Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dapat terhindar dari penyakit, karena didalam tubuhnya dilengkapi
dengan dua kekebalan tubuh yaitu system kekebalan spesifik dan ksistem
kekebalannon-spesifik. Sistem kekebalan tubuh nonspesifik bekerja melawan
semua jenis benda asing yang masuk dan tidak bekerja ditujukan pada zat asing
atau mikroorganisme tertentu. Sistem kekebalan tubuh nonspesifik antara lain:
a. Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia bulu getar hidung
yangmenyaring kotoran yang masuk dari saluran nafas bawah, kulit, bulu
mata, dan lain-lain.
b. Pertahanan biokimiawi, misalnya air susu ibu yang mengandung laktoferin
yang berperan sebagai antibakterik.
c. Pertahanan tubuh seluler, misalnya monosit dan makrofrag.
Apabila kekebalan tubuh spesifik tidak bisa mengatasi serangan
mikroorganisme atau zat asing yang masuk maka kekebalan tubuh spesifik akan
diaktifkan. Sistem kekebalan tubuh spesifik bekerja melawan antigen tertentu oleh
karena kemampuannya menyimpan memori. Sistem kekebalan tubuh spesifik
diperankan oleh sel limfosit T dan limfosit B. Sistem kekebalan tubuh spesifik ini
tidak mengenali struktur utuh darimikroorganisme melainkan hanya sebagian
protein saja yang kemudian memacu kekebalan aktif tubuh. Protein yang sebagian
ini disebut antigen. Adanya antigen iniakan menyebabakan sel T dan B
memproduksi antibody untuk melawan antigen yangmasuk ke dalam tubuh
manusia. Semakin sering terpapar antigen dari luar maka akan semakin tinggi
antibody yang terbentuk dan memori pertahanan tunuh semakin banyak
mengingat, sehingga tubuh menjadi kebal. Akan tetapi antibodi dalam tubuh
manusia sifatnya tidak stabil, untuk itu diperlukan suatu paparan antigen dari luar
yang dilemahkan yang disebut vaksin untuk memacu kekebalan tubuh tersebut
aktif. (Cahyono, Subarjo.2010)

1
2

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah vaksinasi?
2. Apa pengertian dari vaksin?
3. Apa tujuan dari imunisasi?
4. Apa saja manfaat dari imunisasi?
5. Apa saja bahan-bahan pembuatan vaksin?
6. Bagaimana proses pembuatan vaksin?
7. Sebutkan jenis-jenis vaksinasi?
8. Sebutkan jenis-jenis vaksin yang sering digunakan?
9. Bagaimana pemberian vaksin?
10. Berapa usia pemberian vaksin pada anak?
11. Apa saja efek samping vaksinasi?
12. Sebutkan jangka waktu vaksinasi?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui sejarah vaksinasi.
2. Untuk mengetahui pengertian vaksin.
3. Untuk mengetahui tujuan dari imunisasi.
4. Untuk mengetahui manfaat dari imunisasi.
5. Untuk mengetahui bahan-bahan pembuatan vaksin.
6. Untuk mengetahui proses pembuatan vaksin.
7. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksinasi.
8. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksin yang sering digunakan.
9. Untuk mengetahui pemberian vaksin.
10. Untuk mengetahui usia pemberian vaksin pada anak.
11. Untuk mengetahui efek samping vaksinasi.
12. Untuk mengetahui jangka waktu vaksinasi.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Sebagai teoritis makalah ini berguna sebagai
media pembelajaran agar mengetahui dan lebih memahami mengenai imunisasi
atau vaksin. Secara praktis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
3

1. Penulis, sebagai wahana untuk menambah pengetahuan dan wawasan


mengenai imunisasi atau vaksin.
2. Pembaca, sebagai media informasi dan tentunya akan menambah
pengetahuan serta wawasan mengenai imunisasi atau vaksin.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah vaksinasi
Orang yang pertama kali mengidap penyakit cacar mencoba mencegah
dengan inokulasi diri dan dengan jenis infeksi lain. Pada tahun 1718 Lady Mary
Wortley Montagu melaporkan bahwa Turki memiliki tradisi sengaja inokulasi
diridengan cairan yang diambil dari kasus-kasus ringan cacar, dan bahwa ia telah
menginokulasi anak-anaknya sendiri. Sebelum 1796 ketika dokter Edward Jenner
dari Inggris menguji adanya kemungkinan menggunakan vaksin cacar sapi
sebagai imunisasi untuk cacar pada manusia untuk pertama kalinya. Sedikitnya
enam orang telah melakukan hal tersebut dan beberapa tahun yang sama
sebelumnya yaitu seseorang yang identitasnya tidak diketahui dari Inggris (sekitar
1771), Ibu Sevel dari Jerman (sekitar1772), Mr Jensen dari Jerman (sekitar 1770),
Benyamin Jesty dari Inggris pada tahun 1774, Rendall Ibu dari Inggris (sekitar
1782), dan Peter Plett dari Jerman tahun 1791.
Kata Vaksinasi pertama kali digunakan oleh Edward Jenner pada tahun
1796.Louis Pasteur furthered dengan konsep yang melalui kepeloporannya dalam
mikrobiologi. Vaksinasi (Latin: Vacca-sapi) ini dinamakan demikian
karenavaksin pertama berasal dari virus yang mempengaruhi sapi (cacar sapi) yan
g relatif jinak terhadap virus yang menyediakan tingkat kekebalan terhadap cacar,
penyakit menulardan mematikan. Dalam pengucapan umum yaitu vaksinasi dan
imunisasi pada umumnya memiliki makna sehari-hari yang sama. Hal ini
membedakannya dari inokulasi, yang menggunakan patogen hidup unweakened,
walaupun dalam pemakaian umum baik digunakan untuk merujuk kepada sebuah
imunisasi. Kata vaksinasi pada awalnya digunakan khusus untuk menggambarkan
suntikan vaksin cacar. Upaya Vaksinasi dari dulu telah menuai kontroversi pada
bidang ilmiah, etika,keamanan politik, medis, agama, dan alasan lainnya. Dalam
kasus yang jarang, vaksinasi dapat melukai orang dan di Amerika Serikat mereka
dapat menerima kompensasi bagi mereka yang cedera di bawah Program
Kompensasi Cedera Vaksin Nasional.
5

B. Pengertian Vaksin
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal, resisten. Imunisasi berarti anak
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu
penyakit tetapi belum kebal terhadap penyakit yang lain. (Soekidjo, 2003)
Imunisasi adalah upaya memberikan bahan untuk merangsang produksi daya
tahan tubuh. Sebagai akibat selanjutnya orang yang diberi vaksin akan memiliki
kekebalan spesifik terhadap penyakit yang disebabkan kuman tersebut. Bahan
tersebut pada dasarnya merupakan ancaman buatan bagi tubuh (Achmadi, 2006)
Imunisasi disebutjuga vaksinasi atau inokulasi. Imunisasimemberikan
perlindungan terhadap sejumlah penyakit berbahaya. Ketika
diimunisasi, diberikan vaksin yang dibuat dari sejumlah kecil bakteri atau virus
penyebab penyakit tersebut. Vaksin ini akan merangsang tubuh membuat antibodi
terhadap penyakit yang dimaksud. (Thompson, 2003)
Vaksin adalah segala persiapan dimaksudkan untuk menghasilkan kekebalan
terhadap penyakit dengan merangsang produksi antibodi. Vaksin misalnya
suspensi mikroorganisme dibunuh atau dilemahkan, atau produk atau turunan dari
mikroorganisme. Metode yang paling umum dari pemberian vaksin adalah
melalui suntikan, namun ada juga yang diberikan melalui mulut atau semprot
hidung. Menurut WHO, vaksinasi merupakan imunisasi aktif adalah suatu
tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen
yang akan menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga
nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan
oleh antigen serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi yang dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit, namun dapat menimbulkan
limfosit yang peka, antibodi maupun sel memori.
C. Tujuan Imunisasi atau Vaksinasi
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
padaseseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia.
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
6

mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit
yang sering berjangkit. Secara umun tujuan imunisasi adalah :
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
3. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada balita.
D. Manfaat Vaksinasi
Ada beberapa manfaat dari vaksinasi, antara lain :
1. Bagi anak, sebagai upaya pencegahan untuk melindungi anak dari
serangan penyakit tertentu, yang mungkin bisa menyebabkan penderitaan
atau bahkan cacat permanen.
2. Bagi keluarga, vaksinasi bermanfaat untuk menghilangkan kecemasan
akan kesehatan dan biaya pengobatan jika anak sakit. Menumbuhkan
keyakinan dan harapan bahwa anak-anak akan menjalani masa
pertumbuhannya dengan amandan ceria. Sehingga, orang tua bisa sedikit
terlepas dari kekhawatiran anaknya terserang dari penyakit-penyakit
tertentu yang selalu menjangkiti anak-anak.
3. Bagi negara, vaksinasi merupakan salah satu bentuk tanggung jawab
negara untuk meningkatkan taraf kesehatan wargananya. Dengan vaksinasi
diharapkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
lebih meningkat dan citra negara di mata dunia menjadi lebih baik.
E. Bahan-bahan Pembuatan Vaksin
1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau
garam untuk mendorong antibodi. Logam ini dikenal sebagai
kemungkinan penyebab kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan
dementia (pikun). Menurut pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat
meracuni darah, syaraf pernafasan, mengganggu sistem imun dan syaraf
seumur hidup. Alumunium digunakan pada vaksin DPT dan Hepatitis B.
2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk
konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
7

3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada
beberapavaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.
4. Formaldehida atau Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar
karena dipakai sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini
dikenal sebagai bahan pembalseman.
5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.
6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya
dan kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin
Varicella.
7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman
di dalam perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal
pada sebagian orang dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk
bahan pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan
ditemukan pada Vaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil
merkuri.
Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-
bahan lain seperti :
1. Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf
dan sistem pernafasan.
2. Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit
jamur. Efek sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.
3. Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada
botol. Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini
dianggap sebagai protein asing beracun.
F. Proses Pembuatan Vaksin
Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan
setelah tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium.
Perubahan dari produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi
8

bergalon-galon vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis,
dan prosedur laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk
meningkatkan skala produksi.

1. Pengumpulan Benih Virus

Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut
benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau
variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam
kondisi “ideal”, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau
lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau
wadah plastik.Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 cm3, mengandung ribuan
hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin.
Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezer akan
mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm
yang dapat didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika
suhu freezer berada di luar suhu yang seharusnya.

2. Pertumbuhan Virus

Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu


secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah
kecil sel virus ditempatkan ke dalam “pabrik sel” sebuah mesin kecil yang
telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel
memungkinkan virus untuk berkembang biak.

Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media
umumnya mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein
murni dari darah sapi. Media juga mengandung protein lain dan senyawa
organik yang mendorong reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar,
pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus
akan bertambah banyak.
9

Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH.pH adalah ukuran
keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14, dan virus harus
disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam
atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh
tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup,
tabung, dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan
suhu, dan ada berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia
seperti oksigen untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel
untuk analisis mikroskopik, dan pengaturan steril untuk menambahkan
komponen ke pabrik sel dan mengambil produk setengah jadi ketika siap.

Virus dari pabrik sel ini kemudian dipisahkan dari media, dan ditempatkan
dalam media kedua untuk penumbuhan tambahan. Metode awal yang dipakai
40 atau 50 tahun yang lalu yaitu menggunakan botol untuk menyimpan
campuran, dan pertumbuhan yang dihasilkan berupa satu lapis virus di
permukaan media. Peneliti kemudian menemukan bahwa jika botol itu
berubah posisi saat virus tumbuh, virus bisa tetap dihasilkan karena lapisan
virus tumbuh pada semua permukaan dalam botol.

Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa


pertumbuhan sel sangat dirangsang oleh penambahan enzim pada medium,
yang paling umum digunakan yaitu tripsin.Enzim adalah protein yang juga
berfungsi sebagai katalis dalam memberi makan dan pertumbuhan sel.

Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang
sedang tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih besar namun mirip dengan
pabrik sel, dan dicampur dengan “manik-manik,” partikel mikroskopis
dimana virus dapat menempelkan diri.Penggunaan “manik-manik” memberi
virus daerah yang lebih besar untuk menempelkan diri, dan akibatnya,
pertumbuhan virus menjadi jauh lebih besar.Seperti dalam pabrik sel, suhu
dan pH dikontrol secara ketat.Waktu yang dihabiskan virus untuk tumbuh
10

bervariasi sesuai dengan jenis virus yang diproduksi, dan hal itu sebuah
rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.

3. Pemisahan Virus

Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan
dari manik-manik dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian
dialirkan melalui sebuah filter dengan bukaan yang cukup besar yang
memungkinkan virus untuk melewatinya, namun cukup kecil untuk
mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini disentrifugasi beberapa
kali untuk memisahkan virus dari manik-manik dalam wadah sehingga virus
kemudian dapat dipisahkan. Alternatif lain yaitu dengan mengaliri campuran
manik-manik dengan media lain sehingga dapat memisahkan manik-manik
dari virus.

4. Memilih Strain Virus

Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang
dimatikan. Pemilihan satu dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor
termasuk kemanjuran vaksin yang dihasilkan dan efek sekunder. Virus yang
dibuat hampir setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru biasanya
berupa virus yang dilemahkan.Virulensi virus bisa menentukan pilihan;
vaksin rabies, misalnya, selalu vaksin dari virus yang dimatikan.

Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum


dimulai proses produksi. Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan
(ditumbuhkan) berulang kali di berbagai media. Ada jenis virus yang benar-
benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak dapat
digunakan untuk vaksin ‘attenuated’. Strain lainnya menjadi terlalu lemah
karena dibudidayakan berulang-ulang, dan ini juga tidak dapat diterima untuk
penggunaan vaksin. Beberapa virus yang “tepat” mencapai tingkat atenuasi
yang membuat mereka dapat diterima untuk penggunaan vaksin, dan tidak
mengalami perubahan dalam kekuatannya.Teknologi molekuler terbaru telah
11

memungkinkan atenuasi virus hidup dengan memanipulasi molekul, tetapi


metode ini masih langka.

Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu
tumbuh.Vaksin yang berasal dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan
vaksin) dikombinasikan sebelum pengemasan. Jumlah aktual dari vaksin
yang diberikan kepada pasien akan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah
medium yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan mengenai
apakah akan menggunakan air, alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin,
misalnya, dibuat setelah tes berulang-ulang demi keselamatan, steritilitas, dan
stabilitas.

5. Pengontrolan Kualitas

Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang


membuat dan mengemas vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati
pada seluruh prosedur. Semua transfer virus dan media dilakukan dalam
kondisi steril, dan semua instrumen yang digunakan disterilisasi dalam
autoklaf (mesin yang membunuh organisme dengan suhu tinggi, dan yang
berukuran sekecil kotak perhiasan atau sebesar lift) sebelum dan sesudah
digunakan. Pekerja yang melakukan prosedur memakai pakaian pelindung
yang meliputi Gaun Tyvek sekali pakai, sarung tangan, sepatu bot, jaring
rambut, dan masker wajah.Ruangan pabrik sendiri memakai AC yang khusus
sehingga jumlah partikel di udara minimal.

6. Proses Perizinan

Dalam rangka untuk peresepan obat untuk dijual di Amerika Serikat,


produsen obat harus memenuhi persyaratan lisensi yang ketat yang ditetapkan
oleh hukum dan diberlakukan oleh Food and Drug
Administration (FDA).Semua obat yang diresepkan harus menjalani tiga
tahap pengujian, meskipun data dari fase kedua kadang-kadang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan tahap ketiga. Tahap tersebu antara lain
12

a. Tahap 1 yaitu pengujian harus membuktikan bahwa obat aman, atau


setidaknya tidak ada efek yang tidak diinginkan atau tak terduga akan
terjadi dari pemberiannya.
b. Tahap 2 yaitu harus diuji efektivitasnya (obat harus memiliki efek
apa yang seharusnya). Obat-obatan yang tidak berguna tidak dapat
dijual, atau yang membuat klaim untuk efek yang sebenarnya tidak
dimiliki.
c. Tahap 3 adalah pengujian ini dirancang untuk mengukur efektivitas
obat. Meskipun vaksin diharapkan memiliki efektivitas hampir 100%,
obat-obat tertentu mungkin dapat diterima bahkan jika mereka
mempunyai efektivitas yang minimal, asalkan dokter yang
meresepkan mengetahuinya.

Seluruh proses produksi ditelaah dengan hati-hati oleh FDA dengan


mempelajari catatan prosedur serta mengunjungi tempat produksi itu sendiri.
Setiap langkah dalam proses produksi harus didokumentasikan, dan produsen
harus menunjukkan suatu “kontrol yang tetap” untuk proses produksi. Ini
berarti bahwa prosedur yang diteliti harus terjaga untuk setiap langkah dalam
proses, dan harus ada instruksi tertulis untuk setiap langkah dari proses.
Kecuali dalam kasus-kasus kesalahan yang memilukan, FDA tidak
menentukan apakah setiap langkah dalam proses benar, tetapi hanya
menentukan apakah aman dan cukup terdokumentasi dengan baik untuk
dilakukan, seperti yang ditetapkan oleh produsen.

7. Masa Depan Vaksin

Memproduksi vaksin antivirus yang aman dan dapat dimanfaatkan


melibatkan sejumlah besar langkah yang tidak selalu dapat dilakukan pada
setiap virus.Masih banyak yang harus dilakukan dan dipelajari.Metode baru
dari manipulasi molekul telah menyebabkan lebih dari satu ilmuwan
meyakini bahwa teknologi vaksin baru sekarang memasuki “zaman
keemasan.” Perbaikan vaksin sangat mungkin dilakukan di masa depan.
13

Vaksin Rabies, misalnya, menghasilkan efek samping yang membuat vaksin


tidak memuaskan untuk imunisasi masal. Di Amerika Serikat, vaksin rabies
sekarang digunakan hanya pada pasien yang telah tertular virus dari hewan
yang terinfeksi dan mungkin bila tanpa imunisasi, menjadi penyakit yang
fatal.

Virus HIV, saat ini tidak bisa dibuat dengan metode produksi vaksin
tradisional. Virus AIDS cepat bermutasi dari satu strain ke yang lain, dan
setiap strain tampaknya tidak memberikan kekebalan terhadap jenis lain.
Selain itu, kendalanya, efek imunisasi baik virus yang dilemahkan atau virus
yang dibunuh tidak dapat diperlihatkan baik di laboratorium ataupun pada
hewan uji. Vaksin HIV belum berhasil dibuat.

G. Jenis-jenis Vaksinasi
1. Live Attenuated Vaccine

Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan
daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang,
namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan
infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine, yaitu :

a. Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan


respon imun sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen.
b. Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu
dosis berganda.
c. Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi
jika waktu pemberiannya tidak tepat
d. Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik.
e. Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah.
f. Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan
mencapai 95%.
g. Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh,
meningkatkan dosisasli dan berperan sebagai imunisasi ulangan.
14

Contoh: Vaksin Polio (Sabin), Vaksin MMR, Vaksin TBC, Vaksin


Demam Tifoid, Vaksin Campak, Vaksin Gondongan, dan Vaksin Cacar Air
(Varicella).
2. Inactivated Vaccine(Killed Vaccine)
Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia
(formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari
bakteri atau virus, atau sebagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja.
Sifat vaksin inactivated vaccine, yaitu :

a. Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat


dimasukkan dalam bentuk antigen.
b. Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya
sedikit atau tidak menimbulkan imunitas seluler.
c. Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga
diperlukan dosis ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas
protektif tetapi hanya memacu dan menyiapkan sistem imun, respon
imunprotektif baru-barumuncul setelah dosis kedua dan ketiga.
d. Tidak dipengaruhi oleh circulating antibod.
e. Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik.
f. Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi
alamiah.
Contoh : Vaksin Rabies, Vaksin Influenza, Vaksin Polio (Salk), Vaksin
Pneumonia Pneumokokal, Vaksin Kolera, Vaksin Pertusis, dan Vaksin
Demam Tifoid.
3. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan
penyakit dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan
bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan
toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu
merangsang terbentuknya antibodi antitoksin.Imunisasi bakteri toksoid efektif
selamasatu tahun.Contoh :Vaksin Difteri dan Tetanus.
15

4. Vaksin Acellular dan Subunit


Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan
melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA,
vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe.Contoh:Vaksin Hepatitis B,
Vaksin Hemofilus Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.

5. Vaksin Idiotipe

Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen


binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam
amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat
bertindak sebagai antigen.Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus
melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.

6. Vaksin Rekombinan

Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah


besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau
eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan
baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin
protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk
membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen
untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus
vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan
respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misalnya hepatitis B)
memerlukan-epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin
tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima
vaksin.

7. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)

Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki


potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu
dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk
16

meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah


disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak
berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen
yang dikodenya.

Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat


imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini
berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang
patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil
akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA
(virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat.
Sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.

8. Vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai


komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B
dibuat dari bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin
hepatitis tidak dapat menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B
diberikan 4 serial, pemberian serial ini memberikan efek proteksi jangka
panjang bahkan seumur hidup.

9. Vaksin Pneumokokus

Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu


penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian
anak-anak di bawah umur 5 tahun di seluruh dunia.
Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat menyebabkan penyakit
Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran pernafasan anak-anak
yang disebarkan melalui batuk atau bersin.

Kini terdapat lebih dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun


hanya lebih kurang 10% yang bisa menyebabkan penyakit yang serius di
seluruh dunia.
17

Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan
penyakit pneumokokus yang sangat serius dan resisten terhadap antibiotik.
Pneumokokus menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya
adalah:

a. Meningitis (Radang selaput otak).


b. Bakteremia (infeksi dalam darah).
c. Pneumonia (infeksi Paru-paru).
d. Otitis Media (infeksi Telinga).

Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan


otak, ketulian, dan kematian.
10. Vaksin Human Papillomavirus (HPV)
Human Papilloma Virus secara umum menginfeksi lapisan kulit yaitu
pada keratinosit dan membran mukosa. Sebagian besar virus jenis ini (ada
lebih dari 200 virus) tidak menimbulkan gejala, tetapi sebagian akan dapat
menimbulkan gejala berupa kutil. Kutil ini dapat muncul dimana saja. Virus
ini juga telah terbukti memiliki hubungan dengan munculnya kanker cervix,
vulva, vagina, dan anus pada wanita dan sebagian lain kanker pada anus dan
penis laki-laki.

11. Vaksin Varicella (Cacar Air)

Cacar air (Varicella) adalah penyakit yang sering dialami pada masa
kanak-kanak. Penyakit ini cukup ringan, tapi bisa berakibat serius, terutama
bagi bayi dan orang dewasa.

a. Cacar air bisa menyebabkan ruam, rasa gatal, demam, dan rasa lelah.
b. Bisa menyebabkan infeksi kulit yang berat, meninggalkan bekas
luka, pneumonia, kerusakan pada otak atau kematian.
c. Virus cacar air bisa tersebar melalui udara, atau melalui kontak
dengan cairan pada lepuhan (pada kulit) yang disebabkan oleh cacar
air tersebut.
18

d. Seseorang yang telah menderita penyakit cacar air bisa mengalami


ruam yang menyebabkan rasa nyeri beberapa tahun setelah terkena
cacar air. Sebelum vaksin cacar air ini ada, sekitar 11.000 orang di
Amerika Serikat dirawat di rumah sakit akibat penyakit ini.

Vaksin cacar air ini dapat mencegah penyakit cacar air. Kebanyakan dari
orang yang telah mendapatkan vaksinasi cacar air, mereka tidak terkena
penyakit ini. Walaupun mereka terkena cacar air, biasanya reaksi yang
ditimbulkan cukup ringan.Mereka hanya memiliki sedikit lepuh atau
gelembung cacar air di tubuh, dan sangat kecil kemungkinannya untuk
mengalami demam. Waktu pemulihannya juga relatif cepat.

12. RotaTeq dan Rotarix Vaksin

Rotavirus adalah virus yang sering menyebabkan gastroenteritis akut


(infeksi saluran pencernaan) pada anak, yang ditandai dengan muntah, diare,
demam, dan nyeri perut. Pada bayi dan anak kecil, infeksi rotavirus dapat
menyebabkan diare dan muntah berat sehingga anak menjadi kehilangan
banyak cairan (dehidrasi).Infeksi rotavirus dapat dicegah salah satunya
dengan imunisasi rotavirus. Saat ini tersedia dua jenis vaksin rotavirus yaitu
RotaTeq dan Rotarix.

Gejala infeksi rotavirus berupa demam, muntah, diare, dan atau nyeri
perut.Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat
berlangsung selama 3 – 8 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu
anak kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus
dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian.

Pencegahan dari rotavirus dapat menular dengan mudah. Untuk


mencegah infeksinya dapat dilakukan dengan cara rajin cuci tangan dan
menjaga kebersihan sangat penting, namun tidak cukup untuk mencegah
penularan infeksi rotavirus. Selain itu juga dapat diberikan vaksin rotavirus
dapat mencegah gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi rotavirus.
Vaksin rotavirus dapat mencegah hingga kira-kira 75% kasus infeksi
19

rotavirus dan 98% kasus infeksi berat. Saat ini tersedia dua jenis vaksin
rotavirus yaitu RotaTeq dan Rotarix.

Selain itu anak yang sudah imunisasi rotavirus masih dapat terkena
infeksi rotavirus (gastroenteritis) karena rotavirus terdiri dari banyak strain,
tidak semua strain rotavirus terdapat dalam vaksin, dan vaksin tidak
memberikan efek perlindungan (imunitas yang penuh).

a. Rotarix

Rotarix adalah vaksin yang melindungi bayi anda dari virus


(rotavirus) yang dapat menyebabkan diare dan muntah berat.Rotavirus
dapat menyebabkan diare dan muntah berat sehingga bayi anda dapat
kehilangan banyak cairan sehingga anak harus segera dibawa ke rumah
sakit.Vaksin Rotarix berupa cairan yang diberikan melalui mulut (vaksin
oral), bukan suntikan.

Rotarix berupa cairan yang diberikan melalui tetesan pada mulut


bayi dan ditelan oleh bayi. Bayi anda akan mendapatkan dosis pertama
pada usia 6 minggu. Dosis kedua diberikan setidaknya 4 minggu setelah
dosis pertama, sebelum usianya 6 bulan.Rotarix dapat diberikan bersama
dengan imunisasi suntik lainnya.Bayi anda dapat langsung menyusui
setelah mendapatkan Rotarix.

b. Rotateq

Rotateq adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi


rotavirus pada anak-anak.Infeksi rotavirus dapat menyebaban demam,
muntah dan diare, yang penyakit tersebut dapat berat dan menyebabkan
anak kehilangan banyak cairan (dehidrasi), memerlukan perawatan di
rumah sakit, dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada beberapa
anak.
20

13. Vaksin Hepatitis A

Hepatitis A merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus


Hepatitis A suatu virus RNA yang ditularkan melalui rute fecal-oral terutama
karena sanitasi yang buruk. Dapat menular lewat makanan atau minuman
yang terkontaminasi virus atau dari droplet ludah manusia yang mengandung
virus.Penyakit ini sebenarnya dapat sembuh sendiri tetapi pada pasien dengan
gejala yang berat dapat muncul kuning di seluruh tubuh maupun di mata,
mual, muntah-muntah dan demam.Vaksinasi dapat mencegah penyakit ini.

H. Jenis-jenis Vaksin yang Sering Digunakan

Vaksin yang sering digunakan dalam program imunaisasi wajib atau yang
dianjurkan dibagi atas 4 golongan vaksin diantaranya yaitu:
1. Vaksin Hidup (Live Attenuated).
2. Vaksin yang tidak aktif ((Inactivated).
3. Vaksin Toksoid.
4. Vaksin Rekombinan.
Vaksin Hidup berisi virus atau bakteri yang dilemahkan, dibuat
dilaboratorium dengan memodifikasikan kuman penyebab penyakit. Kuman yang
dilemahkan tersebut masih bisa berkembang (bereplikasi) dan menimbulkan
kekebalan tapi tidak membuat sakit seseorang. Contoh vaksin yang berisi virus
hidup adalah Vaksin Polio dan MMR. Vaksin yang berisi virus hidup
contohnya Vaksin BCG, Vaksin Campak, dan Vaksin Tifoid Oral (vivotif).
Vaksin yang tidak aktif (inactivated): berisikan virus atau bakteri yang dibuat
tidak aktif, dapat terdiri dari seluruh komponen kuman atau sebagian komponen
kuman. Contoh vaksin yang mengandung virus mati adalah
Vaksin Influenza, Vaksin Rabies, Vaksin Hepatitis A, Vaksin Hepatitis B.
Sedangkan vaksin yang mengandung bakteri mati adalah Vaksin Pertusis
(batuk rejan), Vaksin HiB, Vaksin Kolera, dan Vaksin Meningokokus.
Vaksin toksoid adalah vaksin yang dibuat dari racun (toksin) kuman yang
dilemahkan, contohnya adalah Vaksin untuk Tetanus dan Difteri.
21

Kemajuan iptek kedokteran memungkinkan vaksin dari hasil rekayasa


genetika yang dikenal sebagai vaksin rekombinan seperti :Vaksin Hepatitis
B, Vaksin Tifoid danVaksin Rotavirus. Selain pembagian golongan berdasarkan
isi vaksin tadi, vaksin yang ada juga bisa dibagi atasvaksintunggal dan vaksin
kombinasi. Vaksin tunggal berisi hanya 1 antigen atau kuman yang dilemahkan,
misalnya vaksin hepatitis B, vaksin campak dan sebagainya. Sementara Vaksin
kombinasi (combo vaccine) berisi beberapa antigen atau kuman yang dilemahkan,
misalnya DPT yang dapat mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus. Bahkan
belakangan ada kecenderungan untuk membuat vaksin kombinasi yang lebih
banyak sampai 4 atau 5 antigen/kuman sehingga dengan 1 kali pemberian vaksin
dapat mencegah 4 atau 5 penyakit sekaligus. Contoh vaksin kombinasi seperti ini
: vaksin DPT digabung dengan hepatitis B atau HiB. Di Puskesmas sudah
dikenalkan vaksin kombo yaitu vaksin DPT yang digabung dengan hepatitis B.

I. Pemberian Vaksin
Menurut beberapa penelitian ada vaksin yang diberikan 1 kali saja sudah
cukup untuk meningkatkan kekebalan, tetapi ada juga yang butuh beberapa kali
baru bisa memberikan perlindungan yang memadai. Pada anak dibawah satu
tahun akan sering mendapat imunisasi hampir tiap bulannya, diantara vaksin
tersebut ada yang diberikan 1 kali seperti, hepatitis B, DPT dan Polio. Hal ini
karena untuk penyakit tersebut, Berdasarkan vaksinasi 1 atau 2 kali saja tidak
cukup, antibodi yang terbentuk untuk memberikan perlindungan.
Imunisasi pada anak usia kurang dari 1 tahun merupakan imunisasi dasar, jadi
harus lengkap terpenuhi.Bahkan pada imunisasi DPT, masih memerlukan
tambahan atau booster (penguat) pada usia diatas 1 tahun, usia 6 tahun dan usia
sekitar 12 tahun. Dasarnya adalah penelitian para ahli yang mendapatkan kadar
antibodi mulai berkurang pada usia-usia tersebut.
Memang cukup ‘merepotkan’ bagi ibu-ibu muda yang mempunyai bayi,
karena harus siap berulangkali membawa si kecil kedokter, BKIA atau Posyandu.
Pada saat sekarang dan kedepan, kerepotan itu nampaknya akan berkurang dengan
adanya vaksin kombinasi (Vaksin Kombo, Combined Vaccine) karena sekali
22

suntik dapat untuk pencegahan 4 sampai 5 penyakit. Mengenai jadwal vaksin


yang tidak sama dapat dijelaskan sebagai berikut : pada vaksin seperti : hepatitis
B dan Polio diberikan sejak usia kurang dari 1 bulan, dikarenakan untuk vaksin
tersebut bayi sudah mampu membentuk antibodi nya. Tapi ada vaksin yang baru
dapat menghasilkan antibodi yang cukup setelah usia yang lebih tua. Selain itu
pertimbangan masih adanya antibodi dari ibu sudah mulai berkurang. Hal lain
dengan mempertimbangkan angka kejadian penyakit tersering pada kelompok
umur anak. Anak usia diatas 2 tahun sudah mengenal jajan dan beresiko tinggi
terkena dema tifoid (tifus), maka pemberian vaksin tifoid mulai diberikan setelah
usia anak 2 tahun.

J. Usia Pemberian Vaksin Pada Anak


Berikut ini adalah macam-macam vaksin yang direkomendasikan untuk
diberikan menurut Center of Disease Prevention and Control US. Ada beberapa
vaksin yang belum populer diberikan di Indonesia, namun akan lebih baik juga
jika diberikan, seperti vaksin rotavirus dan human papiloma virus. Beberapa
vaksin tertentu perlu diberikan beberapa kali untuk meningkatkan efektivitas
perlindungannya.
1. Vaksin Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis
a. Pemberian pertama pada saat lahir sampai 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 1 sampai 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 sampai 18 bulan.
2. Vaksin Hib untuk mencegah infeksi virus hemophilus influenza tipe
B
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.
d. Pemberian keempat pada 12 sampai 15 bulan.
3. Vaksin polio untuk mencegah polio
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
23

c. Pemberian ketiga pada 6 sampai 18 bulan.


d. Pemberian keempat pada 4-6 tahun.
4. Vaksin DPT untuk mencegah diphteri, pertusis (batuk rejan) dan
tetanus
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.
d. Pemberian keempat pada 15 sampai 18 bulan.
e. Pemberian kelima pada 4-6 tahun.
f. Dianjurkan juga pada 11 tahun
5. Vaksin pneumokokus untuk mencegah infeksi saluran nafas karena
bakteri (pneumonia)
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.
d. Pemberian keempat pada 12 sampai 18 bulan.
6. Vaksin rotavirus untuk mencegah infeksi saluran cerna seperti diare
yang sering terjadi pada anak-anak
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.
7. Vaksin hepatitis A
a. Pemberian pertama pada 12 bulan.
b. Pemberian kedua pada 18 bulan.
8. Vaksin Influenza
a. Pemberian pertama pada usia 6 bulan (memerlukan satu
bulan booster setelah vaksin awal).
b. Setiap tahun sampai 5 tahun (kemudian tahunan jika ditunjukkan atau
diinginkan, menuru resiko).
9. Vaksin MMR (measles, mumps and rubella) untuk mencegah sakit
campak dan campak jerman
24

a. Pemberian pertama pada 12 sampai 15 bulan.


b. Pemberian kedua pada 4-6 tahun.
10. Vaksin varicella untuk mencegah cacar air
a. Pemberian pertama 12 sampai 15 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4-6 tahun.
11. Vaksin meningokokus untuk mencegah infeksi meningitis
a. Pemberian tunggal pada 11 tahun.
12. Vaksin Virus Human Papilloma (untuk remaja perempuan saja)
untuk mencegah kanker serviks
a. Pemberian pertama pada 11 tahun.
b. Pemberian kedua dua bulan setelah pemberian pertama.
c. Pemberian ketiga enam bulan setelah pemberian pertama.

K. Efek Samping dari Vaksinasi


Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari resiko efek samping.
Namun keputusan untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk
terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain. Resiko
komplikasi serius dari vaksin selalu jauh lebih rendah daripada risiko jika anak
Anda jatuh sakit dengan salah satu penyakit.
Vaksin terhadap Difteri, Tetanus, Batuk rejan, Polio dan Hib dapat
menyebabkan area merah dan bengkak di tempat vaksinasi. Hal ini akan hilang
dalam beberapa hari. Anak Anda mungkin mendapatkan demam pada hari
suntikan dan hingga 10 hari kemudian.
Efek samping yang paling sering terkait dengan Vaksin Pneumokokus adalah
reaksi di tempat suntikan seperti rasa sakit, nyeri, kemerahan atau bengkak,
demam dan lekas marah. Anak Anda mungkin juga mengantuk.
Vaksin MMR dapat menyebabkan reaksi singkat yang dapat dimulai dari
beberapa hari sampai tiga minggu setelah vaksinasi. Anak Anda mungkin
mendapatkan gejala-gejala ringan seperti penyakit yang sedang divaksinasi,
misalnya dingin, reaksi kulit, demam atau kelenjar ludah membengkak. Penelitian
25

intensif selama beberapa tahun terakhir telah menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara vaksin MMR dengan penyakit Crohn dan autis belum terbukti.
Vaksin Meningitis C mungkin mempunyai efek sebagai berikut:
a. Bayi: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat suntikan
diberikan.
b. Balita selama 12 bulan: beberapa pembengkakan dan kemerahan di
tempat suntikan diberikan. Sekitar satu dari empat anak mungkin telah
terganggu tidur.
c. Anak-anak Pra-sekolah: sekitar 1 dalam 20 mungkin memiliki beberapa
bengkak di tempat suntikan. Sekitar 1 dalam 50 mungkin mengalami
demam ringan dalam beberapa hari vaksinasi.
d. Anak-anak dan remaja: sekitar satu dari empat mungkin memiliki
beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat injeksi. Sekitar 1
dalam 50 mungkin mengalami demam ringan. Sekitar 1 dari 100 mungkin
mengalami sakit pada lengan yang diinjeksi, yang bisa berlangsung satu
atau dua hari.
Efek samping yang paling sering berkaitan dengan Vaksin HPV adalah rasa
sakit, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan.
Efek samping umum lainnya antara lain adalah: sakit kepala, sakit otot atau
sendi, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan, demam, pusing, iritasi kulit,
seperti gatal dan ruam, gangguan usus, seperti mual dan muntah, diare, sakit
perut.

L. Jangka Waktu Vaksinasi


a. Difteri dan Tetanus : setidaknya selama 10 tahun, atau mungkin lebih
lama.
b. Batuk Rejan : setidaknya selama tiga tahun. Namun, ini masih sedang
dipelajari.
c. Meningitis : perlindungan jangka panjang.
d. Polio : perlindungan seumur hidup.
26

e. Campak, mumps dan rubella (campak Jerman) : menawarkan


perlindungan yang tahan lama yang sangat mungkin seumur hidup.
f. Meningitis C : menawarkan perlindungan yang tahan lama yang sangat
mungkin seumur hidup.
g. Kanker Serviks : studi menunjukkan bahwa perlindungan berlangsung
setidaknya selama lima tahun. Penelitian lebih lanjut sedang berlangsung
untuk membuktikan apakah boosterakan dibutuhkan.

BAB III
27

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan

Vaksinasi merupakan imunisasi aktif, ialah suatu tindakan yang dengan


sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akanmen stimulasi
sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah
mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa. Secara
umun tujuan imunisasi antara lain :
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
3. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) danmortalitas
(angka kematian) pada balita.
B. Saran
1. Untuk mendapatkan vaksin yang efektif hendaknya, para praktisi
kesehatan yang melakukan vaksinasi mematuhi petunjuk penggunaan
vaksin agar efek baik dari vaksin tersebut didapatkan dan efek samping
dikurangi.
2. Praktisi kesehatan yang melakukan vaksinasi hendaknya sudah memiliki
latar belakang ilmu tentang vaksin serta seluk beluknya agar dalam
memvaksinasi tidak terdapat kekeliruan.
3. Dalam memvaksinasi para praktisi kesehatan tersebut sebaiknya
jugamelakukan konseling kepada para ibu dari bayi yang diimunisasi
tentang efek yang mungkin timbul dari imunisasi serta
menjelaskan bagimana cara menanggulanginya agar para ibu tersebut tetap
melakukan vaksinasi sehingga cakupan imunisasi tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
28

Biomed. M Radji. 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta: PT ISFI

Dorland, 2012. Kamus saku kedokteran Dorland, ed. 28 (alih bahasa: Albertus
Agung Mahode). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul.2008.Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan
kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Hadinegoro, Sri Rezeki S. 2000. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. FKUI.


Volume 2, Nomor 1.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC


Nurwijaya, Hartanti; Andrijono dan Suheini. 2010. Cegah Dan Deteksi Kanker
Serviks. Jakarta: Elex Media Komputindo
Radji, Maksum. 2009. Vaksin Kanker. Jurnal Mikrobiologi dan Bioteknologi,
109-118.
Ranuh. 2008. Imunisasi Di Indonesia, Edisi 1. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Schwartz, M.William. 2004. Clinical Handbook of Pediatrics. Jakarta : EGC

Suharjo, J.B. 2010. Vaksinasi, cara ampuh cegah penyakit infeksi. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Supartini, Yupi. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :EGC

Umar, 2006. Imunisasi Mengapa Perlu ?.Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara

Wahab,samik. 2000. Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai