BAB 1 Siap Sempro
BAB 1 Siap Sempro
BAB 1
PENDAHULUAN
peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hiperglikemia atau gula darah yang
meningkat merupakan efek umum dari diabetes tidak terkendali yang dari waktu ke
waktu menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh khususnya saraf dan
pembuluh darah. Jika keadaan ini tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan
berbagai komplikasi kronik seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal, kebutaan
dan kerusakan pada organ kaki salah satunya gangren. Penderita DM 5 kali lebih
mudah menderita gangren pada kaki yang di ikuti dengan infeksi karena masuknya
kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang
penderita DM mencapai 260 juta jiwa dan setengah dari angka tersebut terjadi di
urutan ke-4 tertinggi di dunia yaitu 10,4 juta jiwa. Angka penderita DM menurut
1
2
menjadi 2,1% di tahun 2018. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
sebesar 1% dalam rentang satu tahun. Provinsi Jawa Timur melaporkan data
penyakit tidak menular seperti DM dengan hasil 14,24% pada tahun 2015 serta hasil
menduduki peringkat ke-2 diantara penyakit tidak menular lainnya seperti jantung,
neoplasma, PPOK dan asma bronkial. Hasil tersebut didapatkan dari jumlah kasus
DM tergantung insulin tahun 2015 sebesar 9.376 kasus dan DM tidak tergantung
insulin sebesar 142.925 kasus (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2016). Berdasarkan
survey data yang didapat dari RSUD Jombang pada tahun 2016 Diabetes Mellitus
tipe 2 di RSUD Jombang sebanyak 361 dan Diabetes Mellitus tipe 2 dengan
gangguan integritas kulit sebanyak 102 kasus. Sedangkan pada tahun 2017 Diabetes
Mellitus tipe 2 di RSUD Jombang meningkat menjadi 477 dan Diabetes Mellitus
tipe 2 dengan gangguan integritas kulit sebanyak 120 kasus (Magfirah, 2017).
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, sehingga insulin menjadi tidak
pada saraf autonom mempengaruhi terjadi perubahan tonus otot yang menyebabkan
pemberian antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer,
juga tidak memenuhi kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada
autonomi neuropati ini akan menyebabkan kulit menjadi kering (antihidrosis) yang
implementasi serta evaluasi asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus. Hal
integritas kulit adalah perawatan secara non farmakologi dan farmakologi seperti
insulin rutin dan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya luka serta cara
perawatan luka yang telah mengalami ulkus diabetik. Luka pada Diabetes Mellitus
dapat cepat meluas jika penanganan tidak tepat. Pentingnya penanganan terhadap
luka, maka penulis akan membahas tentang terapi non farmakologi dan farmakologi
maka penulis tertarik mengambil kasus untuk Tugas Akhir dengan judul “Asuhan
Integritas Kulit Dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Gangren Di Ruang Dahlia
RSUD Jombang?”.
4
Dengan Gangren.
Dengan Gangren.
Dengan Gangren.
Dengan Gangren
Dengan Gangren.
5
berikut :
3. Bagi Pasien
4. Bagi Peneliti
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan zat insulin, yaitu suatu kondisi dimana sel gagal untuk menggunakan
mellitus (NIDDM) atau diabetes yang bergantung pada insulin. Diabetes jenis ini
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum
NIDDM) disebabkan oleh gangguan sekresi insulin yang progresif karena resistensi
menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2
masih belum di ketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
meningkatkan pada usia di atas 65 th), obesitas, riwayat keluarga (Padila, 2017).
6
7
dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dibagi menjadi menjadi dua, yaitu:
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes mellitus orang tua.
2017).
1) Usia
2) Pola Makan
3) Gaya Hidup
Makanan cepat saji dan olahraga tidak teratur merupakan salah satu
melitus tipe 2.
4) Obesitas
besar dari 25. HDL (“baik” kadar kolestrol) di bawah 35 mg/dl dan /
atau tingkat trigliserida lebih dari 250 mg/dl dapat meningkatkan resiko
5) Hipertensi
tipe 2.
8) Dislipedimia
Adanya Diabetes Mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan
tidak tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu
1. Keluhan Klasik
banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan
Rasa haus yang amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan
tafsirkan.Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban
kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus pasien akan banyak
minum.
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes
terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya
(Padila, 2017).
2. Keluhan Lain
2) Gangguan Penglihatan
3) Gatal / Bisul
didaerah lipat kulit seperti ketiak, dan dibawah payudara. Sering juga
dikeluhakan timbul bisul dan luka yang lama sembuh. Luka ini dapat
11
timbul karena akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu
4) Gangguan Ereksi
5) Keputihan
Pada wanita, keputihan dan rasa gatal merupakan keluhan yang sering
dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri atas
karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh
untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya
berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah, dimana glukosa
dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut metabolisme
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila insulin
12
tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa tetap berada
di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat (Nurarif
Pada Diabetes Mellitus tipe 1, terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respons autoimun dipacu
oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin
itu sendiri. Sedangkan pada Diabetes Mellitus tipe 2, jumlah insulin normal tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi
DM Tipe 2
Otak Gangguan
Suplai
Darah
Delirium
Hipoksia
Luka
Jaringan
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
14
(menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).
2. Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah - -pecah , pucat, kering yang tidak
normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa jugaterapa lembek.
Kriteria diagnostik untuk DM > 140 paling sedikit adalam dua kali
pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia, ata IGT
115140 mg/dl.
GD<115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
TTGO dilakukan hanya pada pasien yang telah bebas dan diet dan
15
kreativitas fisik 3 hari sebelum tes tidak dianjurkan pada (1) hiperglikemi
yang sedang puasa, (2) orang yang mendapat thiazide, dilantin, propanolol,
lasik, thyroid, estrogen, pil KB, steroid. (3) pasien yang dirawat atau sakit
kada gula darah abnormal dan menurunkan penggunaan gula arah perifer
7. Glycosatet Hemoglobin
Berguna dalam memantau kadar glukosa darah rata-rata selama lebih dari 3
bulan.
DM tipe 1 terjadi karena adanya defek sel-sel beta pancreas sehingga terjadi
biasanya dimulai pada anak-anak usia 4 tahun atau lebih, dengan insiden
puncak onset pada usia 11-13 tahun, bertepatan dengan awal masa remaja
dan pubertas. Kejadian yang relatif tinggi ada pada usia di akhir 30-an dan
terjadi penurunan berat badan yang cepat (Nurarif dan Kusuma, 2015).
kalkulus, lainnya.
lainnya.
3. Diabetes Insipidus
alami mencegah pembentukan air kemih yang terlalu banyak. Hormon ini
18
aliran darah oleh hipofisa posterior. Diabetes insipidus juga bisa terjadi jika
yang normal terhadap hormon ini (keadaan ini disebut diabetes insipidus
darah.
5) Tumor.
pada segala usia. Seringkali satu-satunya gejala adalah rasa haus dan
cairan melalui air kemih, penderita bisa minum sejumlah besar cairan (3-8
L/hari). Jika kompensasi ini tidak terpenuhi, maka dengan segera akan
samping DM tipe I. tipe 2, dan tipe lain. DMG kurang lebih mempengaruhi
insulin. Hal ini dikarenakan mulai terjadi transfer glukosa dari ibu ke janin
sehingga diperlukan glukosa darah lebih banyak. Kadar gula darah janin
adalah 80% dari kadar gula darah ibu. Dalam hal ini, hormon human
trimester pertama dan kedua, serta berada pada fase plateau saat trimester
janin dan menurunkan penggunaan glukosa oleh ibu. Selain hPL, produksi
tingginya kadar gula darah janin, produksi insulin janin juga meningkat.
kelahiran.
risiko DMG:
Kusuma, 2015).
2.1.8 Prognosis
Prognosis dari DM bergantung pada pola hidup yang dilakukan oleh pasien
dalam mengontrol kadar gula nya. Pasien dengan kontrol glikemik ketat (HbA1c <
7%), tanpa disertai riwayat gangguan kardiovaskuler, dan juga tidak ada gangguan
21
Namun jika pasien memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler dan telah menderita
diabetes lama (≥ 15 tahun) akan mempunyai harapan hidup lebih singkat, walaupun
2.1.9 Penatalaksanaan
sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi
farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat
anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi.
pasien DM:
1. Non Farmakologi
1) Edukasi
terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat
22
pengobatan.
2) Jasmani
dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali
latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus
dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain
anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan
2) Kebutuhan Kalori
2015)
3. Farmakologi
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
3) Insulin
d. Krisis Hiperglikemia
f. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
PPNI, 2018).
2.1.10 Komplikasi
ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Komplikasi Akut
nefropati.
2. Komplikasi Menahun
1) Neuropati
2) Retinopati
3) Nefropati
4) Proteinuria
5) Kelainan Koroner
6) Grade V : Ganggren pada seluruh kaki dan tungkai bawah (Tim Pokja
2.1.11 Pencegahan
1. Pengelolaan Makan
Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak, rendah lemak
jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan pada setiap orang yang
berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan
2. Aktifitas Fisik
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari pemanasan ±15 menit
dan pendinginan ±15 menit), merupakan salah satu cara untuk mencegah
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki,
2016).
29
3. Kontrol Kesehatan
Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar diketahui nilai
kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes melitus supaya ada
penanganan yang cepat dan tepat saat terdiagnosa diabetes melitus (Sugiarto
mungkin untuk mengetahui tanda dan gejala dari diabetes melitus yang
2.2.1 Definisi
epidermis) atau jaringan (mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago dan
kapsul sendi). (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Kerusakan integritas jaringan
pada jaringan, kornea, atau membran mukosa tubuh. Kerusakan integritas kulit
Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang melibatkan
gangguan pada saraf peripheral dan autonimik (Wijaya & Putri, 2018). Luka
diabetik adalah luka yang terjadi karena adanya kelainan pada saraf, kelainan
pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak diatasi dengan
baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan dapat diamputasi. Ulkus
adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus adalah
30
kematian jaringan yang luas dan disertai dengan invasive kuman saprofit. Adanya
kuman sarofit tersebut menyebabkan ulkus menjadi berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan DM dengan neuropati perifer
didefinisikan sebagai jaringan nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh
adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai
darah berhenti. Dapat terjadi sebagai akibat proses inflamasi yang memanjang,
Gangrendiabetik adalah nikrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akibat diabetes
mellitus. Biasanya gangrene tersebut terjadi pada daerah tungkai. Keadaan ini
ditandai dengan pertukaran selulitis dan timbulnya vesikula atau bula yang
Dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas jaringan
sukutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat
2015).
Epidermis terbagi dalam empat bagian yaitu lapisan basal atau stratum
rambut dan kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin.
Puting susu dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat diseluruh tubuh, kecuali
di telapak tangan, tapak kaki dan punggung kaki. Terdapat banyak di kulit
kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung
asam lemak, kolesterol dan zat lain (Nurarif dan Kusuma, 2015).
1. Perubahan Sirkulasi
4. Penurunan Mobilitas
9. Kelembapan
Tanda dan gejala gangguan integritas kulit menurut Tim Pokja SDKI DPP
1. Mayor
2. Minor
1. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
33
sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki/ jari (-), kalus, claw toe.
2) Palpasi
c. Ulkus : kalus tebal dan keras (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
2. Pemeriksaan Vaskuler
ankle brachial index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan
1) Pemeriksaan Darah
2) Urine
perubahan warna urine : hijau (+), kuning (++), merah(+++), dan merah
bata (++++).
34
3) Kultur Pus
sesuai dengan jenis kuman (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Pengobatan
dan dalamnya ulkus, apabila dijumpai ulkus yang dalam harus dilakukan
perawatan luka diabetik ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
3) Dukungan kondisi klien atau host (nutrisi, control diabetes mellitus dan
4) Meningkatkan edukasi kllien dan keluarga (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
1) Mencuci Luka
yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada permukaan luka (Tim
Cairan yang terbaik dan teraman untuk mencuci luka adalah yang
PPNI, 2018).
2) Debridement
untuk menghindari resiko infeksi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
3) Terapi Antibiotika
4) Nutrisi
diberikan diet B1 dengan nilai gizi : yaitu 60% kalori karbohidrat, 20%
kalori lemak, 20% kalori protein (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
sakit saat mengganti balutan dan menurunkan jumlah biaya dan waktu
dan albumin minimal satu minggu sekali, karena adanya anemia dan
lebih 3,5 g/dl. Dan perlu juga dilakukan monitor glukosa darah secara
6) Gunakan alas kaki yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat
berjalan dan jangan bertelanjang kaki bila berjalan (Tim Pokja SIKI
2.2.7 Pengkajian
1. Pengumpulan Data
mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu dikaji pada penyakit status
diabetes mellitus. Umumnya diabetes melitus karena factor genetik dan bisa
adanya pemaparan bahan elergen. Hal ini yang perlu dikaji tentang : tanggal
2. Keluhan Utama
berkemih, diare.
4) Integumen : gatal pada kulit, gatal pada sekitar penis dan vagina, dan
luka ganggren.
2015).
ketajaman penglihatan.
6. Riwayat Psikososial
7. Pemeriksaan Fisik
bantu pendengaran.
suara paru – paru sonor/tidak pada paru kanan dan kiri. Jantung
kanan dan kaki kiri simetris ada /tidak kelainan. Ada atau tidak
luka.
42
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Kadar Glukosa
2. Defisiensi Pengetahuan
Tujuan Dan
No. Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Gangguan NOC NIC
Integritas Kulit Penyembuhan Perawatan Luka
a. Definisi : Luka: Sekunder Intervensi:
Cidera pada Kriteria Hasil: a. Ganti balutan a. Menjaga luka
membrane a. Granulasi b. Monitor agar tetap
1.
mukosa, b. Pembentukan karakteristik bersih
kornea, bekas luka luka termasuk b. Untuk
system c. Drainase drainase, mengetahui
integument, purulen warna, ukuran keadaan luka
fascia d. Nekrosis dan bau
43
tanda – tanda
infeksi
l. Dokumentasi
ukuran luka,
lokasi dan
tampilan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
2.2.10 Implementasi
dalam pengumpulan data, serta melaksanakan advise dokter dan ketentuan RS.
2.2.11 Evaluasi
S
O
A
P
45
perbandingan yang sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetepkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah metode
Studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah X. Penelitian ini
akan dilaksanakan pada bulan Nopember 2019 dan lama waktu penelitian selama
tiga hari. Jika sebelum waktu yang ditentukan yaitu tiga hari pasien sudah pulang,
gangguan integritas kulit, yang berjumlah 1 orang dengan kasus dan masalah
integritas kulit
4. Psien kooperatif
47
48
sebagai berikut :
1. Lembar Pengkajian
pengobatan (Wijaya dan Putri, 2017). Lembar pengkajian akan peneliti isi
2. Rekam Medis
Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen yang
yang diberikan oleh dokter, dan tindakan. Peneliti dapat mencocokkan data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam studi kasus ini
adalah (AIPVIKI. Tim Pendidikan dan Penelitian, 2017 dalam Guspita, 2017) :
49
antara lain melihat, mendengar, mencatat, dan lain sebagainya. Dalam studi
suhu tubuh, dan tekanan darah), intake output cairan dan lain sebagainya.
3. Pemeriksaan Fisik
mulai dari bagian kepala sampai ekstremitas bawah dengan cara inspeksi,
yang berasal dari populasi ataupun sampel untuk keperluan laporan dan atau
analisis selanjutnya, perlu disusun, diatur, disajikan dalam bentuk yang jelas dan
50
baik. Dalam penelitian ini penyajian data berbentuk tabel distribusi frekuensi yang
data yang lebih besar menjadi bentuk yan lebih sederhana sehingga mudah untuk
dipahami.
AIPViKI, 2018).
Lima hak tersebut meliputi hak untuk self determination; hak terhadap
privacy dan digty; hak terhadap anonymity dan confidentiality; hak untuk
membuat keputusan secara sadar dan di pahami dengan baik, bebas dari
paksaan untuk bertujuan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini
2. Hak terhadap privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak untuk di
hargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang di lakukan terhadap
dapat dari klien harus dijaga dengan sedemikian rupa sehingga informasi
51
individual tertentu tidak bisa langsung di kaitkan dengan klien, dan klien
yang sama untuk di pilih atau terlihat dalam penelitian tanpa diskriminasi
kerugian dari
52
DAFTAR PUSTAKA
Amin, N., & Doupis, J. (2016). Diabetic foot disease: From the evaluation of the
“foot at risk” to the novel diabetic ulcer treatment modalities. World
Journal of Diabetes , 7(7): 153-164.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2018. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika