah keuangan
perusahaan karena masalah ini menyangkut keseluruhan dari
organisasi perusahaan.
Pimpinan atau atasan dalam hal ini yang sudah berkeluarga
kadang-kadang mempunyai masalah dengan keluarganya. Sekretaris
sebagai orang yang terdekat di kantor merupakan pilihan yang terbaik
untuk dijadikan tempat menceritakan masalah itu. Walaupun sekretaris
tidak dapat membantu memecahkan masalah tersebut, biasanya dengan
menceritakan masalah tersebut kepada orang lain atasan akan merasa
lega dan tidak mempunyai beban lagi rasanya. Sebutan yang paling
tepat unutk hubungan antara atasan dan sekretaris selain atasan dan
bawahan adalah sahabat.

Di samping itu, sekretaris dituntut untuk melayani pimpinan


misalnya membuat minuman, mengatur jadwal makan dan memberi
semangat kepada pimpinan. Sekretaris tentu berharap atasannya selalu
dalam keadaan sehat baik fisik maupun mentalnya sehingga dapat
menjalankan tugas dengan baik dan cepat secara logis dalam
mengambil keputusan. Oleh karena itu, sekretaris mengatur jadwal
makan atasannya agar dapat makan dengan teratur untuk menjaga
kesehatannya.
Setelah mengetahui peran sekretaris, kita harus mengakui bahwa
peran sekretaris di perkantoran sangat diperlukan. Hubungan yang
sangat dekat antara sekretaris dan atasannya itulah membuat
masyarakat awam curiga dan berprasangka macam-macam. Padahal
hubungan yang dekat inilah yang dituntut karena seorang sekretartis
harus dapat mengenal dengan baik karakteristik atasannya, sehingga
diharapkan ia dapat membantu dalam kesibukan dan dalam
memecahkan kesulitan yang dihadapi atasannya, memberi semangat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

kepada atasan dan menyederhanakan cara serta mempercepat proses


penyelesaian suatu pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil yang
diharapkan. Di samping itu, peran ganda sekretaris sangat diperlukan
karena dengan mendengarkan masalah-masalah yang dihadapi atasan,
ia dapat mengetahui kondisi atasannya sehingga ia tahu apakah
pimpinannya sanggup mengambil keputusan yang logis? Apakah
pimpinan dapat menjalankan tugas sesuai dengan jadwal atau perlu
penundaan yang sudah ditetapkan?

6.4.3 Paragraf Penutup


Setelah dapat membuat uraian/penjelasan isi pernyataan tesis ke
dalam tubuh esei (paragraf pendukung) dengan efektif, Anda dapat
mengakhiri suatu esei dengan membuat paragraf penutup penyimpul.
Paragraf ini dapat berupa ringkasan isi tubuh esei dan/atau penegasan
kembali pernyataan tesis.
Pembuatan paragraf penutup yang berupa ringkasan isi tubuh esei
dapat Anda lakukan dengan mengakumulasikan kalimat topik setiap
paragraf pendukung.
Rumusan paragraf penutup yang demikian biasanya diawali dengan
ungkapan penghubung. Berdasarkan uraian di atas, jadi,
kesimpulannya, pendek kata, dsb.

Sedangkan pembuatan paragraf penutup yang berupa penegasan


kembali pernyataan tesis dapat Anda lakukan dengan mengungkapkan
kembali pernyataan tesis yang tertera di dalam paragraf pendahuluan.
Rumusan paragraf yang demikian biasanya diawali dengan kata
keterangan modalitas, demikian, memang, tepat sekali, dsb.

Perlatihan
1. Bacalah esei berikut (esei 2) dengan cermat!
2. Analisislah esei tersebut berdasarkan:
a. Unsur esei
b. Syarat-syarat esei
1) bentukan
2) keruntutan
3) ketuntasan

6.5 Pengembangan Esei


Pemahaman terhadap cara pembuatan paragraf pendahuluan, cara dan
syarat-syarat pembuatan tubuh esei, dan cara pembuatan paragraf
penutup akan sangat membantu Anda dalam keterampilan menulis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

esei, bahkan, dapat merupakan modal dasar untuk menulis dalam skala
yang lebih kompleks. Namun demikian, pemahaman terhadap ketiga
aspek tersebut belum cukup untuk memudahkan pemahaman pembaca
terhadap isi esei. Dengan kata lain, penulis esei harus menggunakan
pola-pola tertentu untuk mengembangkan esei agar mudah dipahami
oleh pembaca. Pola pengembangan esei dapat dilakukan dengan empat
cara, yaitu dengan urutan kronologis, devisi logika, sebab-akibat, dan
persamaan-perbandingan.
Pengembangan esei dengan urutan kronologis dapat dilakukan
dengan memaparkan isi pernyataan isi di dalam tubuh esei berdasar
pada urutan/susunan sekuensial. Urutan ini dapat berupa urutan waktu,
peristiwa, proses, maupun mekanisasi sistem tertentu. Untuk
memahami hal tersebut, Anda perhatikan contoh esei berikut ini.

Contoh esei (2)


SEPUTAR JEMBATAN SUKARNO - HATTA

Jembatan Soekarno Hatta adalah jembatan yang memiliki banyak fungsi. Salah
satunya, sebagai penghubung jalur UB dan kampus baru POLINEMA. Selain itu,
digunakan oleh sebagai tempat memasang reklame dan bendera kampanye partai
politik, dan sebagai tempat tongkrongan kaum muda saat malam hari. Salah satu
contohnya, menjelang PEMILU berlangsung banyak bendera partai politik yang
dipajang sepanjang jembatan soekarno hatta. Berikut ini akan diuraikan mengenai
seputar jembatan Soekarno Hatta yang meliputi tata letak, kondisi jembatan, dan
suasananya,

Jembatan Soekarno Hatta terletak di tempat yang strategis. Jembatan ini


dibangun di atas sungai dengan panjang kurang lebih mencapai 50 meter dan
lebarnya 6 meter. Jembatan yang berujung pada perempatan ini, menghubungkan
antara Jl. MT.Haryono, Jl. M. Panjaitan dan pintu gerbang Universitas Brawijaya
dengan Jl. Soekarno Hatta.

Di sekitar jembatan Soekarno Hatta terdapat proyek bangunan berupa


apartemen. Apartemen ini dibangun di sebelah timur dari jembatan. Semula lahan
yang digunakan merupakan laha kosong yang hanya ditumbuhi tanaman-tanaman
atau dalam artian belum ada upaya pemanfaatan. Mengingat daerah ini merupakan
daerah kawasan dari berbagai Universitas, maka akan sangat mejanjikan dengan
dibangunnya sebuah hunian semacam apartemen.

Pada sisi kiri jembatan dari arah alur Soekarno Hatta terdapat pabrik es batu
yang cukup besar dan memili banyak pelanggan. Kemudahan jalur transportasi
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan masa depan suatu usaha untuk bisa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

bertahan lama, peluang inilah yang menjadi dasar dari pendirian industri es tersebut
yaitu dari mudahnya seseorang untuk menjangkau tempat tersebut. Jalur ini juga
ramai dengan orang berhulu lalang melintasi jalur ini sehingga dalam jangka waktu
dekat saja masyarakat umum dapat mengerti bahwa disana terdapat tempat
pembelian es batu.

Banyak pengusaha yang membangun ruko di sekitar jembatan Soekarno Hatta


dengan beberapa alasan. Pertama, seiring dengan berjalannya waktu jalur Soekarno
Hatta semakin ramai, yang menjadikan bahan pemikiran bagi seorang pengusaha
untuk mengembangkan usahanya. Kedua, dekatnya lokasi dengan lingkungan
kampus juga dijadikan bahan dasar pertimbangan untuk membangun suatu ruko
yang tepat guna dan sesuai sasaran para usahawan.

Terpasang banyak reklame di sekitar jalur jembatan Soekarno Hatta. Hal ini
disebabkan karena jalur tersebut termasuk jalur utama, sehingga inormasi-informasi
dari iklan yang terpasang itu akan dengan mudah tersampaikan. Beberapa contoh
reklame, spanduk ataupun papan pengumuman yang saat ini terpasang di sekitar
jembatan adalah reklame promosi suatu produk modem sebagai salah satu fasilitas
internet, spanduk sewa apartemen untuk bangunan apartemen sebelah timur
jembatan, job fair UB dan sebagainya. Selain itu, juga terpasang bendera-bendera
partai di sepanjang jalur tengah jembatan.

Di samping banyaknya keuntungan dari jembatan Soekarno Hatta, kondisi dari


jembatan itu saat ini dinilai kurang layak. Hal ini dapat dilihat dari kondisi jalanan
yang tidak rata yang dapat memicu kecelakaan lalu lintas dan ketidaknyamanan para
pengendara. Sehingga diperlukan adanya perbaikan dan perawatan bagi jembatan
tersebut.

Jembatan dibangun dari material besi yang kokoh dan kuat. Hal ini terbukti dari
kemampuan jembatan menahan beban kendaraan yang melintas baik roda dua
maupun roda empat dengan beban ringan sampai beban berat sekaligus. Kekuatan
jembatan juga terlihat dari perlindungan katodik terhadap material besinya,
sehingga jembatan terlindungi dari korosi. Selain itu, adanya pengelasan yang
sempurna pada bagian sambungan menambah kekokohan jembatan ini.

Jembatan Soekarno Hatta memiliki fasilitas trotoar. Trotoar terletak disebelah


kanan dan kiri jembatan. Kondisi trotoar ini kurang bagus karena luasnya di bagian
kiri dan kanan tidak seimbang. Selain itu, kondisi permukaannya juga kurang rata
sehingga saat hujan banyak genangan air yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi
pejalan kaki.

Ada beberapa hal yang menjadikan jembatan Soekarno Hatta tidak


memungkinkan untuk dibangun sebagai jembatan penyebrangan. Pertama,
jembatan dibangun di atas sungai dengan sebelah kanan dan kirinya adalah sungai
sehingga tidak ada objek daratan yang dihubungkan. Kedua, kontruksinya memang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

dibangun bukan sebagai jembatan penyebrangan. Ketiga, jembatan sebagai jalur


perempatan sehingga terlalu rumit jika dibanguan jembatan penyebrangan.

Setiap hari di jembatan Soekarno Hatta melintas berbagai macam kendaraan.


Bukan hanya sepeda motor yang nampak memadati jalan, tapi juga bermacam-
macam mobil dengan berbagai merk dan bahkan sepeda-sepeda tradisional.
Berbagai kendaraan melintasi jalanan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan
dinas. Ada pula kendaraan-kendaraan besar, seperti bus dan truk, yang memenuhi
jalanan di jembatan soekarno hatta. Tidak hanya itu, angkutan umum Kota Malang
yang bewarna biru juga muncul di antara kerumunan mobil. Dapat diketahui pula
bahwa kendaraan yang melewati jembatan soekarno hatta bertambah dalam setiap
pergantian tahunnya. Kebanyakan dari pengendaranya adalah seorang mahasiswa –
mahasiswi dari berbagai universitas yang letak universitasnya terhubung oleh
jembatan soekarno hatta.

Jembatan soekarno hatta selalu macet di waktu-waktu tertentu. Lebih tepatnya


sekitar pukul 06.30 – 07.30 pada pagi hari dan 15.30 – 17.00 pada sore hari.
Kemacetan ini dikarenakan jam masuk dan jam pulang antara pekerja dan siswa-
siswi hampir bersamaan. Selain itu, jembatan soekarno hatta merupakan jalur utama
yang menghubungkan tempat-tempat yang sering dikunjungi masyarakat.

Kepadatan jembatan soekarno hatta mengakibatkan beberapa hal. Pertama,


potensi terjadinya pelanggaran lalu lintas. Kedua, tingkat kecelakaan menjadi lebih
besar. Dari kedua hal tersebut, diperlukan penjagaan oleh pihak yang berwajib untuk
mengurangi resiko-resiko buruk yang terjadi. Karena itulah di jembatan soekarno
hatta dilakukan penjagaan oleh minimal dua polisi.

Jembatan Soekarno Hatta juga memiliki potensi sebagai tempat untuk olahraga
ekstrim. Hal ini dikarenakan posisinya yang tinggi yaitu di atas sungai Brantas.
Tempat tersebut cocok sebagai tempat untuk uji keberanian dan adrenalin.
Ketinggiannya dapat dimanfaatkan untuk olahraga seperti Bungee Jumping. Bukan
hanya Bungee Jumping, jembatan Soekarno Hatta juga berpotensi untuk lahraga
Flying Fox.

Selain itu, di sekitar jembatan Seokarno Hatta juga telah menjadi salah satu
tempat berkumpulnya atau menongkrong para pemuda – pemudi pada saat malam
hari. Mereka lebih sering menongkrong pada pinggiran trotoar jembatan dan di
depan kampus II Polinema. Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki. Mereka
berkumpul mulai pukul 20.00 hingga petang.mereka berpendapat bahwa nongkrong
di tempat itu sangat mengasyikkan.

Namun, di sekitar jembatan Soekarno Hatta juga dirasa sangat mengkhawatirkan


terutama saat suasana hujan. Banyak kendaraan bermotor terutama beroda dua
yang tergelincir di perempatan jembatan pada saat mereka berbelok. Hal ini
dikarenakan jalanannya yang sangatl icin. Sementara itu, disekitar jembatan dekat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

kampus II Polinema juga sering terjadi genangan air pada saat hujan turun, s ehingga
hal ini dapat memperlambat laju kendaraan.

Demikian uraian mengenai jembatan Soekarno Hatta yang meliputi tata letak,
kondisi jembatan, dan suasananya.

Pengembangan esei yang kedua adalah pengembangan dengan


devisi logika. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan cara
memamparkan isi yang paling logis, kemudian diikuti dengan isi yang
lain dan/atau memamparkan isi yang mempunyai prioritas paling tinggi
kemudian diikuti prioritas berikutnya.
Cara pengembangan esei yang ketiga adalah dengan
menggunakan kaidah sebab-akibat. Yakni menguraikan isi pernyataan
tesis ke dalam tubuh esei berdasarkan rangkaian sebab-akibat.
Pengembangan esei dengan cara ini dapat dilakukan dengan dua
bentuk, yaitu bentuk mata rantai dan bentuk bentuk blok. Yang
dimaksud bentuk mata rantai adalah pemaparan rangkaian sebab-
akibat di dalam setiap paragraf pendukung dalam tubuh esei. Secara
visual bentuk mata rantai dapat digambarkan sebagai berikut.
Bentuk Mata Rantai

Sebab 1
Akibat 1

Sebab 2
Akibat 2

Sebab 3
Akibat 3

Sebab 4
Akibat 4

Sedangkan yang dimaksud dengan bentuk blok adalah pemaparan


rangkaian sebab-akibat dalam tubuh esei dengan meletakkan sebab-
sebab pada paragraf-paragaraf awal kemudian mengemukakan akibat-
akibat pada paragraf berikutnya. Bentuk ini dapat digambarkan sebagai
berik

Bentuk Blok
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Sebab 1
Akibat 1

Sebab 2
Akibat 2

Sebab 3
Akibat 3

Sebab 4
Akibat 4
Dst

Cara pengembangan esei yang terakhir adalah dengan


menggunakan rangkaian persamaan-perbedaan. Yakni
mengembangkan isi pernyataan tesis ke dalam tubuh esei dengan
memaparkan persamaan dan perbedaan objek/sesuatu yang terkandung
dalam pernyataan tesis. Pengembangan dengan cara ini dapat
dilakukan dengan dua bentuk, yaitu mata rantai dan blok. Yang
dimaksud dengan bentuk mata rantai adalah pengungkapan satu
persamaan dengan satu perbedaan sekaligus dalam satu paragraf
pendukung di dalam tubuh esei digambarkan sebagai berikut.

Bentuk Mata Rantai

Persamaan 1
Persamaan 1

Persamaan 2
Persamaan 2

Persamaan 3
Persamaan 3

Persamaan 4
Persamaan 4

Yang dimaksud dengan bentuk blok adalah pemaparan persamaan-


persamaan yang ada pada awal paragraf pendukung kemudian
pemaparan perbedaan-perbedaan pada paragraf selanjutnya. Secara
visual dapat digambarkan sebagai berikut.
Bentuk Blok
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Persamaan 1

Persamaan 2
Dst
Perbedaan 1

Perbedaan 2
dst

Perlatihan

1. Bacalah dengan cermat esei berikut!


2. Kenalilah pernyataan tesis !
3. Cara apakah yang digunakan untuk pengembangan esei ini?

Dampak Facebook di Kalangan Mahasiswa

Facebook adalah sebuah situs jejaring sosial yang cukup berpengaruh bagi
kehidupan mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa, sudah tidak asing lagi dengan
facebook, bahkan tidak sedikit yang sudah memiliki akun pada situs jejaring sosial ini.
Tentunya situs jejaring ini memiliki dampak dalam berbagai aspek bagi mahasiswa
pengguna facebook. Dampak dan manfaat facebook meliputi dampak psikologis,
dampak ekonomi, dampak kesehatan, dan dampak sosial.

Facebook memiliki dampak psikologis terhadap mahasiswa, baik dalam segi


perilaku pribadi maupun perilaku sosial. Seperti yang dikutip dari Kompas, facebook
dapat mempengaruhi perilaku sosial mahasiswa dimana suatu hubungan mulai menjadi
kering ketika para individunya tak lagi menghadiri social gathering, menghindari
pertemuan dengan teman-teman atau keluarga, dan lebih memilih berlama-lama
menatap komputer atau ponsel. Facebook juga berpengaruh pada perilaku pribadi dari
mahasiswa. Mahasiswa cenderung bersikap sedikit arogan dan cuek terhadap lingkungan
sekitarnya saat online di facebook.

Facebook juga memiliki dampak ekonomi bagi pemakainya, baik dampak positif
maupun dampak negatif. Dampak positifnya pada mahasiswa dari segi ekonomi adalah
mahasiswa dapat memasarkan dan menjual barang dagangannya melalui facebook,
seperti pengakuan sahabat kami Medio Ria Ratnasari. Medio menandai foto dari barang
dagangannya kepada teman-temannya di facebook agar mereka mengetahui barang
sekaligus harga dagangannya yang dijual. Selain dampak positif yang cukup
menguntungkan bagi mahasiswa, facebook juga memiliki dampak negative yang patut
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

kita waspadai yaitu, maraknya terjadi penipuan. Banyak pelaku kriminal yang bermodus
menjual barang fiktif di facebook yang merugikan pembelinya.

Kesehatan mahasiswa yang menggunakan facebook dapat terpengaruh oleh


dampak kesehatan yang disebabkan oleh facebook. Pada jurnal yang ditulis oleh Dr Aric
Sigman yang berjudul The Biologist yang dirilis oleh The Institute of Biology, dijelaskan
bahwa si pengguna facebook cenderung tertarik ke dalam dunia artifisial. Seseorang
yang teman-teman utamanya adalah orang asing yang baru ditemui di facebook akan
menemui kesulitan dalam berkomunikasi secara face-to-face. Perilaku ini dapat
meningkatkan risiko kesehatan yang serius, seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan
dementia (kepikunan). Kerusakan fisik juga sangat mungkin terjadi. Bila menggunakan
mouse atau memencet keypad ponsel selama berjam-jam setiap hari, Anda dapat
mengalami cidera tekanan yang berulang-ulang. Penyakit punggung juga merupakan hal
yang umum terjadi pada orang-orang yang menghabiskan banyak waktu duduk di depan
meja komputer. Jika pada malam hari mahasiswa masih sibuk mengomentari
status temannya, mahasiswa tersebut juga kekurangan waktu tidur. Kehilangan waktu
tidur dalam waktu lama dapat menyebabkan kantuk berkepanjangan, sulit
berkonsentrasi, dan depresi dari sistem kekebalan. Seseorang yang menghabiskan
waktunya di depan komputer juga akan jarang berolahraga sehingga kecanduan aktivitas
ini dapat menimbulkan kondisi fisik yang lemah, bahkan obesitas.

Dampak sosial facebook pada mahasiswa memiliki segi positif maupun negatif,
Segi positifnya adalah mahasiswa dapat menjalin kembali tali silaturahmi kepada teman
lamanya dan kerabat maupun saudara jauhnya. Facebook memiliki fitur untuk mencari
teman seangkatan waktu sekolah maupun kerabat dekat yang memudahkan mahasiswa
untuk menemukan orang yang mereka kenal. Meskipun dampak positifnya cukup besar
bagi mahasiswa, tetapi dampak negatifnya juga perlu diperhatikan. Jarangnya mahasiswa
berinteraksi secara face to face mengakibatkan berkurangnya kemampuan sosial
mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikutip pada jurnal kesehatan
yang berjudul The Biologist "Salah satu perubahan yang paling sering dilontarkan dalam
kebiasaan sehari-hari penduduk Inggris adalah pengurangan interaksi dengan sesama
mereka dalam jumlah menit per hari. Kurang dari dua dekade, jumlah orang yang
mengatakan bahwa tidak ada orang yang dapat diajak berdiskusi mengenai masalah
penting menjadi berlipat.".

Demikian dampak penggunaan jejaring sosial (facebook) pada mahasiswa yang


meliputi dampak psikologis, ekonomi, kesehatan dan sosial. Tiap-tiap dampak tersebut
memiliki segi positif maupun negatif yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa.

6.6 Rangkuman

 Esei adalah seperangkat tulisan yang terdiri atas beberapa yang saling menunjang
dan hanya berisi satu topik Esei terbentuk atas tiga unsur, yaitu paragraf
pendahuluan, paragraf pendukung/tubuh esei dan paragraf penutup.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

 Paragraf pendahuluan berisi pernyataan umum dan pernyataan tesis. Pernyataan


umum biasanya berua alasan/latar belakang munculnya topik dan/atau kalimat-
kalimat ‘sensasional’ yang dapat menarik perhatian pembaca, sedangkan
pernyataan tesis adalah pengungkapan secara tersurat topik dan/atau sub topik
yang akan dijelaskan di dalam paragraf pendukung (tubuh esei). Dengan kata lain
pernyataan tesis merupakan ‘janji’ penulis yang akan disampaikan kepada
pembaca. Paragraf pendukung (tubuh esei) berisi uraian/ungkapan isi pernyataan
tesis secara utuh, runtut, dan tuntas, sedangkan paragraf penutup berisi ringkasan
isi tubuh esei atau penegasan kembali pernyataan tesis yang ada di dalam paragraf
pendahuluan.
 Di samping pemahaman terhadap unsurdan syarat tersebut kemampuan menulis
esei juga perlu memperhatikan cara pengembangan esei. Cara pengembangan ini
dapat dilakukan dengan urutan kronologis, devisi logika, sebab-akibat dan
perbandingan (persamaan-perbedaan).
6.7 Evaluasi

1) Buatlah satu esei yang lemgkap dengan syarat sebagai berikut.


 Topik sesuai dengan jurusan Anda.
 Memenuhi unsur esei.
 Memenuhi syarat untuk, runtut dan tuntas.
 Menggunakan salah satu dari keempat cara pengembangan esei (urutan
kronologis, disisi logika, sebab-akibat, pesamaan-perbedaan).
 Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2) Analisislah esei yang anda temukan di koran

 Pernyataan tesis (topik dan subtopik);


 Penjelasan isi pernyataan tesis di dalam tubuh esei (kepaduan, keruntutan, dan
ketuntasan); dan
 Cara pengembangan yang digunakan (urutan kronologis, devisi logika, sebab-
akibat, persamaan-perbedaan). Kemudian tulislah analisis tersebut dalam
bentuk deskripsi dan komentar terhadap esei tersebut.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

AB 7

PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

7.1 Pendahuluan

Sebagai masyarakat akademis mahasiswa selalu berhubungan dengan


kegiatan ilmiah. Aktivitas mahasiswa dalam perkuliahan selalu berhubungan
dengan kegiatan ilmiah, misalnya melakukan praktikum dan pembuatan
laporannya, mengerjakan tugas makalah, menyusun tugas akhir, menyusun
skripsi dan membuat artikel untuk dipublikasikan pada jurnal masing-masing
jurusan.

Kewajiban penulisan artikel ilmih yang berbasis pada skripsi bagi


mahasiswa untuk dipublikasikan pada jurnal, didasarkan pada Surat Edaran
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Dirjen Dikti No. 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah. Berdasarkan surat
edaran ini setiap mahasiswa diwajibkan melakukan publikasi ilmiah sebelum yang
bersangkutan lulus suatu program studi dan mendapatkan gelar S1 maupun S2.
Di samping itu, keharusan pengunggahan segala bentuk karya ilmiah dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan plagiasi didasarkan pada Surat Edaran
Dirjen Dikti No. 2050/E/2011 tentang Kebijakan Unggah Karya Ilmiah dan Jurnal,
Permendiknas No. 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiat di Perguruan Tinggi, Permendiknas No. 22 tahun 2011 tentang Terbitan
Berkala Ilmiah, serta Peraturan Dirjen Dikti No. 29/DIKTI/Kep/2011 tentang
Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah.

Mengacu pada pentingnya kompetensi mahasiswa dalam penyusunan


karya ilmiah, pada bab ini Anda dapat mempelajari konsep dasar karya ilmiah
(skripsi), cara penulisan bagian-bagian skripsi, konsep dasar artikel ilmiha, cara
penulisan bagian artikel ilmiah, dan cara penyusunan daftar pustaka (rujukan).

7.2 Tujuan

Setelah membaca bab ini mahasiswa diharapkan mampu :

- menjelaskan konsep dasar karya ilmiah (skripsi)


- mengidendifikasi bagian skripsi
- menyusun bagian awal dan bagian inti skripsi
- menyusun aspek mekanis atau teknis penyusunan skripsi
- mengidentifikasi jenis dan bagian-bagian artikel ilmiah
- menyusun artikel ilmiah, baik artikel konseptual maupun artikel hasil
penelitian
- menyusun daftar rujukan.
7.3 Konsep Dasar Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis
berdasarkan hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Definisi yang lain,
karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis yang memaparkan hasil
penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan.

Bentuk karya tulis ilmiah dapat berupa makalah, artikel, laporan


praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi. Makalah merupakan bentuk karya tulis
ilmiah yang memaparkan kajian pada bidang tertentu dengan maksud untuk
diseminarkan. Artikel ilmiah adalah karya tulis yang berisi analisis/kajian
fenomena, sistem, pengembangan model tertentu berdasarkan teori dan/atau
hasil peneltian terdahulu atau yang berisi reproduksi secara singkat dan padat
laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk dipublikasikan dalam
jurnal. Selanjutnya, karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh penulis untuk mengakhiri program pendidikan Sarjana (S1
atau Dipolam IV) dan telah mendapatkan pengesahan melalui ujian/sidang
disebut skripsi, untuk mengakhiri program pendidikan Magister (S2) disebut tesis,
dan untuk mengakhiri program pendidikan Doktor (S3) disebut disertasi.

Bagian berikut Anda dapat mempelajari lebih mendalam tentang skripsi,


artikel ilmiah, cara pengutipan, dan cara penyusunan daftar rujukan.

7.3.1 Skripsi

Secara konseptual skripsi adalah karya tulis ilmiah yang disusun


berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis untuk mengakhiri
program pendidikan Sarjana (S1 atau Dipolam IV). Sebagai genre karya ilmiah
skripsi harus disusun sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah. Secara dikotomis
bagian skripsi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu bagian awal dan bagian
isi. Bagian awal meliputi kover, halaman pengesahan, kata pengantar, abstrak,
daftar isi, daftar lampiran, dan daftar tabel/gambar/grafik. Sementara itu, bagian
isi meliputi bab ( I pendahuluan, bab II kajian pustaka, bab III metode, bab IV
hasil penelitian/percobaan, bab V pembahasan, bab VI penutup), subbab, sub-
subbab, sub-sub-subbab, dan daftar rujukan.

 Cara penulisan masing-masing bagian skripsi


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

o Cara penulisan bagian awal

Kover: halaman depan skirpsi yang berisi judul, konteks penyusunan,


identitas penyusun, logo institusi, nama lembaga (program studi, jurusan,
dan Politeknik Negeri Malang), dan tahun penyusunan skripsi. Judul
skripsi dan nama lembaga ditulis dengan huruf kapital, sedangakan
konteks penyusunan, identitas penyusun ditulis dengan huruf kapital awal
kata, kecuali kata hubung.

Halaman pengesahan: halaman yang berisi legalisasi terhadap skripsi yang


telah dinyatakan lulus ujian skripsi. Bagian ini sudah ditentukan dalam
pedoman penulisan skripsi masing-masing jurusan.

Kata pengantar: halaman yang berisi ungkapan penulis skripsi berupa


penyampaian syukur kepada Tuhan, informasi isi pokok skripsi, dan
penyampaian terima kasih kepada pihak yang terkait dengan penyusunan
skripsi.

Abstrak: ringkasan menyeluruh isi skripsi yang ditulis singkat, padat, spasi
rapat (satu spasi) dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak
memuat masalah, kajian teori, metode, hasil penelitian, dan pembahasan.
Teknis penulisan dapat berbentuk satu paragraf yang berisi seluruh aspek
dalam abstrak atau beberapa paragraf yang memuat masing-masing
aspek. Di samping itu, abstrak diketik dengan format yang lebih sempit
dari teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk 1,2 cm) dengan
jumlah kata maksimal 400. Pada bagian akhir abstrak ditulis kata kunci
(key words), dapat berupa kata atau frase yang diambil dari isi yang paling
dominan dalam skripsi. Jumlah kata kunci setara dengan jumlah variabel
yang dibahas dalam skripsi.

Daftar isi: daftar yang memuat isi pokok skripsi beserta rujukan halaman
yang bersangkutan. Isi pokok yang masuk dalam daftar isi meliputi bab,
subbab, sub-subbab, dan sub-sub-subbab.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Daftar lampiran: daftar yang berisi nama/judul lampiran yang ada dalam
skripsi beserta halaman yang diacunya.

Daftar tabel/gambar/grafik: daftar yang berisi nama tabel/gambar/grafik


yang ada dalam skripsi beserta halaman yang diacunya

o Cara penulisan bagian isi


- Cara penulisan bab. Seluruh judul bab (bab I Pendahuluan, bab II
Kajian Pustaka, bab III Metode, bab IV hasil dan Pembahasan, bab
V Penutup) ditulis dengan huruf kapital, tanpa kecuali dan tanpa
variasi.
- Cara penulisan subbab. Subbab ditulis dengan huruf kapital awal
kata, kecuali kata hubung dan dicetak tebal (bold face).
- Cara penulisan sub-subbab dan sub-sub-subbab. Bagian ini ditulis
dengan huruf kapital awal kata kecuali kata hubung dan dicetak
biasa, tanpa bold face.
o Cara penomoran bagian isi skripsi
- Setiap nama/judul bab diberi nomor urut dengan angka Romawi
(misalnya: BAB I PENDAHULUAN, BAB II KAJIAN PUSTAKA, dst).
- Setiap subbab, sub-subbab, dan sub-sub-subbab diberi nomor urut
mengikuti bab yang bersangkutan dengan angka Desimal (misalnya:
1.1; 1.5.1; 1.5.1.1 atau 2.1; 2.1.1; 2.1.1.1, dst). Penomoran subbab
maksimal empat digit/angka.
- Bagian awal skripsi (kover dalam, halaman pengesahan, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, dst) diberi nomor urut dengan angka
Romawi kecil. Penomoran dimualai dari kover dalam secara implisit,
kemudian halaman pengesahan dan seterusnya diberi nomor urut
secara eksplisit (misalnya: ii, iii, iv, dst).
- Bagian isi skripsi (mulai bab I sampai dengan akhir skripsi) diberi
nomor halaman secara berurutan dengan angka Desimal (misal:
1,2,3, dst). Pada halaman yang berjudul nomor halaman diletakkan
pada tengah bawah halaman, sedangkan pada halaman tanpa judul
nomor halaman diletakkan pada sudut kanan atas.
7.3.2 Artikel Ilmiah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Artikel ilmiah terdiri atas dua bentuk, yaitu artikel ilmiah konseptual dan
artikel ilmiah hasil penelitian. Artikel konseptual adalah artikel yang berisi
analisis/kajian fenomena, sistem, pengembangan model tertentu berdasarkan
teori dan/atau hasil peneltian terdahulu yang dipublikasikan dalam jurnal.
Sementara itu, artikel hasil penelitian adalah artikel yang berisi reproduksi hasil
penelitian yang dilakukan oleh penulis yang dipublikasikan dalam jurnal.

 Sistematika Artikel Konseptual

Judul

Nama Penulis

Abstrak dan Kata Kunci

Pendahuluan

Bagian Inti (uraian bagian dan subbagian)

Simpulan

Daftar Rujukan

 Sistematika Artikel Hasil Penelitian

Judul

Nama Penulis

Abstrak dan Kata Kunci

Pendahuluan

Metode

Hasil

Pembahasan

Implikasi (opsional)

Simpulan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Daftar Rujukan
 Penjelasan Bagian Sistematika Artikel Konseptual
 Judul

Judul memuat variabel atau konsep dalam artikel, informatif, jumlah kata
antara 5 – 15 (kecuali ada sub judul), dan tidak ada singkatan.

 Nama Penulis

Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar akademik, disertai nama lembaga
asal penulis, alamat korespondensi (e-mail penulis).

 Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris, ringkas, dan padat tentang ide yang
paling penting. Abstrak memuat masalah, tujuan, prosedur, dan ringkasan
hasil penelitian. Abstrak diketik dengan spasi tunggal dalam satu paragraf
dengan format yang lebih sempit dari teks utama (margin kanan dan kiri
menjorok masuk 1,2 cm). Cara penulisan model paragraf; jumlah kata
maksimal 200.

Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan masalah penelitian,


berbentuk kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci 3-5 kata.

 Pendahuluan

Tidak diberi judul; berisi uraian latar belakang pentingnya topik yang diulas,
baik dari segi pragmatis maupun teoritis; rumusan masalah/ topik yang
dibahas; tujuan penelitian.

 Bagian Inti

Diberi judul bagian dan subbagiansecara tersurat sesuai dengan


masalah/topik yang dibahas. Pada bagian ini berisi ulasan kritis penulis
(pembahasan) tiap rumusan masalah/topic denga mengacu pada teori/ hasil
penelitian terdahulu.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

 Simpulan

Berisi ringkasan ulasan kritis penulis (pembahasan) yang ditulis berbentuk


esei, bukan numerikal.

 Daftar Rujukan

Berisi akumulasi rujukan yang digunakan dalam teks artikel. Daftar rujukan
harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang dituliskan dalam artikel. Cara
penulisan daftar rujukan mengadopsi sistem kombinasi Harvard – APA
(American Pschological Association). Secara umum unsur yang ditulis secara
berurutan meliputi nama penulis tanpa gelar akademik, tahun penerbitan,
judul termasuk subjudul, kota tempat penerbitan, dan nama penerbit. Secara
teknis masing-masing unsur ditulis sebagai berikut; nama belakang,
singkatan (inisial) nama depan dan nama tengah (jika ada), tahun
penerbitan. judul buku (cetak miring). edisi buku. nama penerbit: kota
penerbit. Namun hal ini sangat tergantung jenis referensi yang diigunakan.
Contoh penulisan daftar rujukan dapat dilihat pada penjelasan daftar rujukan
artikel hasil penelitian.

 Penjelasan Bagian Sistematika Artikel Hasil Penelitian


 Judul

Judul memuat variabel atau konsep dalam artikel, informatif, jumlah kata
antara 5 – 15 (kecuali ada sub judul), dan tidak ada singkatan.

 Nama Penulis

Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar akademik, disertai nama lembaga asal
penulis, alamat korespondensi (e-mail penulis).

 Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris, ringkas, dan padat tentang ide yang
paling penting. Abstrak memuat masalah, tujuan, prosedur, dan ringkasan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

hasil penelitian. Abstrak diketik dengan spasi tunggal dalam satu paragraph
dengan format yang lebih sempit dari teks utama (margin kanan dan kiri
menjorok masuk 1,2 cm). Cara penulisan model paragraph; jumlah kata
maksimal 200;

Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan masalah penelitian,


berbentuk kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci 3-5 kata.

 Pendahuluan

Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak. Memuat latar
belakang, hasil kajian pustaka yang menunjukkan adanya kesenjangan temuan
penelitian, wawasan rencana pemecahan masalah, dan rumusan tujuan
penelitian.

 Metode

Bagian ini menguraikan secara ringkas pendekatan, rancangan/desain


penelitian, populasi dan sampel penelitian (peneliitian kuantitatif), subjek
penelitian (penelitian kualitatif), data, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.

 Hasil

Bagian ini menguraikan hasil analisis data dan hasil pengujian hipotesis (jika
ada) secara ringkas, tanpa menjelaskan proses perhitungan statistik. Hasil
analisis dapat disajikan dalam tabel atau grafik disertai komentar untuk
memperjelas penyajian secara verbal. Bila bagian hasil pendek dapat digabung
dengan pembahasan.

 Pembahasan

Bagian ini berisi uraian singkat penjelasan dan penafsiran hasil penelitian. Hal
ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil penelitian dengan teori
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

dan/atau temuan penelitian sebelumnya, sehingga dapat menempatkan


posisi temuan penelitian dalam konstelasi teori-teori yang telah ada.

 Implikasi (opsional)

Berisi uraian tentang kontribusi penelitian, keterbatasan penelitian, tindak


lanjut hasil penelitian bagi pihak terkait.

 Simpulan

Simpulan berisi esensi hasil penelitian yang merupakan ringkasan


pembahasan. Simpulan ditulis dalam bentuk esei, bukan dalam bentuk
numerikal.

 Daftar Rujukan

Berisi akumulasi rujukan yang digunakan dalam teks artikel. Daftar


rujukan harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang dituliskan dalam
artikel. Untuk memehami lebih jauh tentang cara penulisan daftar rujuakan,
Anda dapat membaca bagian penyusunan daftar rujukan berikut.

7.3.3 Penyusunan Daftar Rujukan

Banyak cara penyusunan daftar rujukan. Namun, yang sudah sering


digunakan dalam penyusunan daftar rujukan di lembaga pendidikan di Indonesia
adalah mengadopsi sistem kombinasi antara sistem Harvard dengan sistem APA
(American Pschological Association). Secara umum unsur yang ditulis dalam
penyusunan daftar rujukan meliputi; nama penulis tanpa gelar akademik, tahun
penerbitan, judul termasuk subjudul, kota tempat penerbitan, dan nama
penerbit. Secara teknis masing-masing unsur ditulis sebagai berikut; nama
belakang, singkatan (inisial) nama depan dan nama tengah (jika ada), tahun
penerbitan. judul buku (cetak miring). edisi buku. nama penerbit: kota penerbit.
Namun hal ini sangat tergantung jenis referensi yang diigunakan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Berikut adalah contoh penulisan daftar rujukan yang berasal dari


sumber referensi yang berbeda-beda.
 Buku dengan satu penulis .

Craig, J.J. 1989. Introduction to Robotics : Mechanics and Control (2nd Ed.).
Addison Wesley Publishing Company.
 Buku dengan dua atau hingga lima penulis.
Amstead, B.H, Ostwald, F.O., & Begeman, M.L. 1987. Manufacturing
Processes (8th ed.). John Wiley & Sons.
 Karya dengan lebih dari lima penulis
Huang, Q. et al. 2001. Planning Walking Patterns For A Biped Robot. Robotics
and Automation, IEEE Transactions. Volume 17.
 Buku yang berisi kumpulan artikel (ada editornya).
Kutz, M. (Editor). 2005. Mechanical Engineers' Handbook (3rd Edition). John
Wiley & Sons.
 Karya dalam antologi/kumpulan tulisan/buku
Aszkler, C. 2005. Acceleration, Shock and Vibration Sensors. Pada Wilson, J.
(Editor). Sensor Technology Handbook. Elsevier Inc.
 Buku dengan penulis dan penerbit sama:
Deneb Robotics Inc.1998. IGRIP ® User Manual and Tuturial. Deneb
Robotics Inc.
 Skripsi/Tesis/Disertasi:
Putra, T.S. 2008. Perancangan Robot Dua Kaki dengan Tiga Derajat
Kebebasan. Skripsi. tidak diterbitkan. Teknik Mesin Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta.
Disertasi:
S. Hwang, “Frequency domain system identification of helicopter rotor
dynamics incorporating models with time periodic coefficients,” Ph.D.
dissertation, Dept. Aerosp. Eng., Univ. Maryland, College Park, 1997.
 Makalah dalam seminar, penataran, lokakarya
Tang, Z. 2003. Trajectory Planning for Smooth Transition of a Biped Robot.
Proceedings of the 2003 IEEE International Conference on Robotics &
Automation. Taipei, Taiwan.
 Karya terjemahan
Groover, M.P. 2005. Otomasi, Sistem Produksi, dan Computer Integrated
Manufacturing. Jilid 1. Diterjemahkan oleh Bagus Arthaya & I Ketut
Gunarta. Penerbit Guna Widya.
 Artikel dari harian/mingguan/bulanan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Martin, S. 1996. Agus T. Exhibit show psychologi’s power in treating illnesses.


Apa monitor, p.42.
 Artikel dari internet
Agung Nugroho Adi. 2010. Apa Sih motor Step Itu? nugroho.staff.uii.ac.id.
(Diakses 1/1/2011)
 Contoh Daftar Pustaka yang Berupa Peraturan Perundang-Undangan:
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. II/MPR/1988 tentang Garis-
Garis besar Haluan Negara.
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Lembaran Ne-
gara RI No. 92 Tahun 1999.
 Contoh Daftar Pustaka berupa Majalah dan Surat Kabar:
Tempo, No. 52 Tahun XVII, 27 Januari 1994.
Kedaulatan Rakyat, tanggal 4 Juni 1995.
 Contoh Daftar Pustaka berupa Prosiding
Akazana, S. The Scope of The Japanese Information Industry In The 1980s.
Proceedingof The Forty First FID Congress. Session 1: 414-419. 13-16
September 2012
 Paper dari Prosiding (dipublikasikan):
J. L. Alqueres and J. C. Praca, “The Brazilian power system and the challenge
of the Amazon transmission,” in Proc. 1991 IEEE Power Engineering
Society Transmission and Distribution Conf., pp. 315-320.

Berkala [sumber dari jurnal]:


J. F. Fuller, E. F. Fuchs, and K. J. Roesler, “Influence of harmonics on power
distribution system protection,” IEEE Trans. Power Delivery, vol. 3, pp.
549-557, Apr. 1988.

E. H. Miller, “A note on reflector arrays,” IEEE Trans. Antennas Propagat., to


be published.

Vidmar. 1992, Aug.. On the use of atmospheric plasmas as electromagnetic


reflectors. IEEE Trans. Plasma Sci. [Online]. 21(3), pp. 876-880.
Available: http://www.halcyon.com/ pub/journals/21ps03-vidmar.

Buku [sumber dari buku ber-ISBN]:


E. Clarke, Circuit Analysis of AC Power Systems, vol. I. New York: Wiley,
1950, p. 81.

G. O. Young, “Synthetic structure of industrial plastics,” in Plastics, 2nd ed.,


vol. 3, J. Peters, Ed. New York: McGraw-Hill, 1964, pp. 15-64.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

J. Jones. (1991, May 10). Networks. (2nd ed.) [Online]. Available:


http://www.atm.com.
 Laporan Penelitian [sumber dari laporan penelitian]:
E. E. Reber, R. L. Mitchell, and C. J. Carter. 1986. “Oxygen absorption in the
Earth's atmosphere,” Aerospace Corp., Los Angeles, CA, Tech. Rep. TR-
0200 (4230-46).

S. L. Talleen. 1996, Apr.. The Intranet Architecture: Managing information in


the new paradigm. Amdahl Corp., Sunnyvale, CA. [Online]. Available:
http://www.amdahl.com/ doc/products/bsg/intra/ infra/html
 Paper yang dipresentasikan pada Seminar (tidak dipublikasikan):
D. Ebehard and E. Voges. 1984. “Digital single sideband detection for
interferometric sensors,” presented at the 2nd Int. Conf. Optical Fiber
Sensors, Stuttgart, Germany.

Process Corp., Framingham, MA. Intranets: Internet technologies deployed


behind the firewall for corporate productivity. Presented at INET96 Annu.
Meeting. [Online]. Available: http://home.process.com/ Intranets/wp2.htp
 Hak cipta:
G. Brandli and M. Dick, 1978.“Alternating current fed power supply,” U.S.
Patent 4 084 217.

7.4 Rangkuman
- Karya ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis
berdasarkan hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya.
- Bentuk karya tulis ilmiah dapat berupa makalah, artikel, laporan
praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi.
- Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh penulis untuk mengakhiri program
pendidikan Sarjana (S1 atau Dipolam IV) disebut skripsi.
- Artikel ilmiah adalah karya tulis yang berisi analisis/kajian fenomena,
sistem, pengembangan model tertentu berdasarkan teori dan/atau
hasil peneltian terdahulu atau yang berisi reproduksi secara singkat
dan padat laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk
dipublikasikan dalam jurnal.
7.5 Evaluasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

1) Jelaskan perbedaan antara makalah dengan skripsi!


2) Jelaskan pemahaman Anda tentang artikel ilmiah, baik konseptual
maupun hasil penelitian!
3) Jelaskan cara penulisan masing-masing bagian skripsi!
4) Jelaskan cara penulisan masing-masing bagian artikel ilmiah!
5) Jelaskan cara penyusunan daftar rujukan dari sumber referensi buku teks,
laporan penelitian, dan jurnal!

DAFTAR BACAAN

Akhadiah, Sabarti dkk.1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.


Jakarta: Erlangga.

Keraf, Gorys. 1982. Argumentasi dan Narasi.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 1997. Pedoman Tata Bahasa Baku
bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sakri, Ajat. 1992. Kalimat Efektif. Bandung: Penerbit Ganeche.

Soedjito. 1990. Ketrampilan Menulis Paragraf. Malang: Penerbit IKIP Malang.

Suparno dan Yunus, Mohammad. 2002. Ketrmpilan Dasar Menulis. Jakarta:


Universitas Terbuka.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Politeknik Negeri Malang

Wahab, Abdul. 1995. Ketrampilan Membaca dan Menulis. Malang: Penerbit IKIP

Malang.

Anda mungkin juga menyukai