Anda di halaman 1dari 43

ANGGARAN DASAR

WARGA NUSANTARA RAYA(WANARA)


PEMBUKAAN

Kondisi objektif wilayah sebagai modal dalam pembentukan suatu negara, merupakan
suatu ruang atau wadah yang harus dipedomani sebagai ruang hidup dan kehidupan suatu
bangsa. Di dalamnya terdapat sumber kekayaan alam dan insan manusianya atau penduduk yang
bermukim di wilayah tersebut berpengaruh terhadap pengambilan keputusan/kebijaksanaan
politik suatu negara.Oleh karena itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, wilayah
merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhitungkan baik fungsi maupun pengaruhnya
terhadap sikap dan tata laku negara yang bersangkutan. Demikian pula sebaliknya perlu
diperhitungkan dampak sikap dan tata negara terhadap wilayah sebagai tata hubungan antara
manusia dan wadah lingkungannya.Suatu bangsa yang telah bernegara, dalam menyelenggarakan
kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh lingkunganya.Upaya pemerintah dan rakyat
menyelenggarakan kehidupannya, memerlukan suatu konsep yang berupa wawasan keutuhan
nasional. Wawasan ini dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah
serta jati diri bangsa.
Mengacu pada pokok-pokok ajaran F.Ratzel tentang negara, sebagai berikut: (1) Dalam
hal-hal tertentu pertumbuhan negara dapat dianalogikan dengan pertumbuhan organisme yang
memerlukan ruang hidup, melalui proses lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup,
tetapi dapat juga menyusut dan mati; (2) Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh
kelompok politik dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang tersebut, makin memungkinkan
kelompok politik itu tumbuh (teori ruang, konsep ruang); (3) Suatu bangsa dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang
unggul saja yang dapat bertahan hidup terus dan langgeng; (4) Semakin tinggi budaya suatu
bangsa, semakin besar kebutuhan dukungan akan sumber daya yang diperlukan. Apabila wilayah
atau ruang tidak dapat memenuhi/mendukung maka bangsa tersebut akan mencari pemenuhan
kebutuhan kekayaan di luar wilayahnya.
Bahwa cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia adalah terwujudnya suatu
bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, serta untuk mewujudkan
pemerintahan negara Kesatuan Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan bangsa, berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.Bahwa wujud dari
bangsa yang dicita-citakan ituadalah masyarakat beradab dan sejahtera, yang mengutamakan
nilai-nilai kejujuran, kebenaran, kesungguhan, keterbukaan yang bersumber dari hati nurani,
dapat dipercaya, setia dan tepat janji serta mampu memecahkan persoalan bangsa yang bertumpu
pada kekuatan sendiri, bersikap dan bertindak adil dalam segala situasi, tolong menolong dalam
kebajikan merupakan kultur budi luhur banga kita bangsa Indonesia.
Hubungan negara dengan organisasi nonpemerintah (NGO) dilihat dari orientasinya
dalam menjalankanberbagai kegiatannya, Philip Elderidge (1995)mengajukan tiga model, yaitu:
(1) High Level Partnership: Grassroots Development. Karakteristik jenis ini ditandai hubungan
yang sangat partisipatif, mengutamakan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan dibanding
dengan kegiatan yang bersifat advokasi, kurang memiliki minat pada hal yang bersifat politis,
tapi mempunyai perhatian yang besar untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan selalu
memelihara dukungan pada tingkat grassroots. (2) High Level Politics: Grassroots Mobilization.
Karakteristik jenis ini cenderung hanya aktif dalam kegiatan politik dan umumnya bersifat
advokatif terutama untuk mendukung peningkatan kesadaran politik di tingkat masyarakat. (3)
Empowerment at the grassroots. Karakteristik jenis ini cenderung memusatkan perhatian pada
pemberdayaan masyarakat pada tingkat grassroots, dan tidak berminat mengadakan kontak
dengan pemerintah danumumnya tidak mau terlibat dalam kegiatan berskala besar.

Hal 1 dari- 43
Berbagai permasalahan yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia pada saat ini, a.l
disebabkan oleh dirubahnya UUD NKRI yang disahkan pada 18 Agustus 1945, yang kami sebut
sebagai UUD 1945 Asli. Diubahnya beberapa Pasal dan Ayat yang ada di UUD 1945 Asli
mengakibatkan kaburnya pengertian mengenai “orang-orang Bangsa Indonesia” dan “orang-
orang bangsa lain”.Dihapusnya persyaratan untuk menjadi presiden RI ialah orang Indonesia asli
mengakibatkan munculnya keinginan dari orang-orang bangsa lain untuk menjadi Presiden RI,
yang akan menimbulkan masalah pro dan kontra sesama pribumi, sebagaimana telah ditunjukkan
dalam Pemilihan Kepala Daerah di DKI Jakarta 2017.
Melihat keadaan akhir-akhir saat ini tersebut diperlukan upaya-upaya revitalisasi berupa
gerakan guna merumuskan kembali nation and character building bangsa ini dalam paradigma
baru, sebagai konsekuensi di-era kedaulatan rakyat, oleh karenanya diperlukan sebuah gerakan
organisasi Warga Nusantara Raya (WANARA) sebagai sebuah lembaga bagi masyarakat sipil
yang mampu melakukan pengawalan terhadap perjalanan bangsa ini sebagai lembaga
independan serta mandiri dalam mengiringi proses perbaikan bangsa dalam mendorong
terciptanya transparansi, menghasilkan Pemerintahan yang baik, Pemerintahan yang cerdas,
Pemerintahan yang amanah, Pemerintahan yang sensitif terhadap kebutuhan rakyat, penderitaan
rakyat, dan aspirasi rakyat, bangsa yang memiliki para pemimpin yang bersih lagi cerdas, serta
jauh dari penyalahgunaan wewenang dan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Warga
Nusantara Raya (WANARA) adalah jawaban terhadap kenyataan-kenyataan yang harus kita
lampaui, kita hadapi kemaren, hari ini dan esok.
Warga Nusantara Raya (WANARA) akan bersama-sama membuka komunikasi interaktif
dengan rakyat dalam segala bidang sebagai sasaran organisasi, sehingga rakyat dapat berperan
aktif dan kritis ikut ambil bagian secara proaktif dalam melakukan perubahan sebagaimana yang
diagendakan oleh peyelenggara negara, rakyat dilibatkan sebagai lembaga pengawas dalam
rangka melakukan pengawalan terhadap proses perubahan menuju Indonesia yang lebih baik
dalam segala bidang, dalam proses perbaikan bangsa, mendorong terciptakan transparansi, serta
rakyat memahami dan dapat menghasilkan para pemimpin yang bersih dari segala bentuk
manfaat dalam jabatan publik sebagai penyelengara pemerintahan dan terutama penyalahgunaan
wewenang dan khususnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Sebagai gerakan; Warga Nusantara Raya (WANARA)ini terlahir dengan semangat dan
bertujuan untuk turut serta bersama-sama meningkatkan pendidikan, ketrampilan, kesejahteraan,
kesetaraan dan partisipasi bagi terwujudnya hak-hak sipil dan masyarakat madani; menjadi
pelopor terwujudnya kemajuan bangsa dan negara, serta terbangunnya kohesi nasional untuk
mendukung terwujudnya agenda perubahan dan tranparansi menuju Indonesia yang lebih baik.

Pasal 1
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Organisasi masyarakat ini bernama Warga Nusantara Raya atau disingkat WANARA, untuk
selanjutnya dalam akta ini disebut Organisasi Wanara, berkedudukan di Jakarta, dan dapat
membuka cabang-cabang atau perwakilan-perwakilannya ditempat-tempat lain yang dipandang
perlu menurut keputusan Dewan Pengurus Pusat;

VISI, MISI, SIFAT DAN AZAS

Pasal 2
VISI

Mendukung pembangunan NKRI yang berkelanjutan dan terpola dengan pemimpin yang
mumpuni sehingga Bangsa Indonesia lebih kompetitif dan tangguh serta mampu beradaptasi di
dunia global serta lebih siap menghadapai tantangan masa depan.;

Pasal 3
MISI

Memberikan solusi pembangunan berkelanjutan kepada Pemerintah menuju perbaikan bangsa


Indonesia dalam kerangka mendorong terwujudnya transparansi, akuntabilitas publik yang
bersifat egaliter dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan dalam upaya
menegakkan supremasi hukum;
Hal 2 dari- 43
Pasal 4
SIFAT

Organisasi Wanara bersifat independen tidak terkait kepada organisasi politik apapun atau
organisasi manapun, dengan semangat kerakyatan, kebangsaan, dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan, tanpa memandangsuku, ras dan antar golongan;

Pasal 5
AZAS

Organisasi Wanara berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar seribu sembilan ratus empat
puluh lima (1945) dan Undang-undang Nomor delapan (8) tahun seribu sembilan ratus delapan
puluh lima (1985) tentang Organisasi Kemasyarakatan, atau perubahannya serta undang-undang
yang berlaku lainnya;

DASAR DAN PRINSIP PERJUANGAN


Pasal 6
DASAR

Organisasi Wanara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pasal 7
PRINSIP PERJUANGAN

Prinsip perjuangan Wanara adalah pengabdian kepada Negara dan Bangsa, dengan selalu
menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran, menegakkan keadilan, menghargai kebhinekaan,
menumbuhkan kesetaraan, persaudaraan dan kebersamaan.

Pasal 8
FUNGSI
Organisasi Wanara berfungsi sebagai:
1. Pelopor terwujudnya sistem ter-integrasi komunikasi kerakyatan bagi kemajuan bangsa dan
negara, serta terbangunnya kohesi nasional untuk mendukung terwujudnya agenda perubahan
yang memiliki integritas, akuntabilitas, keadilan dan tranparansi menuju Indonesia yang lebih
baik;
2. Wadah membina dan mengembangkan segenap potensi sumber daya manusia Indonesia untuk
secara bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan, kesejahteraan, kesetaraan dan
partisipasi bagi terwujudnya hak-hak sipil dan masyarakat madani;
3. Sarana membina kader-kader muda dalam rangka mempersiapkan pemimpin bangsa dimasa
depan yang memiliki komitmen yang tinggi untuk bangsa dan negara;

Pasal 9
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan Organisasi Wanara adalah;


1. Mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimanadituangkan dalam
Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945;
2. Mengembangkan gerakanKebangsaan dan Kerakyatan di tingkat nasionalyang menjadi
pelopor terwujudnya sistem ter-integrasi dalam sebuah sinergi komunikasi dalam era
kedaulatan rakyat untuk mampu mengawal aspirasi rakyat sebagai agenda perubahan di
bidang; ekonomi, sosial budaya, hukum, politik dalam sebuah proses terwujudnya agenda
nasional tentang perubahan menuju Indonesia yang Damai, Adil dan Sejahtera;

Hal 3 dari- 43
3. Berperan melakukan kontrol sosial, pengawasan, investigasi, menjembatani serta berdialog
dengan dan atau terhadap Pemerintah Republik Indonesia maupun pihak-pihak diluar
Organisasi Wanara;
4. Mewujudkan perikehidupan berbangsa dengan tatanan nasional yang demokratis, terbuka,
bersih dan turut serta melakukan perubahan dalam melaksanakan transparansi menuju
Indonesia yang lebih baik;
5. Menegakkan Demokrasi dan Hak-hak Azasi Manusia dalam upaya menjadi masyarakat
madani, serta meningkatkan harkatmartabat bangsa Indonesia yang berdaulat;
6. Sebagai wahana komunikasi dan trasformasi serta menjembatani interaksi antara publik dan
republik, dengan tetap mempertahankan sifat egaliter, inspiratif, aspiratif, demokratis
khususnya tentang penyalahgunaan wewenang ataupun Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN), termasuk menampung keluhan, harapan dan usulan masyarakat, serta masyarakat
diajak berperan secara proaktif;

Pasal 10
SASARAN ORGANISASI

1. Bidang Politik: Mempertahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; menegakkan kedaulatan


rakyat; mewujudkan pemerintahan yang demokratis, bersih, transparan dan atau terbuka,
bermoral, dan terpercaya; serta mengawal proses perubahan masyarakat sipil pasca reformasi
menuju Indonesia yang lebih baik;
2. Bidang Ekonomi: Menegakkan dan mengembangkan kehidupan ekonomi kerakyatan bagi
terwujudnya swadaya ekonomi nasional dengan meningkatkan berbagai bidang antara lain:
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan tata perekonomian Indonesia khususnya
berciri koperasi;
3. Bidang Hukum dan HAM: Berusaha menegakkan dan mengembangkan negara hukum yang
beradab, mampu mengayomi seluruh rakyat, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, dan
berkeadilan sosial;
4. Bidang Agama, Sosial dan Budaya: berusaha mewujudkan solidaritas antar agama, sosial
dalam kemajemukan masyarakat, dan membangun budaya yang maju dan moderen dengan
tetap memelihara jatidiri bangsa yang baik demi meningkatkan harkat dan budaya serta
martabat bangsa;
5. Bidang Pendidikan: berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mulia,
mandiri, terampil, professional dan kritis terhadap lingkungan sosial sekitarnya; dan
mengembangkan pendidikan dimasyarakat yang mampu mendorong pencerdasan kehidupan
bangsa dalam segala dimensi;
6. Bidang Kepemudaan: memupuk kemandirian, memperluas pengetahuan dan wawasan,
mengasah kepekaan dan ketrampilan, meningkatkan kesadaran tentang hak-hak politik, serta
mencetak kader-kader muda muda bangsa, melalui pengembangan tradisi intelektual dan
dinamika forum, inisiasi gagasan dan perencanaan konsepsi strategic, penghimpunan dan
pensinergian berbagai potensi sumber daya nasyarakat, dan pelaksanaan kegiatan nyata
berdimensi sosial masyarakat;
7. Bidang Kelembagaan; Menghimpun persatuan dan kesatuan serta bersama-sama
menanggulangi segala permasalahan yang dialami oleh sesama anggota WANARA dan
masyarakat pada umumnya,mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan segenap instansi
terkait, lembaga swasta, pemerintahan sipil, phak militer/kepolisian NKRI dan para
pengusaha yang mempunyai kepedulian terhadap perkembangan dan pelaksanaan program
kegiatan Wanara dalam upaya menegakkan Demokrasi, Hak-hak Asasi Manusia,
Pemerintahan yang bersih dan berwibawa,

Pasal 11
ORGANISASI DAN PENGURUSAN

Organisasi dan kepengurusan Wanara terdiri atas:


a. Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi;
b. Dewan Pengurus;
Hal 4 dari- 43
Pasal 12
DEWAN PENDIRI ATAU MAJELIS TINGGI

1. Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi Wanara adalah:


a. Mereka yang menggagas dan mendirikan Organisasi Wanara;
b. Mereka yang diangkat oleh Dewan Pendiri dengan mempertimbangkan kontribusi yang
dapat mereka berikan kepada Organisasi Wanara.
c. Mereka yang pernah menjajabat sebagai Presiden Wanara namun sudah berakhir masa
jabatannya.
2. Keanggotaan Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi Wanara berakhir karena:
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Berada di bawah pengampuan;
d. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi Wanara;
3. Tugas dan kewajiban Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi Wanara adalah:
a. Menetapkan pokok-pokok program kerja dari organisasiyang berkaitan dengan itu;
b. Memberikan pedoman pengarahan tentang kegiatan organisasi;
c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dipandang perlu untuk menjamin tercapainya tujuan
organisasi;
d. Mensahkan pembukuan/neraca dan perhitungan keuangan organisasi ini;
e. Menetapkan hak-hak lainnya yang dianggap perlu;
4. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta hal-hal lain mengenai Dewan Pendiri atau Majelis
Tinggi Wanara yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan diatur dan ditetapkan
dalam Anggaran Rumah Tangga;

Pasal 13
DEWAN PENGURUS PUSAT

1. OrganisasiWanara ini akan dijalankan dan diurus oleh Dewan Pengurus Pusat yang terdiri
atas Ketua Umum yang disebut sebagai PRESIDEN, SEKRETARIS JENDERAL dan
BENDAHARA UMUM.
2. Para anggota Dewan Pengurus Pusat; diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pendiri atau
Majelis Tinggi Wanara;
3. Anggota-anggota Dewan Pengurus Pusat diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun, dan
dapat diangkat kembali dengan ketentuan 2 (dua) kali masa jabatan;
4. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta hal-hal lain mengenai Dewan Pengurus Pusat yang
belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Rumah
Tangga Organisasi Wanara ini.

Pasal 14
KEANGGOTAAN DEWAN PENGURUS PUSAT

1. Keanggotaan Dewan Pengurus Pusat berakhir karena;


a. Berakhirnya masa jabatan;
b. Meninggal dunia;
c. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri dari yang bersangkutan;
d. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi Wanara;
e. Berada di bawah pengampuan;
2. Mereka yang diberhentikan seperti yang dimaksud dalam ayat 1 sub d di atas, diberi
kesempatan dalam tempo 1 (satu) bulan sejak pemberhentian tersebut untuk mengajukan
pembelaan diri di dalam Rapat Gabungan para anggota Dewan Pengurus Pusat dan Dewan
Pendiri atau Majelis Tinggi Wanara;

Hal 5 dari- 43
Pasal 15
KEWAJIBAN DAN KEWENANGAN DEWAN PENGURUS PUSAT

1. Dewan Pengurus Pusat diwajibkan untuk bekerja maksimal untuk mencapai maksud dan
tujuan Wanara dan menggunakan kekayaan organisasi, sejalan dengan ketentuan yang
digariskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
2. Peraturan-peraturan yang dimaksud pada ayat di atas baru dianggap sah, setelahmemperoleh
persetujuan dari Rapat Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi Wanara.
3. Dewan Pengurus Pusat akan mengatur Anggaran Rumah Tangga Wanara, pedoman,
peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya dan atau Pasal -Pasal yang belum diatur dalam
Anggaran Dasar ini dan membuat serta menyusun peraturan peraturan yang diperlukan dan
bermanfaat bagi Wanara, dengan ketentuan bahwa peraturan tersebut tidak boleh bertentangan
dengan Anggaran Dasar ini.

Pasal 16
WEWENANG DEWAN PENGURUS PUSAT

1. Ketua Umum dan atau disebut juga dengan Presiden, mewakili Dewan Pengurus Pusat dan
karenanya mewakili Wanara baikdi dalam maupun luar Pengadilan, tentang segala hal dan
dalam segala kejadian,mengikat organisasi dengan pihak lain, dan pihak lain dengan Wanara
serta menjalankan segala tindakan baik mengenai kepengurusan maupun kepemilikan akan
tetapi dengan pembatasan untuk:
a. Meminjam atau meminjamkan/memberikan pinjaman uang atas nama Wanara (tidak
termasuk mengambil uang Wanarayang ada di bank);
b. Membeli, menjual atau dengan cara lain memindahtangankan hak atas harta yang tidak
bergerak atau memberati atau menggunakan harta kekayaan Wanara untuk kepentingan
pribadi;
c. Mengikat Organisasi Wanara sebagai penanggung jawab atau penjamin;
Untuk maksud tersebut di atas sebagaimana tercantum pada Pasal ini beserta ayat ayatnya;
wajib dan diperlukan persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari seluruh Dewan Pendiri
atau Majelis Tinggi Wanara tanpa kecuali.
2. Setiap penggunaan uang atas nama Organisasi Wanara di tingkat Pusat, harus ditandatangani
oleh Presidendan Bendahara Umum, dan segala aturanserta urusan lain yang berkenaan
dengan keuangan, akandiatur dan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.
3. Penyelenggaraan surat menyurat dilaksanakan oleh Presiden bersama Sekretaris Jenderal, dan
akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 17
RAPAT DEWAN PENDIRI ATAU MAJELIS TINGGI

1. Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi diwajibkan mengadakan Rapat sekurang-kurangnya 1


(satu) kali dalam setiap tahun kalender dan pada waktu lainnya sebagaimana dipertimbangkan
perlu atau apabila hal tersebut diminta secara tertulis oleh paling sedikit 1/2 (satu per dua)
anggota Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi;
2. Rapat Dewan Pendiri diadakan ditempat kedudukan Organisasi Wanara;
3. Panggilan Rapat harus dilakukan secara tertulis dan disampaikan kepada yang bersangkutan
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal Rapat.
4. Panggilan tersebut tidak diperlukan apabila semua anggota hadir/diwakili dalam Rapat, dan
dalam Rapat itu dapat diambil keputusan yang sah serta mengikat mengenai hal yang akan
dibicarakan sedangkan Rapat dapat diselenggarakan dimanapun juga dalam wilayah Republik
Indonesia;
5. Semua Rapat Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi dipimpin oleh salah seorang yang dipilih
oleh dan dari antara mereka yang hadir;

Hal 6 dari- 43
Pasal 18
RAPAT DEWAN PENGURUS PUSAT

1. Dewan Pengurus Pusat wajib mengadakan Rapat setiap bulan sekali atau setiap dianggap
perlu oleh Presiden, atau apabila hal tersebut diminta secara tertulis oleh paling sedikit 2 (dua)
orang anggota Dewan Pengurus lain;
2. Panggilan Rapat dilakukan secara tertulis atau hal lainnya yang bersifat pemberitahuan dan
disampaikan kepada yang bersangkutan sekurang kurangnya 2 (dua) hari sebelum tanggal
Rapat;
3. Di dalam semua Rapat, Presiden yang memegang pengurus rapat dan jikalau berhalangan
hadir maka Rapat dipimpin oleh Sekretaris Jenderal;
4. Suatu Rapat Dewan Pengurus Pusat adalah sah apabila Rapat tersebut dihadiri olehlebih dari
1/2 (satu per dua) dari jumlah anggota Dewan Pengurus;
5. Kecuali ditetapkan lain secara tegas dalam Anggaran Dasar ini, semua keputusan diambil
dengan musyawarah untuk mufakat apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai diambil
dengan suara yang terbanyak seperti biasa, dan bilamana suara yang setuju dan tidak setuju
sama banyaknya, maka Ketua Rapat yang akan memutuskan;
6. Dalam setiap Rapat Dewan Pengurus Pusat, setiap anggota Dewan Pengurus berhak
memberikan 1 (satu) suara;
7. Anggota-anggota Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi berhak menghadiri tiap-tiap Rapat
Dewan Pengurus Pusat dan dalam Rapat tersebut berhak untuk memberikan saran-saran dan
atau pengarahan-pengarahan seperlunya;

Pasal 19
PERANGKAT ORGANISASI

1. Apabila dipandang perlu, Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi dapat menunjuk beberapa orang
atau lembaga tertentu sebagai Dewan Penasihat, Dewan Pembina, Badan Pemeriksa
Keuangan independen, Akuntan Publik dan Konsulen Perpajakan;
2. Hal-hal lain sehubungan dengan Pasal dan ayat ini apabila dipandang perlu, dapat diaturlebih
jauh di dalam Anggaran Rumah Tangga;

Pasal 20
LEMBAGA-LEMBAGA OTONOM

1. Nama Lembaga-Lembaga otonom organisasi terdiri atas:


a. Institute Wanara;
b. UMKM dan Koperasi Wanara;
c. Lembaga Pusat Pengembangan Usaha Wanara;
d. Lembaga Informasi dan Riset Wanara;
e. Pusat Jaring Kerja Kerakyatan Wanara;
f. Lembaga Hukum dan Advokasi Wanara;
2. Pengurus lembaga-lembaga Otonom di tingkat Pusat, disebut Direktur Eksekutif Lembaga,
diusulkan dipilih, diangkat, ditetapkan, diberhentikan dan bertanggung jawab hanya kepada
Presiden/Dewan Pengurus Pusat atas persetujuan Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi;
3. Pengurus lembaga-lembaga Otonom di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah,
disebut Wakil Direktur Eksekutif Lembaga, diusulkan, dipilih, diangkat, ditetapkan,
diberhentikan dan bertanggung jawab hanya kepada Gubernur/Dewan PengurusWilayah atas
persetujuan Dewan Pengurus Pusat;
4. Pengurus lembaga-lembaga Otonom di tingkat Daerah, dan atau Dewan Pengurus Daerah,
disebut Manager Eksekutif Lembaga, diusulkan, dipilih, diangkat, ditetapkan, diberhentikan
dan bertanggung jawab hanya kepada Bupati/Walikota/Dewan PengurusDaerah atas
persetujuan Dewan PengurusWilayah; dan Dewan Pengurus Pusat;

Hal 7 dari- 43
5. Lembaga-lembaga Otonom adalah lembaga yang dapat mengembangkan struktur
organisasinya sesuai dengan kebutuhan, menetapkan personalia, menyusun rencana anggaran
dan program kerja tahunan, dan berhak mengangkat, memberhentikan dan mengganti staf-staf
yang membantu melaksanakan tugas-tugas organisasi tanpa meminta persetujuan terlebih
dahulu dan menghasilkan usaha-usaha yang sah untuk kepentingan organisasi.
6. Direktur Lembaga-lembaga Otonom secara langsung dan sah menurut hukum dan berhak
untuk mengikat Lembaga-lembaga kepada pihak lain atau pihak lain kepada Lembaga-
lembaga Otonom untuk kepentingan usahanya serta berhak untuk mengambil tindakan hukum
mengenai pemilikan dan pengurusan, terkecuali untuk hal-hal tersebut di bawah ini;
a. Menjual, memindahkan atau dengan cara lain melepaskan hak atas aktiva milik Lembaga-
lembaga otonom;
b. Mengikat Lembaga-lembaga Otonom sebagai penjamin hutang;
c. Menjaminkan harta Lembaga-lembaga Otonom untuk Jaminan hutang-hutang;
7. Dewan Pengurus di semua tingkatan dapat memberikan dukungan akses, konsultasi dan
supervisi kepada Lembaga-lembaga Otonom sesuai kepengurusan di tingkat masing-masing.
8. Ketentuan mengenai rincian tugas dan wewenang, susunannya dan tata cara pengangkatan,
pemberhentian, pertanggung-jawaban, dan penggantian direktur Lembaga-lembaga Otonom
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan khusus yang mengatur Lembaga-
lembaga Otonom;

STRUKTUR, PERANGKAT DAN PENGURUS ORGANISASI


Pasal 21

STRUKTUR

1. Organisasi ini memiliki srtuktur organisasi atau tingkatan kepengurusan sebagai berikut:-
a. Organisasi di tingkat Nasional, dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat, disingkat DPP;
b. Organisasi di tingkat Provinsi, dipimpin oleh Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW;
c. Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, dipimpin oleh Dewan
Pengurus Daerah, disingkat DPD;
2. Perangkat organisasi pada masing-masing tingkatan kepengurusan adalah:
a. Organisasi di tingkat Nasional atau Dewan Pengurus Pusat, memiliki organ Satuan-satuan
Tugas yang disebut dan terdiri atas Para Deputi beserta para Asisten Deputi yang
bertanggung jawab pada bidangnya masing-masing;
b. Organisasi di tingkat Propinsi atau Dewan Pengurus Wilayah, memiliki organ Satuan-
satuan Tugas yang disebut dan terdiri atas Para Kepala Biro dan Kepala Bidang yang
bertanggung jawab pada bidangnya masing-masing;
c. Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif atau Dewan Pengurus
Daerah, memiliki organ Satuan-satuan Tugas yang disebut Koordinator Divisi beserta
Kepala Seksi yang bertanggung jawab pada bidangnya masing-masing;
d. Satuan-satuan Tugas bidang kesekretariatan di tingkat Nasional atau Dewan Pengurus
Pusat disebut; Sekretariat Jenderal, dan di tingkat Propinsi atau Dewan Pengurus Wilayah
disebut; Sekretariat Wilayah, sedangkan di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota
Administratif atau Dewan Pengurus Daerah disebut; Sekretariat Daerah.
e. Dan Unit-unit Khusus atau Kelompok-kelompok Kerja;
3. Sedangkan ketentuan mengenai Struktur Organisasi di semua tingkatan akan diatur kemudian
lebih rinci dalam Pedoman Keorganisasian Lembaga.

Pasal 22
PERANGKAT

1. Ketentuan mengenai perangkat organisasi terdiri atas:


a. Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi.
b. Dewan Penasihat.
c. Dewan Pembina.

Hal 8 dari- 43
2. Struktur organisasi Dewan Pengurus Pusat terdiri atas:
a. Dewan Pendiri;
b. Presiden;
c. Wakil Presiden;
d. Sekretaris Jenderal;
e. Wakil Sekretaris Jenderal;
f. Bendahara Umum;
g. Wakil wakil Bendahara;
h. Deputi;
i. Asisten Deputi.
3. Kepengurusan dan pengangkatan dalam struktur organisasi atau tingkatan kepengurusan
sebagai berikut:
a. Pengangkatan Dewan Pengurus Pusat, disingkat DPP; atau disebut juga; Presiden,
diangkat, ditetapkan, diberhentikan dan bertanggung jawab kepada Dewan Pendiri;
b. Pengangkatan Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW; atau disebut juga; Gubernur,
diusulkan, dipilih, diangkat, ditetapkan, diberhentikan dan bertanggung jawab kepada
Presiden/Dewan Pengurus Pusat atas persetujuan Dewan Pendiri;
c. Pengangkatan Dewan Pengurus Daerah, disingkat DPD; atau disebut juga; Bupati/
Walikota; diusulkan, dipilih, diangkat, ditetapkan, diberhentikan dan bertanggung jawab
kepada Gubernur/Dewan Pengurus Wilayah atas persetujuan Presiden/Dewan Pengurus
Pusat;
4. Sedangkan ketentuan mengenai Struktur dan perangkat Organisasi secara nasional dan tata
cara penentuan serta penetapan calon-calon pengurus di tingkat Propinsi dan atau
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; Direktur Lembaga-Lembaga Otonom, diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga;

Pasal 23
DISIPLIN DAN ETIKA

1. Disiplin dan Etika anggota anggota organisasi berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Melanggar ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman
Organisasi dan ketentuan-ketentuan lain yang disyahkan oleh organisasi; dan atau ;
b. Melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji; dan atau
c. Melanggar etika dan norma masyarakat yang dapat mencemarkan nama baik
lembaga/organisasi; dan atau .
d. Melakukan tindak pidana dan atau menggunakan narkoba serta terbukti secara syah
menurut hukum.
2. Mekanisme disiplin dan etika organisasi, serta ketentuan lain mengenai Pasal ini diatur dalam
Peraturan Rumah Tangga dan Pedoman Keorganisasian;

Pasal 24
PEMBEKUAN

1. Dewan Pengurus Pusat dapat membekukan kepengurusan: di tingkat Provinsi dan


Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif.
2. Dewan Pengurus Wilayah atau pengurus tingkat Propinsi dapat membekukan kepengurusan
organisasi tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratifatau di tingkat Dewan Pengurus
Daerah yang disetujui terlebih dahulu secara tertulis oleh Dewan Pengurus Pusat.
3. Alasan-alasan pembekuan harus kuat secara oganisasi dan tidak bertentangan
denganAnggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan-peraturan lainnya;
4. Sebelum melaksanakan dan membekukan organisasi di tingkat Dewan Pengurus Wilayah dan
atau Dewan Pengurus Daerah; Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif dilakukan, terlebih
dahulu diberikan peringatan tertulis sebanyak-banyaknya tiga (3) kali dalam tenggang waktu
delapan (8) hari kerja untuk memperbaiki pelanggarannya.

Hal 9 dari- 43
5. Setelah pembekuan terjadi, maka kepengurusan dijabat sementara, diatur dan diurus oleh
kepengurusan yang setingkat lebih tinggi.
6. Pengurus atau pejabat sementara yang melaksanakan pembekuan tersebut wajib melaporkan
kepada Dewan Pengurus Pusat dalam jangka waktu empat belas (14) hari kerja.
7. Jika Pembekuan telah dilakukan maka pengurus Dewan Pengurus Wilayahdan atau Dewan
Pengurus daerah; Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif yang telah dibekukan tersebut,
dalam jangka waktu empat puluh (40) hari kerja diwajibkan membuat laporan secara tertulis
kepada pengurus yang lebih tinggi dengan tembusan Dewan Pengurus Pusat yang meliputi
kegiatan, keuangan, administrasi dan atas seluruh harta kekayaan organisasi;
8. Hal-hal mengenai harta kekayaan dan hutang-hutang maupun piutang organisasi bagi
pengurus yang dibekukan, baik di tingkat Dewan Pengurus Wilayah dan atau Dewan
Pengurus Daerah, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga;
9. dan mekanisme serta tata cara pembekuan, mengajukan, memilih, pengangkatan dan
persetujuan kepengurusan baru, dan atau ketentuan ketentuan lain mengenai Pasal ini diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga;

Pasal 25
KEGIATAN USAHA

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, maka Organisasi Wanaradapat
melaksanakan kegiatan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan tersebut
dengan mengindahkan ketertiban umum dan hukum yang berlaku;
1. Bidang Usaha Jasa; Mengadakan kegiatan usaha jasa disegala bidang yang dapat
meningkatkan taraf kehidupan ditengah-tengah masyarakat,
2. Melakukan pelatihan dan advokasi terhadap pelaksanaan kebebasan memperoleh seluruh
informasi yang berkaitan dengan publik;
3. Mengadakan kegiatan diberbagai bidang;membuat situs di dunia maya (internet), penerbitan
buku, koran, majalah dan tabloid, kursus-kursus, pendidikan dan latihan,usaha jasa lainnya
yang dapat meningkatkan taraf kehidupan ditengah-yengah masyarakat;
4. Menghimpun tenaga muda produktif dalam suatu lembaga pusat jaring kerja nasional, usaha
mikro kecil dan menengah, melakukan berbagai penelitian, kajian ilmiah dan riset
masyarakat, serta mendirikan lembaga pusat pengembangan usaha, usaha jasa lainnya yang
dapat meningkatkan keahlian secara profesionalisasi masyarakat pada umumnya;

Pasal 26
KEKAYAAN

1. Kekayaan Organisasi Wanara berasal dari sejumlah kekayaan yang telah terpisah menjadi
kekayaan dalam bentuk kas yang tidak ditentukan besarnya dan setiap waktu harus tercatat
pada buku laporan kekayaan organisasi.
2. Selain kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini, kekayaan Organisasi dapat
diperoleh dalam bentuk uang dan atau benda berwujud dan benda tidak berwujud yang dapat
dinilai dengan uang berupa:
a. Swadaya/ Iuran Anggota.
b. Bantuan dari Pemerintah, masyarakat dan pihak lain yang memiliki komitmen terhadap
Wanara, dan yang sifatnya tidak mengikat baik di dalam maupun luar negeri;
c. Hibah-hibah, wasiat dan wakaf;
d. Sumbangan-sumbangan tetap dari pihak lain;
e. Pendapatan-pendapatan yang dihasilkan oleh usaha-usaha yang dilaksanakan dan
diselenggarakan oleh Lembaga-lembaga otonom organisasi;
f. Pendapatan-pendapatan lain yang sah dan tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan
serta kegiatan usaha Wanara;

Hal 10 dari- 43
3. Uang dan kekayaan Organisasi Wanarayang tidak segera dibutuhkan untuk keperluan sehari-
hari, akan disimpan/dikelola berdasarkan ketentuan ketentuan yang akan diatur serta
ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat;
4. Hal-hal yang menyangkut keuangan organisasi dilaporkan secara tertulis oleh Dewan
Pengurus Pusat kepada: Dewan Pendiri, Dewan Pembina/Penyantun, masyarakat umum,
menurut tingkatannya sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam tahun buku yang
bersangkutan;-
5. Tahun buku Organisasi Wanaradimulai setelah terpilihnya pengurus yang baru pada setiap
tingkatan kepengurusan dan berakhir selama masa jabatannya berikutnya;
6. Ketentuan-ketentuan sebagaiman dimaksud dalam Pasal ini diatur lebih lanjut dalam, dan atau
ketentuan ketentuan lain mengenai Pasal ini diatur dalam Peraturan Rumah Tangga;

Pasal 27
TAHUN BUKU

1. Tahun Buku Lembaga ini berjalan dari tanggal 1 (satu) Januari sampai dengan tanggal 31
(tiga puluh satu) Desember; pada akhir bulan Desember pada tiap-tiap tahun, buku-buku
Lembaga dan Lembaga-lembaga Independen harus ditutup; Untuk Pertama kalinya buku
Lembaga dimulai pada tanggal dari Akta Pendirian ini dan ditutup pada tanggal 31 (tigapuluh
satu) Desember;
2. Selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan sesudah penutupan buku-buku tersebut, oleh
Dewan Pengurus harus dibuat suatu perhitungan tentang pengeluaran danpemasukan
organisasi selama tahun buku yang lampau;
3. Perhitungan tersebut disertai surat-surat pertanggungjawaban dari yang bersangkutan, berikut
laporan tahunan, harus segera disampaikan kepada Dewan Pendiri untuk dimintakan
persetujuan dan pengesahannya;
4. Pengesahan dari perhitungan dan pertanggungjawaban tersebut oleh Dewan Pendiri berarti
memberikan pelunasan dan pembebasan sepenuhnya kepada Dewan Pengurus atas segala
tindakan dan perbuatannya terhadap Organisasi Wanaraselama tahun buku yang bersangkutan;
5. Pembukuan setiap tahun buku jika perlu diaudit oleh Akuntan Publik Independen bersama
Badan Pemeriksa Keuangan yang ditunjuk oleh Dewan Pendiri;

Pasal 28
PERUBAHAN DAN TAMBAHAN

1. Keputusan untuk merubah dan atau menambah peraturan dalam Anggaran Dasar organisasi/
Lembaga; dinyatakan sah jika dalam suatu Rapat yang dihadiri secara lengkap oleh Dewan
Pendiri bersama Dewan Pengurus Pusat.
2. Rapat dimaksud pada ayat 1 dipimpin oleh salah seorang yang dipilih oleh dan dari antara
para anggota Dewan Pendiri Organisasi,Dewan Pengurus Pusat;
3. Rapat yang dimaksud pada ayat 1 adalah sah bila dihadiri atau diwakili oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) anggota Dewan dan putusan adalah sah bila disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah;

Pasal 29
PEMBUBARAN

1. Keputusan untuk membubarkan Organisasi Wanarahanya dapat diambil oleh Rapat Khusus
Istimewa Dewan Pendiri,Dewan Pengurus Pusat, dan apabila ternyata dengan pasti bahwa
kondisi organisasi ini telah sedemikian rupa sehingga dengan itu tidak mungkin lagi untuk
mencapai dan mewujudkan maksud dan tujuan organisasi ini dengan mengindahkan
ketentuan-ketentuan lain sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasar ini;

Hal 11 dari- 43
2. Apabila Organisasi Wanaraini dibubarkan, maka likuidasinya dilakukan oleh Dewan
Pengurus Pusat di bawah pengawasan Dewan Pendiri.
3. Pembubaran organisasi hanya dapat diambil dengan sah oleh Dewan Pendiri Organisasi
bersama Dewan Pengurus Pusatdandisetujui oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah yang hadir.
4. Jika organisasi ini dibubarkan, Presiden/Dewan Pengurus Pusat diwajibkan untuk melakukan
likuidasi atas seluruh harta kekayaan organisasi, yang pelaksanaannya dilakukan oleh sebuah
tim likuidasi khusus yang ditunjuk dalam rapat Khusus Istimewa untuk melaksanakan tugas
tersebut.
5. Dewan Pendiri Organisasi bersama Presiden/Dewan Pengurus Pusat bertanggung jawab
menyelesaikan administrasi kekayaan Organisasi Wanaraini, dan jika terdapat sisa kekayaan
jikalau ada, akan diberikan kepada perkumpulan dan atau organisasi yangmempunyai maksud
dan tujuan yang sama denganOrganisasi Wanaraini.
6. ketentuan ketentuan lain mengenai Pasal ini diatur dalam Peraturan Rumah Tangga;

Pasal 30
ANGGARAN RUMAH TANGGA

1. Anggaran Rumah Tangga merupakan bagian yang integral (tidak terpisahkan) dengan
Anggaran Dasar ini dan yang mengatur hal-hal yang belum sepenuhnya diatur dalam
Anggaran Dasar ini.
2. Anggaran Rumah Tangga dan Perubahannya harus konsisten dengan Anggaran Dasar ini dan
baru berlaku setelah disahkan oleh Dewan Pendiri Organisasi dan Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 31
PERATURAN PENUTUP

1. Semua hal yang tidak atau tidak cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan diatur dan
diputuskan dan ditetapkan kemudian oleh Dewan Pendiri bersama Dewan Pengurus Pusat;
2. Untuk pertamakalinya, Organisasi Wanara, dibentuk oleh Dewan Pendiri, pada semua
tingkatan kepengurusan lembaga dengan disertai konsultasi dan atau pendekatan dengan para
pinisepuh, tokoh-tokoh masyarakat, Eksekutif, legislative, Yudikatif, Kepolisian, Tentara
Nasional Indonesia, Para aktifis, Praktisi, Professional,dan bidang lain-lain;
3. Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak ditandatangani oleh Dewan Pendiri;

Hal 12 dari- 43
ANGGARAN RUMAH TANGGA
WARGA NUSANTARA RAKYAT (WANARA)
BABI
DOKTRIN, KODE ETIK, LAMBANG, LAGU MARS/HYMNE

Pasal 1
DOKTRIN

1. Doktrinadalah pedoman bagi setiap anggota Wanara dalam melaksanakan karya nyata yang
beraneka ragam serta tugas-tugas kelembagaan untuk mencapai maksud dan tujuan .
2. Doktrin bermakna walaupun anggota Wanara melaksanakan tugas diberbagai bidang dengan
macam-macam jenis karya nyata yang beraneka ragam, tetapi tetap menegakkan Prinsip
Perjuangan; dengan tujuan utama adalah dalam rangka pengabdian kepada Negara, Bangsa,
dan Masyarakat Indonesia; dengan selalu menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran,
menegakkan keadilan, menghargai kebhinekaan, menumbuhkan kesetaraan, persaudaraan dan
kebersamaan.

Pasal 2
KODE ETIK

1. Kode Etik; adalah janji luhur bagi segenap anggota Wanaradalam melaksanakan tugas dan
pengabdiannya selaku unsur masyarakat serta merupakan pedoman pokok, pemahaman,
penghayatan, pengamalan, sikap dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kode Etik Wanara meliputi;
a. Kami Anggota Wanara; berjuang mewujudkan pemerintahan yang transparan, dan
bermoral serta mengawal proses perubahan guna terciptanya masyarakat madani dalam
nuansa demokratis, adil, sejahtera, damai, dibawah RidhaTuhan Yang Maha Esa;
b. Kami Anggota Wanara;adalah warga negara yang patuh, membela, dan mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdaulat berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945;
c. Kami Anggota Wanara;mengutamakan kepentingan rakyat, bangsa dan Negara daripada
kepentingan pribadi ataupun golongan tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras dan
golongan;
d. Kami Anggota Wanara;menjunjung tinggi martabat, kehormatan, dan nama baik bangsa,
jujur, bertanggungjawab, menghindarkan diri dari perbuatan tercela, apalagi melanggar tata
nilai dan hukum;
e. Kami Anggota Wanara; mengajak rakyat dan bangsa Indonesia berperan aktif, kritis dan
Kreatif guna mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, berwibawa, bermartabat
anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

3. Kode Etik Wanara; diucapkan sebagai janji pada saat anggota Wanaradiangkat sebagai
pengurus lembaga, dalam rangka melaksanakan tugas dan pengabdiannya pada masyarakat,
sebagai bentuk pedoman pokok, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan.

Pasal 3
LAMBANG-LAMBANG
MAKNA DAN PENGGUNAAN

1 Makna dan pengertian mendasar bagi gambar maupun tulisan yang ada dalam lingkup
lambang Wanara memiliki arti dan makna:

Hal 13 dari- 43
a. Gambar Rantai/Tambang:Sebagai perekat persatuan dan kesatuan yang kuat dan tidak
dapat terpisahkan satu sama lainnya di antara sesama anggota Wanara di wilayah NKRI.
b. Warna Merah Putih: Seluruh anggota Wanara harus mencintai dan merawat Tanah Air
Indonesia dengan segala jiwa raganya.
c. Kalimat Warga Nusantara Raya: Yang dapat menjadi anggota Wanara adalah seluruh
Warga Negara Indonesia di Wilayah NKRI tanpa memandang agama, golongan, etnis, dan
suku bangsa.
d. Gambar Jabat Tangan: Adanya komitmen dan kesepakatan bersama di antara anggota
Wanara secara musyawarah mufakat dan bertanggungjawab untuk memajukan Wanara
pada kondisi apapun.
e. Kata WANARA warna Emas: Singkatan dari Warga Nusantara Raya yang mempunyai
nilai filosofi memberantas kezaliman terstruktur secara elegan dengan tidak
mengesampingkan nilai-nilai, kaidah, dan norma hukum, etika, dan moral dari semua
anggota Wanara tanpa kecuali guna menuju kemuliaan manusia semulia Emas sebagai
logam mulia.
f. Gambar Peta Indonesia: Area kegiatan dan program kerja yang akan dijalankan Wanara,
mencakup wilayah NKRI.
g. Kalimat Mengkaji ≈ Mengevaluasi ≈ Memutusakan: Semua program kerja Wanara yang
akan dijalankan baik untuk kepentingan internal maupun eksternal harus melakukan kajian
yang mendalam terlebih dahulu, lalu hasil kajian tersebut dievaluasi secara seksama dan
obyektif sehingga menghasilkan keputusan yang terbaik untuk dilaksanakan sesuai
tupoksinya masing-masing.
2 Makna dan pengertian mendasar bagi Warna-warna yang ada dalam lingkup lambang
WARGA NUSANTARA RAYA adalah:
a. Kuning emas bermakna kebangkitan, pembaharuan, kejayaan rakyat akan kemakmuran
bagi seluruh bangsa Indonesia;
b. Merah bermakna kesungguhan, ketegasan, keabadian; keberanian moral, dan memiliki
sikap yang tegas.
c. Warna dasar putih di seluruh bidang, bermakna keberanian untuk membela dan dengan
cara yang benar tanpa batasan; disertai kesucian jiwa, ketulusan hati, serta kebenaran kata
disertai dengan perbuatan.
2. Lambang memiliki makna dan pemaknaan secara keseluruhan yang meliputi tulisan, gambar
dan warna; WANARA adalah arah perjuangan yang secara konsisten harus dilaksanakan dan
diperjuangkan sekaligus sebagai sumber inspirasi dan motivasi.

Pasal 4
MARS DAN HYMNE

1. Wanara memiliki Mars, yakni; Mars yang menjadi salah satu unsur dan memiliki makna serta
pengertian mencerminkan visi, misi, sifat, azas, dasar perjuangan lembaga yang secara
konsisten dilaksanakan dan diperjuangkan.
2 Mars; merupakan sumber inspirasi dan motivasi bagi seluruh Pengurus di semua tingkatan
dan anggota.
3 Hymne;merupakan sumber inspirasi bagi seluruh pengurus di semua tingkatan anggota;
4 Sebagai lambang organisasi, Mars dan Hymne, penggunaanya akan diatur sebagai salah satu
atribut organisasi dan berlaku pada tiap-tiap tingkatan Kepengurusan lembaga atau Organisasi
secara nasional.

BAB II
ANGGOTA

Pasal 5
JENIS ANGGOTA

1. Sebutan kata anggota dalam lembaga ini; dinamakan Anggota.


2. Anggota langsung adalah setiap orang warga negara Indonesia yang telah terdaftar secara sah
menjadi Anggota pada kepengurusan setempat yang telah memiliki identitas lengkap yang
secara aktif melakukan tugas-tugas organisasi dan mengikuti kegiatan-kegiatan baik aktif
maupun tidak aktif.
Hal 14 dari- 43
3. Anggota tak langsung adalah setiap orang warga negara Indonesia yang belum/tidak terdaftar
secara sah menjadi Anggota secara suka rela pada kepengurusan setempat, namun telah secara
aktif mengikuti kegiatan-kegiatan serta program yang diadakan oleh Lembaga.
4. Anggota kehormatan adalah setiap orang yang dianggap berjasa kepada lembaga yang
memiliki kemampuan dan keahlian tertentu sesuai dengan visi dan misi lembaga dipilih dan
telah ditetapkan dalam Rapat Pleno yang dilasanakan di Dewan Pengurus Pusat, Dewan
Pengurus Wilayah dan Dewan Pengurus Daerah.

Pasal 6
PERSYARATAN TATA CARA PENDAFTARAN ANGGOTA

1. Persyaratan menjadi Anggota Wanara adalah:


a. Warga negara Indonesia yang telah berumur lebih dari 18 (delapan belas) tahun, dapat
membaca dan menulis, dan tidak pernah terlibat menjadi anggota organisasi yang dilarang
oleh pemerintah baik langsung maupun tidak langsung;
b. Menyetujui, menerima dan dianggap telah memahami; Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Jati Diri dan Garis Perjuangan Wanara, serta peraturan-peraturan Lembaga
lainnya.
c. Berperan aktif mengikuti kegiatan dan program program Wanara
2. Tata cara pendaftaran untuk menjadi Anggota adalah:
a. Mengajukan permintaan menjadi Anggota kepada pengurus setempat, mengisi formulir
yang disediakan disertai pernyataan persetujuan terhadap Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, dan Jati Diri dan Garis Perjuangan, serta peraturan-peraturan lainnya;
b. Berkewajiban membayar uang iuran dan uang pangkal; yang besarnya ditetapkan oleh
lembaga;
c. Apabila permintaan itu diluluskan, maka yang bersangkutan berstatus sebagai calon
Anggota selama 3 (tiga) bulan, dengan hak sementara menghadiri kegiatan-kegiatan dan
program-program lembaga yang dilakukan secara terbuka.
d. Apabila selama menjadi calon Anggota, yang bersangkutan tidak melanggar hukum, maka
ia diterima menjadi Anggota secara penuh, dan kepadanya diberikan Kartu Anggota yang
dikeluarkan dan ditandatangani oleh Presiden dan Sekretaris Jenderal.
e. Permintaan menjadi Anggota dapat ditolak apabila terdapat alasan-alasan yang kuat, yang
mana alasan tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga serta peraturan-peraturan lainnya.
3. Tata cara penerimaan Anggota kehormatan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Anggota kehormatan dapat diterima pada seluruh tingkatan kepengurusan DPP, DPW dan
DPD.
b. Usulan agar seseorang diterima sebagai Anggota kehormatan dapat diajukan melalui Rapat
Pleno Pengurus Harian pada masing-masing tingkatan kepengurusan DPP, DPW dan DPD,
sebagaimana dimaksud pada huruf a Pasal dan ayat ini;
c. Setelah disetujui melalui Rapat Pleno Pengurus Harian pada masing-masing tingkatan
kepengurusan DPW dan DPD mengajukan secara tertulis disertai data-data dan alasan yang
kuat kepada Dewan Pengurus Pusat untuk mendapat persetujuan.
d. Pengesahan Anggota kehormatan hanya dikeluarkan dan disetujui oleh Dewan Pengurus
Pusat.

Pasal 7
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN

1. Setiap Anggota berhak;


a. Mendapatkan kedudukan dan perlakuan yang sama;
b. Mengeluarkan pendapat serta mengajukan usul, saran dan kritik, baik secara lisan maupun
tulisan;

Hal 15 dari- 43
c. Setiap Anggota berhak memilih dan dipilih menjadi pengurus dan atau mengisi struktur
kelembagaan di tingkat masing-masing yang ditetapkan oleh Presiden, atau Gubernur dan
atau Bupati/Walikota.
d. Memperoleh bantuan, dukungan, bimbingan dan pelatihan-pelatihan dari organisasi; sesuai
dengan kesanggupan.
e. Mendapatkan perlindungan dan pembelaan dari organisasi;
f. Hak-hak lainnya yang diatur dalam Peraturan organisasi.
2. Setiap Anggota berkewajiban:
a. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Jati Diri dan Garis Perjuangan,
peraturan-peraturan lainnya dan seluruh keputusan organisasi;
b. Setia dan tunduk kepada disiplin Lembaga serta bertanggungjawab atas segala sesuatu
yang menjadi tanggung jawab yang diberikan serta diamanatkan kepadanya;
c. Aktif dalam kegiatan-kegiatan serta program-program kerja organisasi;
d. Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik Lembaga serta menentang setiap upaya atau
suatu tindakan-tindakan yang merugikan Lembaga dengan cara yang baik dan bertanggung
jawab;
e. Memupuk persatuan dan solidaritas di antara sesama Anggota; di seluruh wilayah
Kesatuan Negara Republik Indonesia.
f. Membayar uang iuran Anggota;
g. Tunduk kepada pengurus lembaga di wilayah masing-masing dan kepada struktur lembaga
yang lebih tinggi di dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, peraturan-peraturan Lembaga lainnya dan seluruh keputusan
Lembaga;
3. Setiap Anggota dilarang:
a. Melanggar etika (norma) masyarakat yang dapat mencemarkan nama baik lembaga/
organisasi.
b. Melakukan tindak pidana dan atau menggunakan narkoba serta terbukti secara syah
menurut hukum.
c. Menjadi anggota Organisasi/Lembaga lain atau Lembaga Sosial Kemasyarakatan yang asas
dan atau tujuannya bertentangan dengan Visi, Misi, Sifat, Azas dan atau maksud tujuan
Wanara.

Pasal 8
GUGURNYA ANGGOTA
TATA CARA PEMBERHENTIAN

1. Seorang Anggota dinyatakan gugur disebabkan karena:


a. Meninggal dunia;
b. Permintaan sendiri untuk berhenti menjadi Anggota yang disampaikan secara tertulis;
c. Diberhentikan dengan alasan-alasan yang kuat secara organisatoris, yang mana alasan
tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan-
peraturanlainnya dan atau keputusan-keputusan lain;
d. Diberhentikan dengan alasan melakukan tindak pidana dan atau menggunakan narkoba
yang telah terbukti secara syah mempunyai kekuatan hukum yang tetap berdasar keputusan
pengadilan.
2. Tata cara Pemberhentian adalah:
a. Seorang Anggota dapat diberhentikan sementara atau diberhentikan sepenuhnya karena
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau Anggaran
Rumah Tangga.
b. Sebelum diberhentikan, Anggota yang bersangkutan diberi peringatan tertulis lebih dahulu
sebanyak 3 (tiga) kali oleh pengurus lembaga di mana ia terdaftar sebagai Anggota,
Tenggang waktu pengeluaran peringatan tertulis pertama selanjutnya sekurang-kurangnya
7 (tujuh) hari kerja;

Hal 16 dari- 43
c. Apabila dalam waktu 10 (sepuluh) hari setelah peringatan terakhir tidak dihiraukan, maka
yang bersangkutan dapat diberhentikan sementara selama 2 (dua) bulan;
d. Bilamana dalam jangka waktu pemberhentian sementara (selama 3 (tiga) bulan) yang
bersangkutan tidak melakukan klarifkasi dan kembali kepada Lembaga, maka status
Anggota dinyatakan gugur dengan sendirinya;
e. Surat pemberhentian sebagai Anggota diterbitkan oleh dan atau atas keputusan Rapat Pleno
Pengurus Lembaga di mana ia terdaftar sebagai Anggota;
f. Anggota yang diberhentikan sementara dan atau diberhentikan dapat membela diri dengan
mengajukan permintaan serta peninjauan kembali atas keputusan tersebut pada forum
tertinggi di lingkungan dan atau pengurus yang lebih tinggi;

BAB III
STRUKTUR LEMBAGA TINGKAT PUSAT

Pasal 9
DEWAN PENGURUS PUSAT

1. Pengurus di tingkat Pusat, dan atau Dewan Pengurus Pusat disingkat DPP; adalah pengurus
tertinggi Organisasi;
2. Pengangkatan DPP; atau disebut Presiden, yang dipilih, diangkat, ditetapkan, diberhentikan
bertanggung jawab kepada Dewan Pendiri atau Majelis Tinggi;
3. DPP; sekurang-kurangnya adalah 18 (delapan belas) orang, dipilih, diangkat, ditetapkan, dan
diberhentikan bertanggung jawab kepada Presiden;
4. DPP; memiliki organ Satuan-satuan tugas yang disebut; Deputi Bidang membawahi Asisten
Deputi Bidang; yang bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing;
5. DPP; memiliki organ Satuan-satuan tugas di bidang kesekretariatan perbendaharaan disebut;
Sekretariat Lembaga Tingkat Pusat; dipimpin oleh seorang; Direktur Eksekutif;
6. Anggota-anggota DPP; diangkat bertugas untuk masa jabatan 5 (lima) tahun, dapat diangkat
kembali dengan ketentuan maksimal 2 (dua) kali masa jabatan;

Pasal 10
STRUKTUR PERANGKAT ORGANISASI

1. Pengurus di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat, disingkat DPP; memiliki
Struktur organisasi terdiri atas:
a. Presiden 1 (satu) Orang.
b. Wakil Presiden 2 (dua) Orang. maksimal
c. Sekretaris Jenderal 1 (satu) Orang.
d. Wakil Wakil Sekretaris Jenderal 2 (dua) Orang. maksimal
e. Bendahara Umum. 1 (satu) Orang.
f. Wakil Wakil Bendahara. 2 (dua) Orang. maksimal
2. Pengurus di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat, disingkat DPP; memiliki
Perangkat organisasi kepengurusan yaitu; organ Satuan-satuan Tugas yang disebut dan terdiri
atas Deputi Bidang dan Asisten Deputi; yang bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya
masing-masing terdiri atas;
a. Deputi Bidang Organisasi dan Kaderisasi 1 (satu) Orang
b. Deputi BidangPenelitian dan Pengembangan 1 (satu) Orang.
c. Deputi BidangPendidikan dan Kebudayaan 1 (satu) Orang.
d. Deputi BidangHukum dan HAM 1 (satu) Orang.
e. Deputi Bidang Sosial dan Ekonomi Kreatif 1 (satu) Orang.
f. Asisten Deputi Bidang Jaringan dan Keanggotaan 1 (satu) Orang.
g. Asisten Deputi Bidang Logistik dan Kesehatan 1 (satu) Orang.
h. Asisten Deputi Bidang Informasi dan Data 1 (satu) Orang.
i. Asisten Deputi Bidang Anti Narkoba 1 (satu) Orang.
j. Asisten Deputi Bidang Lingkungan Hidup 1 (satu) Orang.
Hal 17 dari- 43
3. Ketentuan tentang struktur organisasi, uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab, tata kerja
dari masing-masing pengurus organisasi di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini diatur lebih lanjut dengan ketentuan yaitu; Pedoman
Keorganisasian;

Pasal 11
WEWENANG, KEWAJIBAN DAN TUGAS POKOK
PENGURUS

1. Pengurus di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat, disingkat DPP; memiliki
wewenang;
a. Menentukan serta menetapkan Kebijaksanaan Lembaga sesuai dengan; Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, hasil-hasil Rapat atau Permusyawaratan baik tingkat Nasional
maupun Wilayah; serta Peraturan Organisasi lainnya;
b. Memilih, mengangkat, menetapkan, memberhentikan, pengurus Organisasi di tingkat
Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW;
c. Memberikan persetujuan, dan dapat memberhentikan pengurus Organisasi di tingkat
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, dan atau Dewan Pengurus Daerah, disingkat
DPD; atau yang disebut juga; Bupati/Walikota; dengan ketentuan atas usulan dari
Gubernur/Dewan Pengurus Wilayah;
d. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pendiri Organisasi untuk mengesahkan
Komposisi dan personalia Dewan Pengurus Pusat; dan personalia Lembaga-lembaga
Otonom; sesuai bidang dan tingkat keahlian masing-masing; sesuai dengan syarat-syarat
yang ditetapkan;
e. Membentuk, Memilih, mengangkat, menetapkan, memberhentikan personalia Deputi
Bidang dan Assistant Deputi Bidang; sesuai tingkat keahlian masing-masing; dengan
syarat-syarat yang ditetapkan;
f. Melakukan upaya-upaya khusus dan program kerja secara mandiridemi keuntungan/
pengembangan/kebesaran lembaga dan atau mengamankan kepentingan perjuangan dan
atau pencapaian maksud dan tujuan Lembaga;
g. Membentuk dan menetapkan personalia kesekretariatan dan Perbendaharaan tingkat Pusat
atau Dewan Pengurus Pusat disebut; Sekretariat Lembaga Tingkat Pusat atau Satuan-
satuan Tugas dan atau Unit-unit atau kelompok-kelompok kerja sesuai dengan kebutuhan;
2. Pengurus di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat, disingkat DPP; memiliki
Tanggung Jawab dan kewajiban;
a. Melaksanakan Segala Ketentuan dan kebijaksanaan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, hasil-hasil rapat dan pemusyawaratan Dewan pendiri, serta
Peraturan organisasi lainnya;
b. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban kegiatan organisasi kepada Dewan Pendiri.
c. Bertanggung-jawab atas aktifitas operasional dan kesekretariatan;
3. Pengurus di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat, disingkat DPP; memiliki tugas
pokok;
a. Memelihara kemurnian; visi, misi, sifat, azas, dasar dan prinsip perjuangan dan
melaksanakan kebijaksanaan organisasi;
b. Mengawasi kegiatan pengurus di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah,
disingkat DPW; dan pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, dan
atau Dewan Pengurus Daerah, disingkat DPD;
c. Menjalankan pengelolaan lembaga secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian
maksud dan tujuan organisasi;
d. Menjabarkan dan menselaraskan kebijaksanaan Lembaga dalam bentuk program-program
kegiatan yang realitas, efektifdan efisien dalam rangka pencapaian fungsi, sasaran
organisasi;

4. Ketentuan tentang wewenang, Tanggung jawab dan kewajiban, tugas dan tata kerja masing-
masing sub-unit Pengurus di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat, disingkat
DPP; sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini diatur lebih lanjut dalam Pedoman
Keorganisasian.

Hal 18 dari- 43
BAB IV

STRUKTUR LEMBAGA TINGKAT WILAYAH


Pasal 12
DEWAN PENGURUS WILAYAH

1. Dewan Pengurus Wilayah disingkat DPW; adalah pengurus tertinggi Organisasi di tingkat
Wilayah atau Daerah Tingkat Provinsi dan atau yang disamakan dengan itu;
2. Pengangkatan Organisasi di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat
DPW; atau disebut Gubernur, yang dipilih, diangkat, ditetapkan, diberhentikan dan
bertanggung jawab hanya kepada Presiden/Dewan Pengurus Pusat.
3. Pengurus Organisasi di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW;
sekurang-kurangnya adalah 15 (lima belas) orang, dipilih, diangkat, ditetapkan,diberhentikan
dan bertanggung jawab hanya kepada Gubernur;
4. Pengurus Organisasi di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW;
memiliki organ Satuan-satuan tugas yang disebut; Kepala Biro membawahi Kepala Bidang
yang bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing;
5. Pengurus Organisasi di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW;
memiliki organ Satuan-satuan tugas di bidang kesekretariatan dan perbendaharaan disebut;
Sekretariat Lembaga Tingkat Wilayah;
6. Pengurus Lembaga-lembaga Otonom di tingkat Provinsi dan atau Dewan Pengurus Wilayah;
7. Anggota-anggota Pengurus Lembaga di tingkat Provinsi; dan atau Dewan Pengurus Wilayah,
disingkat DPW; diangkat dan bertugas untuk masa jabatan 5 (lima) tahun, dan dapat diangkat
kembali dengan ketentuan maksimal 2 (dua) kali masa jabatan;

Pasal 13
STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI

1. Pengurus di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW; memiliki
Struktur organisasi terdiri atas:
a. Gubernur 1 (satu) Orang.
b. Wakil Gubernur 1 (satu) Orang.
c. Sekretaris Gubernur 1 (satu) Orang.
d. Wakil Sekretaris Gubernur 2 (dua) Orang. maksimal
e. Bendahara Gubernur 1 (satu) Orang.
f. Wakil Wakil Bendahara Gubernur. 3 (tiga) Orang. maksimal
2. Pengurus di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW; memiliki
Perangkat organisasi kepengurusan yaitu; organ Satuan-satuan Tugas yang disebut dan terdiri
atas Para Kepala Biro dan Kepala Bidang yang bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya
masing-masing terdiri atas;
a. Kepala Biro Organisasi dan Kaderisasi 1 (satu) Orang
b. Kepala Biro Penelitian dan Pengembangan 1 (satu) Orang.
c. Kepala Biro Pendidikan dan Kebudayaan 1 (satu) Orang.
d. Kepala Biro Hukum dan HAM 1 (satu) Orang.
e. Kepala Biro Sosial dan Ekonomi Kreatif 1 (satu) Orang.
f. Kepala Bidang Jaringan dan Keanggotaan 1 (satu) Orang.
g. Kepala Bidang Logistik dan Kesehatan 1 (satu) Orang.
h. Kepala Bidang Informasi dan Data 1 (satu) Orang.
i. Kepala Bidang Anti Narkoba 1 (satu) Orang.
j. Kepala Bidang Lingkungan Hidup 1 (satu) Orang.
2. Satuan-satuan tugas Kepala Biro ) Kepala Bidang; sesuai bidangnya masing-masing memiliki
organ; Koordinator Kepala Biro ) anggota-anggotanya; Koordinator Kepala Bidang ) anggota-
anggota yang mana anggotanya tidak melebihi;4 (empat) orang ) sudah termasuk Koordinator.

Hal 19 dari- 43
3. Satuan-satuan tugas bidang kesekretariatan dan perbendaharaan di tingkat Provinsi dan atau
Dewan Pengurus Wilayah disebut; Sekretariat Lembaga Tingkat Provinsi; yang dipimpin
oleh Area Manager; dan bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing dan
membawahi; Divisi Umum, Perencanaan, Pendanaan dan Keuangan; Manager Pelayanan dan
Pengaduan Masyarakat; Manager Pengolahan Informasi dan Data; Manager Humas dan
Komunikasi; Manager Progam, Pendidikan dan Latihan; Manager Organisasi dan
Keangggotaan;
4. Ketentuan tentang struktur oganisasi, uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab, tata kerja
dari masing-masing pengurus organisasi di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus
Wilayah; sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini diatur lebih lanjut dengan ketentuan yaitu;
Pedoman Keorganisasian;

Pasal 14
WEWENANG, KEWAJIBAN DAN TUGAS POKOK
PENGURUS

1. Pengurus Organisasi di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW;
memiliki wewenang;
a. Menentukan serta menetapkan Kebijaksanaan Lembaga sesuai dengan; Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, hasil-hasil Rapat atau Permusyawaratan baik tingkat Nasional
maupun Wilayah; serta Peraturan Organisasi lainnya;
b. Memberikan rekomendasi dan usulan kepada Dewan Pengurus Pusat, untuk: mengusulkan,
memilih, mengangkat, menetapkan, memberhentikan, pengurus di tingkat
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, dan atau Dewan Pengurus Daerah, disingkat
DPD; atau yang disebut juga; Bupati/Walikota; dengan ketentuan atas persetujuan
Presiden/Dewan Pengurus Pusat;
c. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pengurus Pusat untuk mengesahkan Komposisi
dan personalia Dewan Pengurus Wilayah; dan personalia Lembaga-lembaga Otonom;
sesuai bidang dan tingkat keahlian masing-masing; sesuai dengan syarat-syarat yang
ditetapkan;
d. Membentuk dan menetapkan personalia Kepala Biro, Kepala Bidang; sesuai tingkat
keahlian masing-masing; dengan syarat-syarat yang ditetapkan;
e. Melakukan upaya-upaya khusus dan program kerja secara mandiridemi keuntungan/
pengembangan/ kebesaran lembaga dan atau demi mengamankan kepentingan perjuangan
dan atau pencapaian maksud dan tujuan Lembaga;
f. Membentuk dan menetapkan personalia kesekretariatan dan perbendaharaan tingkat
Provinsi atau Dewan Pengurus Wilayah disebut; Sekretariat Lembaga Tingkat Wilayah
atau Satuan-satuan Tugas dan atau Unit-unit atau kelompok-kelompok kerja sesuai dengan
kebutuhan;
2. Pengurus Organisasi di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW;
memiliki Tanggung Jawab dan kewajiban;
a. Melaksanakan Segala Ketentuan dan kebijaksanaan Lembaga sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, hasil-hasilrapat dan pemusyawaratan, serta Peraturan
organisasi lainnya;
b. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban kegiatan organisasi kepada Presiden/Dewan
Pengurus Pusat sebagaimana yang telah ditentukan.
c. Bertanggung-jawab atas aktifitas operasional dan kesekretariatan;
3. Pengurus Organisasi di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat
DPW;memiliki tugas pokok;
a. Memelihara kemurnian; visi, misi, sifat, azas dan dasar perjuangan serta melaksanakan
kebijaksanaan Lembaga;
b. Mengawasi kegiatan pengurus Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota
Administratif, dan atau Dewan Pengurus Daerah, disingkat DPD;
c. Menjalankan pengelolaan lembaga secara efektif danefisien dalam rangka pencapaian
maksud dantujuan Lembaga;
d. Menjabarkan danmenyelaraskan kebijaksanaan Lembaga dalam bentuk program-program
kegiatan yang nyata, efektifdanefisien dalam rangka pencapaian fungsi, sasaran organisasi;

Hal 20 dari- 43
4. Ketentuan tentang wewenang, Tanggung jawab dankewajiban, tugas dantata kerja masing-
masing sub-unit Pengurus di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat
DPW; sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini diatur lebih lanjut dalam Pedoman
Keorganisasian .

Pasal 15
PENGURUS ORGANISASI SERTA
PERSYARATAN, TATA CARA PENDAFTARAN

1. Persyaratan menjadi Pengurus Organisasi dan atau Pengurus Lembaga-lembaga Otonom di


tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW; adalah:
a. Warga negara Indonesia, Berpendidikan sekurang-kurangnya SLTA atau sederajat dan
telah terdaftar sebagai ANGGOTA.
b. Menyetujui, menerima dandianggap telah memahami; Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Jati Diri danGaris Perjuangan Lembaga, serta peraturan-peraturan Lembaga
lainnya;
c. Sanggup serta aktif mengikuti kegiatan Organisasi dan program kegiatan lembaga-lembaga
otonom;
2. Tata cara pendaftaran dan syarat-syarat utama menjadi Pengurus Organisasi di tingkat
Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW; adalah:
a. Mengajukan permintaan menjadi menjadi Pengurus Organisasi kepada Dewan Pengurus
Wilayah, dengan terlebih dahulu mengetahui, memahami dan mengerti secara benar
seluruh persyaratan yang telah ditetapkan.
b. Calon Pengurus; wajib membuat dan menyerahkan program kerja berupa; rencana strategis
(Renstra) untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 2 (dua) Tahun, minimal 8 (delapan)
halaman, diketik pada kertas ukuran A4, yang mana program kerja dimaksud, sesuai
dengan bidang dan keahlian, unit-unit; Organisasi dan atau lembaga-lembaga otonom .
c. Rencana Strategis (Renstra); yang mana program yang dimaksud, sesuai dengan bidang
dan keahlian, unit-unit; wajib diserahkan maksimal 6 (enam) bulan kepada Gubernur;
d. Permintaan menjadi Pengurus Organisasi dapat ditolak apabila terdapat alasan-alasan yang
kuat secara kelembagaan, yang mana alasan tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga serta peraturan-peraturan lainnya.
e. Apabila permintaan itu diluluskan, maka yang bersangkutan berstatus sebagai calon
Pengurus Organisasi selama 3 (tiga) bulan dalam masa percobaan.
1. Tata cara penerimaan Pengurus Organisasi di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus
Wilayah, disingkat DPW; dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Seseorang dapat diterima sebagai Calon Pengurus Organisasi dengan ketentuan; setelah
melakukan presentasi terhadap program kerja danrencana strategis (Renstra) di hadapan
Pengurus Organisasi di tingkat Provinsi atau Dewan Pengurus Wilayah;
b. Dewan Pengurus wilayah mengadakan penelitian terhadap data-data dan personality para
calon yang menjadi syarat-syarat utama; kemudian memberikan rekomendasi tertulis
sebagai tanda persetujuan;
c. Kemudian calon pengurus tersebut diajukan melalui Rapat Pleno pada tingkat; Dewan
Pengurus Wilayah; dan dinyatakan syah setelah; diusulkan, dipilih, diangkat, dan
ditetapkan oleh Gubernur.
d. Seseorang dapat diterima sebagai Calon Pengurus Organisasi setelah memenuhi seluruh
ketentuan dan syarat-syarat; sebagaimana yang telah diumumkan oleh Dewan Pengurus
Pusat;
e. Setelah disetujui; Calon Pengurus Organisasi, melalui Rapat Pleno Pengurus Harian pada
tingkat Dewan Pengurus Wilayah; maka Gubernur dan atau Dewan Pengurus Wilayah;
mengajukan secara tertulis disertai data-data dan alasan-alasan yang kuat kepada
Presiden/Dewan Pengurus Pusat untuk mendapat persetujuan, kemudian disyahkan oleh
Presiden.

Hal 21 dari- 43
Pasal 16
BERAKHIRNYAKEANGGOTAAN PENGURUS WILAYAH

1. Keanggotaan Pengurus Dewan Pengurus Wilayah berakhir dengan sendirinya karena:


a. Berakhirnya masa tugas dalam kepengurusan;
b. Meninggal dunia;
c. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri dari yang bersangkutan;
d. Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat pleno Dewan Pengurus Wilayah; dan disetujui
oleh Dewan Pengurus Pusat;
e. Calon Pengurus; Tidak membuat/menyerahkan/memberikan program kerja atau; rencana
strategis (Renstra); sebagai suatu ketentuan dan persyaratan mutlak; sesuai dengan unit-
unit; Organisasi dan atau lembaga-lembaga otonom;
f. Melanggar disiplin dan etika lembaga;
2. Bagi mereka yang diberhentikan seperti yang dimaksud dalam ayat 1 sub (d) ) (e) di atas,
diberi kesempatan dalam tempo 1 (satu) bulan sejak pemberhentian tersebut untuk
mengajukan pembelaan diri di dalam Rapat khusus yakni rapat gabungan antara Dewan
Pengurus Wilayah;

BAB V
STRUKTUR LEMBAGA TINGKAT DAERAH

Pasal 17
DEWAN PENGURUS DAERAH

1. Dewan Pengurus Daerah disingkat DPD; adalah pengurus tertinggi organisasi di tingkat
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif;dan atau yang disamakan dengan itu;
2. Pengangkatan Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau
Dewan Pengurus Daerah, disingkat DPD; atau disebut juga; Bupati/Walikota,diusulkan,
dipilih oleh Gubernur, ditetapkan dan diberhentikan dilakukan secara bersama oleh Presiden,
Sekjen, Gubernur dan Sekretaris Gubernur dan bertanggung jawab kepada Gubernur/Dewan
Pengurus Wilayah.
3. Pengurus Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan
Pengurus Daerah, disingkat DPD; sekurang-kurangnya adalah 12 (dua belas) Orang, dipilih,
diangkat, ditetapkan,diberhentikan dan bertanggung jawab hanya kepada Bupati/Walikota;
4. Pengurus Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan
Pengurus Daerah, disingkat DPD; memiliki organ Satuan-satuan tugas yang disebut;
Koordinator Divisi membawahi Kepala Seksi yang bertanggung jawab sesuai dengan
bidangnya masing-masing;
5. Pengurus Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan
Pengurus Daerah, disingkat DPD; memiliki organ Satuan-satuan tugas di bidang
kesekretariatan dan perbendaharaan disebut; Sekretariat Lembaga Tingkat Daerah; dipimpin
oleh seorang; Manager;
6. Pengurus Lembaga-lembaga Otonom di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif;
dan atau Dewan Pengurus Daerah; dan Perangkat Lembaga Otonom pada masing-masing
tingkatan kepengurusan yang disebut; Manager Lembaga Otonom beserta struktur organisasi
pedukung yang bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing;
7. Anggota-anggota Pengurus Lembaga-lembaga otonom di tingkat Kabupaten/Kotamadya/
Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah, disingkat DPD; diangkat dan bertugas
untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali dengan ketentuan maksimal 2
(dua) kali masa jabatan;

Hal 22 dari- 43
Pasal 18
STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI

1. Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus


Daerah, disingkat DPD; memiliki Struktur organisasi terdiri atas:
a. Bupati/Walikota 1 (satu) Orang.
b. Wakil Bupati/Walikota 1 (satu) Orang.
c. Sekretaris Bupati/Walikota 1 (satu) Orang.
d. Wakil Sekretaris Bupati/Walikota 2 (dua) Orang. Maksimal
e. Bendahara Bupati/Walikota 1 (satu) Orang.
f. Wakil Wakil Bendahara Bupati/Walikota 3 (tiga) Orang. Maksimal
2. Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus
Daerah, disingkat DPD; memiliki Perangkat organisasi kepengurusan yaitu; organ Satuan-
satuan Tugas yang disebut dan terdiri atas Para Koordinator Divisi dan Kepala Seksi yang
bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing terdiri atas;
a. Koordinator Divisi; Hubungan Antar Lembaga 1 (satu) Orang
b. Koordinator Divisi Organisasi dan Kaderisasi 1 (satu) Orang
c. Koordinator Divisi Penelitian dan Pengembangan 1 (satu) Orang.
d. Koordinator Divisi Pendidikan dan Kebudayaan 1 (satu) Orang.
e. Koordinator Divisi Hukum dan HAM 1 (satu) Orang.
f. Koordinator Divisi Sosial dan Ekonomi Kreatif 1 (satu) Orang.
g. Kepala Seksi Jaringan dan Keanggotaan 1 (satu) Orang.
h. Kepala Seksi Logistik dan Kesehatan 1 (satu) Orang.
i. Kepala Seksi g Informasi dan Data 1 (satu) Orang.
j. Kepala Seksi Anti Narkoba 1 (satu) Orang.
k. Kepala Bidang Seksi Lingkungan Hidup 1 (satu) Orang.
3. Satuan-satuan tugas bidang kesekretariatan dan perbendaharaan di tingkat Kabupaten/
Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah; disebut; Sekretariat
Lembaga Tingkat Daerah;
4. Ketentuan tentang struktur oganisasi, uraian tugas, wewenang ) tanggung jawab, tata kerja
dari masing-masing pengurus organisasi di tingkatKabupaten/Kotamadya/Kota Administratif;
dan atau Dewan Pengurus Daerah, disingkat DPD; sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini
diatur lebih lanjut dengan ketentuan yaitu; Pedoman Keorganisasian;

Pasal 19
WEWENANG, KEWAJIBAN dan TUGAS POKOK
PENGURUS

1. Pengurus Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan


Pengurus Daerah, disingkat DPD; memiliki wewenang;
a. Melaksanakan segala ketentuan dan Kebijaksanaan Lembaga sesuai dengan; Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, hasil-hasil Rapat atau Permusyawaratan baik tingkat
Nasional maupun Wilayah; serta Peraturan Organisasi lainnya;
b. Memberikan rekomendasi maupun usulan kepada Dewan Pengurus Wilayah maupun
Dewan Pengurus Pusat, untuk; memilih, mengangkat, menetapkan, memberhentikan,
pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, dan atau Dewan Pengurus
Daerah, dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.
c. Memberikan rekomendasi dan usulan kepada Dewan Pengurus Wilayah dan; kepada
Dewan Pengurus Pusat untuk mengesahkan Komposisi dan personalia Dewan Pengurus
Daerah; sesuai bidang dan tingkat keahlian masing-masing; sesuai dengan syarat-syarat
yang ditetapkan;
d. Membentuk dan menetapkan; personalia Kepala Biro, Kepala Bidang; sesuai tingkat
keahlian masing-masing; dengan syarat-syarat yang ditetapkan;

Hal 23 dari- 43
e. Melakukan upaya-upaya khusus dan program kerja secara mandiri demi keuntungan/
pengembangan/kebesaran lembaga dan atau demi mengamankan kepentingan perjuangan
dan atau pencapaian maksud dan tujuan Lembaga;
f. Menerima pendaftaran ANGGOTA sebagai calon-calon anggota.
g. Membentuk dan menetapkan personalia kesekretariatan dan perbendaharaan tingkat
Daerah disebut; Sekretariat Lembaga Tingkat Daerah; atau Satuan-satuan Tugas dan atau
Unit-unit atau kelompok-kelompok kerja sesuai dengan kebutuhan;
2. Pengurus Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan
Pengurus Daerah, disingkat DPD; memiliki Tanggung Jawab dan kewajiban;
a. Melaksanakan Segala peraturan-Ketentuan dan kebijaksanaan Lembaga sesuai dengan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, hasil-hasil rapat dan pemusyawaratan, serta
Peraturan organisasi lainnya;
b. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kegiatan organisasi kepada Gubernur/Dewan
Pengurus Wilayah sebagaimana yang telah ditentukan.
c. Bertanggung jawab atas aktifitas operasional dan kesekretariatan;
3. Pengurus Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan
Pengurus Daerah, disingkat DPD;memiliki tugas pokok;
a. Memelihara kemurnian; visi, misi, sifat, azas, dasar dan prinsip perjuangan dan
melaksanakan kebijaksanaan Lembaga;
b. Menjalankan pengelolaan lembaga secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian
maksud dan tujuan Lembaga;
c. Menjabarkan dan menselaraskan kebijaksanaan Lembaga dalam bentuk program-program
kegiatan yang realitas, efektif dan efisien dalam rangka pencapaian fungsi, sasaran
organisasi;
4. Ketentuan tentang wewenang, Tanggung jawab dan kewajiban, tugas pokok dan tata kerja
masing-masing sub-unit Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan
atau Dewan Pengurus Daerah, disingkat DPD; sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini diatur
lebih lanjut dalam; Pedoman Keorganisasian .

Pasal 20
PENGURUS ORGANISASI SERTA
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN

1. Persyaratan menjadi Pengurus Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota


Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah, disingkat DPD; adalah:
a. Warga Negara Indonesia, berpendidikan sekurang-kurangnya SLTA atau sederajat dan
telah terdaftar sebagai ANGGOTA.
b. Menyetujui, menerima dan dianggap telah memahami; Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Jati Diri dan Garis Perjuangan Lembaga, serta peraturan-peraturan Lembaga
lainnya;
c. Sanggup serta aktif mengikuti kegiatan Organisasi dan program kegiatan lembaga-lembaga
otonom;
2. Tata cara pendaftaran dan syarat-syarat utama menjadi Pengurus Organisasi di tingkat
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah, disingkat
DPD; adalah:
a. Mengajukan permintaan menjadi menjadi Pengurus Organisasi dan atau Pengurus pada
Lembaga-lembaga Otonom kepada Dewan Pengurus Daerah, dengan terlebih dahulu
mengetahui, memahami dan mengerti secara benar seluruh persyaratan yang telah
ditetapkan.
b. Calon Pengurus; wajib membuat dan menyerahkan program kerja berupa; rencana strategis
(Renstra) untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 2 (dua) Tahun, minimal 8 (delapan)
halaman, diketik pada kertas ukuran A4, yang mana program kerja dimaksud, sesuai
dengan bidang dan keahlian, unit-unit; Organisasi dan atau lembaga-lembaga otonom .
c. Permintaan menjadi Pengurus Organisasi dapat ditolak apabila terdapat alasan-alasan yang
kuat secara kelembagaan, yang mana alasan tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga serta peraturan-peraturan lainnya.
d. Apabila permintaan itu diluluskan, maka yang bersangkutan berstatus sebagai calon
Pengurus Organisasi selama 3 (tiga) bulan dalam masa percobaan.

Hal 24 dari- 43
3. Tata cara penerimaan Pengurus Organisasi di tingkat Kabupaten / Kotamadya / Kota
Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah, disingkat DPD; dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Seseorang dapat diterima sebagai Calon Pengurus Organisasi dengan ketentuan; setelah
melakukan presentasi terhadap program kerja dan rencana strategis (Renstra) di hadapan
Pengurus Organisasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan
Pengurus Daerah;
b. Dewan pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan
Pengurus Daerah, mengadakan penelitian terhadap data-data dan personality para calon
yang menjadi syarat-syarat utama; kemudian memberikan rekomendasi tertulis sebagai
tanda persetujuan;
c. Kemudian calon pengurus tersebut diajukan melalui Rapat Pleno pada tingkat; Dewan
Pengurus daerah; dan dinyatakan syah setelah; diusulkan, dipilih, diangkat dan ditetapkan
oleh Bupati/Walikota/Dewan Pengurus Daerah.
d. Seseorang dapat diterima sebagai Calon Pengurus Organisasi setelah memenuhi seluruh
ketentuan dan syarat-syarat; sebagaimana yang telah diumumkan oleh Dewan Pengurus
Pusat;
e. Seseorang dapat diterima sebagai Calon Pengurus Organisasi dengan ketentuan; calon
pengurus tersebut diajukan melalui Rapat Pleno pada tingkat; Dewan Pengurus Daerah;
dan dinyatakan syah setelah; diusulkan, dipilih, diangkat, dan ditetapkan oleh Bupati/
Walikota/Dewan Pengurus Daerah.
f. Setelah disetujui; Calon Pengurus Organisasi, melalui Rapat Pleno Pengurus Harian pada
tingkat Dewan Pengurus Daerah; maka Bupati/Walikota dan atau Dewan Pengurus Daerah;
mengajukan secara tertulis disertai data-data dan alasan-alasan yang kuat kepada
Gubernur/Dewan Pengurus Wilayah untuk mendapat persetujuan, kemudian disyahkan
oleh Presiden/Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 21
BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN PENGURUS

1. Keanggotaan Pengurus Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus


Daerahberakhir karena:
a. Berakhirnya masa tugas dalam kepengurusan;
b. Meninggal dunia;
c. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri dari yang bersangkutan;
d. Diberhentikan; berdasarkan keputusan rapat pleno Dewan Pengurus Daerah; dan diketahui
oleh Dewan Pengurus Wilayah; dan disetujui oleh Dewan Pengurus Pusat;
e. Calon Pengurus; tidak membuat/menyerahkan/memberikan program kerja atau; rencana
strategis (Renstra); sebagai suatu ketentuan dan persyaratan mutlak; sesuai dengan unit-
unit.
f. Melanggar disiplin dan etika lembaga;
2. Bagi mereka yang diberhentikan seperti yang dimaksud dalam ayat 1 sub d dan e di atas,
diberi kesempatan dalam tempo 1 (satu) bulan sejak pemberhentian tersebut untuk
mengajukan pembelaan diri di dalam Rapat khususDewan Pengurus Daerah;

BAB VI
PERANGKAT ORGANISASI

Pasal 22
PERANGKAT ORGANISASI

Apabila dipandang perlu, Pengurus Organisasi di tingkat Pusat, dan atau Dewan Pengurus Pusat,
disingkat DPP; Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW; dan Pengurus di
tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, dan atau Dewan Pengurus Daerah, disingkat
DPD; dapat menunjuk beberapa orang atau lembaga tertentu sebagai; anggota Dewan Pembina,
Dewan Penasehat, dan Dewan Pakar ;

Pasal 23
Hal 25 dari- 43
DEWAN PEMBINA

1. Dewan Pembina Organisasi, ialah Para Pengusaha, Profesional, lembaga-lembaga donor,


Praktisi, Politisi atau tokoh masyarakat dan atau yang dapat memberikan dukungan akses,
konsultasi, supervisi, saran-saran, pembinaan dan kekuatan moril maupun materil kepada
organisasi sesuai tingkat kepengurusan; Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Wilayah
dan Dewan Pengurus Daerah;
2. Dewan Pembina Organisasi ditunjuk oleh pengurus organisasi di tingkat Dewan Pengurus
Pusat, Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan Pengurus Daerah/tingkat Kabupaten/
Kotamadya/Kota Administratif;
3. Dewan Pembina Organisasi ditunjuk oleh pengurus organisasi di tingkat Dewan Pengurus
Pusat, Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan Pengurus Daerah/tingkat Kabupaten/
Kotamadya/Kota Administratif; diangkat untuk masa pengabdian 5 (lima) tahun, dan dapat
diangkat kembali;
4. Untuk setiap kepengurusan di tingkat Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Wilayah dan
Dewan Pengurus Daerah/tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; sekurang-
kurangnya Dewan Pembina Organisasi terdiri atas tiga (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya
25 (dua puluh lima) orang.
5. Ketentuan mengenai Dewan Pembina Organisasi; rincian tugas, wewenang, tata cara
penunjukkan dan penggantian Dewan Pembina Organisasi diatur dalam Pedoman
Keorganisasian.
6. Dewan Pembina di seluruh kepengurusan di tingkat Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan
Pengurus Daerah; diketahui dan dilaporkan kepada Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 24
DEWAN PENASIHAT

1. Dewan Penasehat, ialah Pakar Akademisi, Tokoh Agama, Praktisi, Politisi atau tokoh
masyarakat dan atau yang dapat memberikan naseihat-nasihat, saran dan kekuatan kepada
organisasi sesuai dengan tingkatannya baik diminta atau tidak diminta oleh kepengurusan di
tingkat; Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan Pengurus Daerah;
2. Dewan Penasehat dapat ditunjuk oleh pengurus organisasi di tingkat Dewan Pengurus Pusat,
Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan Pengurus Daerah/tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota
Administratif; dalam berbagai bidang keahlian;
3. Dewan Penasehat ditunjuk oleh pengurus organisasi di tingkat Dewan Pengurus Pusat, Dewan
Pengurus Wilayah dan Dewan Pengurus Daerah/tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota
Administratif; diangkat untuk masa pengabdian 5 (lima) tahun, dan dapat diangkat kembali;
4. Untuk setiap kepengurusan di tingkat Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Wilayah dan
Dewan Pengurus Daerah/tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; sekurang-
kurangnya Dewan Penasehat terdiri atas 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 25 (dua
puluh lima) orang.
5. Ketentuan mengenai Dewan Penasehat; rincian tugas, wewenang, tata cara penunjukkan dan
penggantian Dewan Penasehat diatur dalam Pedoman Keorganisasian.
6. Dewan Penasehat di seluruh kepengurusan di tingkat Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan
Pengurus Daerah; diketahui dan dilaporkan kepada Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 25
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN INDEPENDEN
DAN ATAU AKUNTAN PUBLIK

1. Badan Pemeriksa Keuangan Independen dan atau Akuntan Publik ialah; Lembaga Pemeriksa
Administrasi dan keuangan; baik dalam maupun luar negeri; yang dapat memberikan jasa
Pemeriksaan atas laporan keuangan organisaai, nasehat-nasehat di bidang adminitrasi dan
keuangan, saran dan kekuatan kepada organisasi; dapat ditunjuk sesuai dengan kepengurusan
di tingkat; Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan Pengurus Daerah;

Hal 26 dari- 43
2. Badan Pemeriksa Keuangan Independen dan atau Akuntan Publik dapat ditunjuk oleh
pengurus organisasi di tingkat Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan
Pengurus Daerah/tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif;
3. Badan Pemeriksa Keuangan Independen dan atau Akuntan Publik ditunjuk untuk melakukan
Pemeriksaan oleh pengurus organisasi di tingkat; Dewan Pengurus Pusat; Dewan Pengurus
Wilayah dan Dewan Pengurus Daerah/tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif;
setiap tahun buku organisasi;
4. Untuk setiap kepengurusan di tingkat Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Wilayah dan
Dewan Pengurus Daerah/tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; sekurang-
kurangnya Badan Pemeriksa Keuangan Independen terdiri atas 1 (satu) Akuntan Publik;
dengan masa kerja sama sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun;
5. Ketentuan mengenai Badan Pemeriksa Keuangan Independen; rincian tugas, wewenang, dan
tata cara penunjukkan dan penggantian Badan Pemeriksa Keuangan Independen diatur dalam
Pedoman Keorganisasian;
6. Badan Pemeriksa Keuangan Independen atau Akuntan Publik di seluruh kepengurusan di
tingkat; Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan Pengurus Daerah; diketahui dan dilaporkan
kepada Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 26
KONSULTAN PERPAJAKAN;

1. Konsultan Perpajakan ialah; Lembaga Konsultan Perpajakan; dan atau dapat memberikan
nasehat-nasehat terhadap kewajiban perpajakan organisasi; dapat ditunjuk sesuai dengan
kepengurusan di tingkat; Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan
Pengurus Daerah;
2. Konsultan Perpajakan dapat ditunjuk oleh pengurus organisasi di tingkat Dewan Pengurus
Pusat, Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan Pengurus Daerah/Kabupaten/ Kotamadya/Kota
Administratif;
3. Konsultan Perpajakan ditunjuk oleh pengurus organisasi di tingkat Dewan Pengurus Pusat,
Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan Pengurus Daerah/tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota
Administratif; terdiri atas 1 (satu) Konsultan Perpajakan; dengan masa kerja sama sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun;
4. Ketentuan mengenai Konsultan Perpajakan; rincian tugas, wewenang, dan tata cara
penunjukkan dan penggantian Konsultan Perpajakan; diatur dalam Pedoman Keorganisasian.
6. Konsultan Perpajakan; di seluruh kepengurusan di tingkat; Dewan Pengurus Wilayah dan
Dewan Pengurus Daerah; diketahui dan dilaporkan kepada Dewan Pengurus Pusat.

BAB VII
Pasal 27
DEWAN PENDIRI ORGANISASI

1. Dewan Pendiri Organisasi adalah mereka yang mendirikan Organisasi atau Lembaga Warga
Nusantara Raya (WANARA) ini dengan susunan sebagai berikut;
a. ALI SALAM, SE, M.Si;
b. Hj. ELIT NURLITA SARI, SH, S.Sos, M.Si;
c. MUHAMMAD MUNTASIR, SIP;
2. Dewan Pendiri Wanara disebut juga Majelis Tinggi Wanara;
3. Setiap Mantan Presiden Wanara yang telah berakhir masa jabatannya, otomatis menjadi
Anggota Dewan Pendiri setelah masa jabatannya berakhir;
4. Penambahan, penggantian dan pemberhentian Anggota Dewan Pendiri Organisasi dapat
dilakukan oleh Rapat Khusus Dewan Pendiri.
5. Keanggotaan Dewan pendiri Organisasi berakhir oleh karena;
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri secara sukarela dan atau atas permintaan sendiri dari yang bersangkutan;
c. Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat khusus Dewan Pendiri Organisasi; karena
melakukan sesuatu yang merugikan organisasi dan atau melanggar ketentuan yang
mendasar dari organisasi.
d. Melanggar disiplin dan etika organisasi;

Hal 27 dari- 43
6. Bagi mereka yang diberhentikan seperti yang dimaksud dalam ayat 3 sub b dan c di atas,
diberi kesempatan dalam tempo 1 (satu) bulan sejak pemberhentian tersebut untuk
mengajukan pembelaan diri di dalam Rapat Khusus Dewan Pendiri.
7. Dewan Pendiri Organisasi; memiliki organ Satuan-satuan tugas di bidang kesekretariatan
disebut; Sekretariat Lembaga Dewan Pendiri;
8. Ketentuan tentang struktur oganisasi, uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab, tata kerja
Dewan Pendiri Organisasi; sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini diatur lebih lanjut dengan
ketentuan yaitu; Pedoman Keorganisasian;

Pasal 28
WEWENANG, KEWAJIBAN DAN TUGAS POKOK
DEWAN PENDIRI ORGANISASI

1. Dewan Pendiri; memiliki wewenang;


a. Menentukan serta menetapkan Kebijaksanaan Strategis Lembaga, mengawasi hasil-hasil
Permusyawaratan baik tingkat Nasional maupun Wilayah;
b. Mengangkat, memberhentikan, membekukan dan membubarkan pengurus di tingkat;
Dewan Pengurus Pusat berdasarkan mekanisme organisasi untuk menjaga keutuhan
organisasi.
c. Memberikan rekomendasi dan persetujuan kepada Dewan Pengurus Pusat untuk
mengesahkan Komposisi dan personalia Dewan Pengurus Pusat; dan personalia Lembaga-
lembaga Otonom; sesuai bidang dan tingkat keahlian masing-masing; sesuai dengan
syarat-syarat yang ditetapkan;
2. Dewan Pendiri; memiliki Tanggung Jawab dan kewajiban;
a. Mengawasi Segala Ketentuan dan kebijaksanaan Lembaga sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, hasil-hasil rapat dan pemusyawaratan, serta Peraturan organisasi
lainnya;
b. Menerima dan atau tidak menerima laporan pertanggungjawaban kegiatan organisasi
Presiden/Dewan Pengurus Pusat.
3. Dewan Pendiri; memiliki tugas pokok;
a. Memelihara kemurnian; visi, misi, sifat, azas, dasar dan prinsip perjuangan dan
melaksanakan kebijaksanaan Lembaga; Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, hasil-
hasil Rapat atau Permusyawaratan baik tingkat Nasional maupun Wilayah; serta Peraturan
Organisasi lainnya;
b. Melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan umum lembaga, dalam menjalankan
pengelolaan lembaga, agar efektif dan efisien dalam rangka pencapaian maksud dan tujuan
Lembaga;
c. Memberikan pertimbangan, saran, nasehat, dan masukan terhadap kebijaksanaan umum
lembaga, baik diminta atau tidak diminta. Agar program-program dan rencana strategis
kegiatan mencapai realitas, efektif dan efisien dalam rangka pencapaian fungsi, sasaran
organisasi;
4. Ketentuan tentang wewenang, tugas dan tata kerja Dewan Pendiri Organisasi; sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ini diatur lebih lanjut dalam Pedoman Keorganisasian .

BABVIII
PERMUSYAWARATAN

Pasal 29
PERMUSYAWARATAN

Jenis jenis permusyawaratan meliputi;


1. Musyawarah Kerja Nasional WANARA; di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus
Pusat, dan atau disebut Mukernas;
2. Musyawarah Pimpinan Nasional WANARA; di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus
Pusat, dan atau disebut Muspimnas;

Hal 28 dari- 43
3. Musyawarah Kerja Wilayah WANARA; di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus
Wilayah, dan atau disebut Muskerwil;
4. Musyawarah Pimpinan Wilayah WANARA; di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus
Wilayah, dan atau disebut Muspimwil;
5. Musyawarah Kerja Daerah WANARA; di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif;
dan atau Dewan Pengurus Daerah, dan atau disebut Mukerda;
6. Musyawarah Pimpinan Daerah WANARA; di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota
Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah, dan atau disebut Muspimda;

Pasal 30
MUSYAWARAH KERJA NASIONAL

1. Musyawarah Kerja Nasional WANARA di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat,
dan atau disebut Mukernas; merupakan forum permusyawaratan pada tingkat nasional untuk
mengevaluasi serta membahas kinerja; Garis-garis besar program organisasi secara nasional
dan Lembaga-lembaga otonom, membahas masalah-masalah lainnya yang dianggap penting;
2. Musyawarah Kerja Nasional WANARA dan atau disebut Mukernas; diadakan oleh Dewan
Pengurus Pusat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) Tahun atau satu periode;
3. Peraturan Tata-Tertib Musyawarah Kerja Nasional WANARA dan atau disebut Mukernas;
ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat;
4. Peserta Musyawarah Kerja Nasional WANARA dan atau disebut Mukernas; adalah;
a. Peserta Musyawarah Kerja Nasional WANARAPengurus di tingkat Nasional, dan atau
Dewan Pengurus Pusat terdiri atas:
1) Presiden
2) Para Wakil Presiden
3) Sekretaris Jenderal
4) Para Wakil Sekretaris Jenderal
5) Bendahara Umum
6) Para Wakil Bendahara
7) Organ Satuan-satuan Tugas yang terdiri atas Para; Deputi Bidang dan seluruh Asisten
Deputi yang bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing.
b. Peserta Musyawarah Kerja Nasional WANARA di tingkat Provinsi, dan atau Dewan
Pengurus Wilayah terdiri atas:
1) Gubernur
2) Wakil Gubernur
3) Sekretaris Gubernur
4) Wakil Sekretaris Gubernur
5) Bendahara Gubernur
6) Para Wakil Bendahara Gubernur
7) Organ Satuan-satuan Tugas yang terdiri atas Para; Kepala Biro dan seluruh Kepala
Bidang yang bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing.
c. Peserta Musyawarah Kerja Nasional WARGA NUSANTARA RAYA Pengurus di tingkat
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah; terdiri atas:
1) Bupati/Walikota
2) Wakil Bupati/Walikota
3) Sekretaris Bupati/Walikota
4) Wakil Sekretaris Bupati/Walikota
5) Bendahara Bupati/Walikota
6) Para Wakil Bendahara Bupati/Walikota
7) Organ Satuan-satuan Tugas yang terdiri atas Para; Koordinator Divisi yang bertanggung
jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing.
5. Musyawarah Kerja Nasional WANARA dan atau disebut Mukernas; adalah sah apabila
dihadiri oleh lebih dari 1/3 (sepertiga) jumlah peserta Musyawarah, dan dalam hal
pengambilan keputusan setiap peserta mempunyai hak 1 (satu) suara;
6. Rancangan materi disiapkan oleh Dewan Pengurus Pusat dan disampaikan kepada seluruh
jajaran Pengurus di tingkat Porvinsi dan atau Dewan Pengurus Wilayah; di tingkat
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah; selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum Musyawarah Kerja Nasional berlangsung;

Hal 29 dari- 43
7. Anggota-anggota Dewan Pembina dan Dewan Penasihat; Pengurus di tingkat Nasional, dan
atau Dewan Pengurus Pusat, Pengurus di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah,
Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus
Daerah; berhak menghadiri Musyawarah Kerja Nasional WANARA dan atau disebut
Mukernas; yang mana dalam Musyawarah ini; berhak untuk memberikan saran-saran dan atau
pengarahan-pengarahan seperlunya;
8. Musyawarah Kerja Nasional WANARA dan atau disebut Mukernas; diselenggarakan dan
dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 31
MUSYAWARAH PIMPINAN NASIONAL

1. Musyawarah Pimpinan Nasional WANARA di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus
Pusat dan atau disebut Muspimnas; Muspimnas Pertama merupakan forum permusyawaratan
dengan agenda utama membahas dan menetapkan;
a. Usulan, rumusan dan atau rancangan untuk menetapkan Garis-garis Besar Program
Lembaga di tingkat nasional untuk 5 (lima) tahun ke depan; sesuai dengan maksud dan
tujuan organisasi/lembaga;
b. Masalah-masalah pokok di tingkat nasional; yang berkaitan dengan sasaran organisasi
yaitu perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang; Politik, Ekonomi; Hukum dan
HAM; Agama, Sosial dan budaya; Pendidikan; Kepemudaan; dan Kelembagaan semua itu
untuk kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Program-program kerja di tingkat nasional, situasi lembaga dan kehidupan di tingkat
nasional yang dinilai sangat strategis;
d. Perkembangan dan kemajuan lembaga lembaga otonom Lembaga di tingkat Nasional;
e. Membuat dan menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu di tingkat
nasional; dan masalah-masalah lainnya yang dianggap penting lembaga di tingkat nasional;
2. Musyawarah Pimpinan Nasional WANARA di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus
Pusat atau disebut Muspimnas; dan Muspimnas Kedua merupakan forum permusyawaratan
dengan agenda utama membahas dan menetapkan;
a. Membahas; usulan, rumusan dan atau rancangan perubahan tentang Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga lembaga; bersumber dari Dewan Pengurus Wilayah dan Dewan
Pengurus Daerah; kemudian diusulkan kepada Dewan Pendiri Organisasi;
b. Merekomendasikan, memilih, dan mengusulkan 3 (tiga) Nama sebagai Formatur Pejabat
Presiden kepada Dewan Pendiri; untuk kemudian dipilih, diangkat dan ditetapkan oleh
Dewan Pendiri; pada masa bakti 5 (lima) tahun berikutnya;
c. Presiden aktif, memiliki hak preogratif yang termasuk dalam 3 (tiga) nama sebagai anggota
Formatur Pejabat Presiden; dengan ketentuan bahwa: setelah 2 (dua) kali masa bakti tidak
dapat diusulkan;
d. Pemilihan mengenai Formatur Pejabat Presiden dilakukan secara: jujur, adil, demokratis,
langsung, bebas, dan rahasia;
3. Musyawarah Pimpinan Nasional WANARA di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus
Pusat, dan atau disebut Muspimnas; diadakan oleh Dewan Pengurus Pusat; 2 (dua) kali dalam
5 (lima) Tahun atau satu periode;
4. Waktu dan jadwal pelaksanaan Musyawarah Pimpinan Nasional WANARA di tingkat
Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat, dan atau disebut Muspimnas; Peraturan Tata
Tertib Musyawarah Pimpinan Nasional WANARA dan atau disebut Muspimnas; ditetapkan
oleh Dewan Pengurus Pusat;
5. Peserta Musyawarah Pimpinan Nasional WANARA dan atau disebut Muspimnas; adalah;
a. Pengurus di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat terdiri atas:
1) Presiden
2) Para Wakil Presiden
3) Sekretaris Jenderal

Hal 30 dari- 43
4) Para Wakil Sekretaris Jenderal
5) Bendahara Umum
6) Para Wakil Bendahara Umum.
b. Wakil-wakil Pengurus di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah terdiri dari:
1) Gubernur
2) Wakil Gubernur
3) Sekretaris Gubernur
4) Wakil Sekretaris Gubernur
5) Bendahara Gubernur
6) Para Wakil Bendahara Gubernur.
c. Peserta Musyawarah Pimpinan Nasional Wanara wakil-wakil Pengurus di tingkat
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah; terdiri atas:
1) Bupati/Walikota
2) Wakil Bupati/Walikota
3) Sekretaris Bupati/Walikota
4) Wakil Sekretaris Bupati/Walikota
5) Bendahara Bupati/Walikota
6) Para Wakil Bendahara Bupati/Walikota.
6. Musyawarah Pimpinan Nasional WANARA dan atau disebut Muspimnas; adalah sah apabila
dihari oleh lebih dari seperdua jumlah peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan
keputusan setiap peserta mempunyai hak 1 (satu) suara;
7. Rancangan materi disiapkan oleh Dewan Pengurus Pusat dan disampaikan kepada seluruh
Pengurus dan lembaga-lembaga otonom di tingkat Provinsi dan atau Dewan Pengurus
Wilayah; dan di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus
Daerah; selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum Musyawarah Pimpinan Nasional
dilaksanakan;
8. Anggota-anggota Dewan Pembina dan Dewan Penasihat di tingkat Nasional, dan atau Dewan
Pengurus Pusat, Pengurus di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, Pengurus di
tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah; berhak
menghadiri Musyawarah Pimpinan Nasional WANARA dan atau disebut Muspimnas; yang
mana dalam Musyawarah ini; berhak untuk memberikan saran-saran dan atau pengarahan-
pengarahan seperlunya;
9. Musyawarah Pimpinan Nasional WANARA dan atau disebut Muspimnas; dipimpin oleh
Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 32
MUSYAWARAH KERJA WILAYAH

1. Musyawarah Kerja Wilayah WANARA di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus
Wilayah, dan atau disebut Muskerwil; merupakan forum permusyawaratan pada tingkat
Wilayah untuk mengevaluasi serta membahas kinerja; Garis-garis besar program organisasi di
tingkat wilayah dan Lembaga lembaga otonom, membahas masalah-masalah lainnya yang
dianggap penting;
2. Musyawarah Kerja Wilayah WANARA dan atau disebut Muskerwil; diadakan oleh Dewan
Pengurus Wilayah sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) Tahun atau satu periode;
3. Peraturan Tata-Tertib Musyawarah Kerja Wilayah WANARA dan atau disebut Muskerwil;
ditetapkan oleh Dewan Pengurus Wilayah;
4. Peserta Musyawarah Kerja Wilayah WANARA dan atau disebut Muskerwil; adalah;
a. Pengurus di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah terdiri atas:
1) Gubernur
2) Wakil Gubernur
3) Sekretaris Gubernur
4) Wakil Sekretaris Gubernur

Hal 31 dari- 43
5) Bendahara Gubernur.
6) Wakil Wakil Bendahara Gubernur.
7) Organ Satuan-satuan Tugas yang terdiri atas Para; Kepala Biro yang bertanggung jawab
sesuai dengan bidangnya masing-masing;
b. Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus
Daerah; terdiri atas:
1) Bupati/Walikota
2) Wakil Bupati/Walikota
3) Sekretaris Bupati/Walikota
4) Wakil Sekretaris Bupati/Walikota
5) Bendahara Bupati/Walikota.
6) Wakil Wakil Bendahara Bupati/Walikota
7) Organ Satuan-satuan Tugas yang terdiri atas Para; Koordinator Divisi yang bertanggung
jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing;
5. Musyawarah Kerja Wilayah WANARA dan atau disebut Muskerwil; adalah sah apabila
dihadiri lebih dari 1/3 (sepertiga) jumlah peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan
keputusan setiap peserta mempunyai hak 1 (satu) suara;
6. Rancangan materi disiapkan oleh Dewan Pengurus Wilayah dan disampaikan kepada seluruh
jajaran Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan
Pengurus Daerah; selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah Kerja Wilayah
berlangsung;
7. Sebagai Peninjau dalam Musyawarah Kerja Wilayah WANARA dan atau disebut Muskerwil;
adalah Pengurus di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat terdiri dari; Presiden,
Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum; dan atau yang mewakili.
8. Anggota-anggota Dewan Pembina, Dewan Penasehat, dan Dewan Pakar; di tingkat wilayah
dan atau Dewan Pengurus Wilayah, Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota
Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah; berhak menghadiri Musyawarah Kerja
Wilayah WANARA dan atau disebut Muskerwil; yang mana dalam Musyawarah ini; berhak
untuk memberikan saran-saran dan atau pengarahan-pengarahan seperlunya;
9. Musyawarah Kerja Wilayah WANARA dan atau disebut Muskerwil; diselenggarakan dan
dipimpin oleh Dewan Pengurus Wilayah.

Pasal 33
MUSYAWARAH PIMPINAN WILAYAH

1. Musyawarah Pimpinan Wilayah WARGA NUSANTARA RAYA di tingkat Provinsi dan atau
Dewan Pengurus Wilayah, dan atau disebut Muspimwil; dan Muspimwil Pertama; merupakan
forum permusyawaratan dengan agenda utama membahas dan menetapkan;
a. Usulan, rumusan dan atau rancangan untuk menetapkan Garis-garis Besar Program
Lembaga di tingkat Wilayah untuk 5 (lima) tahun ke depan; sesuai dengan maksud dan
tujuan organisasi/lembaga;
b. Masalah-masalah pokok di tingkat Wilayah; yang berkaitan dengan sasaran organisasi
yaitu perkembangan dan kemajuan berbagai bidang; Politik, Ekonomi; Hukum dan HAM;
Agama, Sosial dan budaya; Pendidikan; Kepemudaan; dan Kelembagaan semua itu untuk
kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Program-program kerja di tingkat Wilayah, situasi lembaga dan kehidupan di tingkat
Wilayah yang dinilai sangat strategis;
d. Perkembangan dan kemajuan lembaga lembaga otonom Lembaga di tingkat Wilayah;
e. Membuat dan menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu di tingkat
Wilayah; dan masalah-masalah lainnya yang dianggap penting lembaga di tingkat
Wilayah;

Hal 32 dari- 43
2. Musyawarah Pimpinan Wilayah WANARA di tingkat Provinsi dan atau Dewan Pengurus
Wilayah, dan atau disebut Muspimwil; dan Muspimwil Kedua; merupakan forum
permusyawaratan dengan agenda utama membahas dan menetapkan;
a. Usulan, rumusan dan atau rancangan perubahan tentang Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga lembaga; dan kemudian diusulkan kepada Dewan Pengurus Pusat;
b. Merekomendasikan, memilih, dan mengusulkan 3 (tiga) Nama sebagai Formatur Pejabat
Gubernur kepada Presiden/Dewan Pengurus Pusat, untuk kemudian dipilih, diangkat dan
ditetapkan oleh Presiden/Dewan Pengurus Pusat atas persetujuan Dewan Pendiri
Organisasi; pada masa bakti 5 (lima) tahun berikutnya;
c. Gubernur aktif, memiliki hak eksklusif termasuk dalam 3 (tiga) Nama sebagai Formatur
Pejabat Gubernur; dengan ketentuan bahwa: 2 (dua) kali masa bakti tidak dapat diusulkan;
d. Pemilihan mengenai Formatur Pejabat Gubernur dilakukan secara: jujur, adil, demokratis,
langsung, bebas, dan rahasia;
3. Musyawarah Pimpinan Wilayah WANARA dan atau disebut Muspimwil; diadakan oleh
Dewan Pengurus Wilayah; 2 (dua) kali dalam 5 (lima) Tahun atau satu periode;
4. Waktu dan jadwal pelaksanaan Musyawarah Pimpinan Wilayah WANARA dan atau disebut
Muspimwil; ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat;
5. Peraturan Tata Tertib Musyawarah Pimpinan Wilayah WANARA dan atau disebut
Muspimwil; ditetapkan oleh Dewan Pengurus Wilayah;
6. Peserta Musyawarah Pimpinan Wilayah WANARA dan atau disebut Muspimwil; adalah;
a. Pengurus di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah terdiri dari:
1) Gubernur
2) Wakil Gubernur
3) Sekretaris Gubernur
4) Wakil Sekretaris Gubernur
5) Bendahara Gubernur
6) Wakil Bendahara Gubernur.
b. Wakil-wakil Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau
Dewan Pengurus Daerah; terdiri atas:
1) Bupati/Walikota
2) Wakil Bupati/Walikota
3) Sekretaris Bupati/Walikota
4) Wakil Sekretaris Bupati/Walikota
5) Bendahara Bupati/Walikota
6) Para Wakil Bendahara Bupati/Walikota.
7. Musyawarah Pimpinan Wilayah WANARA dan atau disebut Muspimwil; adalah sah apabila
dihari oleh lebih dari seperdua jumlah peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan
keputusan setiap peserta mempunyai hak 1 (satu) suara;
8. Sebagai Peninjau dalam Musyawarah Pimpinan Wilayah WANARA dan atau disebut
Muspimwil; adalah Pengurus di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat terdiri dari;
Presiden, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum; dan atau yang mewakili.
9. Anggota-anggota Dewan Pembina, Dewan Penasehat, dan Dewan Pakar; Pengurus di tingkat
Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/
Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah; berhak menghadiri Musyawarah
Pimpinan Wilayah WANARA dan atau disebut Muspimwil; yang mana dalam Musyawarah
ini; berhak untuk memberikan saran-saran dan atau pengarahan-pengarahan seperlunya;
10. Musyawarah Pimpinan Wilayah WANARA dan atau disebut Muspimwil; dipimpin oleh
Dewan Pengurus Wilayah.

Pasal 34
MUSYAWARAH KERJA DAERAH

1. Musyawarah Kerja Daerah WANARA di tingkat Kabupaten/ Kotamadya/Kota Administratif;


atau Dewan Pengurus Daerah atau disebut Mukerda; merupakan forum permusyawaratan
pada tingkat Kabupaten/ Kotamadya/Kota Administratif; untuk mengevaluasi serta membahas
kinerja; Garis-garis besar program organisasi; dan Lembaga lembaga otonom di tingkat
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; membahas masalah-masalah lainnya yang
dianggap penting;

Hal 33 dari- 43
2. Musyawarah Kerja Daerah WANARA di tingkat Kabupaten/ Kotamadya/Kota Administratif;
dan atau Dewan Pengurus Daerah, dan atau disebut Mukerda; diadakan oleh Dewan Pengurus
Daerah sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) Tahun atau satu periode;
3. Peraturan Tata-Tertib Musyawarah Kerja Daerah WANARA di tingkat Kabupaten/
Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah, disebut Mukerda;
ditetapkan oleh Dewan Pengurus daerah;
4. Peserta Musyawarah Kerja Daerah WANARA di tingkat Kabupaten/ Kotamadya/Kota
Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah, dan atau disebut Mukerda; adalah Para
Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus
Daerah; terdiri atas:
a. Bupati/Walikota
b. Wakil Bupati/Walikota
c. Sekretaris Bupati/Walikota
d. Wakil Sekretaris Bupati/Walikota
e. Bendahara Bupati/Walikota
f. Wakil Wakil Bendahara Bupati/Walikota
g. Organ satuan-satuan Tugas yang terdiri atas Para; Koordinator Divisi dan anggota-anggota
Pengurus Divisi yang bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing;
5. Musyawarah Kerja Daerah WANARA di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif;
dan atau Dewan Pengurus Daerah, dan atau disebut Mukerda; adalah sah apabila dihadiri oleh
lebih dari 1/2 (separuh) jumlah peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan keputusan
setiap peserta mempunyai hak 1 (satu) suara;
6. Rancangan materi disiapkan oleh Dewan Pengurus Wilayah disampaikan kepada seluruh
jajaran Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan
Pengurus Daerah; selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah Kerja Wilayah
berlangsung;
7. Sebagai Peninjau dalam Musyawarah Kerja Daerah WANARA di tingkat Kabupaten/
Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah, dan atau disebut Mukerda;
adalah Pengurus di tingkat Propinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah terdiri dari;
Gubernur, Sekretaris Gubernur, Bendahara Gubernur; dan atau yang mewakili.
8. Anggota-anggota Dewan Pembina, Dewan Penasehat, dan Dewan Pakar; di tingkat
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah; berhak
menghadiri Musyawarah Kerja Daerah WANARA dan atau disebut Muskerda; yang mana
dalam Musyawarah ini; berhak untuk memberikan saran-saran dan atau pengarahan-
pengarahan seperlunya;
9. Musyawarah Kerja Daerah WANARA di tingkat Kabupaten/ Kotamadya/Kota Administratif;
dan atau Dewan Pengurus Daerah, dan atau disebut Mukerda; diselenggarakan dan dipimpin
oleh Dewan Pengurus Daerah.

Pasal 35
MUSYAWARAH PIMPINAN DAERAH

1. Musyawarah Pimpinan Daerah WANARA di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota


Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah, dan atau disebut Muspimda; dan Muspimdal
Pertama; merupakan forum permusyawaratan dengan agenda utama membahas dan
menetapkan;
a. Usulan, rumusan dan atau rancangan untuk menetapkan Garis-garis Besar Program
Lembaga di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; untuk 5 (lima) tahun ke
depan; sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi/lembaga;
b. Masalah-masalah pokok di tingkat di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif;
yang berkaitan dengan sasaran organisasi yaitu perkembangan dan kemajuan berbagai
bidang; Politik, Ekonomi; Hukum dan HAM; Agama, Sosial dan budaya; Pendidikan;
Kepemudaan; dan Kelembagaan semua itu untuk kemajuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. Program-program kerja di tingkat di tingkat Kabupaten/ Kotamadya/Kota Administratif;
situasi lembaga dan kehidupan di tingkat Wilayah yang dinilai sangat strategis;
Hal 34 dari- 43
d. Perkembangan dan kemajuan lembaga lembaga otonom Lembaga di tingkat di tingkat
Kabupaten/ Kotamadya/Kota Administratif;
e. Membuat dan menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu di tingkat di
tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan masalah-masalah lainnya yang
dianggap penting lembaga di tingkat di tingkat Kabupaten/ Kotamadya/Kota Administratif;
2. Musyawarah Pimpinan Daerah WANARA di tingkat di tingkat Kabupaten/ Kotamadya/Kota
Administratif atau Dewan Pengurus Daerah, dan atau disebut Muspimda; dan Muspimda
Kedua; merupakan forum permusyawaratan dengan agenda utama membahas dan
menetapkan;
a. Usulan, rumusan dan atau rancangan perubahan tentang Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga lembaga; dan kemudian diusulkan kepada Dewan Pengurus Wilayah dan
diteruskan kepada Dewan Pengurus Pusat;
b. Merekomendasikan, memilih, dan mengusulkan 3 (tiga) Nama sebagai Formatur Pejabat
Bupati/Walikota kepada Gubernur/Dewan Pengurus Wilayah, untuk kemudian dipilih,
diangkat dan ditetapkan oleh Gubernur/Dewan Pengurus Wilayah atas persetujuan Dewan
Pengurus Pusat; untuk dan pada masa bakti 5 (lima) tahun berikutnya;
c. Bupati/Walikota aktif, memiliki hak eksklusif dan termasuk dalam 3 (tiga) Nama sebagai
Formatur Pejabat Bupati/Walikota; dengan ketentuan bahwa: 2 (dua) kali masa bakti tidak
dapat diusulkan;
d. Pemilihan mengenai Formatur Pejabat Bupati/Walikota dilakukan secara: jujur, adil,
demokratis, langsung, bebas, dan rahasia;
3. Musyawarah Pimpinan Daerah WANARA dan atau disebut Muspimda; diadakan oleh Dewan
Pengurus Daerah; 2 (dua) kali dalam 5 (lima) Tahun atau satu periode;
4. Waktu dan jadwal pelaksanaan Musyawarah Pimpinan Daerah WANARA dan atau disebut
Muspimda; ditetapkan oleh Dewan Pengurus Wilayah;
5. Peraturan Tata Tertib Musyawarah Pimpinan Daerah WANARA dan atau disebut Muspimda;
ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah;
6. Peserta Musyawarah Pimpinan Daerah WANARA dan atau disebut Muspimda; adalah;
Wakil-wakil Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan
Pengurus Daerah; terdiri atas:
a. Bupati/Walikota
b. Wakil Bupati/Walikota
c. Sekretaris Daerah Bupati/Walikota
d. Wakil Sekretaris Daerah Bupati/Walikota
e. Bendahara Bupati/Walikota
f. Wakil Wakil Bendahara Bupati/Walikota
g. Organ satuan-satuan Tugas yang terdiri atas Para; Koordinator Divisi dan anggota-anggota
Pengurus Divisi yang bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing;
7. Musyawarah Pimpinan Daerah WANARA dan atau disebut Muspimda; adalah sah apabila
dihari oleh lebih dari seperdua jumlah peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan
keputusan setiap peserta mempunyai hak 1 (satu) suara;
8. Sebagai Peninjau dalam Musyawarah Pimpinan Daerah WANARA dan atau disebut
Muspimda; adalah Pengurus di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah terdiri
dari; Gubernur, Sekretaris Gubernur, Bendahara Gubernur; dan atau yang mewakili; dan satu
orang wakil dari Dewan Pengurus Pusat;
9. Anggota-anggota Dewan Pembina, Dewan Penasehat, dan Dewan Pakar; Pengurus di tingkat
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif; dan atau Dewan Pengurus Daerah; berhak
menghadiri Musyawarah Pimpinan Daerah WANARA dan atau disebut Muspimda; yang
mana dalam Musyawarah ini; berhak untuk memberikan saran-saran dan atau pengarahan-
pengarahan seperlunya;
10. Musyawarah Pimpinan Daerah WANARA dan atau disebut Muspimda; dipimpin oleh Dewan
Pengurus Daerah.

Hal 35 dari- 43
BAB IX
KEUANGAN, PENDANAAN OPERASIONAL
DAN PENGGALANGAN DANA

Pasal 36
KEUANGAN

1. Besarnya uang pangkal ANGGOTAditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat;


2. Besarnya uang iuran ANGGOTA ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah atas persetujuan
Dewan Pengurus Wilayah;
3. Uang pangkal dan uang iuran dipungut oleh Dewan Pengurus Daerah, untuk dialokasikan
kepada;
a. Dewan Pengurus Pusat sebanyak 25 (dua puluh lima) persen;
b. Dewan Pengurus Wilayah sebanyak 25 (dua puluh lima) persen;
c. Dewan Pengurus Daerah sebanyak 50 (lima puluh) persen;
4. Hal-hal yang menyangkut pengeluaran dan pemasukan keuangan lembaga dilaporkan secara
tertulis oleh Presiden dan Bendahara lembaga/Pengurus Organisasi di tingkat Pusat, dan atau
Dewan Pengurus Pusat, disingkat DPP; dalam bentuk laporan keuangan Lembaga; sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam tahun buku yang bersangkutan;
5. Hal-hal yang menyangkut pengeluaran dan pemasukan keuangan lembaga dilaporkan secara
tertulis oleh Gubernur dan Bendahara lembaga di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus
Wilayah, disingkat DPW; dalam bentuk laporan keuangan Lembaga; sekurang-kurangnya 1
(satu) kali dalam tahun buku yang bersangkutan;
6. Hal-hal yang menyangkut pengeluaran dan pemasukan keuangan lembaga dilaporkan secara
tertulis oleh Bupati/Walikota dan Bendahara lembaga
7. Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, dan atau Dewan Pengurus
Daerah, disingkat DPD; dalam bentuk laporan keuangan Lembaga; sekurang-kuranya 1 (satu)
kali dalam tahun buku yang bersangkutan;
8. Hal-hal yang menyangkut pengeluaran dan pemasukan keuangan, khusus dalam
penyelenggaraan Musyawarah Kerja Nasional WANARA dan atau disebut Mukernas;
Musyawarah Pimpinan Nasional WANARA di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus
Pusat, dan atau disebut Muspimnas; dilaporkan secara tertulis oleh Presiden dan Bendahara
lembaga/Pengurus Organisasi di tingkat Pusat, dan atau Dewan Pengurus Pusat, disingkat
DPP; dalam bentuk laporan keuangan kegiatan; laporan tersebut harus dipertanggung
jawabkan kepada Dewan Pendiri Lembaga melalui panitia verifikasi Badan Pemeriksa
Keuangan Independen Pusat yang ditentukan untuk itu;
9. Hal-hal yang menyangkut pengeluaran dan pemasukan keuangan dalam penyelenggaraan
Musyawarah Kerja Wilayah WANARA dan atau disebut Mukerwil; Musyawarah Pimpinan
Wilayah WANARA di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, dan atau disebut
Muspimwi; dilaporkan secara tertulis oleh Gubernur dan Bendahara Lembaga di tingkat
Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW; dalam bentuk laporan keuangan
kegiatan; laporan tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada Dewan Pengurus Pusat
melalui panitia verifikasi Badan Pemeriksa Keuangan Wilayah yang ditentukan untuk itu;
10. Hal-hal yang menyangkut pengeluaran dan pemasukan keuangan dalam penyelenggaraan
Musyawarah Kerja Daerah WANARA dan atau disebut Mukerda; Musyawarah Pimpinan
Daerah WANARA di tingkat Daerah dan atau Dewan Pengurus Daerah, dan atau disebut
Muspimda; dilaporkan secara tertulis oleh Bupati/Walikota dan Bendahara lembaga Pengurus
di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, dan atau Dewan Pengurus Daerah,
disingkat DPD; dalam bentuk laporan keuangan kegiatan; laporan tersebut dipertanggung-
jawabkan kepada Dewan Pengurus Wilayah; kemudian diterusan kepada Dewan Pengurus
Pusat; melalui panitia verifikasi Badan Pemeriksa Keuangan Daerah yang ditentukan untuk
itu;
11. Tahun buku di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat, di tingkat Provinsi, dan atau
Dewan Pengurus Wilayah ) di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, dan atau
Dewan Pengurus Daerah, dimulai setelah terpilihnya pengurus pada setiap tingkatan )
berakhir pada tahun berikutnya;
Hal 36 dari- 43
Pasal 37
PENDANAAN OPERASIONAL LEMBAGA

Pendanaan operasional lembaga bagi pengurus; di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus
Pusat; di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah; dan di tingkat Kabupaten/
Kotamadya/Kota Administratif, dan atau Dewan Pengurus Daerah; adalah sebagai berikut;
1. Pengurus di setiap tingkatan, dapat menggiatkan distribusi dari prosentasi pembagian sumber
dana berupa; iuran ) uang pangkal para ANGGOTA yang jumlah dan besarnya disesuaikan
dengan ketentuan ) ketetapan Dewan Pengurus Daerah;
2. Pengurus di setiap tingkatan adalah; mandiri, dalam hal sumber ) pemasukanpendanaan
operasional; dalam arti bahwa; Pengurus lembaga di tingkat lebih tinggi tidak berkewajiban
dan atau dapat memberikan kontribusi pendanaan operasional;
3. Pengurus di setiap tingkatan; dapat melakukan penggalangan pendanaan untuk kegiatan
operasioanal lembaga; dengan dasar secara profesional, mandiri ) bermartabat;
4. Pengurus lembaga di setiap tingkatan; akan mendapat pelatihan-pelatihan yang diarahkan
untuk membekali pengurus/kader lembaga; pengetahuan tentang gagasan; program- program;
dengan maksud tujuan sebagai bekal ketrampilan;
5. Pengurus lembaga di setiap tingkatan; dapat memaksimalkan jaringan serta potensi lembaga
lembaga otonom; sesuai bidang ) unit kerja masing-masing sebagai pilar utama dari sumber
dan atau penyangga kebutuhan pendanaan operasional lembaga;

Pasal 38
PENGGALANGAN DANA

Penggalangan dana bagi pengurus lembaga merupakan persoalan krusial; kriteria dan tehnik
penggalangan dana bagi pengurus; di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat; di
tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah; dan di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota
Administratif, dan atau Dewan Pengurus Daerah; adalah sebagai berikut;
1. Terbuka, transparan dalam pengelolaan lembaga secara internal maupun eksternal Organisasi;
khususnya dalam hal penggalangan dana; sehingga tidak menimbulkan fitnah dan situasi yang
tidak kondusif bagi perjalanan lembaga;
2. Berdasar realitas cakupan wilayah; memandang perlu dirancang sebuah strategi sektoral;
dengan rumusan utama memperhatikan situasi mikro/makro dan keadaan lingkungan
lembaga; serta problem-problem spesifik di daerah; dengan strategi yang benar lembaga dapat
serta mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam hal penggalangan pendanaan;
3. Menciptakan kemandirian lembaga; dan efektifitas program-program lembaga yang bersifat
kedaerahan serta memanfaatkan potensi sumber daya alam daerah dengan data base yang
memiliki kelengkapan tentang potensi-potensi kekayaan daerah di lingkungan masing-
masing;
4. Menciptakan kreatifitas lembaga; dengan memiliki kesiapan agenda, program-program kerja
terpadu, gagasan, potensi-potensi yang dimiliki lembaga, dan langkah-langkah yang perlu
dijalankan dalam upaya menggalang dana yang dapat ditawarkan kepada sumber pemilik dana
atau calon donator;
5. Pengurus di setiap tingkatan, dan terutama di tingkat Dewan Pengurus Daerah; harus
menggiatkan program penggalangan dana yang memuat besarnya jumlah iuran dan uang
pangkal para ANGGOTA yang jumlah dan besarnya disesuaikan dengan kondisi daerah; dan
distribusi prosentasi untuk setiap tingkat kepengurusan, dan mekanisme penarikan setiap iuran
ANGGOTA; dan sebagainya;
6. Pengurus Lembaga di setiap tingkatan; hendaknya mengidentifikasi potensi individu dan
perusahaan daerah; nama-nama penyumbang; donator; pengusaha (besar, menengah, kecil)
dan lainnya berikut latar belakang di lingkungannya masing-masing; yang setiap saat dapat
dimintai dukungan pendanaan dengan kontra prestasi yang saling menguntungkan;
identifikasi dan simpan, sehingga setiap saat dokumentasi tersebut dapat bermanfaat;

Hal 37 dari- 43
7. Pengurus Lembaga di setiap tingkatan; hendaknya memilih figure-figur pengurus yang
kredibel, disegani, dipercaya dalam masyarakat, dimana potensi mereka ini juga merupakan
daya tarik bagi masyarakat untuk memberikan dukungan pendanaan terhadap lembaga;
8. Pengurus Lembaga di setiap tingkatan; hendaknya menggiatkan pelatihan-pelatihan,diskusi,
seminar dan lainnya yang diarahkan pada membekali pengurus dan kader lembaga;
pengetahuan tentang visi, gagasan, program dan kebijakan lembaga; tujuannya, di samping
dapat mensosialisasikan maksud tujuan lembaga di tengah masyarakat, juga sebagai bekal
mereka dalam berhubungan dengan sumber dana atau calon donator.
9. Pengurus Lembaga di setiap tingkatan; hendaknya memaksimalkan jaringan dan potensi
lembaga lembaga otonom; sebagai pilar utama penyangga sumber dana lembaga;
10. Ketentuan mengenai penggalangan dana; yang berkaitan erat dengan lembaga otonom di
seluruh tingkatan; Dewan Pengurus Pusat; Dewan Pengurus Wilayah;Dewan Pengurus
Daerah; sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini; diatur lebih lanjut dengan ketentuan khusus
yaitu; Pedoman Keorganisasian Lembaga-lembaga Otonomi .

BAB X
TENTANG KODE ETIK

PASAL 39
NILAI-NILAI DASAR PRIBADI

Nilai-nilai dasar pribadi bagi seluruh ANGGOTA; di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus
Pusat; di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah; dan di tingkat Kabupaten/
Kotamadya/Kota Administratif, dan atau Dewan Pengurus Daerah; sebagai berikut;
1. Terbuka, transparan dalam pergaulan internal maupun eksternal Organisasi; khususnya dalam
lingkungan keluarga besar;
2. Melaksanakan ibadah dan ajaran agama yang diyakininya; taat terhadap aturan hukum dan
etika, Meningkatkan kineja yang berkualitas, Menanggalkan kebiasaan kelembagaan masa
lalu yang negatif, meminimalkan/menghilangkan sifat arogansi individu, kelompok dan
sektoral
3. Kebersamaan dalam melaksanakan tugas dan masa bakti di semua tingkat kepengurusan;
4. Berani, mengambil sikap tegas dan rasional dalam membuat keputusan sulit demi kepentingan
jangka panjang bagi: Generasi Penerus; masyarakat; Bangsa; dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
5. Tangguh, tegar dalam menghadapi berbagai godaan, hambatan, tantangan, ancaman,
intimidasi dalam bentuk apapun dan dari pihak manapun dan selalu meningkatkan
pengetahuan dan kapasitas pribadinya terhadap kemajuan;

PASAL 40
KODE ETIK
PENGURUS ORGANISASI
Kode etik pengurus bagi seluruh Pengurus; di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat;
di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah; dan di tingkat Kabupaten/ Kotamadya/
Kota Administratif, dan atau Dewan Pengurus Daerah; sebagai berikut;
1. Nilai-nilai dasar pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dilaksanakan dalam bentuk
sikap, tindakan, perilaku dan perbuatan adalah sebagai landasan utama bagi setiap pengurus;
2. Pengurus selama masa pengabdian wajib menjaga harkat martabat Lembaga dengan perilaku,
tindakan, sikap dan ucapan;
3. Pengurus selama masa pengabdian dilarang menggunakan; informasi, data-data, dokumen dan
atau sejenisnya yang berasal dari laporan masyarakat khususnya yang berkaitan dengan
laporan KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme); untuk kepentingan pribadi atau golongan, dan
menerima imbalan, meminta kepada atau menerima bantuan dari siapapun dalam bentuk
apapun yang memiliki potensi konflik dan kepentingan terhadap informasi, data-data,
dokumen bagi lembaga;

Hal 38 dari- 43
4. Pengurus selama masa pengabdian wajib memberikan komitmen, loyalitas dan integritas
kepada organisasi, demi tercapainya tujuan organisasi;
5. Pengurus selama masa pengabdian wajib menyimpan, menjaga dan mengembalikan setiap
dokumen atau bahan-bahan yang berkaitan dengan informasi, data-data, dokumen dan atau
sejenisnya yang berasal dari laporan masyarakat; khususnya yang berkaitan dengan laporan
KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme); dan tidak mengungkapkan kepada publik dan
masyarakat kecuali pengurus lembaga yang memiliki wewenang dan bertugas untuk
mengungkapkan hal tersebut;

PASAL 41
KODE ETIK PENANGANAN INFORMASI
TENTANG KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME
KEPADA PUBLIK

Seluruh Pengurus; di tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat; di tingkat Provinsi, dan
atau Dewan Pengurus Wilayah; dan di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, dan
atau Dewan Pengurus Daerah; wajib bagi setiap pengurus untuk menyesuaikan kaidah-kaidah
hukum dan per-undang-undangan yang berlaku sebagai dasar dari perumusan, pendalaman
masalah, pengungkapan kasus-kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN); sebagai berikut:
1. Wewenang, tanggung jawab dan kendali perintah pengungkapan kasus-kasus Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN); di tingkat Nasional dan atau Dewan Pengurus Pusat; adalah Presiden;
2. Wewenang, tanggung jawab dan kendali perintah pengungkapan kasus-kasus Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN); di tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah; adalah
Gubernur;
3. Wewenang, tanggung jawab dan kendali perintah pengungkapan kasus-kasus Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN); dan di tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, dan atau
Dewan Pengurus Daerah; Bupati /Walikota;
4. Pengungkapan informasi dan atau khususnya tentang adanya dugaan dan atau patut diduga;
terdapat indikasi; Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam organisasi adalah bersifat
independen, bebas dari pengaruh kekuasaan manapun dan bertanggung jawab kepada
masyarakat;
5. Setiap informasi dari berbagai sektor, yang bersumber dari; masyarakat, pemerintah dan
swasta; dan akan dipublikasikan kepada media cetak maupun elektronik serta masyarakat;
harus melalui proses seleksi, penelaahan, analisa yang kritis dan atas keputusan bersama di
masing-masing kepengurusan DPP, DPW, dan DPD untuk diungkap;
6. Pengungkapan informasi adanya dugaan dan atau patut diduga; terdapat indikasi; Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam organisasi; melalui jenjang persetujuan sebagai berikut;
a. Tingkat Nasional, dan atau Dewan Pengurus Pusat; diajukan oleh Deputi Bidang Hukum
dan HAM diketahui oleh Sekretaris Jenderal, dan disetujui oleh Presiden;
b. Tingkat Provinsi, dan atau Dewan Pengurus Wilayah; diajukan oleh Kepala Biro Bidang
Hukum dan HAM, diketahui oleh Sekretaris Wilayah, dan disetujui oleh Gubernur;
c. Tingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif, diajukan oleh oleh Koordinator Divisi
Hukum dan HAM, diketahui oleh Sekretaris Daerah, dan disetujui oleh Bupati/Walikota;
7. Setiap informasi tentang; Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang telah dipublikasikan
kepada; media cetak dan elektronik serta masyarakat; yang diungkap tidak melalui tahapan
dan atau mekanisme intern dan persetujuan resmi organisasi; menjadi beban dan tanggung
jawab pribadi; dalam hal ini tidak menjadi tanggung jawab organisasi.
8. Penanganan/pengungkapan informasi dan atau khususnya tentang dugaan dan atau patut
diduga adanya; Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam berbagai sektor informasi yang
akan dipublikasikan kepada masyarakat; harus memiliki tingkat akurasi dalam hal;

Hal 39 dari- 43
a. Kepastian hukum, yaitu mengutamakan landasan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
b. Bermanfaat, yaitu bahwa setiap pengungkapan kasus informasi yang akan dipublikasikan
kepada masyarakat; memberi manfaat bagi bangsa dan negara.
c. Keterbukaan, yaitu membuka diri dan memberi akses dari dan kepada masyarakat dalam
melaksanakan hak-haknya untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif;
d. Akuntabilitas, yaitu setiap hasil akhir pengungkapan informasi ini harus dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat; dan objek pokok masalah/kasus sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Kepentingan umum, yaitu selalu mendahulukan kepentingan masyarakat dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif;

BABXI
PENGHARGAAN

Pasal 42
PENGHARGAAN

1. Kepada segenap dan unsur pengurus maupun ANGGOTA yang telah menunjukan kesetiaan
atau berjasa terhadap lembaga dan atau yang telah menunjukan prestasi yang luar biasa, dapat
diberikan penghargaan;
2. Penghargaan yang dimaksud dalam ayat 1 Pasal 42 ini dapat berupa tanda jasa atau bentuk
penghargaan lainnya.
3. Tata cara pemberian penghargaan yang dimaksud; diberikan setiap 3 (tiga) tahun; ketentuan
mengenai ini akan ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat;

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 43
KETENTUAN PENUTUP

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih lanjut oleh
Dewan Pengurus Pusat; melalui berbagai keputusan dan peraturan-peraturan lembaga.
2. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak ditetapkan;

Hal 40 dari- 43
Hal 41 dari- 43
LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI DEWAN PENGURUS PUSAT

Majelis Tinggi

Dewan Pembina/Penasehat

Presiden

Sekretaris Jenderal Wakil Presiden


Bendahara Umum

Wakil Sekretaris Jenderal Wakil Bendahara Umum

Deputi Bidang Organisasi dan Kaderisari Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan Deputi Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Deputi Bidang Hukum dan HAM Deputi Bidang Sosial dan Ekonomi Kreatif

Asisten Deputi Bidang Jaringan dan Keanggotaan Asisten Deputi Bidang Informasi dan Data Asisten Deputi Bidang Anti Narkoba Asisten Deputi Bidang Lingkungan Hidup

Asisten Deputi Bidang Logistik dan Kesehatan PENGURUS WILAYAH Asisten Deputi Bidang UMKM dan Koperasi
(PROVINSI)

PENGURUS DAERAH
(KABUPATEN/KOTA)
Hal 42 dari- 43
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI DEWAN PENGURUS WILAYAH

Majelis Tinggi

Dewan Pembina/Penasehat

Gubernur

Sekretaris Gubernur Wakil Gubernur Bendahara Gubernur

Wakil Sekretaris Gubernur Wakil Bendahara Gubernur

Kepala Biro Organisasi dan Kaderisari Kepala Biro Penelitian dan Pengembangan Kepala Biro Pendidikan dan Kebudayaan Kepala Biro Hukum dan HAM Kepala Biro Sosial dan Ekonomi Kreatif

Kepala Bidang Jaringan dan Keanggotaan Kepala Bidang Informasi dan Data Kepala Bidang Anti Narkoba Kepala Bidang Lingkungan Hidup

Kepala Bidang Logistik dan Kesehatan PENGURUS DAERAH Kepala Bidang UMKM dan Koperasi
(KABUPATEN/KOTA

PENGURUS
KECAMATAN
Hal 43 dari- 43
LAMPIRAN 3
STRUKTUR ORGANISASI DEWAN PENGURUS DAERAH

Majelis Tinggi

Dewan Pembina/Penasehat

Bupati/Walikota

Sekretaris Bupati/Walikota Wakil Bupati/Walikota Bendahara Bupati/Walikota

Wakil Sekretaris Bupati/Walikota Wakil Bendahara Bupati/Walikota

Koordinator Divisi Organisasi dan Kaderisari Koordinator Divisi Penelitian dan Pengembangan Koordinator Divisi Pendidikan dan Kebudayaan Koordinator Divisi Hukum dan HAM Koordinator Divisi Sosial dan Ekonomi Kreatif

Kepala Seksi Jaringan dan Keanggotaan Kepala Seksi Informasi dan Data Kepala Seksi Anti Narkoba Kepala Seksi Lingkungan Hidup

Kepala Seksi Logistik dan Kesehatan PENGURUS KECMATAN Kepala Seksi UMKM dan Koperasi

PENGURUS DESA

Anda mungkin juga menyukai