Anda di halaman 1dari 5

MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF SUAMI ISTRI

a. Gaya komunikasi pria dan wanita


Ada beberapa perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dapat memengaruhi
komunikasi, yaitu :
 Laki-laki dinilai lebih menggunakan pikiran, sementara perempuan dinilai menuruti
perasaannya.
 Laki-laki lebih memilih diam, ketika menghadapi masalah. Sebaliknya, perempuan
merasa lebih senang membicarakan kesulitan yang dihadapi dengan teman-teman.
 Laki-laki lebih mementingkan urusan pekerjaan, sementara perempuan lebih
mementingkan keluarga.
 Laki-laki sulit menangkap sesuatu yang ada dalam hati atau pikiran perempuan,
mereka pun tidak terbiasa menduga-duga. Sementara perempuan ingin dimengerti
dan dipahami tanpa mereka perlu berbicara. (Sari, 2011)

b. Makna komunikasi dan Prinsip Komunikasi Suami Istri


Komunikasi antarpribadi berperan dalam mentransfer pesan/informasi dari
seseorang kepada orang lain berupa ide, fakta, pemikiran serta perasaan. Suatu proses
komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara komunikator dan komunikan ada rasa
percaya, terbuka dan sportif untuk saling menerima satu sama lain (Rakhmat, 2002).
Komunikasi merupakan salah satu faktor yang mutlak ada karena pasangan suami istri
memerlukannya untuk mengetahui bagaimana perasaan pasangan, kesanggupan atau
kondisi pasangan, serta menciptakan keinginan maupun tujuan bersama dalam komitmen
menjaga keharmonisan rumah tangga (Adelina & Andromeda, 2014).
Kualitas komunikasi suami istri adalah kemampuan untuk menjalin hubungan
antarpribadi yang baik dan menyenangkan, melakukan transaksi, penguasaan simbolik
(dapat mengartikan suatu lambang yang telah saling dipertukarkan), memelihara
pengertian, dan dapat mempengaruhi sikap pasangan melalui komunikasi yang dilakukan
Aspek-aspek kualitas komunikasi terdiri dari keterbukaan, empati, sikap mendukung,
sikap positif, kejujuran, kepercayaan, dan kesetaraan. (Pangaribuan, 2016)
c. Hal-hal yang perlu dikomunikasikan dalam perkawinan
1. Pekerjaan rumah tangga
Suami dan istri seringkali berbeda pendapat dalam urusan pekerjaan rumah tangga.
Pembagian tugas ini seringkali harus disesuaikan jika kemudian istri bekerja.
2. Uang
Uang adalah masalah peka dalam perkawinan. Berapa penghasilan yang diperoleh,
bagaimana uang yang didapat akan digunakan, apakah perlu terbuka mengenai
penghasilan pada pasangan
3. Hubungan intim suami istri
Perbedaan gaya dan cara melakukan hubungan, pilihan waktu, tempat dan suasana
seringkali memicu permasalah pada suami istri.
4. Kesetiaan
5. Pengasuhan anak
Kehadiran anak tidak dipungkiri lagi memberikan perasaan bahagia namun disisi lain
memiliki anak berarti siap memberikan perhatian dan kasih sayang. Siapa dan
bagaimana mengasuh anak seringkali juga menjadi sumber masalah dalam keluarga.
6. Hak-hak pribadi
7. Perbedaan dalam hal minat, hobi dan kebiasaan

d. Hambatan dalam komunikasi


Liliweri (2015) mengatakan hambatan komunikasi efektif yang terdiri dari
hambatan proses; hambatan fisik; hambatan semantik; dan hambatan psikologis. Menurut
penelitian Pangaribuan (2016), beberapa hambatan komunikasi suami istri antara lain :
1. Hambatan proses.
Hambatan dalam proses komunikasi terjadi karena terkadang pasangan tidak
saling memahami semua topik/hal yang dibicarakan.
2. Hambatan fisik
Komunikasi terganggu disebabkan faktor fisik seperti berkendara, baterai lemah,
berada di acara pesta atau ibadah, telepon sedang dimatikan, sinyal lemah, pulsa
habis, lingkungan bising, tidak mampu mengingat pesan, dan telepon tidak
digenggam.
3. Hambatan semantik
Gangguan komunikasi karena faktor kata-kata atau bahasa yang sulit dipahami
oleh pasangan.
4. Hambatan psikologis
Suasana emosi berbentuk marah atau jengkel dan tersinggung dapat terjadi karena
perbedaan pengalaman atau latar belakang pendidikan, pekerjaan, pergaulan, dan
atau keluarga. Komunikasi juga dapat terganggu karena faktor informasi yang
tidak baik/isu, konten tidak sesuai di hati, tidak berguna, tidak terkait dengan
keluarga, konten keras, tirdak perlu/penting, negatif, dan menyimpang.
5. Hambatan konflik
Konflik menyebabkan, kesulitan berkomunikasi, pengurangan frekuensi
percakapan; dan diam (tidak berkomunikasi) dalam waktu singkat.

e. Hal Yang Wajib Dihindari Dalam Komunikasi Pasangan Suami Istri


1. Pandangan yang merendahkan
Tidak memandang ke arah lawan bicara mengindikasikan bahwa lawan bicara kita
tidak penting dan akan merasa direndahkan
2. Kritik
Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan memberikan kritikan yang menyinggung
membuat pasangan merasa tidak dihargai.
3. Prasangka
Seringkali berprasangka terhadap apa yang akan dikatakan oleh pasangan, sehingga
kemudian cenderung tidak mau mendengarkan.
4. Menyalahkan
Dalam kondisi marah dan tegang, pasangan cenderung lebih mudah mencari
kesalahan pada oranglain.
5. Tidak mau mendengarkan
Merasa ada dipihak yang benar, dan paling tahu segalanya sehingga tidak lagi merasa
perlu mendengarkan pendapat dan masukan dari orang lain.
6. Menantang
Emosi negatif seringkali memancing untuk menantang pasangan. (Sari, 2011)
f. Kiat-kiat komunikasi efektif antara suami istri
1. Pandai-pandai memilih kesempatan
Sebelum mengajak untuk berbicara lihatlah dulu kondisi psikologis pasangan,
misalnya ia terlihat letih atau capai. Suasana hatinya sedang baik atau tidak. Kalau ia
menunjukkan tanda-tanda itu, ajaklah pasangan mengobrol hal-hal yang ringan saja.
Bila perlu beri ia waktu istirahat tanpa diganggu. Siapkan minuman hangat untuknya.
Malam hari atau akhir minggu biasanya waktu yang paling pas. Sebelum tidur
sempatkan bicara selama kurang lebih 15-20 menit.
2. Gunakan pesan “aku/saya”
Dalam berkomunikasi ada istilah asertif, artinya berusaha menyampaikan apa yang
ada dalam pikiran dan perasaan kita tapi tanpa melukai ataupun merendahkan orang
lain. Untuk bisa menyampaikan sesuatu secara terus terang mengenai apa yang
dirasakan maka pesan “aku/saya” lah yang harus dipakai.
3. Berusaha untuk jujur dan terbuka
Mencoba jujur dengan apa yang dirasakan dan dilihat. Bukan membesar-besarkan
masalah yang ada.
4. Belajar menjadi pendengar yang baik
Mendengarkan bukan berarti harus diam. Sikap tubuh yang baik dengan menatap
wajahnya dan mengungkapkan kata-kata menghibur apabila ia sudah mulai
mengeluh.
5. Berbicara hal yang positif/baik
Bila pembicaraan makin memanas umumnya kita mudah terpancing untuk
menunjukkan perasaan negatif. Bila Anda dan pasangan mulai merasa bahwa situasi
semakin memanas cobalah untuk menunda pembicaraan. Berhentilah dan coba untuk
mengendalikan diri. Pembicaraan dilanjutkan lagi bila sudah bisa menjaga perasaan
lebih positif.
6. Semangat untuk berbagi
Semangat ini juga harus ada dalam berkomunikasi. Pasangan suami istri seharusnya
bisa membicarakan apa saja tanpa merasa pasangan tidak akan mengerti, mulai dari
urusan pekerjaan, keuangan, pengasuhan anak, pembantu, sampai kehidupan seks,
dan lain-lain.
7. Tunjukkan ketidaksetujuan pada permasalahan bukan menyerang sosoknya
Komunikasikan secara jelas dan spesifik masalah yang menggangg dan tidak saling
menyerang pasangan (Sari, 2011)

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, R. A. A. & Andromeda. (2014). Pasangan dual karir: hubungan kualitas komunikasi
dan komitmen perkawinan di semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Diakses
pada 1 Maret 2015 dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp/article/view/4448/4103

Liliweri, A. (2015). Komunikasi Antarpersonal. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Rakhmat, J. (2002). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pangaribuan, L. (2016). Kualitas Komunikasi Pasangan Suami Istri Dalam Menjaga


Keharmonisan Rumah Tangga. Jurnal Simbolika : 2 (1)

Sari, J.R. (2011).Komunikasi Orang tua dan Pengaruhnya pada anak. Jakarta : Direktorat
Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Kementrian Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai