TENTANG
KESELAMATAN KERJA
Yang dimaksud dengan “tempat kerja” dalam undang-undang (UU) ini adalah tiap ruangan
atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya terhadap
pekerja.
1. Pengurus: bertugas memimpin langsung suatu tempat kerja atau bagian tempat kerja yang berdiri
sendiri. Dalam Undang-undang Keselamatan Kerja, pengurus tempat kerja berkewajiban dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan semua ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerjanya.
2. Pengusaha: orang atau badan hukum yang memiliki atau mewakili pemilik suatu tempat kerja.
3. Direktur: adalah Direktur Jendral Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawas Norma Kerja
(sekarang Direktur Jendral Bina Hubungan Industrial dan Pengawas Ketenagakerjaan).
4. Pegawai Pengawas. Seorang pegawai pengawas harus mempunya keahlian khusus yang dalam hal
ini adalah menguasai pengetahuan dasar dan praktek dalam bidang keselamatan dan kesehatan
kerja melalui suatu proses pendidikan tertentu.
5. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja: personel yang berada di luar Departemen Tenaga Kerja,
dan mempunyai keahlian khusus di bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja.
B. Tujuan
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat.
1. UU No. 1 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja Tahun 1948 No. 1, yang memuat
aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang muda dan wanita, waktu kerja, istirahat dan
tempat kerja.
2. UU UAP (Stoon Ordonantie, Stdl. No.225 tahun 1930), yang mengatur keselamatan kerja secara
umum dan bersifat nasional.
3. UU Timah Putih Kering, yang mengatur tentang larangan membuat, memasukkan, menyimpan
atau menjual timah putih kering kecuali untuk keperluan ilmiah dan pengobatan atau dengan izin
dari pemerintah.
5. UU Rel Industri, yang mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-jalan rel guna keperluan
perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan, kerajinan dan perdagangan.
6. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene dalam
Perniagaan dan Kantor-kantor.
b. Jaminan kematian
D. Syarat-syarat K3
• Pasal 4 ayat 2, mengatur tentang kodifikasi persyaratan teknis keselamatan dan kesehatan kerja
yang memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara
teratur, jelas dan praktis.
E. Ketentuan Pelanggaran
I. Peraturan Pelaksanaan
1. Peraturan pelaksanaan yang bersumber dari Velleigheidsreglement (VR) 1910 berupa peraturan
khusus yang masih diberlakukan berdasarkan pasal 17 UU Keselamatan Kerja.
F. Dasar Hukum
Dasar hukumnya adalah UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 10 ayat 1 dan
2 dengan peraturan pelaksanaannya, yaitu :
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 125/Men/1984 tentang pembentukan, susunan dan
tata kerja DK3N, DK3W dan P2K3.
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 04/Men/1987 tentang P2K3 serta tata cara
penunjukkan ahli K3