blog ini berisi bermacam - macam info untuk orang indonesia dan luar
indonesia yang membutuhkan info yang menarik untuk hidup yang lebih
baik.
W
W ee dd nn ee ss dd aa yy ,, AA pp rr ii ll 33 ,, 22 00 11 33
AYAT M U H K A M D A N M U TA S YA B I H
A. Pengertian
ْ َ ﺼﻠ
ٍ ِﺖ ِﻣ ْﻦ ﻟَﺪ ُْﻥ َﺣ ِﻜ ٍﻴﻢ َﺧﺒ
ﻴﺮ ْ ﺍﻟﺮ ِﻛﺘَﺎﺏٌ ﺃُﺣْ ِﻜ َﻤ
ﺖ ﺁَﻳَﺎﺗُﻪُ ﺛُ ﱠﻢ ﻓُ ﱢ
Artinya: Alif Lam Ra’, inilah sebuah kitab yang ayat-ayatnya dimuhkamkan,
dikokohkan serta dijelaskan secara rinci, diturunkan dari sisi Allah Yang
Mahabijaksana lagi Mahatahu( QS. 11:1)
Artinya: Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu Al-Quran
yang Mutasyabih dan berulang-ulang, yang karenanya gemetarlah kulit
orang-orang yang takut kepad Tuhan mereka (QS. 39:23).
Kita melihat ayat pertama menegaskan bahwa seluruh kandungan Alquran adalah
Muhkam maksudnya adalah bahwa ia itu adalah kukuh dan jelas, ayat kedua
menjelaskan bahwa seluruh kandungan adalah mutasayabih, maksudnya ialah
bahwa ayat-ayatnya berada dalam satu ragam keindahan, gaya, kemanisan
bahasa, dan daya ungkap yang luar biasa. Sedangkan ayat ketiga membagi
Al-Quran menjadi dua bagian. Yaitu muhkam dan mutasyabih.
Allah SWT memberitahukan bahwa didalam Al-Quran ada ayat-ayat muhkamat
yang merupakan pokok-pokok Al-Kitab ayat muhkamat artinya ayat yang jelas
dan tidak samar bagi siapapun dan mengandung ayat-ayat yang maknanya samar
oleh kebanyakan orang. Dan yang lain ayat Mutasyabihat yakni ayat yang
maknanya berkemungkinan sejalan dengan ayat muhkan atau sejalan dengan ayat
lain dari segi lafaz dan susunanya bukan dari segi maknanya.
Kesimpulan dari ayat-ayat ini adalah:
Pertama, muhkam adalah ayat-ayat yang maksud (isyaratnya) jelas dan tegas
sehingga tidak menimbulkan kekeliruan pemahaman, sedangkan ayat-ayat
mutasyabih tiak demikian.
Kedua, setiap orang beriman yang kukuh imannya wajib beriman kepada
ayat-ayat muhkam dan mengamalkannya. Ia juga wajib beriman kepada ayat-ayat
mutasyabih, tetapi juga untuk mengamalkannya.
Para ulama berikhtilaf ihwal ayat muhkam jdan mutasyabih. Ibnu Abbas
berpendapat, ayat muhkam ialah ayat yang menasakh, ayat yang berkenaan
dengan yat yang halal, haram, had-had, hokum-hukum, perkara yang
diperintahkan, dan yang harus dikerjakan. Dari Ibnu Abbas dikatakan pula, ayat
muhkamat ialah seperti apa yang dikatakan allah dalam firmannya. “katakanlah,
marilah kubacakan apa yang diharamkan atasmu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah
kamu mempersekutukan sesuatu dengan dia”. Dan firman Allah “ dan Tuhanm,u
tel;ah menetapkan, janganlah kamu menyembah kecuali kepada-nya, serat
ayat-ayat yang sesudahnya”. Yahya bin Ya’mar berkata, “ Ayat muhkamat ialah
yang menyangkut macam-macam kewajiban, perintah, halal, dan haram. Menurut
Abu Fakhitah, ayat mutasyyabihat ialah ayat-ayat pembuka surat.
Muhkan dan Mutasyabih dalam Arti umum
Muhkam berarti sesuatu yang dikokohkan ihkam al kalam berarti mengokohkan
perkataan dengan mengisahkan berita yang benar dari yang salah, dan urusan
yang lurus dari yang sesat. Jadi, kalam muhkam adalah perkataan yang seperti itu
sifatnya.
Dengan pengertian inilah Allah mensifati Al-Qur’an bahwa seluruhnya adalah
muhkam sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya di atas.
Mutasyabih secara bahasa berarti tasyabuh yakni bila salah satu dari dua hal
serupa dengan yang lain dan syubhah ialah keadaan dimana salah satu dari dua
hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan diantara
keduanya secaraq konkrit maupun abstak, dikatakan pula mutasyabi adalah
mutasamil (sama) dalam perkataan keindahan, jadi tasyabuh al-kalam adalah
kesamaan atau kesesuaian perkataan, karena sebagiaannya membetulkan
sebagian yang lain.
Dengan pengertian inilah Allah mensifati Al-Quran bahwa seluruhnya adalah
mutasyabih sebagaimana dijelaskan dalam surah 39:23
Dengan demikian, maka Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabih, maksudnya
Qur’an itu sebagian kandungannya serupa dengan sebagian yang lain dalam
kesempurnaan dan kkeindahannya, dan sebagiannya membenarkan sebagian
yang lian serta sesuai pula maknanya, inilah yang dimaksud dengan at-tasyabuh
al-‘amm atau mutsyabih dalam arti umum.
َﷲ ﻳَﺎ ﺃَﻳﱡﻬَﺎ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱُ ﺇِﻧﱠﺎ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ َﺫ َﻛ ٍﺮ َﻭﺃُ ْﻧﺜَﻰ َﻭ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ُﺷﻌُﻮﺑًﺎ َﻭﻗَﺒَﺎﺋِ َﻞ ﻟِﺘَ َﻌﺎ َﺭﻓُﻮﺍ ﺇِ ﱠﻥ ﺃَ ْﻛ َﺮ َﻣ ُﻜ ْﻢ ِﻋ ْﻨ َﺪ ﱠ
ﷲِ ﺃَ ْﺗﻘَﺎ ُﻛ ْﻢ ﺇِ ﱠﻥ ﱠ
َﻋﻠِﻴ ٌﻢ َﺧﺒِﻴ ٌﺮ
Artinya: “ hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang
laki-laki dan seorang perempuan dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”. (Al-Hujarat:
13)
ﻳَﺎ ﺃَﻳﱡﻬَﺎ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱُ ﺍ ْﻋﺒُﺪُﻭﺍ َﺭﺑﱠ ُﻜ ُﻢ ﺍﻟﱠ ِﺬﻱ َﺧﻠَﻘَ ُﻜ ْﻢ َﻭﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﺒﻠِ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَﺘﱠﻘُﻮﻥ
Artinya: “hai manusia, sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 21)
H i k m a h Ay a t - a y a t M u h k a m a t
Adanya ayat-ayat muhkamatdalam al-Quran jelas banyak hikmahnya bagi umat
manusia, diantaranya sebagai berikut :
M A K A L A H AYAT- AYAT M U H K A M AT D A N M U TA S YA B I H AT
Adapun tafsiran ayat tersebut adalah: Inilah, suatu kitab yang agung
tuntunannya dan yang ayat-ayatnya di susun dengan rapi oleh Allah SWT, tanpa
campur tangan makhluk, kemudian setelah keistimewaannya yang demikian
agung dalam kedudukannya sebagai suatu kitab yang utuh, ia bertambah
istimewa lagi karena ayat-ayatnya di jelaskan secara terperinci juga oleh Allah
SWT dan oleh Rasul-Nya yang sejak semula diturunkan dari sisi Allah Yang
Maha Bijaksana Lagi Maha Tahu kepadamu, wahai Muhammad, kami
menurunkannya demikian itu agar kamu semua, wahai manusia dan jin, tidak
menyembuhkan selain Allah.[[1 3 ] Setelah menjelaskan keistimewaan al-Qur’an
dijelaskannya fungsi Nabi Muhammad, yang menerima dan menyampaikannya,
yakni sesungguhnya akukhusus terhadap kamu semua, wahai manusia dan jin,
diutus dari-Nya yakni dari Allah SWT, bukan atas kehendakku adalah pemberi
peringatan sempurna bagi yang durhaka dan pembawa kabar gembira yang
mencapai puncaknya bagi yang taat.[14]Kita juga dapat mengatakan, bahwa
seluruh al-Qur’an adalah mutasyabihat, jika kehendaki dengan
kemutasyabihannya, ialah kemutamatsilan I’jaz dan kesulitan kita
memperhatikan kelebihan sebagian sukunya atau yang lain.[15]Dengan
pengertian inilah Allah AWT menurunkan al-Qur’an seperti yang ditandaskan
dengan firman-Nya, (Q.s. Al-Zumar [23]: 39)
Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa
(mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang
yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di
waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki
siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak
ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (Q.s. Az-Zumar [39]: 23).[16]
B. S i k a p P a r a U l a m a Teerrh a d a p Ay a t - Ay a t M u t a s y a b i h a t
1. Madzab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat
mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT sendiri. Mereka
menyucikan Allah SWT dari pengertian-pengertian lahir yang musahil Qur’an.
diantara ulama yang masuk dalam kelompok ini adalah Imam Malik bagi Allah
SWT dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan dalam al-Qur’an ketika
ditanya tentang istiwa; ia menjawab: Istiwa itu maklum, sedangkan caranya
diketahui, dan mempelajarinya bid’ah. Aku kira engkau adalah orang yang tidak
baik. Keluarkanlah ia dari tempatku.
Ibn Ash-Shalah menjelaskan bahwa mazhab salaf ini dianut oleh generasi dan
pemuka umat Islam pertama. Mazhab ini pulalah yang dipilih imam-imam dan
para pemuka fiqih. Kepada mazhab ini pulalah, para imam dan pemuka Hadis
mengajak para pengikutnya. Tidak ada seorang pun di antara para teolog dari
kalangan kami yang menolak mazhab ini.[24]
2. Mazhab khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan
ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat-sifat Allah SWT sehingga
melahirkan arti yang sesuai dengan keluhuran Allah SWT. Imam Al-Haramain
(w.478 H) pada mulanya termasuk mazhab ini, tetapi kemudian menarik diri
darinya. Dalam Ar- Risalah An-Nizamiyah, ia menuturkan bahwa prinsip yang
dipegang dalam beragama adalah mengikuti mazhab salaf sebab mereka yang
memperoleh derajat dengan cara tidak menyinggung ayat-ayat mutasyabih.
Untuk menengahi kedua mazhab yang kontradiktif itu, Ibn Daqiq Al-Id
mengatakan bahwa apabila penakwilan yang dilakukan terhadap ayat-ayat
mutasyabih dikenal oleh lisan Arab, penakwilan itu tidak perlu di ingkari. Jika
dikenal oleh lisan Arab, kita harus mengambil sikap tawqquf (tidak
membenarkan dan tidak pula menyalahkannya) dan mengimani maknanya sesuai
apa yang dimaksud ayat-ayat itu dalam rangka mensucikan Allah SWT. Namun,
bila arti lahir ayat-ayat itu dapat di pahami melalui percakapan orang Arab, kita
tidak perlu mengambil sikap tawqquf.
Ibn Quthaibah (w.276 H ) menentukan dua syarat bagi absahnya sebuah
penakwilan. Pertama, makna yang dipilih sesuai dengan hakikat kebenaran yang
di akui oleh mereka yang memiliki otoritas. Kedua, arti yang dipilih dikenal oleh
bahasa Arab yang klasik, syarat yang dikemukakan ini lebih longgar dari pada
syarat kelompok Azh-Zhahiriyahyang menyatakan bahwa arti yang dipilih
tersebut harus dikenal secara populer oleh masyarakat Arab pada masa awal.[25]
C . H i k m a h K e b e r a d a a a n Ay a t M u t a s y a b i h D a l a m a ll-- Q u r ’ a n
Diantara hikmah keberadaan ayat-ayat mutasyabih di dalam al-Qur’an
dan ketidak mampuan akal untuk mengetahuinya adalah sebagai berikut:
1. Memperlihatkan kelemahan akal manusia.
Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih
sebagaimana Allah SWT memberikan cobaan pada badan untuk beribadah.
Seandainya akal merupakan anggota badan paling mulia itu tidak di uji, tentunya
seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya
sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya.[26]
Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap
Allah SWT karena kesadarannya akan ketidak mampuan akalnya untuk
mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.[27]Menurut penulis disini keimanan kita
di uji apakah kita percaya atau tidak terhadap ayat-ayat mutasyabih, karena
ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang memang masih samar-samar sehingga
keimanan kita di uji kembali. Jika seluruh ayat al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat
muhkamat, maka sirnalah ujian keimanan dan amal perbuatan lantaran pengertian
ayat-ayat yang jelas dan sebaliknya orang yang tidak tahan uji terhadap cobaan
maka mereka akan ingkar terhadap ayat-ayat mutasyabihat.
2. Teguran bagi orang-orang yang mengotak atik ayat mutasyabih.
Sebagai cercaan terhadap orang yang mengotak-atik ayat-ayat
mutasyabih. Sebaliknya, memberikan pujian pada orang-orang yang mendalami
ilmunya, yakni tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat
mutasyabih sehingga mereka berkata” rabbanaa la tuzigh quluubana. [28]Mereka
menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu laduni. menurut penulis
disini Allah memberikan pujian bagi orang yang beriman karena keimanannya
dan memberikan petunjuk-Nya. Sementara bagi orang kafir yang suka
mengotak-atik ayat-ayat al-Qur’an Allah SWT akan tambah menyesatkan
mereka. Adanya ayat muhkam memudahkan manusia mengetahui maksud ayat
tersebut dan menghayati untuk diamalkan dalam kehidupan. Disisi lain, adanya
mutasyabihat memotivasi manusia untuk senantiasa menggunakan dalil akal di
samping dalil naqal.
Allah SWT sengaja menjadikan al-qur’an yang muhkam dan mutasyauh
sebagai ajang uji coba atas keimanan hamba-hamba-Nya. Orang yang benar
keimanannaya sadr bahwa al-qur’an seluruhnya dari sisi Allah SWT dan segala
yang datang dari Allah SWT adalah haq dan tidak tercampur dengan kebathilan
atau hal yang bertentangan.
3. Memberikan pemahaman absrak ilmiah kepada manusia melalui pemahaman
inderawi yang biasa disaksikannya.
Sebagaimana dimaklumi bahwa pemahaman diperoleh manusia tatkala ia
diberi gambaran inderawi terlebih dahulu. Dalam kasus sifat-sifat Allah SWT,
sengaja Allah SWT memberikan gambaran fisik agar manusia dapat lebih
mengenal sifat-sifat-Nya. Bersamaan dengan itu, bahwa dirinya tidak sama
dengan hamba-Nya dalam hal pemilikan anggota badan[29]. Menurut penulis
adanya muhkam dan mutasyabihat sebagai bukti kejelasan al-Qur’an yang
memiliki mutu tinggi nilai sasteranya, agar manusia meyakini bahwa itu bukan
produk Muhammad SAW, tetapi produk Allah SWT, agar mereka melaksanakan
isinya. Kenapa Allah SWT memberikan penggambaran diri-Nya? Hal itu
dikarenakan agar manusia dapat memahami ayat-ayat mutasyabihat tentang Allah
SWT. Kita bisa mengambil sebuah contoh dalam al-qur’an di katakana” yadullah
fauqa aidihim” yang artinya tangan Allah SWT di atas tangan mereka. Dalam
memahami ayat tersebut kita tidak bisa memahami secara tekstual tetapi harus di
pahami secara tafsiri, tangan disana kita artikan sebagai kekuasaan, sehingga
artinya “ kekuasaan Allah SWT di atas kekuasaan mereka.
KESIMPULAN
Muhkam menurut terminologi artinya suatu ungkapan yang maksud dan
makna ungkapan lahirnya tidak mungkin diganti atau diubah. Sedangkan
mutasyabihat adalah ungkapan yang makna lahirnya masih samar. Seperti yang
penulis ungkapan pada pengertian muhkam dan mutasyabihat pada pembahasan
bab pertama tadi, artinya penulis sepakat bahwa yang dimaksud dengan muhkam
adalah sebuah ayat yang maksudnya sudah dapat dipahami tanpa penafsiran lebih
detil, sementara yang dimaksud dengan mutasyabihat adalah ayat yang masih
samar-samar dan perlu penjelasan lebih detil supaya dalam memahami ayat lebih
mudah.
Adapun pendapat ulama mengenai ayat muhkam tidak ditemukan
perbedaan yang sangat mendasar, sementara dalam memahami ayat mutasyabihat
para ulama sepakat bahwa dalam memahami ayat tersebut membutuhkan
perenungan dan pemikiran untuk menjelaskannya.
Diantara hikmah keberadaan ayat muhkam dan mutasyabihat dalam
al-Qur’an, adalah:
a. Memperlihatkan kelemahan akal manusia.
b. Teguran bagi orang-orang yang mengotak atik ayat mutasyabih.
c. Memberikan pemahaman abstrak ilmiah kepada manusia melalui pemahaman
inderawi yang biasa disaksikannya.
D A F TA R P U S TA K A
Abdul, Wahid, Ramli, Ulumul Qur’an, cet III, Jakarta: PT Raja Granfindo Persada,
1996.
Al-Maragi, Mustafa Ahmad, Tafsir Al-Maragi, Semarang: CV. Toha Putra Semarang,
1974.
Anwar, Rosihon, Ulumul Qur’an, cet II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2004.
Ash-Shiddieqy,TM, Hasby, Ilmu-Ilmua al-Qur’an: Ilmu-Ilmu Pokok dalam Menafsir
al-Qur’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002.
Ayatullah M. Bakir Hakim, Ulumul Quran, cet III terjemah oleh Nashirul haq dkk,
Jakarta: Al-huda, 1427.
Al-jurjani, At-Ta’rift, Ath –Thaba’ah wa An-Naysr wa At-Tauzi, Jeddah, t.th.
Ahmad, Denffer Von, Ilmu al-Qur’an; An Introduction to The Sciences of The
al-Qur’an, terjemah oleh Ahmad Nasir Budiman, Jakarta: Raja wali, 1988.
Chalik, H. Chaerudji Abd, ‘Ulum al-Qur’an, Jakarta: Diadit Media, 2007.
Marzuki, Kamaluddin, Ulum al-Qur’an, Bandung: Remaja Rodaskarya,1994.
Quthan, Mana’ul, Mabathist Fii Ulumil Qur’an, terjemah oleh Halimuddin, Jakarta:
Rieneke Cipta, 1995.
Shihab, Quraish, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1992.
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta:
Lentera Hati, 2002.
[1] Ayatullah M. Bakir Hakim, Ulumul Quran, cet III terjemah oleh
Nashirul haq dkk, Jakarta: Al-huda, 1427, h.1
[2] Ibid., h. 2.
[3] Al-jurjani, At-Ta’rift, Ath –Thaba’ah wa An-Naysr wa At-Tauzi, Jeddah,
t.th, h. 200.
[5] Rosihon Anwar, Ulumul Qur’anI, cet II, Bandung: CV. Pustaka Setia,
2004, h. 125.
[9] H. Ahmad Syadali dan H. Ahmad Ropi’I, Ulumul Qur’an, cet II,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000, h. 202,
[10] Ramli Abdul Wahid, Ulumul ur’an, cet III, Jakarta: PT Raja Granfindo
Persada, 1996, h. 83.
[11] Tengku Muhammad Hasby AS-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-qur’an:
Ilmu-ilmu Pokok dam Menafsir Al-qur’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002,
h. 169.
[27]Ibid, h.142.
[28] Ibid, h. 142
[29]Ibid,h. 143
Diposkan oleh Yusri FATTALA
w w w. m u h a m m a d _ i h s a n 7 7 @ y m a i l . c o m
Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
PENYUSUN :
1.Afista Putri R.S
2.Miftakhul Munib Ubaid
3.Muh. Ikhsanur Rizal
4.Agustin Wulandari
5.Yeni Tri Lestari
PROGRAM S1 PAI
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
“ AL – MUSLIHUUN “
TLOGO - KANIGORO - BLITAR
Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ulumul
Qur’an semester II tingkat 1.
Harapan penulis, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
dijadikan sebagai bahan referensi dalam mempelajari bahasan ini.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan
menerima kritik, saran yang kronstruktif.
Tim penyusun
Kel. 04 / C2
Daftar Isi
Halaman judul.................................................................................. I
Kata Pengantar ................................................................................ II
Daftar Isi ........................................................................................ III
BAB I
Pendahuluan ......................................................................................4
BAB II
Ayat Muhkam Dan Ayat Mutasyabih....................... ........................5
BAB III
Fawatihus Suwar.................................................................................9
BAB IV
Penutup..............................................................................................10
Daftar Pustaka ...................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
AYAT MUHKAM DAN AYAT MUTASYABIH
2.1 Pengertian
secara bahasa bahwa yang disebut Muhkam adalah sesuatu yang paten dan
kokoh, sedang mutasyabih adalah adanya penyerupaan antara dua jenis benda.
Dalam hal ini pengertian ayat-ayat muhkam menurut istilah syar’i adalah ayat-
ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedang ayat-ayat mutasyabih adalah ayat
yang hanya diketahui maknanya oleh Allah sendiri. Ayat muhkam berarti ayat
yang memiliki satu bentuk (wahjun), sedang mutasyabih mengandung banyak
wajah. Ayat muhkam juga berarti ayat yang maksudnya dapat diketahui secara
langsung, sedang mutasyabih adalah ayat yang memerlukan penjelasan dengan
merujuk kepada ayat-ayat yang lain. Para ulama memberikan contoh beberapa
ayat-ayat muhkam, diantaranya adalah ayat-ayat yang membahas masalah halal
dan haram, hudud, kewajiban, janji dan ancaman.
Bentuk bentuk ayat – ayat Mutasyabih yang terdapat dalam Al-Qur’an ada dua
macam.
1.Hakiki, yaitu apa yang tidak dapat diketahui dengan nalar manusia, seperti
hakikat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Walau kita mengetahui makna dari
sifat-sifat tersebut, namun kita tidak pernah tahu hakikat dan bentuknya,
sebagaimana firman Allah SWT.
“Artinya : Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di
belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmuNya” [Thahaa :
110]
Bentuk Mustasyabih yang ini tidak mungkin untuk dipertanyakan sebab tidak
mungkin untuk bisa diketahui hakikatnya.
2.Relatif, yaitu ayat-ayat yang tersamar maknanya untuk sebagian orang tapi
tidak bagi sebagian yang lain. Artinya dapat dipahami oleh orang-orang yang
mendalam ilmunya saja.
Bentuk Mutasyabih yang ini boleh dipertanyakan tentang penjelasannya karena
diketahui hakikatnya, karena tidak ada satu katapun dalam Al - Qur’an yang
artinya tidak bisa diketahui oleh manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : (Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” [Ali-Imran : 138]
Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini. Perbedaan itu muncul dari
pemahaman mereka terhadap firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 7.
Sebagian Ulama, terutama ulama salaf berpendapat bahwa mutasyabih itu tidak
dapat diketahui kecuali hanya Allah, dalam hal ini, mereka mencoba
mengembalikan ayat-ayat mutasyabih kepada ayat- ayat muhkam. Al-raghib
Al-Ashfahani berpendapat bahwa ayat-ayat mutasyabih terbagi menjadi tiga (3)
bagian, yaitu
1.Ayat yang tidak bisa dijangkau oleh akal manusia, hanya Allah sendiri yang
mengetahuinya, seperti hari kiamat dan alam gaib.
2.Ayat yang berkaitan dengan hukum/bahasa
3.Ayat yang hanya diketahui oleh ulama-ulama tertentu yang sudah mendalami
ilmu ayat.
D. Hikmah adanya ayat-ayat mutasyabihat
Kalau seandainya Al-Qur’an seluruhnya Muhkam, maka akan hilanglah hikmah
dari ujian pembenaran dan amal perbuatan, karena maknanya sangat jelas dan
tidak ada kesempatan untuk menyelewengkannya atau berpegang kepada ayat
Mutasyabih untuk menebarkan fitnah dan merubahnya. Dan kalau seandainya
Al-Qur’an seluruhnya adalah Mutasyabih, maka akan lenyaplah posisi Al-Qur’an
sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia serta tidak mungkin untuk
melakukan amal ibadah dengannya dan membangun aqidah yang benar
diatasnya. Akan tetapi
Beberapa Hikmah adanya Ayat Mutasyabih adalah :
1.Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmahNya menjadikan sebagian ayat-ayat
Al-Qur’an Muhkam agar bisa dijadikan rujukan ketika terdapat makna yang
tersamar.
2.Ayat Mutasyabih merupakan ditujukan sebagai ujian bagi para hamba agar
terlihat jelas orang yang benar-benar beriman dari orang yang dihatinya terdapat
penyakit, karena orang yang benar-benar beriman akan mengakui, bahwa
Al-Qur’an seluruhnya berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan apa saja yang
berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah benar, tidak mungkin ada
kebathilan atau kontradiksi sedikitpun padanya.
3.Memperbanyak pahala bagi orang yang memiliki kecendrungan mendalami
Alquran. Karena semakin banyak bidang kajian yang harus dikembangkan.
4.Pembenaran terhadap adanya perbedaan pendapat di kalangan umat Islam,
sehingga setiap kelompok umat menyadari keterbatasannya dalam memahami
firman Tuhan. Sebagai konsekwensi logis dari kesadaran ini adalah tidak adanya
fanatisme golongan yang menafikan kebenaran pada pihak lain.
3.Meningkatkan semangat keilmuan di kalangan umat Islam yang berupaya
memahami makna ayat-ayat mutasyabihat, sehingga lahirlah berbagai macam
metode istinbath hukum yang sangat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
4.Sebagai agama dakwah, ajaran Islam tertuju kepada semua lapisan umat
manusia, awam maupun intelek. Karena itu gambaran antrophomorfis tantang
Tuhan dapat menggiring masyarakat ‘awam untuk mengenal Tuhan sebagai Dzat
yang Immateri.
ur'an : Ilm
BAB III
FAWATIHUS SUWAR
A.Pengertian Fawatih al-Suwar
Di dalam Al-Qur’an terdapat huruf-huruf awalan dalam pembukaan surat dalam
bentuk yang berbeda - beda. Hal ini merupakan salah satu ciri kebesaran Allah
dan kehamdatahuan-Nya,sehingga kita terpanggil untuk menggali cirri kebesaran
Allah dankemahatahuan-Nya, sehingga semakin dikaji ayat - ayat tersebut.
Dengan adanya suatu keyakinan bahwa semakin dikaji ayat-ayat itu, maka
semakin luas pengetahuan kita. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
perkembangan ilmu tafsir yang kita lihat hingga sekarang ini. Dan diantara ulama
yang mengidentikannya adalah Manna Khalil al-Qathan dalam karya nya
‘‘Mabahis Fi Ulum al-Qur’an’’padahal huruf al-Muqaththa’ah bagian dari
fawatih al-suwar.
Lalu bagaimana memahami huruf - huruf yang terdapat dalam pembukaan -
pembukanaan surat serta bagaimana hubungannya dengan sejarah turunnya Al -
Qur’an.
Dari segi bahasa, fawatih al-suwar adalah pembukaan surat yang terdapat dalam
al-qur’an, karena posisinya terletak diawal surat dalam al-qur’an. Seluruh surat
dalam al-qur’an di buka dengan sepuluh macam pembukaan dan tidak ada satu
surat pun yang keluar dari sepuluh macam tersebut. Setiap macam pembukaan
memiliki rahasia tersendiri sehingga sangat penting untuk kita pelajari.. Ia
merupakan bagaian ayat mutasyabihat, karena ia bersifat mujmal (global),
mu’awwal (memerlukan takwil), danmusykil (sukar dipahami).
B. Macam-Macam fawatih al-suwar.
Beberapa ulama telah melakukan penelitian tentang fawatih al-suwar dalam
al-Qur’an, diantaranya adalah imam al-Qasthalani, beliau membagi kepada
sepuluh macam. Sementara ibnu Abi al-Isba juga telah melakukan penelitian dan
beliau membagi kepada lima macam saja,dan dalam pembahasan ini kami akan
mengetengahkan pendapat al-Qasthalani :Adapun sepuluh macam menurut beliau
adalah:
1. Pembukaan pujian kepada Allah swt yang ada dua macam yaitu:
a.menetapkan sifat-sifat terpuji ()ﺍﻻءﺛﺒﺎﺕ ﺍﻟﺼﻔﺎﺕ ﺍﻟﻤﺎﺽ. Dengan manggunakan lafaz
yaitu:
1.memakai lafaz hamdalah yakni dibuka dengan � ﺍﻟﺤﻤﺪyang terdapat dalam lima
surat : Q.S. Al Fatihah, Al An'am, Al Kahfi, Saba, dan Fathr.
2.memakai lafaz ﺗﺒﺎﺭﻙterdapat dalam dua surat yaitu Q.S. Al Furqon dan Al Mulk
b.Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif ( )ﺗﺸﺒﺢ ﻋﻦ ﺻﻔﺎﺕ ﻧﻘﺺdengan
menggunakan lafaz tasbih ( ﺳﺒﺤﻦ, ﺳﺒﺢ, ﺳﺒﺢ,)ﻳﺴﺒﺢ. Sebagai mana terdapat dalam
tujuh surat yaitu : Q.S. Al Isra, al A'la, al Hadid, al Hasyr, as shaff, al jum'ah, dan
at Taghabun.
2.Pembukaan dengan panggilan/al istiftah bin nida ()ﺍﻻ ﺳﺘﻔﺘﺢ ﺑﻨﺪﺍء
Nida disini ada 3 macam, yaitu Nida untuk nabi, misalnya ( )ﻳﺎﺍﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺒﻲterdapat
dalam tiga surat yaitu: Q.S. Al Ahzab, At Tahrim dan At Thalaq.( ) ﻳﺎﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻤﺰﻣﻞ
dalam Q.S. al Muzammil dan term ( ;) ﻳﺎﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻤﺪﺛﺮNida untuk Mukminin (ﻳﺎﺍﻳﻬﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ
)ﺍﻣﻨﻮﺍdengan term ﻳﺎﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻣﻨﻮﺍterdapat dalam Q.S. Al Maidah dan Al hujurat.
Dan Nida untuk manusia ( )ﻳﺎﺍﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱterdapat dalam dua surat yaitu: Q.S. An Nisa
dan Q.S. Al Hajj. Menurut As Suyuthi pembukaan dengan panggilan ini terdapat
dalam 10 surat, yakni ditambah dengan Q.S.Al-Mumtahanah.
3.Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus ()ﺍﻻ ﺳﺘﻔﺘﺢ ﺑﺎﻻﺣﺮﻑ ﺍﻟﻤﻨﻘﻄﻌﻪ
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surat dengan memakai 14
surat tanpa diulang yaitu: ﺡ, ﺭ, ﺱ, ﺹ, ﻁ,ﻉ, ﻕ, ﻝ, ﻡ, ﻥ, ﻩ, ﻯ,ﺍ. Penggunaan
huruf-huruf di atas dalam fawatih al-Suwar disusun dalam 14 rangkaian, yang
terdiri dari beberapa bentuk sebagai berikut:
a)Terdiri dari satu huruf, terdapat dalam tiga surat yakni ( ﺹQS.Shad), ﻕ
(QS.Qaf), dan ( ﻥQS, Qalam/Nun ).
b)Terdiri dari dua huruf, terdapat dalam 10 surat, 7 surat dinamakan
Hawamim(surat-surat yang dibuka dengan Hamim), yakni: (QS, Al-Mukmin,Al-
fussilat, Al-surra, Al- Zuhruf, Al- Dukhan, Al- Jatsiah, Al- Ahqaf), ( ﻁﻪQS,
Taha), ( ﻁﺲQS, Naml) ( ﻳﺲQS, Yasin).
c)Terdiri dari tiga huruf, enam surat dimulai dengan ﺍﻟﻢyaitu: (QS, Al-Baqarah,
Al- Imran, Al-Ankabut, Ar-Rum, Lukman, dan Al-Sajdah), lima surat dimulai
dengan ﺍﺍﻟﺮyaitu: (QS, Yunus, Hud, Ibrahim, Yusuf dan Al-Hijr), dan dua surat
dimulai dengan ﻁﺴﻢyaitu: (QS, Qashash dan Asy-Syuaro).
d)Terdiri dari empat huruf yaitu terdapat dalam 2 rangkaian dan 2 surat, yakni ﺍﻟﻤﺮ
(Q.S. Ar Ra'du) dan ( ﺍﻟﻤﺺQ.S. Al A'raf).
e)Terdiri dari lima huruf yaitu terdapat dalam 2 rangkaian dan 2 surat, yakni
( ﻛﻬﻴﻌﺺQ.S. Maryam) dan ( ﺣﻢ ﻋﺴﻖQ.S. As Syu'ra).
4.Pembukaan dengan sumpah()ﺍﻻءﺗﺘﻔﻨﺎﺣﺒﻘﺴﺎﻡ
Terdapat dalam 16 surat dibagi kepada tiga bagian sebagai berikut:
a)Sumpah dengan benda angkasa misalnya: ( ﻭﺍﻟﻨﺠﻢQS, An-Nazm), ﻭﺍﻟﺴﻤﺎء ﻭﺍﻟﻄﺎﺭﻕ
(QS, Ath-Thariq), dan lain-lain.
b)Sumpah dengan benda bawah misalnya: ( ﻭﺍﻟﺘﻴﻦQS, At-Tin), ( ﻭﺍﻟﻌﺪﻳﺖQS,
Al_’Adiyat), dan lain-lain
c)Sumpah dengan waktu misalnya: ( ﻭﺍﻟﻌﺼﺮQS, Al-Ashr), ( ﻭﺍﻟﻴﻞQS, Al-Lail), dan
lain-lain.
5.Pembukaan dengan kalimat (jumlah)
Khabariah ada 23 surat dan dibagi dua macam sebagai berikut:
a. Jumlah ismiyah, jumlah ismiyah menjadi pembuka surat yang terdiri dari 11
surat yaitu: ( ﺑﺮﺍءﺓ ﻣﻦ ﷲ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪQS, At-Taubat), ( ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻧﺰﻟﻨﺎﻫﺎ ﻭﻓﺮﺿﻨﺎﻫﺎQS, An-Nur) .
Q.S. Az Zumar, Q.S. Muhammad, Q.S. Al Fath, Q.S. Ar Rahman, Q.S. Al
Haaqqah, Q.S. Nuh, Q.S. Al Qodr, Q.S. Al Qori'ah, dan Q.S.Al-Kautsar.
b. Jumlah fi’liyah, jumlah fi’liyah yang menjadi pembuka surat terdiri dari 12
surat yaitu: ( ﻳﺴﺌﻠﻮﻧﻚ ﻋﻦ ﺍﻻﻧﻔﺎﻝQS, Al-Anfal), ( ﻗﺪ ﺍﻓﻠﺢ ﺍﻟﻤﺆ ﻣﻨﻮﻥQS, Al-Mukminun) ,
Q.S. Al Anbiya, Q.S. Al Mujadalah, Q.S. Al Ma'arij, Q.S. Al Qiyamah, Q.S. Al
Balad, Q.S. Abasa, Q.S. Al Bayyinah, Q.S. At Takatsur.
6.Pembukaan dengan Syarat ()ﺍﻻءﺳﺘﻔﺘﺎﺡ ﺑﺎ ﻟﺸﺮﻁ
Terdiri dari tujuh surat misalnya ( ﺍﺫﺍﻟﺸﻤﺲ ﻛﻮﺭﺕQS, At-Takwir).( ﺍﺫﺍﻟﺴﻤﺎء ﺍﻧﻔﻄﺮﺕQS,
Al Inpithar) dan lain-lainnya.
7.Pembukaan dengan kata perintah.
Adapun pembukaannya terdiri dari enam surat yaitu: dengan kata ﺍﻗﺮﺍdalam surat
Al-Alaq, dan dengan kata ﻗﻞdalam surat al-Jin, al-Kfirun, al-Falaq, dan al-Annas.
8.Pembukaan dengan pertanyaan.(al-Istiftah bil Istifham).
Bentuk nya ada dua dan terdapat empat surat dalam al-Qur’an. Yaitu:
a. Pertanyaan fositif misalnya: ( ﻫﻞ ﺍﺗﻲ ﻋﻠﻲ ﺍﻻﻧﺴﺎﻥQS. Ad-dahr).
b. Pertanyaan negatif misalnya: ( ﺍﻟﻢ ﻧﺸﺮﺡ ﻟﻚ ﺻﺪﺭﻙQS, Al-Insyirah),
9.Pembukaan dengan do’a
Ada tiga surat didalam al-Qur’an. Misalnya:( ﻭﻳﻞ ﻟﻠﻤﻄﻔﻔﻴﻦQS, Al-Muthaffifin).
10.Pembukaan dengan alasan (al-Istiftah bit-Ta’lil).
Ada satu surat didalam al-Qur’an. Misalnya ( ﻻﻳﻠﻒ ﻗﺮﻳﺶQS. Al-Qurais)
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah: Fawatih
as-suwar adalah pembuka-pembuka surat, karena posisinya di awal surat dalam
al-quran menurut al-Qasthalani seluruh surat dalam al-quran dibuka dengan
sepuluh macam pembukaan dan tidak ada satu surat pun yang keluar dari sepuluh
macam tersebut, sedangkan menurut Ibnu abi al-Isba’ hanya lima macam saja
Para ulama berpendapat bahwa huruf-huruf fawatih as-suwar itu secara umum
telah sedemikian azali maka banyak ulama yang tidak berani menafsirkannya dan
tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap makna huruf-huruf
tersebut.
Adapun urgensi mempelajari fawatih as-suwar itu secara pokok adalah
sbagaimana supaya bertambah keimanan kita dan keyakinan kita terhadap
kebenaran ayat-ayat Allah swt. Dan menjadi pedoman dalam kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA
pramuka at 4:39 PM
No comments:
Post a Comment
‹ Home ›
View web version
Powered by Blogger.