Vaksin
Vaksin
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dapat terhindar dari penyakit, karena didalam tubuhnya dilengkapi
dengan dua kekebalan tubuh yaitu system kekebalan spesifik dan ksistem
kekebalannon-spesifik. Sistem kekebalan tubuh nonspesifik bekerja melawan
semua jenis benda asing yang masuk dan tidak bekerja ditujukan pada zat asing
atau mikroorganisme tertentu. Sistem kekebalan tubuh nonspesifik antara lain:
a. Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia bulu getar hidung
yangmenyaring kotoran yang masuk dari saluran nafas bawah, kulit, bulu
mata, dan lain-lain.
b. Pertahanan biokimiawi, misalnya air susu ibu yang mengandung laktoferin
yang berperan sebagai antibakterik.
c. Pertahanan tubuh seluler, misalnya monosit dan makrofrag.
Apabila kekebalan tubuh spesifik tidak bisa mengatasi serangan
mikroorganisme atau zat asing yang masuk maka kekebalan tubuh spesifik akan
diaktifkan. Sistem kekebalan tubuh spesifik bekerja melawan antigen tertentu oleh
karena kemampuannya menyimpan memori. Sistem kekebalan tubuh spesifik
diperankan oleh sel limfosit T dan limfosit B. Sistem kekebalan tubuh spesifik ini
tidak mengenali struktur utuh darimikroorganisme melainkan hanya sebagian
protein saja yang kemudian memacu kekebalan aktif tubuh. Protein yang sebagian
ini disebut antigen. Adanya antigen iniakan menyebabakan sel T dan B
memproduksi antibody untuk melawan antigen yangmasuk ke dalam tubuh
manusia. Semakin sering terpapar antigen dari luar maka akan semakin tinggi
antibody yang terbentuk dan memori pertahanan tunuh semakin banyak
mengingat, sehingga tubuh menjadi kebal. Akan tetapi antibodi dalam tubuh
manusia sifatnya tidak stabil, untuk itu diperlukan suatu paparan antigen dari luar
yang dilemahkan yang disebut vaksin untuk memacu kekebalan tubuh tersebut
aktif. (Cahyono, Subarjo.2010)
1
2
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah vaksinasi?
2. Apa pengertian dari vaksin?
3. Apa tujuan dari imunisasi?
4. Apa saja manfaat dari imunisasi?
5. Apa saja bahan-bahan pembuatan vaksin?
6. Bagaimana proses pembuatan vaksin?
7. Sebutkan jenis-jenis vaksinasi?
8. Sebutkan jenis-jenis vaksin yang sering digunakan?
9. Bagaimana pemberian vaksin?
10. Berapa usia pemberian vaksin pada anak?
11. Apa saja efek samping vaksinasi?
12. Sebutkan jangka waktu vaksinasi?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui sejarah vaksinasi.
2. Untuk mengetahui pengertian vaksin.
3. Untuk mengetahui tujuan dari imunisasi.
4. Untuk mengetahui manfaat dari imunisasi.
5. Untuk mengetahui bahan-bahan pembuatan vaksin.
6. Untuk mengetahui proses pembuatan vaksin.
7. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksinasi.
8. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksin yang sering digunakan.
9. Untuk mengetahui pemberian vaksin.
10. Untuk mengetahui usia pemberian vaksin pada anak.
11. Untuk mengetahui efek samping vaksinasi.
12. Untuk mengetahui jangka waktu vaksinasi.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Sebagai teoritis makalah ini berguna sebagai
media pembelajaran agar mengetahui dan lebih memahami mengenai imunisasi
atau vaksin. Secara praktis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah vaksinasi
Orang yang pertama kali mengidap penyakit cacar mencoba mencegah
dengan inokulasi diri dan dengan jenis infeksi lain. Pada tahun 1718 Lady Mary
Wortley Montagu melaporkan bahwa Turki memiliki tradisi sengaja inokulasi
diridengan cairan yang diambil dari kasus-kasus ringan cacar, dan bahwa ia telah
menginokulasi anak-anaknya sendiri. Sebelum 1796 ketika dokter Edward Jenner
dari Inggris menguji adanya kemungkinan menggunakan vaksin cacar sapi
sebagai imunisasi untuk cacar pada manusia untuk pertama kalinya. Sedikitnya
enam orang telah melakukan hal tersebut dan beberapa tahun yang sama
sebelumnya yaitu seseorang yang identitasnya tidak diketahui dari Inggris (sekitar
1771), Ibu Sevel dari Jerman (sekitar1772), Mr Jensen dari Jerman (sekitar 1770),
Benyamin Jesty dari Inggris pada tahun 1774, Rendall Ibu dari Inggris (sekitar
1782), dan Peter Plett dari Jerman tahun 1791.
Kata Vaksinasi pertama kali digunakan oleh Edward Jenner pada tahun
1796.Louis Pasteur furthered dengan konsep yang melalui kepeloporannya dalam
mikrobiologi. Vaksinasi (Latin: Vacca-sapi) ini dinamakan demikian
karenavaksin pertama berasal dari virus yang mempengaruhi sapi (cacar sapi) yan
g relatif jinak terhadap virus yang menyediakan tingkat kekebalan terhadap cacar,
penyakit menulardan mematikan. Dalam pengucapan umum yaitu vaksinasi dan
imunisasi pada umumnya memiliki makna sehari-hari yang sama. Hal ini
membedakannya dari inokulasi, yang menggunakan patogen hidup unweakened,
walaupun dalam pemakaian umum baik digunakan untuk merujuk kepada sebuah
imunisasi. Kata vaksinasi pada awalnya digunakan khusus untuk menggambarkan
suntikan vaksin cacar. Upaya Vaksinasi dari dulu telah menuai kontroversi pada
bidang ilmiah, etika,keamanan politik, medis, agama, dan alasan lainnya. Dalam
kasus yang jarang, vaksinasi dapat melukai orang dan di Amerika Serikat mereka
dapat menerima kompensasi bagi mereka yang cedera di bawah Program
Kompensasi Cedera Vaksin Nasional.
5
B. Pengertian Vaksin
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal, resisten. Imunisasi berarti anak
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu
penyakit tetapi belum kebal terhadap penyakit yang lain. (Soekidjo, 2003)
Imunisasi adalah upaya memberikan bahan untuk merangsang produksi daya
tahan tubuh. Sebagai akibat selanjutnya orang yang diberi vaksin akan memiliki
kekebalan spesifik terhadap penyakit yang disebabkan kuman tersebut. Bahan
tersebut pada dasarnya merupakan ancaman buatan bagi tubuh (Achmadi, 2006)
Imunisasi disebutjuga vaksinasi atau inokulasi. Imunisasimemberikan
perlindungan terhadap sejumlah penyakit berbahaya. Ketika
diimunisasi, diberikan vaksin yang dibuat dari sejumlah kecil bakteri atau virus
penyebab penyakit tersebut. Vaksin ini akan merangsang tubuh membuat antibodi
terhadap penyakit yang dimaksud. (Thompson, 2003)
Vaksin adalah segala persiapan dimaksudkan untuk menghasilkan kekebalan
terhadap penyakit dengan merangsang produksi antibodi. Vaksin misalnya
suspensi mikroorganisme dibunuh atau dilemahkan, atau produk atau turunan dari
mikroorganisme. Metode yang paling umum dari pemberian vaksin adalah
melalui suntikan, namun ada juga yang diberikan melalui mulut atau semprot
hidung. Menurut WHO, vaksinasi merupakan imunisasi aktif adalah suatu
tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen
yang akan menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga
nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan
oleh antigen serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi yang dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit, namun dapat menimbulkan
limfosit yang peka, antibodi maupun sel memori.
C. Tujuan Imunisasi atau Vaksinasi
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
padaseseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia.
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
6
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit
yang sering berjangkit. Secara umun tujuan imunisasi adalah :
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
3. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada balita.
D. Manfaat Vaksinasi
Ada beberapa manfaat dari vaksinasi, antara lain :
1. Bagi anak, sebagai upaya pencegahan untuk melindungi anak dari
serangan penyakit tertentu, yang mungkin bisa menyebabkan penderitaan
atau bahkan cacat permanen.
2. Bagi keluarga, vaksinasi bermanfaat untuk menghilangkan kecemasan
akan kesehatan dan biaya pengobatan jika anak sakit. Menumbuhkan
keyakinan dan harapan bahwa anak-anak akan menjalani masa
pertumbuhannya dengan amandan ceria. Sehingga, orang tua bisa sedikit
terlepas dari kekhawatiran anaknya terserang dari penyakit-penyakit
tertentu yang selalu menjangkiti anak-anak.
3. Bagi negara, vaksinasi merupakan salah satu bentuk tanggung jawab
negara untuk meningkatkan taraf kesehatan wargananya. Dengan vaksinasi
diharapkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
lebih meningkat dan citra negara di mata dunia menjadi lebih baik.
E. Bahan-bahan Pembuatan Vaksin
1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau
garam untuk mendorong antibodi. Logam ini dikenal sebagai
kemungkinan penyebab kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan
dementia (pikun). Menurut pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat
meracuni darah, syaraf pernafasan, mengganggu sistem imun dan syaraf
seumur hidup. Alumunium digunakan pada vaksin DPT dan Hepatitis B.
2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk
konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
7
3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada
beberapavaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.
4. Formaldehida atau Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar
karena dipakai sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini
dikenal sebagai bahan pembalseman.
5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.
6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya
dan kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin
Varicella.
7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman
di dalam perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal
pada sebagian orang dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk
bahan pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan
ditemukan pada Vaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil
merkuri.
Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-
bahan lain seperti :
1. Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf
dan sistem pernafasan.
2. Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit
jamur. Efek sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.
3. Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada
botol. Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini
dianggap sebagai protein asing beracun.
F. Proses Pembuatan Vaksin
Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan
setelah tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium.
Perubahan dari produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi
8
bergalon-galon vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis,
dan prosedur laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk
meningkatkan skala produksi.
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut
benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau
variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam
kondisi “ideal”, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau
lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau
wadah plastik.Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 cm3, mengandung ribuan
hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin.
Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezer akan
mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm
yang dapat didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika
suhu freezer berada di luar suhu yang seharusnya.
2. Pertumbuhan Virus
Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media
umumnya mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein
murni dari darah sapi. Media juga mengandung protein lain dan senyawa
organik yang mendorong reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar,
pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus
akan bertambah banyak.
9
Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH.pH adalah ukuran
keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14, dan virus harus
disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam
atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh
tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup,
tabung, dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan
suhu, dan ada berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia
seperti oksigen untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel
untuk analisis mikroskopik, dan pengaturan steril untuk menambahkan
komponen ke pabrik sel dan mengambil produk setengah jadi ketika siap.
Virus dari pabrik sel ini kemudian dipisahkan dari media, dan ditempatkan
dalam media kedua untuk penumbuhan tambahan. Metode awal yang dipakai
40 atau 50 tahun yang lalu yaitu menggunakan botol untuk menyimpan
campuran, dan pertumbuhan yang dihasilkan berupa satu lapis virus di
permukaan media. Peneliti kemudian menemukan bahwa jika botol itu
berubah posisi saat virus tumbuh, virus bisa tetap dihasilkan karena lapisan
virus tumbuh pada semua permukaan dalam botol.
Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang
sedang tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih besar namun mirip dengan
pabrik sel, dan dicampur dengan “manik-manik,” partikel mikroskopis
dimana virus dapat menempelkan diri.Penggunaan “manik-manik” memberi
virus daerah yang lebih besar untuk menempelkan diri, dan akibatnya,
pertumbuhan virus menjadi jauh lebih besar.Seperti dalam pabrik sel, suhu
dan pH dikontrol secara ketat.Waktu yang dihabiskan virus untuk tumbuh
10
bervariasi sesuai dengan jenis virus yang diproduksi, dan hal itu sebuah
rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.
3. Pemisahan Virus
Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan
dari manik-manik dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian
dialirkan melalui sebuah filter dengan bukaan yang cukup besar yang
memungkinkan virus untuk melewatinya, namun cukup kecil untuk
mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini disentrifugasi beberapa
kali untuk memisahkan virus dari manik-manik dalam wadah sehingga virus
kemudian dapat dipisahkan. Alternatif lain yaitu dengan mengaliri campuran
manik-manik dengan media lain sehingga dapat memisahkan manik-manik
dari virus.
Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang
dimatikan. Pemilihan satu dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor
termasuk kemanjuran vaksin yang dihasilkan dan efek sekunder. Virus yang
dibuat hampir setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru biasanya
berupa virus yang dilemahkan.Virulensi virus bisa menentukan pilihan;
vaksin rabies, misalnya, selalu vaksin dari virus yang dimatikan.
Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu
tumbuh.Vaksin yang berasal dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan
vaksin) dikombinasikan sebelum pengemasan. Jumlah aktual dari vaksin
yang diberikan kepada pasien akan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah
medium yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan mengenai
apakah akan menggunakan air, alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin,
misalnya, dibuat setelah tes berulang-ulang demi keselamatan, steritilitas, dan
stabilitas.
5. Pengontrolan Kualitas
6. Proses Perizinan
Virus HIV, saat ini tidak bisa dibuat dengan metode produksi vaksin
tradisional. Virus AIDS cepat bermutasi dari satu strain ke yang lain, dan
setiap strain tampaknya tidak memberikan kekebalan terhadap jenis lain.
Selain itu, kendalanya, efek imunisasi baik virus yang dilemahkan atau virus
yang dibunuh tidak dapat diperlihatkan baik di laboratorium ataupun pada
hewan uji. Vaksin HIV belum berhasil dibuat.
G. Jenis-jenis Vaksinasi
1. Live Attenuated Vaccine
Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan
daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang,
namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan
infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine, yaitu :
5. Vaksin Idiotipe
6. Vaksin Rekombinan
8. Vaksin Hepatitis B
9. Vaksin Pneumokokus
Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan
penyakit pneumokokus yang sangat serius dan resisten terhadap antibiotik.
Pneumokokus menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya
adalah:
Cacar air (Varicella) adalah penyakit yang sering dialami pada masa
kanak-kanak. Penyakit ini cukup ringan, tapi bisa berakibat serius, terutama
bagi bayi dan orang dewasa.
a. Cacar air bisa menyebabkan ruam, rasa gatal, demam, dan rasa lelah.
b. Bisa menyebabkan infeksi kulit yang berat, meninggalkan bekas
luka, pneumonia, kerusakan pada otak atau kematian.
c. Virus cacar air bisa tersebar melalui udara, atau melalui kontak
dengan cairan pada lepuhan (pada kulit) yang disebabkan oleh cacar
air tersebut.
18
Vaksin cacar air ini dapat mencegah penyakit cacar air. Kebanyakan dari
orang yang telah mendapatkan vaksinasi cacar air, mereka tidak terkena
penyakit ini. Walaupun mereka terkena cacar air, biasanya reaksi yang
ditimbulkan cukup ringan.Mereka hanya memiliki sedikit lepuh atau
gelembung cacar air di tubuh, dan sangat kecil kemungkinannya untuk
mengalami demam. Waktu pemulihannya juga relatif cepat.
Gejala infeksi rotavirus berupa demam, muntah, diare, dan atau nyeri
perut.Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat
berlangsung selama 3 – 8 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu
anak kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus
dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian.
rotavirus dan 98% kasus infeksi berat. Saat ini tersedia dua jenis vaksin
rotavirus yaitu RotaTeq dan Rotarix.
Selain itu anak yang sudah imunisasi rotavirus masih dapat terkena
infeksi rotavirus (gastroenteritis) karena rotavirus terdiri dari banyak strain,
tidak semua strain rotavirus terdapat dalam vaksin, dan vaksin tidak
memberikan efek perlindungan (imunitas yang penuh).
a. Rotarix
b. Rotateq
Vaksin yang sering digunakan dalam program imunaisasi wajib atau yang
dianjurkan dibagi atas 4 golongan vaksin diantaranya yaitu:
1. Vaksin Hidup (Live Attenuated).
2. Vaksin yang tidak aktif ((Inactivated).
3. Vaksin Toksoid.
4. Vaksin Rekombinan.
Vaksin Hidup berisi virus atau bakteri yang dilemahkan, dibuat
dilaboratorium dengan memodifikasikan kuman penyebab penyakit. Kuman yang
dilemahkan tersebut masih bisa berkembang (bereplikasi) dan menimbulkan
kekebalan tapi tidak membuat sakit seseorang. Contoh vaksin yang berisi virus
hidup adalah Vaksin Polio dan MMR. Vaksin yang berisi virus hidup
contohnya Vaksin BCG, Vaksin Campak, dan Vaksin Tifoid Oral (vivotif).
Vaksin yang tidak aktif (inactivated): berisikan virus atau bakteri yang dibuat
tidak aktif, dapat terdiri dari seluruh komponen kuman atau sebagian komponen
kuman. Contoh vaksin yang mengandung virus mati adalah
Vaksin Influenza, Vaksin Rabies, Vaksin Hepatitis A, Vaksin Hepatitis B.
Sedangkan vaksin yang mengandung bakteri mati adalah Vaksin Pertusis
(batuk rejan), Vaksin HiB, Vaksin Kolera, dan Vaksin Meningokokus.
Vaksin toksoid adalah vaksin yang dibuat dari racun (toksin) kuman yang
dilemahkan, contohnya adalah Vaksin untuk Tetanus dan Difteri.
21
I. Pemberian Vaksin
Menurut beberapa penelitian ada vaksin yang diberikan 1 kali saja sudah
cukup untuk meningkatkan kekebalan, tetapi ada juga yang butuh beberapa kali
baru bisa memberikan perlindungan yang memadai. Pada anak dibawah satu
tahun akan sering mendapat imunisasi hampir tiap bulannya, diantara vaksin
tersebut ada yang diberikan 1 kali seperti, hepatitis B, DPT dan Polio. Hal ini
karena untuk penyakit tersebut, Berdasarkan vaksinasi 1 atau 2 kali saja tidak
cukup, antibodi yang terbentuk untuk memberikan perlindungan.
Imunisasi pada anak usia kurang dari 1 tahun merupakan imunisasi dasar, jadi
harus lengkap terpenuhi.Bahkan pada imunisasi DPT, masih memerlukan
tambahan atau booster (penguat) pada usia diatas 1 tahun, usia 6 tahun dan usia
sekitar 12 tahun. Dasarnya adalah penelitian para ahli yang mendapatkan kadar
antibodi mulai berkurang pada usia-usia tersebut.
Memang cukup ‘merepotkan’ bagi ibu-ibu muda yang mempunyai bayi,
karena harus siap berulangkali membawa si kecil kedokter, BKIA atau Posyandu.
Pada saat sekarang dan kedepan, kerepotan itu nampaknya akan berkurang dengan
adanya vaksin kombinasi (Vaksin Kombo, Combined Vaccine) karena sekali
22
intensif selama beberapa tahun terakhir telah menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara vaksin MMR dengan penyakit Crohn dan autis belum terbukti.
Vaksin Meningitis C mungkin mempunyai efek sebagai berikut:
a. Bayi: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat suntikan
diberikan.
b. Balita selama 12 bulan: beberapa pembengkakan dan kemerahan di
tempat suntikan diberikan. Sekitar satu dari empat anak mungkin telah
terganggu tidur.
c. Anak-anak Pra-sekolah: sekitar 1 dalam 20 mungkin memiliki beberapa
bengkak di tempat suntikan. Sekitar 1 dalam 50 mungkin mengalami
demam ringan dalam beberapa hari vaksinasi.
d. Anak-anak dan remaja: sekitar satu dari empat mungkin memiliki
beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat injeksi. Sekitar 1
dalam 50 mungkin mengalami demam ringan. Sekitar 1 dari 100 mungkin
mengalami sakit pada lengan yang diinjeksi, yang bisa berlangsung satu
atau dua hari.
Efek samping yang paling sering berkaitan dengan Vaksin HPV adalah rasa
sakit, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan.
Efek samping umum lainnya antara lain adalah: sakit kepala, sakit otot atau
sendi, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan, demam, pusing, iritasi kulit,
seperti gatal dan ruam, gangguan usus, seperti mual dan muntah, diare, sakit
perut.
BAB III
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Dorland, 2012. Kamus saku kedokteran Dorland, ed. 28 (alih bahasa: Albertus
Agung Mahode). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul.2008.Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan
kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Suharjo, J.B. 2010. Vaksinasi, cara ampuh cegah penyakit infeksi. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Supartini, Yupi. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :EGC
Umar, 2006. Imunisasi Mengapa Perlu ?.Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara