Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PERSYARATAN DASAR DAN KONSEP HAZARD ANALYSIS

CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DENGAN REKOMENDASI


PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS
(Studi Kasus: KUD Dau Malang)

ANALYSIS OF THE BASIC REQUIREMENTS AND THE CONCEPT OF HAZARD


ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) WITH A
RECOMMENDATIONS FACILITY LAYOUT REDESIGN
(Case Study: KUD Dau Malang)

Novianingdyah Pramesti1), Nasir Widha Setyanto2), Rahmi Yuniarti3)


Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: novi.pramesti@gmail.com1), nazzyr_lin@ub.ac.id2),rahmi_yuniarti@ub.ac.id3)

Abstrak

Penelitian ini menganalisis sistem HACCP maupun persyaratan dasarnya, yaitu GMP dan SSOP yang belum
diterapkan oleh KUD Dau. Oleh karena itu perlu adanya identifikasi kondisi GMP, SSOP, dan tahapan
dalam proses produksi yang menjadi titik kendali kritis, serta rekomendasi tata letak fasilitas pabrik yang
memperhatikan faktor keamanan pangan. Dimulai dengan mengetahui kondisi awal tata letak fasilitas
pabrik, dilanjutkan dengan analisis GMP, SSOP, dan identifikasi titik kendali kritis di HACCP. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat10 aspek yang tidak sesuai dalam pedoman GMP, 6 aspek yang tidak
sesuai dalam pedoman SSOP, dan3 proses yang memiliki titik kendali kritis, yaitu proses penerimaan susu
dari peternak, transit susu sementara di dum tank, dan pengemasan.Setelah dilakukan upaya perbaikan tata
letak fasilitas pabrik,, maka sumber kontaminasi dapat diminimalisir, fasilitas sanitasi seperti toilet dan
wastafel tercukupi untuk seluruh karyawan, serta meminimalkan terjadinya backtracking dengan aliran
perpindahan material yang lebih efisien dengan peningkatan sebesar 20,05%.

Kata kunci: HACCP, GMP, SSOP, Perancangan Tata Letak Fasilitas

1. Pendahuluan memfokuskan pada pencegahan. HACCP


Pangan merupakan kebutuhan dasar diterapkan pada seluruh mata rantai proses
manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi pengolahan produk pangan (Tjahja dan Darwin,
setiap rakyat Indonesia.Menurut Hariyadi 2006).
(2008), dengan semakin meningkatnya status Koperasi Unit Desa (KUD) Dau Malang
sosial dan pendidikan masyarakat, maka hal ini adalah perusahan yang didirikan
mengakibatkan meningkatnya pula kesadaran untukmengolahsusu sapi segar menjadi susu
masyarakat terhadap pentingnya mutu, gizi dan pasteurisasi. Berdasarkan survei awal, KUD
keamanan pangan dalam upaya menjaga Dau memiliki masalah yang berkaitan dengan
kebugaran dan kesehatan masyarakat. sistem proses produksi, seperti halnya lokasi,
Banyaknya permasalahan pangan di bangunan, karyawan dan berbagai faktor
Indonesia, disebabkan rendahnya pengetahuan lainnya. Saat ini KUD Dau masih belum
cara mengolah makanan dan minuman secara menerapkan sistem HACCP maupun
aman dan kurangnya kinerja bagian Quality persyaratan dasarnya, yaitu Good
Control, serta kurangnya kontrol terhadap Manufacturing Practices (GMP) dan Standard
kebersihan dan keamanan pangan.Untuk Sanitation Operating Procedures (SSOP).
memproduksi produk pangan yang aman Dengan adanya permasalahan tersebut,
dikonsumsi, perlu menggunakan standar- maka diperlukan penelitian tentang
standar keamanan pangan.Salah satu standar bagaimanahasilidentifikasi GMP dan SSOP
keamanan pangan yang diakui di Indonesia dalam sistem produksi susu pasteurisasi KUD
adalah Hazard Analysis Critical Control Point Dau sebagai persyaratan dasar HACCP, serta
(HACCP).HACCP merupakan suatu piranti bagian apa saja dalam proses produksi yang
(sistem) yang digunakan untuk menilai bahaya menjadi titik kendali kritis/ critical control
dan menetapkan sistem pengendalian yang point (CCP). Setelah itu, dilakukan

286
rekomendasi perbaikan untuk jangka panjang, kadar kontaminan tidak melebihi critical limit
yaitu dari sisi lokasi dengan perancangan ulang (Prasetyono, 2009). Langkah penyusunan
tata letak fasilitas pabrik yang memperhatikan HACCP menurut BSN (1998) adalah sebagai
faktor keamanan pangan. berikut:
1. Pembentukan tim HACCP
2. Metode penelitian 2. Deskripsi produk
Penelitian ini dimulai dengan menganalisis 3. Identifikasi rencana penggunaan
aspek-aspek dalam GMP dan SSOP untuk 4. Penyusunan bagan alir
mencari penyimpangan-penyimpangan yang 5. Konfirmasi bagan alir di lapangan
terjadi. Setelah itu dilanjutkan untuk 6. Pencatatan bahaya potensial
menganalisis konsep HACCP dalam sistem 7. Penentuan CCP
proses produksi susu pasteurisasi untuk 8. Penentuan batas-batas kritis
mengetahui titik kendali kritis dalam proses 9. Penyusunan sistem pemantauan untuk setiap
produksi. Hasil penyimpangan-penyimpangan CCP
dan titik kendali kritis yang ada digunakan 10. Penetapan tindakan perbaikan
untuk dasar rekomendasi perancangan ulang 11. Penetapan prosedur verifikasi
tata letak fasilitas. 12. Penetapan dokumentasi dan pencatatan

2.1 GMP 2.4 Tata Letak Pabrik


Good Manufacturing Practices Tata letak pabrik adalah tata cara pengaturan
(GMP)merupakan suatu pedoman cara fasilitas–fasilitas pabrik guna menunjang
memproduksi makanan dengan tujuan agar kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut
produsen memenuhi persyaratan-persyaratan akan memanfaatkan luas area (space) untuk
yang telah ditentukan untuk menghasilkan penempatan mesin atau fasilitas penunjang
produk makanan bermutu sesuai dengan produksi lainnya, kelancaran gerakan–gerakan
tuntutan konsumen (Thaheer, 2005). material, penyimpanan material (storage) baik
Berdasarkan Peraturan Menteri yang bersifat temporer maupun permanen,
Perindustrian Republik Indonesia tentang personil pekerja dan sebagainya
pedoman GMP Nomor 75/M-IND/PER/7/2010 (Wignjosoebroto, 2003).
persyaratan yang ditetapkan dalam industri
pengolahan pangan secara umum, yaitu lokasi, 3 Analisis dan pembahasan
bangunan, mesin dan peralatan, bahan, 3.2 Analisis GMP
pengawasan proses, produk akhir, laboratorium, Analisis GMP dilakukan berdasarkan 18
karyawan, pengemas, label dan keterangan aspek yang terdapat dalam pedoman GMP.
produk, penyimpanan, pemeliharaan dan Berdasarkan pengamatan dan analisis yang
program sanitasi, pengangkutan, dokumentasi dilakukan, hasil identifikasi penyimpangan atau
dan pencatatan, pelatihan, penarikan produk, ketidaksesuaian kondisi terhadap pedoman
serta pelaksanaan program. GMP disajikan dalam Tabel1. Hasil
penyimpangan tersebut dikategorikan mayor,
2.2 SSOP minor atau serius dengan pertimbangan dari
Standard Sanitation Operating Procedures peneliti dan hasil brainstorming dengan kepala
(SSOP) merupakan suatu prosedur standar yang unit pengolahan susu di KUD Dau.
dapat mencakup seluruh area dalam
memproduksi suatu produk pangan mulai dari
kebijakan perusahaan, tahapan kegiatan
sanitasi, petugas yang bertanggung jawab
melakukan sanitasi, cara pemantauan, hingga
pendokumentasiannya (Thaheer, 2005).

2.3 HACCP
HACCP dapat mengidentifikasi critical
control points (CCP) dalam sistem produksi
yang potensial dapat menurunkan mutu produk.
Titik-titik kritis ini harus dikontrol secara ketat
untuk menjamin mutu produk dan menjaga

287
Tabel 1.Penyimpangan Aspek GMP
No Aspek GMP Penyimpangan Kategori
1. Lokasi Tempat produksi susu berdekatan dengan area parkir Mayor
dan berhadapan langsung dengan jalan menuju area
parkir tersebut.
2. Bangunan a. Lantai ruangan banyak yang rusak dan tidak rata Minor
b. Lantai dengan dinding dan dinding dengan dinding Mayor
membentuk sudut siku-siku, sehingga sulit untuk
dilakukan pembersihan
c. Pintu ruangan dan beberapa ventilasi tidak memiliki Mayor
tirai atau kasa dan selalu dalam keadaan terbuka
3. Fasilitas Sanitasi a. Sarana toilet tidak dipisahkan antara karyawan pria Minor
dan wanita
b. Fasilitas toilet karyawan tidak terawat dengan baik, Minor
pintu yang mudah rusak dan lantai licin
c. Dalam ruang produksi maupun dekat toilet tidak Mayor
disediakan wastafel, sabun cair maupun pengering,
serta tidak adanya peringatan cuci tangan sebelum
bekerja dan setelah dari toilet
4. Pengawasan a. Belum terdapat pencatatatan secara tertulis tentang Minor
proses produk cacat, selama ini produk cacat langsung
dibuang begitu saja di lantai sehingga menyebabkan
area pengemasan basah dan kotor.
b. Tidak ada pengawasan dalam hal sanitasi pencucian Mayor
tangan sebelum masuk ruang produksi dan dalam
hal alat pelindung diri.
5. Karyawan a. Karyawan belum mempunyai kompetensi yang Mayor
cukup dalam melaksanakan program keamanan
pangan olahan Serius
b. Sebagian karyawan tidak menggunakan penutup
kepala, sarung tangan, masker, dan sepatu yang
sesuai dengan tempat produksi. Mayor
c. Pengunjung yang memasuki tempat produksi tidak
diberlakukan persyaratan higiene
6. Label dan Label susu kemasan gelas tidak tertulis petunjuk Mayor
keterangan penggunaan susu.
produk
7. Penyimpanan Penyimpanan produk jadi dilakukan dengan Minor
menggunakan plastik sehingga memungkinkan
produk jadi saling berdesakan dan rusak
8. Pemeliharan dan a. Serangga dapat dengan mudah masuk, karena Mayor
program sanitasi sebagian ventilasi tidak ditutupi dengan kasa dan
pintu selalu dalam keadaan terbuka
b. Penanganan limbah produk cacat dibiarkan Minor
berceceran di lantai, tidak langsung dibuang di
tempat sampah
9. Dokumentasi dan Belum memiliki dokumentasi atau pencatatan yang Minor
pencatatan lengkap dan teratur mengenai inspeksi dan pengujian,
pembersihan dan sanitasi, kesehatan karyawan, dan
ketentuan lain yang berhubungan dengan proses
produksi.
10. Pelatihan Karyawan belum diberikan pelatihan terfokus pada Mayor
GMP
Keterangan:
Minor : Tingkat penyimpangan yang kurang serius dan tidak menyebabkan risiko terhadap kualitas
keamanan pangan produk
Mayor : Tingkat penyimpangan yang dapat menyebabkan risiko terhadap kualitas keamanan pangan produk
Serius : Tingkat penyimpangan yang serius yang dapat menyebabkan risiko terhadap kualitas keamanan
pangan produk dan segera ditindaklanjuti

288
3.3 Analisis SSOP Tabel 3. Deskripsi Produk Susu Pasteurisasi
Analisis SSOP dilakukan berdasarkan 8 SPESIFIKASI KETERANGAN
aspek yang terdapat dalam pedoman SSOP. Nama produk Susu Pasteurisasi Dau
Fresh Milk
Berdasarkan pengamatan dan analisis yang Bahan baku Susu segar murni sapi
dilakukan, hasil identifikasi penyimpangan atau perah
ketidaksesuaian kondisi terhadap pelaksanaan Pengolahan Pasteurisasi dan
SSOP disajikan dalam Tabel 2. Homogenisasi
Hasil identifikasi menunjukkan terdapat 6 Jenis kemasan Botol plastik, gelas plastik
aspek yang menyimpang dari 8 aspek dalam Karakteristik produk -Fisik : cair, rasa dan
aroma normal, netto 140cc
SSOP. dan 200cc
-Kimia : kadar lemak
Tabel 2.Penyimpangan Aspek SSOP maks 2,8%, protein min
No. Aspek SSOP Penyimpangan 2,5%, sukrosa 4,0%,
vitamin A, B, dan D,
1. Kondisi/ Sebagian besar pekerja
kandungan logam Pb
kebersihan tidak menggunakan sarung maks 1 ppm, Cu 2 ppm,
permukaan yang tangan dan Ze ppm
kontak dengan -Biologi : Total bakteri
makanan maks 1.000.000/ml
2. Pencegahan a. Produk berpotensi terjadi Umur Simpan 6 hari dengan
kontaminasi kontaminasi dari pekerja penyimpanan suhu
dan pengunjung maksimal 4ºC, jika dalam
silang suhu ruang bertahan 4-5
b. Produk juga berpotensi
terkontaminasi dari jam
permukaan botol atau Distribusi Menggunakan transport
gelas yang terkena debu tank yang memiliki
akibat pintu yang tidak pengatur suhu
ditutup. Penggunaan produk Konsumsi langsung
3. Kebersihan a. Kurangnya fasilitas Konsumen Anak-anak hingga orang
pekerja wastafel di ruang tua
produksi
b. Tidak adanya sabun atau 2. Identifikasi rencana penggunaan
sanitizer untuk cuci
Konsumen produk susu pasteurisasi Dau
tangan
c. Kamar mandi licin, gelap Fresh Milk adalah dari kalangan anak-anak
dan kotor, sehingga tidak hingga orang tua. Produk ini tidak cocok
higienis untuk pekerja untuk bayi.Susu ini merupakan jenis produk
4. Pelabelan dan Pelabelan pada susu siap minum dan perlu dikocok sebelum
penyimpanan kemasan gelas tidak
ditandai dengan tata cara
diminum.
yang tepat
penggunaan susu 3. Penyusunan bagan alir
pasteurisasi Bagan alir yang dibuat berdasarkan
5. Pengendalian a. Tidak ada pemeriksaan pengamatan terhadap proses produksi susu
kesehatan rutin kesehatan karyawan pasteurisasi dapat dilihat pada peta proses
karyawan b. Tidak pernah adanya
imunisasi untuk karyawan operasi atau Operation Process Chart (OPC)
6. Pemberantasan Tidak terdapat kasa pada yang disajikan pada Gambar 1.
hama pintu untuk menghalangi
serangga masuk ke ruang
produksi dan pengemasan.

3.3 Analisis HACCP


Analisis HACCP dilakukan pada sistem
produksi Dau Fresh Milk. Berikut ini analisis
HACCP pada sistem produksi tersebut:
1. Deskripsi produk
Produk susu pasteurisasi Dau Fresh Milk
dijelaskan dalam Tabel 3.

289
Susu Segar potensial pada penanganan oleh konsumen
sehingga menyebabkan produk berbahaya
Memasang pipa stainless jika dikonsumsi). Susu yang akan
O-1
steel untuk mengalirkan susu
dikonsumsi akan mudah sekali rusak jika
O-2 Mengalirkan susu dari truk ke dum pada saat suhu melebihi 4ºC dan melebihi
I-1 tank, sekaligus pengujian waktu kadaluarsanya. Dengan adanya 2
O-3
Mendinginkan susu di plate bahaya ini, maka susu pasteurisasi ini
cooler termasuk dalam kategori II (ada sedikit
Mendinginkan susu di cooling bahaya).
0-4
bahan baku 6. Penentuan CCP
Mengalirkan susu ke tempat Identifikasi penentuan titik kendali kritis
O-5
sementara di transit tank atau critical control point (CCP) pada proses
produksi susu pasteurisasi KUD Dau
O-6 Memanaskan susu dilakukan mulai dari penerimaan susu dari
peternak hingga penyimpanan. CCP dapat
O-7 Memecah lemak pada susu ditentukan dengan menggunakan pohon
keputusan.Identifikasi CCP dapat dilihat
O-8 Memisahkan lemak
pada Lampiran 1.
Berdasarkan identifikasi CCP pada
O-9
Lampiran 1, didapatkan tiga proses yang
Memanaskan susu kembali
memiliki CCP yaitu proses penerimaan susu
O- Mendinginkan susu di plate
dari peternak, transit susu sementara di Dum
10
cooler Tank, dan pengemasan. Berikut ini
Perasa
penjelasannya:
O-
11 Mencampur a. Proses penerimaan susu dari peternak
Proses penerimaan susu ini memiliki
0-
12 Mengemas susu potensi bahaya yang besar, terutama
disebabkan oleh letaknya yang
Menyimpan berhadapan langsung dengan akses jalan
Simbol Kegiatan Jumlah
utama menuju area parkir dalam KUD
Operasi 12 Dau, sehingga menyebabkan banyak
Inspeksi 1 debu dan asap yang berterbangan. Selain
Penyimpanan 1 itu, kontaminasi pekerja juga terjadi,
karena kurang lengkapnya atribut
Gambar 1. Peta Proses Operasi Susu Pasteurisasi seragam produksi.Hal ini memunculkan
sejumlah bakteri yang berbahaya. Bakteri
4. Konfirmasi Bagan Alir di Lapangan yang berbahaya tersebut dapat dibunuh
Konfirmasi bagan alir merupakan pada saat proses pemanasan. Pada proses
pengecekan ulang antara diagram alir yang ini perlu dilakukan pendisiplinan pekerja
sudah dibuat dengan proses produksi yang dan perancangan ulang tata letak dari
terjadi sesungguhnya. pabrik, seperti peralihan fungsi ruang dan
5. Identifikasi Bahaya pemindahan area parkir.
Tahap identifikasi bahaya digunakan untuk b. Transit susu sementara di Dum Tank
memberi gambaran mengenai potensi Transit susu sementara di Dum Tank
bahaya yang mungkin dapat terjadi dari terletak di luar ruang produksi dan di
keseluruhan sistem produksi.Potensi bahaya samping tempat penerimaan susu atau
tersebut dapat diidentifikasi dengan sumber bahan baku, sehingga memiliki bahaya
data yang berasal dari hasil wawancara, data yang sama dengan proses penerimaan
KUD Dau, dan beberapa literatur. susu. Dalam proses ini
Berdasarkan identifikasi dan kajian bahaya dilakukanpengujian, pada saat pengujian
pada tahapan proses yang dilakukan, pekerja tidak menggunakan sarung
diperoleh bahwa susu pasteurisasi ini tangan, sehingga berpotensi
mengandung bahaya B (produk mengandung mengkontaminasi susu. Pada proses ini
bahan yang sensitif terhadap bahaya diperlukan pemindahan Dum Tank dan
mikrobiologi) dan E (terdapat bahaya yang pendisiplinan pekerja dalam memakai

290
atribut seragam produksi. Pemindahan menuju proses pemanasan di plate heat
Dum Tank dan pendisiplinan pekerja exchanger. Proses-proses ini tidak efisien
dilakukan agar proses dapat dilakukan karena mengalami alur bolak-balik.
dengan aman, sehingga tidak Untuk menentukan momen perpindahan dari
terkontaminasi debu ataupun kontaminasi stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya, beberapa
pekerja tidak berpotensi besar. hal yang perlu diketahui, yaitu:
c. Pengemasan 1. Aliran produksi
Pada proses ini diperlukan Aliran perpindahan material dapat dilihat
pendisiplinan pekerja dalam pemakaian pada OPC (Gambar 1.)
kelengkapan atribut seragam produksi 2. Volume produksi
dan perlu penegasan Standard Operating Kapasitas produksi susu per hari mencapai
Procedure (SOP) dalam proses 8000 liter per hari.
pengemasan. Beberapa SOP yang perlu 3. Kapasitas angkut
ditegaskan adalah mengenai pembuangan Kapasitas angkut antar stasiun kerja tidak
susu yang kemasannya rusak dan sama, karena tergantung dari mesin yang
mengenai keadaan pintu yang harus digunakan.
ditutup pada saat dilakukan pengemasan. 4. Frekuensi perpindahan
Proses yang merupakan CCP harus Frekuensi perpindahan antar stasiun kerja
dilakukan dengan benar sesuai SOP, agar tergantung kapasitas produksi dan kapasitas
menghilangkan bahaya yang terjadi. angkut.
Kelalaian pada saat melakukan beberapa 5. Jarak perpindahan
proses dapat menimbulkan bahaya pada Jarak antar stasiun kerja dihitung dengan
sistem produksi. Proses yang merupakan CP menggunakan metode rectilinier.Rumus
juga tetap memerlukan kontrol untuk perhitungan jarak dengan metode rectilinier
pencegahan potensi bahaya. adalah sebagai berikut (Siregar dan
7. Penentuan batas-batas kritis pada tiap CCP Sukatendel, 2013):
Berdasarkan identifikasi bahaya dan titik 𝑑𝑖𝑗 = 𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 + 𝑦𝑖 − 𝑦𝑗 (pers.1)
kendali kritis pada produksi susu dimana:
pasteurisasi, maka batas kritis untuk dij = jarak antara titik pusat fasilitas i dan j
mencegah bahaya biologis pada proses xi = koordinat x dari titik pusat fasilitas i
penerimaan susu dan transit susu sementara xj = koordinat x dari titik pusat fasilitas j
di dum tank dapat dilihat pada Tabel 4. yi = koordinat y dari titik pusat fasilitas i
yj = koordinat y dari titik pusat fasilitas j
Tabel 4. Batas Kritis yang Ditetapkan pada CCP 6. Momen perpindahan
Jenis Bahaya CCP Batas Kritis Momen perpindahan merupakan perkalian
Bahaya biologis Pada tahap - Suhu susu segar
bakteri patogen penerimaan yang diterima
antara jarak perpindahan dengan frekuensi
(E. Coli, C. bahan baku maksimum 4ºC perpindahan
Jejuni, L. dan transit - Pemanasan 72ºC Berikut ini salah satu contoh perhitungan
Monocytogenes), sementara hingga 92ºC momen perpindahan dari tempat penerimaan
bakteri di awal selama 15 detik susu ke dum tank:
clostridium produksi. - Bakteri patogen
perfringens, maks 1x106 cfu/ml Kapasitas produksi = 8000 liter
bakteri Bacillus Jarak = 4,8 meter
Sereus, dan Kapasitas angkut = 500 liter
bakteri Frekuensi perpindahan = 8000/500
Staphylococcus
aurcus
= 40 kali perpindahan
Momen perpindahan = 40 x 4,8
3.4 Perancangan tata letak pabrik = 192 meter/hari
Kondisi awal tata letak pabrik dapat dilihat Perhitungan momen perpindahan dalam
pada Lampiran 2. Dari kondisi awal tata letak sistem produksi susu pasteurisasi pada tata letak
pabrik terlihat sistem alur produksi terjadi awal dapat dilihat pada Tabel 5.
backtracking pada beberapa bagian.Bagian dari Momen perpindahan dalam sistem produksi
alur produksi yang mengalami backtracking susu pasteurisasi pada tata letak awal adalah
yaitu dari proses pendinginan di plate cooler, sebesar 1.365,9 meter per hari.
pendinginan bahan baku, transit tank, dan

291
Tabel 5. Momen Perpindahan pada Tata Letak Awal
Stasiun Kerja Kapasitas
Jarak Frekuensi Momen
No Angkut
Asal Tujuan (m) Perpindahan (m/hr)
(liter)
1 Tempat Dum tank
penerimaan 4,8 500 40 192
Susu
2 Dum tank Plate cooler 6,5 500 40 260
3 Plate cooler Cooling bahan
15 3000 3 45
baku
4 Cooling bahan Transit tank
7 6000 2 14
baku
5 Transit tank Plate heat
20 1000 8 160
Exchanger
6 Plate heat Homogenizer
2,5 3000 3 7,5
Exchanger
7 Homogenizer Separator 2 3000 3 6
8 Separator Plate heat
6,5 1000 8 52
exchanger II
9 Plate heat Plate Cooler II
4 3000 3 12
exchanger II
10 Plate Cooler II Pemberian rasa 13,8 1000 8 110,4
11 Pemberian rasa Mesin pengemas 6,5 210 39 253,5
12 Mesin Pengemas R. penyimpanan
6,5 210 39 253,5
produk jadi
TOTAL 1.365,9

3.4.1 Fasilitas Tata Letak Usulan beserta persyaratan dasarnya pada beberapa
Pertimbangan untuk pengusulan tata letak fasilitas yaitu:
baru dilihat dari bahaya dan CCP yang terdapat 1. Wadah air panas
pada HACCP, serta penyimpangan yang terjadi Wadah air panas perlu ditempatkan di
di GMP dan SSOP.Beberapa perubahan yang tempat yang dekat dengan penyimpanan
perlu dilakukan yaitu berupa penambahan peralatan, tempat penerimaan susu, dum
fasilitas dan peralihan fungsi tank, dan beberapa titik lainnya yang
ruang.Penambahan fasilitas yang dilakukan membutuhkan pembersihan secara cepat.
berupa wastafel dan kamar mandi atau 2. Tempat parkir
toilet.Peralihan fungsi ruang dilakukan agar Tempat parkir pada tata letak awal
meminimalisir terjadinya kontaminasi dan menimbulkan masalah kontaminasi pada
backtracking. produk yang akan diolah, karena jalur
menuju tempat parkir melewati bagian
3.4.2 Hubungan Kedekatan Antar Fasilitas depan produksi. Oleh karena itu, area parkir
Tingkat kedekatan hubungan antar fasilitas perlu dijauhkan dengan area produksi dan
dapat diukur secara kualitatif.Hubungan ini perlu lebih dekat dengan pos satpam. Hal ini
ditunjukkan dengan Activity Relationship Chart akan mengurangi kontaminasi yang berasal
(ARC)dan Activity Relationship Diagram dari asap kendaraan, debu dan lain-lain,
(ARD). Hubungan tersebut ditunjukkan dengan serta mampu memudahkan dalam penjagaan
pertimbangan dari peneliti dan hasil kendaraan bermotor.
brainstorming dengan kepala unit pengolahan 3. Toilet
susu di KUD Dau. Toilet pada dasarnya tidak boleh didekatkan
Dari analisis hubungan kedekatan, dengan area produksi, karena dapat
pertimbangan yang digunakan berkenaan menimbulkan kontaminasi yang berbahaya
dengan sistem keamanan pangan HACCP untuk produk yang diolah. Pada tata letak
usulan, dilakukan penambahan jumlah toilet

292
sesuai dengan persyaratan GMP, jumlah Oleh karena itu, kedisiplinan karyawan
karyawan pria yaitu 68 orang, maka dalam mengenakan perlengkapan
memerlukan 3 toilet, sedangkan untuk pendukung secara lengkap perlu ditegaskan.
karyawan wanita sebanyak 17 orang, maka Karyawan perlu memakai penutup kepala,
memerlukan 1 toilet. Jumlah toilet pada tata sarung tangan, masker dan sepatu yang
letak usulan menjadi sebanyak 6 toilet. sesuai dengan tempat produksi.
4. Wastafel 2. Penggunaan kasa untuk ventilasi dan pintu
Pada tata letak awal, KUD Dau tidak yang terbuka
memiliki wastafel yang digunakan untuk Kontaminasi akibat debu juga berpotensi
meningkatkan higiene karyawan.Wastafel untuk sistem produksi susu pasteurisasi.
perlu diletakkan di bagian-bagian produksi Oleh karena itu, pintu yang selalu dibiarkan
yang memerlukan bantuan tangan secara terbuka perlu adanya tambahan pintu kasa
langsung.Hal ini mengurangi risiko yang dapat menghalangi debu dan serangga
terjadinya kontaminasi silang antara masuk. Ventilasi pada tempat produsi tidak
karyawan dengan produk. seluruhnya dilapisi dengan kasa, maka dari
itu perlu adanya tambahan kasa agar
3.4.3 Ukuran Luasan Area menghalangi seluruh ventilasi dari debu dan
Pengaturan luas area per ruang memiliki serangga.
tujuan untuk memperjelas ukuran penempatan 3. Perbaikan lantai dan dinding sesuai aturan
peralatan produksi, keleluasaan operator untuk untuk keamanan pangan
Lantai dan dinding ruang produksi tidak
bergerak, dan berbagai aktivitas karyawan
sesuai aturan. Lantai banyak yang rusak dan
lainnya dalam perusahaan.KUD Dau memiliki membahayakan karyawan. Lantai dan
luas lahan sebesar 2590 m2. Dari hasil dinding perlu diperbaiki dengan perubahan
perhitungandidapatkan kebutuhan luas yang sudut melengkung untuk masing-masing
dibutuhkan di lantai dasar sebesar 1.331,37 pertemuan sudut.
m2.Luas yang tersisa digunakan untuk jalan, 4. Pemberian label petunjuk susu pada
jarak antar material atau alat, dan kemasan gelas
Petunjuk penggunaan susu yang seharusnya
bangunan.Untuk pemindahan lokasi ruang
tertera pada kemasan yaitu penyimpanan
sudah diperhitungkan sehingga luas area untuk pada suhu 4ºC, pada suhu ruangan susu
tata letak usulan tercukupi. bertahan 4-5 jam, apabila berubah warna dan
mengental jangan diminum, masa kadaluarsa
3.4.4 Hasil Perancangan Tata Letak Usulan 6 hari pada suhu 4ºC, kocok sebelum
Berdasarkan analisis GMP, SSOP dan diminum, dan tidak cocok untuk bayi.
HACCP yang dilanjutkan analis ARC, ARD, Pada sistem alur produksi kondisi awal tata
perhitungan kebutuhan luas area, dan SRD letak pabrik terjadi backtracking di beberapa
maka didapatkan hasil perancangan tata letak bagian. Dengan perpindahan bagian produksi
usulan. Hasil perancangan tata letak usulan sesuai dengan urutan alur, maka menghilangkan
dapat dilihat pada Lampiran 3. terjadinya backtracking. Pipa yang mengalirkan
Tata letak usulan ini dapat meningkatkan antar mesin diletakkan seefisien mungkin.Pada
keamanan pada produk dan keefesienan dalam beberapa bagian jalur pipa diletakkan
bekerja. Potensi bahaya yang tidak menembus dinding agar pipa tidak terlalu
berhubungan dengan tata letak dapat panjang.Dengan cara yang sama seperti
diminimalisir dengan peningkatan dalam perhitungan pada tata letak awal, dilakukan
pengawasan, penegasan peraturan terhadap perhitungan momen perpindahan dari satu
pekerja, pendokumentasian secara lengkap, dan stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya.
pelatihan secara terfokus. Selain itu, potensi Perhitungan momen perpindahan dalam sistem
bahaya dapat diminimalisir dengan adanya produksi susu pasteurisasi pada tata letak
peraturan yang mendukung keamanan pangan, usulan dapat dilihat pada Tabel 6.
yaitu sebagai berikut:
1. Pemakaian perlengkapan seragam karyawan
secara lengkap
Potensi kontaminasi pekerja cukup tinggi
dalam sistem produksi susu pasteurisasi ini.

293
Tabel 6. Momen Perpindahan pada Tata Letak Usulan
Stasiun Kerja Jarak Kapasitas Frekuensi Momen
No
Asal Tujuan (m) Angkut (liter) Perpindahan (m/hr)
1 Tempat Dum tank
5,3 500 40 212
penerimaan susu
2 Dum tank Plate cooler 3,5 500 40 140
3 Plate cooler Cooling bahan
13 3000 3 39
baku
4 Cooling bahan Transit tank
3,5 6000 2 7
baku
5 Transit tank Plate heat
3,5 1000 8 28
exchanger
6 Plate heat Homogenizer
1,8 3000 3 5,4
Exchanger
7 Homogenizer Separator 2 3000 3 6
8 Separator Plate heat
2,4 1000 8 19,2
exchanger II
9 Plate heat Plate Cooler II
2 3000 3 6
exchanger II
10 Plate Cooler II Pemberian rasa 15,3 1000 8 122,4
11 Pemberian Rasa Mesin pengemas 6,5 210 39 253,5
12 Mesin Pengemas R. penyimpanan
6,5 210 39 253,5
produk jadi
TOTAL 1.092

Momen perpindahan dalam sistem penyimpangan yang tepat, pengendalian


produksi susu pasteurisasi pada tata letak kesehatan karyawan, serta pemberantasan
usulan adalah sebesar 1.092 meter per hari. hama.
Dibandingkan dengan momen perpindahan 2. Berdasarkan identifikasi CCP yang telah
pada tata letak awal yaitu sebesar 1.365,9 meter dilakukan, didapatkan tiga proses yang
per hari, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat memiliki CCP yaitu proses penerimaan susu
efisiensi meningkat sebesar 20,05%. dari peternak, transit susu sementara di Dum
Tank, dan pengemasan.
4. Penutup 3. Setelah dilakukan upaya perbaikan tata letak
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang fasilitas pabrik yang memperhatikan faktor
telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai keamanan pangan, yaitu GMP, SSOP, dan
berikut: HACCP, maka beberapa hal dapat
1. Dari analisis kondisi awal yang dilakukan, meningkat lebih baik. Beberapa hal tersebut
dapat diidentifikasi ketidaksesuaian terhadap antara lain:
aspek-aspek dalam pedoman GMP dan a. Sumber kontaminasi
SSOP. Penelitian terhadap aspek GMP Dengan dipindahnya area parkir, sumber
menunjukkan 10 aspek yang tidak sesuai kontaminasi ini dapat diminimalisir
dalam sistem produksi, yaitu lokasi, dengan adanya tata letak usulan.
bangunan, fasilitas sanitasi, pengawasan b. Fasilitas sanitasi
proses, karyawan, label dan keterangan Dalam tata letak usulan, fasilitas sanitasi
produk, penyimpanan, pemeliharaan dan seperti toilet ditambah sehingga
program sanitasi, dokumentasi dan mencukupi untuk seluruh karyawan, dan
pencatatan, serta pelatihan. Sedangkan untuk wastafel di berbagai area yang
penelitian terhadap aspek SSOP membutuhkan.
menunjukkan 6 aspek yang tidak sesuai c. Keefesienan produksi
dalam sistem produksi, yaitu Dengan perpindahan bagian produksi
kondisi/kebersihan permukaan yang kontak sesuai dengan urutan alur, maka
dengan makanan, pencegahan kontaminasi meminimalkan terjadinya backtracking.
silang, kebersihan pekerja, pelabelan dan Momen perpindahan material sebesar

294
1.092 meter per hari. Dibandingkan Thaheer, Hermawan. (2005). Sistem
dengan momen perpindahan pada tata Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical
letak awal yaitu sebesar 1.365,9 meter Control Points). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
per hari, maka dapat disimpulkan bahwa
tingkat efisiensi meningkat sebesar Tjahja dan Darwin Kadarisman.(2006). Sistem
20,05%. Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor: IPB
Dengan perencanaan tata letak usulan ini Press.
bahaya dan CCP yang terjadi dapat
diminimalisir.Dari penyimpangan 10 aspek Wignjosoebroto, Sritomo. (2003). Tata Letak
GMP, terdapat 2 aspek yang telah diperbaiki Pabrik dan Pemindahan Bahan. Jakarta: Gama
pada perencanaan tata letak usulan ini, yaitu Widya.
aspek lokasi dan fasilitas sanitasi.Dari
penyimpangan 6 aspek SSOP, terdapat 1
aspek yang telah diperbaiki pada
perencanaan tata letak usulan ini, yaitu
kebersihan pekerja. Dari 3 CCP, terdapat 2
CCP yang telah diperbaiki pada perencanaan
tata letak usulan ini, yaitu proses penerimaan
susu dari peternak dan transit susu
sementara di dum tank.

Daftar Pustaka

Badan Standarisasi Nasional (BSN). (1998).


Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik
Kritis (HACCP) Serta Pedoman
Penerapannya.Standar Nasional Indonesia. SNI
01-4852-1998.

Hariyadi, Purwiyatno.(2008). Isu Terkini


Terkait dengan Keamanan Pangan.Makalah
dalam Pra-Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi IX, 9 Juni 2008.

Kementerian Perindustrian RI. (2010).


Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia tentang Pedoman Cara Produksi
Pangan Olahan yang Baik (Good
Manufacturing Practices). Nomor: 75/M-
IND/PER/7/2012.

Prasetyono, A.Tjahjanto. (2000). Implementasi


GMP dan HACCP dalam Menunjang Quality
Assurance Industri Pangan.Jurnal Teknologi
Industri. Vol. IV No.3.

Siregar, Renata & Sukatendel, Danci. (2013).


Perancangan Ulang Tata Letak Fasilits Produksi
dengan Menerapkan Algoritma Blocplan dan
Algoritma Corelap pada PT. XYZ. Jurnal
Teknik Industri FT USU. Vol 1, No.1:35-44.

295
Lampiran 1.Identifikasi CCP
Decision Tree
P1 P2 P3 P4
Apakah ada tindakan Apakah tahapan dirancang secara spesifik Apakah bahaya yang diidentifikasi Apakah tahap proses berikutnya
pengendalian untuk bahaya yang untuk mengurangi/ menghilangkan bahaya dapat meningkat sampai melebihi dapat menghilangkan/ mengurangi
No Tahapan Proses Jenis Bahaya CCP/CP
diidentifikasikan? yang mungkin terjadi sampai tingkatan batas? bahaya yang teridentifikasi sampai
Ya : lanjut P2 yang dapat diterima? Ya : lanjut P4 tingkatan yang dapat diterima?
Tidak : Bukan CCP Ya : CCP Tidak : Bukan CCP Ya : Bukan CCP
Tidak : Lanjut P3 Tidak : CCP
1 Penerimaan susu B: Cemaran mikroba bakteri Ya Tidak Ya Ya CP
dari peternak F: Debu, asap Ya Ya CCP
K: - - - - - -
2 Transit susu B: Cemaran mikroba bakteri Ya Tidak Ya Ya CP
sementara di F: Debu, asap Ya Ya CCP
DumTank K: Tidak ada - - - - -
3 Pendinginan di B: Cemaran mikroba bakteri Ya Tidak Tidak CP
Plate Cooler F: Tidak ada - - - - -
K: Tidak ada - - - - -
4 Pendinginan di B: Cemaran mikroba bakteri Ya Tidak Tidak CP
Cooling Bahan F: Tidak ada - - - - -
Baku K: Tidak ada - - - - -
5 Transit susu B: Cemaran mikroba bakteri Ya Tidak Ya Ya CP
sementara di F: Debu, kotoran Ya Tidak Tidak CP
Transit Tank K: Tidak ada - - - - -
6 Pemanasan B: Tidak ada - - - - -
F: Tidak ada - - - - -
K: Tidak ada - - - - -
7 Pemecahan lemak B: Tidak ada - - - - -
F: Tidak ada - - - - -
K: Kadar lemak berlebih Ya Tidak Tidak CP
8 Pemisahan lemak B: Tidak ada - - - - -
F: Tidak ada - - - - -
K: Tidak ada - - - - -
9 Pemanasan B: Tidak ada - - - - -
kembali F: Tidak ada - - - - -
K: Tidak ada - - - - -
10 Pendinginan di B: Tidak ada - - - - -
plate cooler F: Tidak ada - - - - -
K: Tidak ada - - - - -
11 Pemberian rasa B: Tidak ada - - - - -
F: Tidak ada - - - - -
K: Tidak ada - - - - -
12 Pengemasan B: Tidak ada - - - - -
F: Debu, kotoran Ya Ya CCP
K: Tidak ada - - - - -
13 Penyimpanan B: Tidak ada - - - - -
F: Debu, kotoran, serangga Ya Tidak Tidak CP
K: Tidak ada - - - - -

296
Lampiran 2. Tata Letak Awal Pabrik

22
Down
Down

LANTAI 2 20
21

15 m 10 m 8m 22 m 9m 3m 3m

Up
Up

26

13 m
14 m 21
21
25

Up

3m
27

Tempat wudhu 24
37 m

10 m
1
14 m

19
LANTAI 1
2
16
Up
11 11

3 5
14 m 10

13 m
7m

14 17
12 5
9 6
Ice Bank
7
4
4m

13 8
15
1,5 m
7m 8m 8m 15 m 15 m 5m

70 m

Down

LANTAI 2
18

31 m

297
Lampiran 3.Tata Letak Usulan Pabrik

Down
Down

LANTAI 2 21
21
21

15 m 10 m 21 m 9m 3m
9m 3m

Up
Up

26 24

13 m
20 22 21

14 m
23
25

Up

3m
27

Tempat wudhu
37 m

LANTAI 1 1

16 19

Up
23 m

11 11 2
14
7m

5 17
10
12
8 9 Ice Bank

5 4
4m

13 7 6
15
1,5 m
2m 8m 15 m 15 m 7m
8m
70 m

Down

LANTAI 2
18

31 m

298

Anda mungkin juga menyukai