Anda di halaman 1dari 9

MODUL 5

TERMINOLOGI

1. Status DOA : Death on Arrival  dapat disebut juga Brought in dead (BID) adalah
sebuah kondisi yang digunakan untuk menjelaskan kondisi pasien yang ditemukan
telah meninggal secara klinis ketika datangnya tenaga professional, termasuk
responder awal diantaranya polisi, paramedic, dan teknisi medis kegawatdaruratan

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana VER untuk dugaan orang yang mengaku telah diperkosa?


2. Bagaimana cara menentukan luka dan interpretasinya pada VER?
3. Bagaimana cara menentukan kasus kematian akibat racun? Apakah bisa dibedakan
akibat bunuh diri atau akibat usaha pembunuhan?
4. Bagaimana cara menangani kasus kematian akibat tenggelam di dalam bak mandi?
5. Bagaimana tindakan terhadap jenazah dengan status kematian D.O.A?
6. Bagaimana tatacara pengeluaran surat keterangan kematian?
7. Bagaimana dasar hukum tentang kuburan yang harus digali kembali untuk identifikasi
jenazah?
8. Bagaimana cara identifikasi jenazah melalui pemeriksaan DNA?
HIPOTESIS

1. Bagaimana proses penanganan visum untuk dugaan orang yang mengaku telah
diperkosa?
IJIN UNTUK DIPERIKSA

1. Pernyataan tertulis bahwa korban bersedia diperiksa dokter


2. Bila korban anak-anak pernyataan dibuat oleh orang tua atau wali
3. Bila korban tidak sadar, ijin keluarga atau pembuatan V e R dapat ditunda
sampai perawatan selesai
4. Selama pemeriksaan korban harus didampingi perawat

PEMERIKSAAN KORBAN

1. Dicatat nama dokter pemeriksa dan perawat pembantu


2. Dicatat tanggal dan jam pemeriksaan

ANAMNESA

UMUM

1. Identitas korban : nama , umur , pekerjaan


2. Status perkawinan : gadis, sudah menikah, janda
3. Haid terakhir, pola haid
4. Riwayat penyakit, penyakit kelamin, penyakit kandungan
5. Apakah memakai kontrasepsi

KHUSUS
1. Siapa yang melaporkan ke polisi :
 Korban
 Keluarga
 Masyarakat
2. Saat kejadian : tanggal dan jam
3. Tempat kejadian
4. Apakah korban melawan
5. Apakah korban pingsan
6. Apakah korban kenal dengan pelaku
7. Apakah terjadi penetrasi penis dan terjadi ejakulasi
8. Apakah ada deviasi sexual
9. Jumlah pelaku
10. Apakah setelah kejadian korban :
 Mencuci kemaluan
 Mandi
 Ganti pakaian

PEMERIKSAAN BAJU KORBAN


1. Dicatat helai demi helai pakaian luar dan dalam korban
2. Diperiksa apakah ada bercak :
 Darah
 Air mani
 Lumpur, kancing putus, robekan, dll
 Bila ada digunting dan dikirim ke Labkrim

PEMERIKSAAN UMUM ( BADAN )


1. Tingkah laku :
 Gelisah
 Depresi
2. Penampilan :
 Rapi
 Kusut/ acak-acakan
3. Tanda-tanda bekas hilang kesadaran atau dibawah pengaruh alkohol, obat tidur/
bius, needle mark
4. Tanda-tanda bekas kekerasan dari daerah kepala sampai kaki :
 Macam luka : lecet, memar, robek, atau patah tulang
 Love bite atau cupang
5. Ada tidaknya Trace Evidence yang menempel pada tubuh : tanah, rumput,
darah

PEMERIKSAAN KHUSUS ( ALAT GENITAL )


1. Adakah rambut kemaluan yang melekat, bila ada digunting dan kirim ke Labkrim
2. Adakah rambut asing ( dengan cara menyisir rambut pubis ) , bila ada tempel pada
selotipe dikirim ke Labkrim
3. Adakah bercak air mani di sekitar alat kelamin, bila ada dikerok dengan skalpel/
dihapus dengan kapas basah kirim ke Labkrim
4. Pemeriksaan himen
• Bentuk himen
• Ukuran lubang himen
• Ada robekan baru atau lama
• Lokasi robekan
5. Pemeriksaan vagina dan cervix dengan speculum :
Adakah tanda-tanda penyakit kelamin :
 Dinding vagina luka / tidak
 Fornix posterior luka / tidak
 Ostium uteri keluar darah / tidak
6. Pemeriksaan dalam / colok dubur : rahim membesar atau tidak
7. Pengambilan bahan pemeriksaan laboratorium :
• Spermatozoa
• Semen
• Penyakit kelamin

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan spermatozoa
 Bahan diambil dari cairan vagina atau canalis cervicalis
 Dengan pipet atau ose
 Dengan pewarnaan :
- Dibuat preparat hapus
- Difiksasi dengan api
- Pewarnaan HE atau Gram
 Tanpa pewarnaan :
- Diletakkan diatas obyekglas
- Pembesaran 500 kali
- Spermatozoa bergerak / mati / tidak ada

2. Pemeriksaan bercak sperma pada pakaian :


 Visual :
- Bercak berbatas jelas
- Lebih gelap dari sekitarnya
 Sinar Ultra Violet menunjukkan fluoresensi putih
 Taktil :
- Kaku
- Permukaan bercak teraba kasar
3. Pemeriksaan kehamilan

2. Bagaimana cara menentukan luka dan interpretasinya pada VER?


Pada pemeriksaan terhadap orang yang menderita perlukaan akibat kekerasan,
pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari
permasalahan berikut:
a. Jenis luka apakah yang terjadi?
b. Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka?
c. Bagaimanakah kualifikasi/derajat perlukaan tersebut?

Klasifikasi kekerasan menurut penyebab:


a. Mekanik:
 Kekerasan tumpul: memar, luka lecet tekan, luka lecet geser, luka
robek (luka terbuka dengan ciri tepi luka tidak rata, terdapat jembatan
jaringan, terdapat sudut luka yang tumpul)
 Kekerasan tajam: luka terbuka dengan ciri tepi luka rata, sudut luka
lancip atau salah satu sudut luka lancip, sudut lainnya tumpul,
misalnya luka sayat, luka tusuk, luka bacok
 Senjata api: luka tembak

Trauma Tumpul Tajam

Bentuk Luka Tidak Teratur Teratur

Tepi Luka Tidak Rata Rata

Jembatan Jaringan Ada Tidak ada

Rambut Tidak ikut terpotong Ikut terpotong

Dasar Luka Tidak teratur Berupa garis atau titik

Sekitar Luka Ada luka lecet atau memar Tidak ada luka lain
Umumnya luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh diri
atau kecelakaan memiliki ciri-ciri berikut:
Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/banyak
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
Luka tragis Ada Tidak ada Tidak ada
Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada
Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada

b. Fisika:
 Suhu: luka akibat suhu tinggi (luka bakar), luka akibat suhu rendah
 Listrik dan petir
c. Kimia:
 Asam kuat
 Basa kuat

3. Bagaimana pemeriksaan kasus kematian akibat racun? Apakah bisa dibedakan


akibat bunuh diri atau akibat usaha pembunuhan?
Pemeriksaan toksikologi
Dari pemeriksaan pada kasus-kasus yang mati akibat racun umumnya tidak
akan di jumpai kelainan-kelainan yang khas yang dapat dijadikan pegangan untuk
menegakan diagnose atau menentukan sebab kematian karena racun suatu zat. Jadi
pemeriksaan toksikologi mutlak harus dilakukan untuk menentukan adanya racun
pada setian kasus keracunan atau yang diduga mati akibat racun. Setelah mayat si
korban dibedah oleh dokter kemudian diambil dan dikumpulkan jaringan-jaringan
atau organ-organ tubuh si korban untuk dijadikan barang bukti dan bahan
pemeriksaan toksikologi. Prinsip pengambilan sampel pada keracunan adalah diambil
sebanyak-banyaknya setelah disishkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan
histopatologis.
Prinsip pengambilan sample pada kasus keracunan adalah diambil sebanyak-
banyaknya setelah kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan
histopatologik. Pengambilan sample untuk pemeriksaan toksikologi adalah sebagai
berikut :
1. Lambung dengan isinya.
2. Seluruh usus dengan isinya
3. Darah, dari sentral (jantung), dan dari perifer (v. jugularis. A. femoralis dsb).
4. Hati.
5. Ginjal, diambil keduanya.
6. Otak.
7. Urin.
8. Empedu bersama-sama dengan kantung empedu.
9. Limpa.
10. Paru-paru
11. Lemak badan.

Pemeriksaan Forensik
Pada korban hidup perlu dilakukan pengambilan darah dan urin untuk
pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan luar jenazah, dapat ditemukan adanya
bekas suntikan, pembesaran kelenjar getah bening setempat, lepuh kulit (skin blister),
tanda asfiksia (busa halus dari lubang hidung dan mulut), sianosis pada ujung jari dan
biir, perdarahan petekial pada konjungtiva dan pada pemakaian narkotika dengan cara
sniffing (menghirup), kadang dijumpai perforasi septum nasi. Hasil pemeriksaan
dalam menunjukkan darah berwarna gelap dan cair, terdapat gumpalan masa coklat
kehitaman pada lambung, trakea dan bronkus kongesti dan berbusa, paru kongesti dan
edema.

Pemeriksaan Laboratorium
Bahan terpenting yang harus diambil adalah urin, cairan empedu dan jaringan
sekitar suntikan. Untuk pemeriksaan toksikologi dilakukan dengan :
- Uji Marquis : 40 tetes formaldehyde 40% dalam 60 ml asam sulfat pekat. Tes ini
cukup sensitive dengan sensitifitas berkisar antara 0,05 mikrogram – 1 mikrogram.
Hasil positif unutk opium, morfin, heroin, kodein adalah warna merah-ungu.
- Uji Mikrokristal : lebih sensitif dan lebih khas. Caranya 1 tetes larutan narkotika
ditambah dengan reagen dan dengan mikroskop dilihat kristal apa yang terbentuk.
Untuk morfin berupa plates, heroin berupa fine dendrites atau rosettes, kodein berupa
gelatinous rosettes dan pethidin berupa feathery rosettes

4. Bagaimana cara menangani kasus kematian akibat tenggelam di dalam bak


mandi?

5. Bagaimana tindakan terhadap jenazah dengan status kematian D.O.A?


Death On Arrival (DOA), atau dapat disebut juga Brought In Dead (BID)
adalah sebuah kondisi yang digunakan untuk menjelaskan kondisi pasien yang
ditemukan telah meninggal secara klinis ketika datangnya tenaga professional,
termasuk responder awal diantaranya polisi, paramedic, dan teknisi medis
kegawatdaruratan. Hukum penegakkan diagnosis dan penentuan kematian di beberapa
negara berbeda-beda. Tindakan pada pasien berupa resusitasi hingga penentuan
kematian di beberapa negara berbeda tergantung kebijakannya.

PENEGAKKAN DIAGNOSIS KEMATIAN

DOA sering diartikan sebagai kematian mendadak dimana seringkali


mendatangkan kecurigaan baik bagi penyidik, masyarakat, atau keluarga, khususnya
bila yang meninggal adalah orang yang dikenal oleh masyarakat, di rumah tahanan,
tempat-tempat umum, atau di dalam kendaraan. Kecurigaan adanya unsur criminal
pada kasus kematian mendadak terutama disebabkan masalah TKP. Oleh karena itu
seorang tenaga kesehatan harus dapat membantu hukum dalam proses pengusutan
maupun peradilannya itu sendiri.

Pada kematian alamiah kategori pertama, kematian alamiah dapat dengan


lebih mudah ditegakkan, dan kepentingan dilakukannya autopsi menjadi lebih kecil.
Sedangkan pada kategori yang kedua, sebab kematian harus benar-benar ditentukan
agar cara kematian dan sebab kematian dapat ditentukan. Sehingga kematian alamiah
dan tidak wajar sedapat mungkin ditentukan dengan cara apakah kekerasan atau racun
ikut berperan dalam menyebabkan kematian. Pada kasus ini, polisi akan
mengeluarkan Surat Permintaan Visum et Repertum, dimana persetujuan keluarga
akan menjadi prioritas yang lebih rendah dari kepentingan penegakkan hukum.

ASPEK MEDIKOLEGAL DOA DALAM ASPEK KEMATIAN ALAMIAH

Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan melakukan suatu


tindakan atau usaha agar tindak kejahatan yang dilakukannya tidak diketahui baik
oleh keluarga, masyarakat, dan pihak penyidik (polisi). Salah satu modus operandus
yang bisa dilakukan adalah dengan cara membawa jenazah tersebut ke rumah sakit
dengan alasan kecelakaan atau meninggal di perjalanan ketika menuju RS (Death On
Arrival) dimana sebelumnya almarhum mengalami suatu serangan penyakit penyakit.

Pada kondisi tersebut, dokter sebagai seorang professional yang mempunyai


kewenangan untuk memberikan surat keterangan kematian harus bersikap sangat hati-
hati dalam mengeluarkan dan menandatangani surat kematian pada kasus kematian
mendadak (sudden death) karena dikhawatirkan kematian tersebut setelah diselidiki
oleh pihak penyidik merupaka kematian yang terjadi akibat suatu tindak pidana.
Kesalahan prosedur atau kecerobohan yang dokter lakukan dapat mengakibatkan
dokter yang menandatangani surat kematian tersebut mendapatkan sanksi hukum
pidana.

PRINSIP PEMERIKSAAN FORENSIK PATOLOGIS

Terdapat beberapa prinsip secara garis besar yang harus diketahui oleh dokter
berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit, yaitu:

1. Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan


yang signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan kematian?
2. Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang mengarahkan
pada keracunan?
3. Apakah almarhum merupakan pasien yang rutin datang berobat (Contoh:
Penyakit Jantung Koroner) yang rutin datang berobat ke tempat praktek atau
poliklinik di rumah sakit?
4. Apakah almarhum mempunyai pernyakit kronis tetapi bukan merupakan
penyakit tersering penyebab kematian alamiah / natural sudden death?
Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada kematian yang tidak wajar
berdasarkankriteria tersebut, maka dokter yang bersangkutan harus melaporkan
kematian tersebut kepada penyidik (polisi) dan tidak mengeluarkan surat
kematian.

6. Bagaimana tatacara pengeluaran surat keterangan kematian?


PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI
KESEHATAN
NOMOR 15 TAHUN 2010
NOMOR 162 /MENKES/PB/I/2010
TENTANG PELAPORAN KEMATIAN DAN PENYEBAB KEMATIAN

7. Bagaimana dasar hukum tentang kuburan yang harus digali kembali untuk
identifikasi jenazah?
o EKSHUMASI/Penggalian Kubur kadang kala perlu dilakukan karena
kecurigaan terhadap kematian seseorang mungkin baru timbul setelah
penguburan dilaksanakan, atau memang sengaja dilakukan penguburan untuk
menghilangkan jejak kejahatan
o Bila penyidik dlm rangkaian penyidikannya memerlukan bantuan dokter utk
melakukan pemeriksaan terhadap jnz yang telah dikubur mk dokter wajib
melaksanakannya.
o Dasar Hukum
a. KUHAP pasal 135 : Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
perlu melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan
sebagaimana dimaksud pasal 133(2) dan pasal 134(1)
b. KUHAP pasal 136 : semua biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh
Negara
o Bila terdapat kecurigaan kematian akibat keracunan logam berat maka sampel
tanah sekitar hrs diambil untuk pemeriksaan toksikologi
o Perlu diketahui bahwa sumber logam berat adalah tanah,shg dokter hrs yakin
bahwa kadar logam berat yg ditemukan benar berasal dari tubuh korban,bukan
dari tanah sekitar
o Prosedur Penggalian
a. Diatur dlm KUHAP,jg memerlukan surat permintaan pemeriksaan dari
penyidik
b. Diperlukan koordinasi dgn pemda,dinas pemakaman,para penggali kubur
dll
c. Penggalian dilakukan hati-hati agar tdk merusak mayat.Mayat sedapat
mungkin dibawa ke Instalasi Forensik,kecuali tdk memungkinkan
d. Hambatan pemeriksaan di tempat krn sarana,air dll terbatas dan
banyaknya penduduk setempat yg menonton

8. Mengapa dilakukan identifikasi jenazah melalui pemeriksaan DNA?


o Pemanfaatan teknologi DNA dalam bidang kedokteran forensik merupakan
kemajuan terbesar dalam proses identifikasi.
o Profil DNA unik untuk setiap individu kecuali pada kembar monozigot.
o Peluang profil DNA dua individu sama adalah sekitar 1 dalam 30 milyar-300
milyar.
o DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA inti
sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel
tidak bisa berubah sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena
berasal dari garis keturunan ibu, yang dapat berubah seiring dengan
perkawinan keturunannya. Kasus-kasus kriminal, penggunaan kedua tes DNA
di atas, bergantung pada barang bukti apa yang ditemukan di Tempat Kejadian
Perkara (TKP). Seperti jika ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa
adalah DNA inti sel yang terdapat dalam epitel bibir karena ketika rokok
dihisap dalam mulut, epitel dalam bibir ada yang tertinggal di puntung rokok.
Epitel ini masih menggandung unsur DNA yang dapat dilacak. Misalnya
dalam kasus korban ledakan bom, serpihan tubuh para korban yang sulit
dikenali diambil sekuens genetikanya. Bentuk sidik DNA berupa garis-garis
yang mirip seperti bar-code di kemasan makanan atau minuman.
Membandingkan kode garis-garis DNA, antara 30 sampai 100 sekuens rantai
kode genetika, dengan DNA anggota keluarga terdekatnya, biasanya ayah atau
saudara kandungnya, maka identifikasi korban forensik atau kecelakaan yang
hancur masih dapat dilacak. Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya
tetapi yang lebih utama adalah kepala spermatozoanya yang terdapat DNA inti
sel di dalamnya. Jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka sampel ini
dapat diperiksa asal ada akarnya. Namun untuk DNA mitokondria tidak harus
ada akar, cukup potongan rambut karena diketahui bahwa pada ujung rambut
terdapat DNA mitokondria sedangkan akar rambut terdapat DNA inti sel
o Cara Pemeriksaan DNA:
a. Pengumpulan dan pengawetan sampel
b. Isolasi/ekstraksi DNA
c. Pengukuran kadar dan kemurnian DNA
d. Amplifikasi PCR
e. Elektroforesis
f. Jika genotyping konvensional: RFLP (pemotongan dengan enzim
restriksi)analisis datakesimpulan
g. Jika pemeriksaan STR digunakan elektroforesis kapiler
otomatiselektroforegramanalisis datakesimpulan

Anda mungkin juga menyukai