Anda di halaman 1dari 3

DERMATITIS KONTAK ALERGI

1. DEFINISI

Dermatitis Kontak adalah respon dari kulit dalam bentuk peradangan yang dapat bersifat
akut maupun kronik, karena paparan dari bahan iritan eksternal yang
mengenai kulit (Lawita, A, J et al, 2015).
DKA adalah reaksi inflamasi yang didapat terhadap berbagai susbstansi yang dapat
menyebabkan reaksi inflamasi hanya pada orang yang sebelumnya pernah tersensitisasi oleh
alergen (Chairunisa, T et al, 2014).

2. ETIOLOGI (Penyebab)
Penyebab dermatitis atopik masih belum diketahui sangat komplek serta
multifakorial. Salah satu teori yang banyak dipakai adalah teori imunologik.
Berdasarkan pada pengamatan 75% penderita dermatitis atopik mempunyai riwayat
penyakit atopik lain pada keluarga atau pada dirinya. Pada penderita dermatitis atopik
terjadi peningkatan kadar IgE dalam serum, adanya IgE spesifik terdapat bermacam
aerolergen dan eosinofilia darah, serta ditemukannya molekul IgE pada permukaan sel
Langerhans epidermal. Pada dermatitis atopik didapatkan kelainan imunologik berupa
meningkatkan infeksi kulit karena virus herpes simplek, vaccinia, veruka, moluskum
kontangiosum dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi jamur superfisial (Indriani,
F, 2010).
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya
bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali,serbuk kayu, bahan abrasif, larutan
garam konsentrat, plastik berat molekul rendah atau bahan kimia higroskopik (Indriani, F,
2010).

3. FAKTOR RESIKO
Pemberian ASI dan susu formula selama enam bulan pertama kehidupan
merupakan faktor risiko DA (Dermatitis Atopik) pada anak (Eliska, N et al, 2015).
Bahan kimia yang dapat menyebabkan dermatitis kontak banyak terdapat pada perhiasan,
produk perawatan tubuh, tumbuhan, dan pengobatan topikal serta bahan kimia yang
berkontak saat bekerja (Chairunisa, T et al, 2014).

4. TANDA DAN GEJALA


Tipe reaksi tergantung pada bahan apa yang berkontak, konsentrasi bahan kontak, dan
lamanya berkontak. Reaksinya dapat berupa kulit menjadi merah atau coklat. Kadang-
kadang terjadi edema dan rasa panas, atau ada papula, vesikula, pustula, kadang-
kadang terbentuk bula yang purulen dengan kulit disekitarnya normal.
a. Dermatitis kontak alergi akut
Kira-kira 24 sampai 48 jam sesudah kontak dengan alergen, timbul peradangan
eksudatif akut, dengan stadium eritema, stadium eksudativa (edema, vesikel, bula,
erosi, dan krusta) dan stadium remisi (squama, sisa-sisa kemerahan).
b. Dermatitis kontak alergi subakut
Menunjukan gejala-gejala eksudatifakut (eritem, edema, kadang-kadang vesikel) dan
juga sudah terdapat tanda-tanda gejala kronik (papula, vesikel, proliferasi seluler dan
pembentukan infiltrat).
c. Dermatitis kontak alergi kronik
Setelah dermatitis berlangsung lama, lambat laun terjadi remisi dari peradangan
kulit akut eksudativa dan cenderung ke peradangan kronik. Terjadi eritema, likenifikasi,
kronisitas (Indriani, F, 2010).

5. PENGOBATAN
Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan
iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi, serta menyingkirkan faktor
yang memperberat.
Obat topikal dan sistmik yang dapat digunakan antara lain
a. Obat Topikal
 Kortikosteroid : Krim hidrokortison 1% dapat digunakan dalam waktu tidak lebih dari
7 hari
b. Obat Sitemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan edema, juga pada
kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik.
 Anti Histamin : (CTM) Chlorpeniramine maleat/Chlortrimeton dosis Oral:
 Anak-anak 2 sampai <6 tahun: 1 mg setiap 4-6 jam (sebagai formulasi
konvensional).
 Anak-anak 6 sampai <12 tahun: 2 mg setiap 4-6 jam (sebagai formulasi
konvensional) atau 8 mg (sebagai tablet extended-release) sekali sehari pada
waktu tidur atau siang hari,
 Anak-anak ≥12 tahun: 4 mg setiap 4-6 jam (sebagai formulasi konvensional)
atau 8 atau 12 mg (sebagai tablet extended-release) dua kali sehari di pagi hari
dan sore hari atau 16 mg (sebagai tablet inti diperpanjang-release) sekali
sehari.
 4 mg setiap 4-6 jam (sebagai formulasi konvensional) atau 8 atau 12 mg
(sebagai tablet extended-release) dua kali sehari di pagi hari dan sore hari atau
16 mg (sebagai tablet extended-release inti) sekali sehari.
 Kortikosteroid : Prednisolon dosis awal 10-20 mg sehari dosis tunggal pada pagi hari
(pada alergi berat menjadi 60 mg sehari selama 5-10 hari) (Indriani, F, 2010).

6. PENCEGAHAN

Cara terbaik untuk mencegah dermatitis kontak adalah dengan menghindari bersentuhan
atau kontak langsung dengan zat penyebab alergi dan iritasi. Jika tidak bisa menghindarinya,
ada beberapa cara untuk mengurangi risiko terkena dermatitis kontak, yaitu:
a. Rajin membersihkan kulit.
b. Kenakan pakaian pelindung atau sarung tangan
, untuk mengurangi kontak langsung antara kulit dengan zat penyebab alergi dan iritasi.
c. Ganti produk perawatan tubuh.
Apabila produk perawatan tubuh yang digunakan menyebabkan alergi atau iritasi.
d. Jagalah hewan peliharaan. Beberapa hewan peliharaan bisa menyebarkan zat
penyebab alergi dari tumbuhan dengan mudah.
e. Gunakan pelembap.
f. Mengubah program diet : Dermatitis kontak bisa muncul karena alergi terhadap zat
nikel yang terdapat dalam beberapa jenis makanan (Indriani, F, 2010)
DAFTAR PUTAKA
Lawita, A, J et al, 2015. Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Dermatitis Pada
Anak Usia Sekolah di Desa Tabang Barat Kecamatan Rainis Kabupaten Kepulauan
Talaud. Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran.Universitas Sam
Ratulangi.E-journal Keperawatan (e-Kp. Volume 3 Nomor 2

Chairunisa, T et al, 2014. Angka Kejadian Dermatitis Kontak Alergi di Poliklinik Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009-
2012. Jurnal Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran
Unsri/RSMH Palembang. MKS, Th. 46, No. 4.

Indriani, F, 2010. Pengaruh Riwayat Atopik Terhadap Timbulnya Dermatitis Kontak Iritan di
Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta. (Skripsi Ilmiah). Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2010.

Eliska, N et al, 2015. Faktor Risiko pada Dermatitis Atopik. Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedoktera Unsri /RSMH Palembang Bagian Parasitologi
Fakultas Kedokteran Unsri. JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOL 2, NO.
1.

Anda mungkin juga menyukai