Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Individu, Masyarakat, Dan Proses Sosial Budaya

BAB II
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap orang dilahirkan sebagai makhluk individu. Individu adalah seorang manusia yang
khas, ia mempunyai kemampuan dan kebutuhan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Untuk mengembangkan kemampuan dan memenuhi kebutuhannya, ia tidak bisa berdiri sendiri, ia
membutuhkan orang lain. Karena itulah ia hidup berkelompok membentuk masyarakat. Dalam
mengatur kehidupan berkelompok di buatlah norma atau aturan-aturan tentang apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, dengan tujuan untuk menjaga kestabilan, keamanan, dan ketertiban
bersama.
Setiap individu dalam masyarakat mempunyai kedudukan dan peranan yang berbeda,
sehingga memungkinkan untuk saling bekerja sama, saling membentuk, saling mendukung untuk
mencapai tujuan yang sama. Individu senantiasa berhubungan dengan individu lainnya. Dalam
melakukan hubungan tersebut mereka saling pengaruh-mempengaruhi dan saling menyesuaikan
diri sehingga timbul proses sosial. Proses sosial yang terus berlanjut dan teratur akan menyebabkan
perubahan sosial budaya dalam kelompok.
Dalam makalah ini kami berusaha menjelaskan tentang pengertian indifidu dan
masyarakat, struktur pranata dan proses sosial budaya serta mengetahui bahwa masyarakat adalah
unsur dari sebuah pemerintahan dan negara.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian indifidu dan masyarakat serta hubunganya?


2. Memahami struktur pranata dan proses sosial budaya?

C. MANFAAT
1. Mengetahui lebih jauh tentang pengertian indifidu dan masyarakat serta hubunganya.
2. Memahami struktur pranata dan proses sosial budaya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT

1. Individu
Individu berasal dari kata individium (latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi.
Individu menurut konsep sosiologi, artinya manusia yang hidup berdiri sendiri, tidak mempunyai
kawan (sendiri). Individu sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, di dalam dirinya selalu
dilengkapi dengan kelengkapan hidup meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.
a. Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas dapat membedakan antara individu yang satu
dengan yang lain, sekalipun dengan cirri dan hakikat yang sama.
b. Rasa, merupakan perasaan individu yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi
alam semesta, seperti merasakan panas, dingin atau merasakan makanan yang lezat. Perasaan juga
dapat dikembangkan menjadi perasaan senang dengan kehidupan sebaliknya.
c. Rasio, atau akal pikiran merupakan kelengkapan manusia untuk menegmbangkan diri, mengatasi
segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap individu.
d. Rukun, atau pergaulan hidup merupakan bentuk sosialiasi dengan sesame manusia dan hidup
berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun ini merupakan
perangkat individu yang dapat membentuk suatu kelompok sosial yang sering disebut sebagai
masyarakat.

2. Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab “syaraka” yang berarti ikut serta,
berpartisipasi, atau “masyaraka” yang berarti saling bergaul. Di dalam bahasa Inggris dipakai
istilah “society”, yang sebelumnya berasal dari kata lain “socius” berarti “kawan”
(koentjoroningrat,1980). Pendapat sejenis juga terapat dalam buku “Sosiologi Kelompok dan
Masalah Sosial” karangan Abdul Syani (1987), dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal
dari kata musyarak (Arab), yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling
berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapat kesepakatan menjadi masyarakat
(Indonesia).
Dalam bahasa Inggris, kata masyarakat diterjemahkan menjadi dua penegrtian, yaitu society dan
community.
1. Menurut Abdul Syani (1989), masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut
pandang.
a. Memandang community sebagai unsure statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah
atau tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagiandari kesatuan-kesatuan
masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setemnpat, misalnya kampong,
dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan
sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial. Disamping itu,
dilengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat
dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia.
b. Community dipandang sebagai unsure yang dinamis, artinya menyangkut suatu proses (nya)
yang terbentuk melalui faktor psikologi dan hubungan antar manusia, maka di dalamnya ada yang
sifatnya fungsional. Dalam hal ini dapat diambil contoh tentang masyarakat pegawai negeri sipil,
masyarakat ekonomi, masyarakat, mahasiswa dan sebagainya.

Dari kedua cirri khusus yang dikemukakan di atas, berarti dapat diduga bahwa apabila
suatu masyarakat tidak memenuhi cirri-ciri tersebut, maka ia dapat disebut masyarakat society.
Masyarakat dalm pengertian society terdapat interaksi sosial, perhitungan-perhitungan rasional
dan like interest, hubungan-hubungan menjadi bersifat pamrih dan ekonomis (Abdul Syani, 2002)
pengertian masyarakat menurut beberapa ahli adalah :
a. Ralp Linton (1936)
Seorang ahli antropologi, mengartikan masyarakat sebagai kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka sebagai suatu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah dirumuskan dengan jelas.
b. Herkovits ahli
Seorang antropologi yang lain, mengartikan masyarakat sebagai sekelompok individu yang
tersusun mengikuti suatu cara hidup tertentu.
c. Selo Sumardjan
Seorang sosiolog Indonesia mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Menurut Soejono Soekanto (1987) beberapa ciri masyarakat perkotaan yang menonjol
adalah:
a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan pedesaan Hal ini disebabkan
adanya cara berpikir yang rational, yang berdasarkan pada perhitungan-perhitungan eksak.
b. Orang kota umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain.
c. Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d. Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh dari pada warga desa.
e. Jalan pikiran yang rational menyebabkan interaksi sosial berdasar kepentingan dari pada faktor
pribadi.
f. Jalan kehidupan yang cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu.
g. Perubahan sosial tampak jelas dan cepat sebagai akibat terbukanya pengaruh dari luar.
Menurut Selo Sumardjan masyarakat perkotaan mempunyai ciri:
a. Hubungan antarmanusia terutama berdasarkan atas kepentingan pribadi.
b. Hubungan dengan masyarakat lain terbuka.
c. Kepercayaan yang kuat pada manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk
senantiasa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d. Masyarakat tergolong-golong menurut macam-macam profesi dan keahlian.
e. Tingkat pendidikan formal adalah tinggi dan merata.
f. Hukum yang berlaku hukum tertulis.
g. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang berdasarkan atau penggunaan uang.
Untuk dapat memperoleh gambaran lengkap tentang masyarakat,Anderson dan parker
mengemukakan ciri-ciri suatu masyarakat sebagai berikut :
a. Adanya sejumlah orang
b. Tinggal dalam suatu daerah tertentu
c. Mengadakan atau mempunyai hubungan yang tetap/teratur satu sama lain
d. Sebagai akibat hubungan initerbentuk suatu sistem hubungan antar manusia
e. Mereka terlibat karena memiliki kepentingan bersama
f. Mempunyai tujuan bersama dan bekerja sama
g. Mengadakan ikatan atau kesatuan berdasar unsur-unsur sebelumnya
h. Berdasarkan pengalaman ini, akhirnbya mereka mempunyaipertasaan solidaritas dan
perasaan berbagai rasa
i. Sadar akan saling ketergantungan satu sama lain
j. Berdasarkan sistem yang terbentuk, dengan sendirinya membentuk norma-norma
k. Berdasarkan unsur-unsur diatas akhirnya membentuk kebudayaan bersama melalui
hubungan antar manusia.
B. PROSES SOSIAL BUDAYA
3. Proses sosial budaya
Manusia senantiasa saling berhubungan dengan manusia lain atau melakukan kontak
sosial. Hubungan antarindividu yang saling mempengaruhi dalam hal pengetahuan, sikap dan
perilaku disebut interaksi sosial. Interaktif sosial dapat terjadi antarindividu, individu dengan
kelompok, dan antarkelompok. Dua orang yang saling bercakap-cakap adalah contoh interaksi
antara individu dengan individu. Guru sedang mengajar di depan kelas adalah contoh interaksi
individu dengan kelompok, sedangkan dua kelompok siswa sedang berdiskusi adalah contoh
interaksi kelompok dengan kelompok. Komunikasi tidak selamanya dalam bentuk langsung atau
tatap muka (face to face) seperti berbicara atau bersalaman. Ada pula komunikasi tidak langsung
yaitu melalui perantara seperti surat, telepon, surat kabar, televisi atau radio. Perantara itu disebut
sebagai media komunikasi.
Interaksi sosial dapat Juga terjadi tidak melalui percakapan atau persentuhan badan
(bersalaman). misalnya seseorang merokok- dalam bis mengganggu ketenangan hati, sehingga
keadaan ini mengundang reaksi orang-orang di sekitarnya dengan cara menutup hidung atau
pindah tempat duduk. Jadi interaksi sosial terjadi apabila tindakan atau perilaku seseorang dapat
mempengaruhi, mengubah, memperbaiki atau mendorong perilaku, pikiran, perasaan/emosi orang
lain. Contoh lain, seseorang menendang batu di jalan atau menginjak tumbuhan, itu belum
tindakan sosial karena batu atau tumbuhan tidak dapat bereaksi, tapi apabila batu yang ditendang
itu mengenai kepala orang lain, atau tumbuhan yang di injak itu adalah tanaman yang dipelihara
orang lain, sehingga marah, itu termasuk tindakan sosial. Seorang guru memarahi seorang murid
yang tidak melaksanakan tugas, tindakan guru itu menyentuh dan mempengaruhi perasaan murid
sehingga perilakunya berubah. Seorang ibu atau anak menonton film di TV, pengaruh film itu
meresap ke dalam pikirannya sehingga terjadi perubahan emosi, sikap, dan perilaku. Semua itu
ada lab contoh tindakan sosial. Besar kecilnya pengaruh yang diterima oleh individu tergantung
kepada sifat interaksinya. Menurut Astrid Susanto (1977) sifat interaksi sosial itu adalah:
a. Frekuensi interaksi, makin sering makin kenal dan makinbanyak pengaruhnya;
b. Keteraturan interaksi, semakin teratur, semakin jelas arahperubahannya;
c. Ketersebaran interaksi, semakin banyak dan tersebar, semakin banyak yang dipengaruhinya;
d. Keseimbangan interaksi, semakin seimbang posisi kedua belah pihak yang berinteraksi semakin
besar pengaruhnya;
e. Langsung tidaknya interaksi, bila interaksi bersifat langsung kedua pihak, bersifat aktif, maka
pengaruhnya semakin besar.
Bila proses interaksi terus berlanjut sehingga menimbulkan perubahannya perubahan dalam
struktur masyarakat, maka dapat menimbulkan proses sosial. Dan bila proses sosial inipun terus
berlanjut dapat menyebabkan, perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Contoh seorang
dokter yang berlatarbelakang budaya kota ditempatkan di sebuah desa. Dokter dan warga desa,
berinteraksi, saling menyesuaikan diri. Dokter terus berkomunikasi secara langsung baik per orang
maupun per kelompok.
Karena intensifnya komunikasi itu, Ia ma kelamaan terjadi perubahan kebiasaan di antara
keduanya. Misalnya petani menjadi lebih tahu: tentang cara hidup sehat. Perilakunya pun berubah
misalnya membuang sampah pada tempatnya, mandi 2 kali sehari, makan makanan yang bergizi
berobat ke Puskesmas, anaknya disekolahkan dan sebagainya. Sekarang warga desa merasa
membutuhkan MCK, membutuhkan sarana kesehatan seperti: Puskesmas, Posyandu, dan BKIA.
membutuhkan sarana pendidikan; listrik; jalan, dan peralatan lainnya. Sebaliknya dokter pun
mengalami perubahan perilaku misalnya tahu tentang cara bercocok tanam, senang berkebun,
berpakaian sederhana seperti orang desa, hidup bergotong-royong, dan mahir memainkan kesenian
tradisional yang ada di desa.Interaksi yang bersifat seimbang, terjadi antara dua individu yang
posisinya sama atau setingkat seperti teman sekolah dan teman sepermainan akan Iebih besar
pengaruh yang diterima oleh kedua belah pihak.
Menurut Soerjono Soekanto (1982: 58) suatu interaksi sosial hanya bisa terjadi jika
memenuhi dua syarat, yaitu adanya :
1. Kontak sosial
Hubungan antara satu pihak dan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi
sosial.
2. Komunikasi
Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu.

Kontak sosial memang terjadi, tetapi tidak terjadi komunikasi. Kontak tanpa
komunikasi tidak mempunyai arti apa-apa. Oleh karena itu syarat kedua dari interaksi sosial adalah
adanya komunikasi. Suatu komunikasi terjadi apabila seseorang memberikan tafsiran pada
perikelakuan orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik jasmaniah atau sikap)bdan
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan
kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Proses sosial yang timbul akibat adanya interaksi soasial bisa terjadi dalam berbagai
bentuk.Soerjono Soekanto (1982 : 64 ) mengemukakan adanya dua macam proses sosial,yaitu:
1).Proses yang asosiatif (processes of association) yang terbagi ke dalam bentuk khusus
lagi yaitu :
a.kerjasama
b.akomodasi
c.asimilasi
2).proses yang disosiatif (processes of dissociation ) yang mencakup :
a.persaingan
b.contravention
c.pertentangan atau pertikaian (conflict)
Proses-proses sosial yang asosiatif terjadi apabila orang-perorang atau satu kelompok
melakukan interaksiu sosial yang memiliki kesamaan atau keserasian pandangan dan tindakan
sehingga mengarah kepada kesatuan. Proses sosial yang mengarah kepada kesatuan ini bisa dalam
bentuk kerjasama, akomodasi, dan asimilasi.
-Kerjasama (cooporation) adalah suatu bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktivitas
tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersanma dengan saling membantu dan saling
memahami terhadap aktivitas masing-masing.
-Akomodasi adalah usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha
mencapai kestabilan.
-Asimilasi adalah suatu proses sosial ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-
perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga
meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Seperti halnya proses-proses sosial yang asosiatif, maka proses-proses disosiatif pun dapat
ditentukan pada setiap masyarakat. Proses disosiatif ini terwujud dalam bentuk persaingan atau
kompetisi (competition), kontravensi (contravention), dan pertentangan atau pertikaian (conflict)
-Persainagan adalah suatu proses orang perorangan atau kelompok-kelompok yang
bersaing mencari keuntungan untuk mencapai tujuan tertentu tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan
-Kontravensi adalah proses sosial yang di tandai dengan gejala-gejala adanya
ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu kelompok.
-Pertikaian atau konflik adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif, artinya
satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan pihak
lainnya.

Interaksi sosial dapat menimbulkan:


a. Kerja sama (cooperation);
b. Persaingan (competition);
c. Pertikaian (conflict).
Kerja sama terjadi bila individu atau kelompok mempunyai kesadaran akan tujuan yang sama,
sehingga timbul aktivitas yang saling menunjang, membantu untuk bersama-sama mencapai
tujuan.
Ada 3 bentuk kerja sama yaitu:
a. Bergantung yaitu perjanjian pertukaran barang atau jasa;
b. Cooptation yaitu penerimaan unsur-unsur baru sebagai salah satu cara untuk
menghindari terjadinya keguncangan atau ketidakstabilan;
c. Coalition yaitu penggabungan dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan
yang sama.
Bila dua kelompok yang berbeda kebudayaannya saling berbaur menjadi satu kesatuan hingga
menghasilkan kebudayaan baru yang berbeda dengan kebudayaan aslinya disebut asimilasi,
contoh asimilasi adalah perkawinan campuran dua suku yang berbeda menghasilkan satu
kebudayaan yang baru dan khas. Bila dua kelompok yang berbeda budaya saling bertemu dan
melakukan kontak sosial yang intensif, sehingga terjadi pembaruan tanpa menghilangkan ciri
kebudayaan aslinya disebut dengan akulturasi. Contoh datangnya pengaruh Hindu, Budha, dan
Islam ke Indonesia berbaur dengan kepercayaan asli. Persaingan adalah proses sosial di mana dua
individu atau kelompok berusaha mencari sesuatu yang menjadi pusat perhatian masyarakat tanpa
kekerasan atau ancaman. Misalnya dua orang siswa sama-sama memusatkan perhatian untuk
memperoleh nilai IPS tertinggi.
Pertikaian atau konflik adalah pertentangan antara individu atau kelompok, baik yang terlihat
dengan jelas dan terbuka (misalnya dalam bentuk perkelahian) maupun tidak (misalnya hanya
dalam sikap). Usaha untuk mencegah mengurangi. menghindari dan menghentikan pertentangan
disebut akomodasi. Akomodasi dapat melalui paksaan (coercion) seperti dua murid yang berkelahi
diancam akan dikeluarkan kalau terus berkelahi; saling mengurangi perbedaan yang membuat
mereka berselisih (compromise); mempergunakan pihak ketiga sebagai wasit yang netral
(mediation); menyelesaikan pertikaian melalui pihak ketiga yang statusnya lebih tinggi
(arbitration); mempertemukan pihak yang berselisih untuk mencapai suatu persetujuan bersama
(conciliation), menyadari untuk menghindari pertikaian (toleransi); menyadari akan adanya
kekuatan yang seimbang sehingga kalau diteruskan tidak akan ada yang menang dan kalah
(stalemate) dalam penyelesaian perkara melalui pengadilan (adjudication).

BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Setiap orang dilahirkan sebagai makhluk individu. Individu merupakan suatu sebutan yang
dapat dipakai untuk menyebut suatu kesatuan yang paling kecil. Individu sering digunakan sebutan
“orang seorang” atau “manusia perseorangan” sebagai individu, manusia merupakan suatu sistem yang
terdiri atas subsistem jasmani dan subsistem rohani. Jadi individu adalah satu kesatuan utuh antara
jasmani dan rohani. Setiap individu mempunyai ciri khas dan kebutuhan yang tersendiri.
Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, setiap individu membutuhkan individu lain. Karena
itulah individu selalu hidup berkelompok membentuk masyarakat. Masyarakat adalah sejumlah orang
yang hidup dalam suatu daerah saling berhubungan dan terikat satu sama lain, sehingga memiliki rasa
solidaritas dan menghasilkan kebudayaan. Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran dan
kedudukan yang berbeda. Setiap individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan kedudukannya
sehingga tercipta ketertiban, kenyamanan, kestabilan hidup bermasyarakat, yang akhirnya tujuan
bersama dapat tercapai. Dalam setiap masyarakat selalu ada nilai, moral dan norma yang dianut dan
dipatuhi. Bagi Bangsa Indonesia, Pancasila adalah sumber nilai, sumber moral dan merupakan
seperangkat norma yang harus menjadi pedoman bagi setiap individu dalam bersikap, berperilaku,
dalam bermasyarakat dan bernegara. Pancasila mengandung nilai Ketuhanan, kemanusiaan,
kebenaran, kebaikan, dan keindahan hidup bermasyarakat. Pancasila menuntut dan mengarahkan hidup
setiap penduduk Indonesia untuk memiliki keseimbangan, keserasian, keharmonisan hubungan antara
individu dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta, individu dengan individu dan individu
dengan individu dalam kelompok masyarakatnya.

B.SARAN

Mengingat keterbatasan sumber literatur penulis, maka untuk keakuratan data sejarah yang
diperoleh, disarankan kepada pembaca juga memiliki sumber literatur lain yang lebih valid, di luar
sumber bacaan dari internet yang belum dapat divalidasi seluruhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Samlawi, Faqih. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung: CV.Maulana.


Maftuh, Bunyamin. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung:CV.Maulana.
Rahmat dan M. Halimi (1996), Penuntun Belajar Tata Negara untuk SMU,
Bandung, Ganeca Exact.
Sumaatmadja, Nursid. 2006. Konsep dasar IPS. Jakarta:Universitas terbuka.

http://andriianty.blogspot.com/2013/05/individu-dan-masyarakat-dalam-proses.html
http://slriadi.blogspot.com/2013/01/struktur-sosial-budaya-pranata-sosbud.html
http://ramadhana11.blogspot.com/2013/06/konsep-konsep-dasar-ilmu-ilmu-sosial.html
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2014/03/pengertian-individu-masyarakat-struktur.html
(Kamis,4 September 2014; 17:39)

Anda mungkin juga menyukai