Materi Rapat
Materi Rapat
ASESMEN PASIEN
(AP)
GAMBARAN UMUM
Tujuan asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang
kebutuhan asuhan, pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan
pengobatan berkelanjutan untuk emergensi, efektif atau pelayanan
terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah. Proses asesmen pasien
adalah proses yang terus menerus dan dinamis yang digunakan pada
sebagian besar unit rawat inap, unit gawat darurat dan rawar jalan.
Asuhan pasien di rumah sakit diberikan dan dilaksanakan berdasarkan
konsep pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered Care0.
Pola ini dipayungi oleh konsep WHO: Conceptual framework integrated
people-centered health services. (WHO global strategy on integrated people-
centered health services 2016-2026, July 2015).
Penerapan konsep pelayanan berfokus pada pasien adaah dalam bentuk
Asuhan Pasien Terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal dan vertical
dengan elemen:
Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga dalam asuhan
bersama PPA harus memastikan :
o asuhan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang unik
berdasar atas asesmen;
o rencana asuhan diberikan kepada tiap pasien;
o respons pasien terhadap asuhan dimonitor;
o rencana asuhan dimodifikasi bila perlu berdasar atas respons
pasien.
Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai ketua tim asuhan
/ Clinical Team Leader yang mengintegrasikan asuhan pasien
Professional Pemberi Asuhan sebagai tim-inra dan inter-disiplin dengan
kolaborasi interprofesional dibantu antara lain dengan Panduan Praktek
Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya, Alur Klinis/Clinical
Pathwayterintegrasi, Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing Order dan
CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)
CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi.
Kolaborasi Edukasi Pasien.
Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager menjaga kesinambungan
pelayanan
Alur klinis terintegrasi
Perencanaan Pemulangan Pasien Teintegrasi / Integrated Discharge
Planning
Standar AP 1
Rumah sakit menentukan isi, jumlah dan jenis asesmen awal pada disiplin
medis dan keperawatan yang meliputi pemeriksaan fisik, riwaat kesehatan,
pengkajian pasen dari aspek biologis, psikologis, social, ekonomi, kulturan
dan spiritual pasien
Jika pasien sudah terdaftar atau diterima di rumah sakit untuk asuhan rawat
inap dan atau rawat jalan, sebuah asesmen lengkap perlu dilakukan terkait
alas an pasien dating di rumah sakit mengacu kepada butir-butir isi minimal
asesmen awal. Asesmen awal bersifat ceklis agar penggalian informasi
lengap. Informasi spesifik yang dibutuhkan rumah sakit pada tahap ini,
prosedur yang dilakukan padanya, tergantung kebutuhan pasien dan dimana
asuhan diberikan (misalnya, asuhan rawat inap atau rawat jalan ). Rumah
sakit menetapkan regulasi proses asesmen dan pendokumentasinya di
rekam medis 9lihat juga, ARK.1).
Pada rawat jalan, asesmen awal dilakukan pada pasien baru, pasien
dengaan diagnosis baru, pasien dengan diagnosis yang sama pada
kunjungan kedua yang jarak waktunya lama, sesuai regulasi rumah sakit
lebih dari satu bulan pada diagnosis kut, atau misalanya tiga bulan pada
penyakit yang kronis.
Standar AP 1.1
Asesmen awal masig-masing pasien rawat inap meliputi pemeriksaan fisik,
riwayat kesehatan pengkajian pasien dari aspek biologis,, psikologia, social,
ekonomi, kultural dan spiritual pasien.
Standar AP 1.2
Asesmen awal masing-masing pasien rawat jalan meliputi pemeriksaan fisik,
riwayat kesehatan, pengkajian pasien dari aspek biologis, psikologis, social,
ekonomi, kultural dan spiritual pasien.
Standar 1.3
Asesmen awal masing-masing pasien gawat darurat meliouti pemeriksaan
fisik, riwayat kesehatan, pengkajian pasien dari aspek biologis, psikologis,
social, ekonomi, kultural dan spiritual pasien.
Standar 1.4
Asesmen awal pasien mencakup juga skrining gizi, kebutuhan fungsional,
dan kebutuhan khusus lainnya, kemudian dirujuk untuk asesmen dan
tindakan lebih lanjut jika perlu.
Jumlah angka (skor) akan menunjukkan risiko gizi pasien yang membutuhkan
asesmen gizi lebih lanjut yang mendalam.
Pada setiap kasus, kriteria pemeriksaan digunakan oleh staf yang kompeten
dan diberi kewenangan yang mampu melakukan asesmen lebih lanjut, jika
perlu, memberikan pelayanan yang diperlukan. Misalnya, kriteria
pemeriksaan risiko gizi dibuat oleh perawat yang menggunakan kriteria
perangkat skrining gizi (screening tool), dietisen yang memberi saran
intervensi diet, dan nutrisionis yang akan mengintegrasikan kebutuhan gizi
dengan kebutuhan lain pasien.
Standar AP 1.5
Semua pasien rawat inap dan rawat jalan diskrining terhadap nyeri dan jika
ada nyeri dilakukan asesmen.
Maksud dan Tujuan AP 1.5
Pada situasi keluhan nyeri dilakuakn skrining/ asesmen cepat (rapid
assessment) digunakan untuk mengidnetifikasi pasien yang merasakan nyeri,
dilanjutkan dengan asesmen lanjutan yang mendalam.
Untuk pasien rawat inap, jika diketahui ada nyeri segera dilakukan asesmen
lebih dalam. Asesmen ini disesuaikan dengan umur pasien dan mengukur
intensitas dan kualitas rasa nyeri, seperti karakteristik rasa nyeri, frekuensi,
lokasi dan lamanya. Informasi tambahan dapat diberikan seperti riwayat rasa
nyeri, apa yang menyebabkan rsa nyeri berkurang atau bertambah, apa
keinginan pasien untuk menghilangkan rasa nyerim dan lain sebagainya
(mislanya PQRST). Asesmen dicatat demikian rupa untuk memudahkan
asesmen ulang rutin dan tindak lanjut sesuai kriteria yang ditetapkan rumah
sakit ddan kebutuhan pasien.
Standar AP 1.6
Rsmenetapkan regulasi tentang asesmen tambahan utuk populasi pasien
tertentu.
Maksud dan Tujuan AP 1.6
Asesmen tambahan untuk pasien tertentu atau untuk populasi pasien khusus
mengharuskan proses asesmen perlu diubah. Tambahan ini disesuaikan
dengan keunikan dan kebutuhan setiap populasi pasien tertentu. Setiap
rumah sakit menentukan kelompok pasien khusus dan populasi pasien dan
menyesuaikan proses asesmen untuk kebutuhan khussu mereka.