Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PANCASILA

TOKOH MASYARAKAT

Disusun Oleh:

AHMAD NASIR

183010009

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan
nikmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa shalawat
serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW.
Beserta kepada keluarganya para sahabatnya dan pada tabi’in dan beserta kepada kita selaku
umatnya akhir zaman. Aamiin ya robb.
Dalam penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan, maupun pada materi.Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan agar penyusunan makalah selanjutnya jauh lebih baik.

Bandung, 09 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tjilik Riwut (lahir di Kasongan, Kalimantan Tengah, 2 Februari 1918 – meninggal di Kota Banjarmasin,
Kalimantan Selatan, 17 Agustus 1987 pada umur 69 tahun) adalah salah satu pahlawan nasional
Indonesia dan Gubernur Kalimantan Tengah pertama.Tjilik Riwut yang dengan bangga selalu menyatakan
diri sebagai "orang hutan" karena lahir dan dibesarkan di belantara Kalimantan, adalah pencinta alam
sejati juga sangat menjunjung tinggi budaya leluhurnya. Ketika masih belia, ia telah tiga kali mengelilingi
pulau Kalimantan hanya dengan berjalan kaki, naik perahu dan rakit. Dia menamatkan pendidikan
dasarnya di kota kelahirannya. Selanjutnya dia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Perawat di
Purwakarta dan Bandung.

Tjilik Riwut adalah salah satu putera Dayak dari suku Dayak Ngaju yang menjadi anggota KNIP. Perjalanan
dan perjuangannya kemudian melampaui batas-batas kesukuan untuk menjadi salah satu pejuang
bangsa. Penetapannya sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 108/TK/Tahun 1998
pada tanggal 6 November 1998 merupakan wujud penghargaan atas perjuangan pada masa
kemerdekaan dan pengabdian membangun Kalimantan (Tengah).

B. Rumusan Masalah

1. Siapa Tjilik Riwut itu?

2. Bagaimana peran Tjilik Riwut terhadap Bangsa Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui biografi dan sejarah Tjilik Riwut.

2. Mengetahui peran Tjilik Riwut terhadap Bangsa Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Tjilik Riwut

Tjilik Riwut (lahir di Kasongan, 2 Februari 1918 – meninggal di Kota Banjarmasin, Kalimantan
Selatan, 17 Agustus 1987 pada umur 69 tahun) Tjilik Riwut adalah seorang pahlawan nasional
Indonesia asal Kalimantan. Ia mengikuti pendidikan setingkat SD, kemudian memasuki Sekolah
Perawat di Purwakala dan Bandung. Pada 1938, dengan beberapa rekannya, ia mendirikan
organisasi Pakat Dayak yang bertujuan meningkatkan citra masyarakat Dayak.

Pada hari Senin tanggal 17 Agustus 1987, yang bertepatan dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
Ia meninggal setelah dirawat di Rumah Sakit Suaka Insan karena menderita penyakit liver/hepatitis
dalam usia 69 Tahun, dimakamkan di makam Pahlawan Sanaman Lampang, Palangka Raya, Kalimantan
Tengah. Namanya kini diabadikan untuk salah satu bandar udara dan jalan utama di Palangka Raya.

B. Peranan Tjilk Riwut

Tak hanya aktif dalam bidang kemiliteran sebagai seorang tentara, putra Dayak ini juga ikut
berperan dalam pemerintahan dengan diangkatnya ia sebagai Gubernur Kalimantan Tengah di
tahun 1958. Selain itu, ia juga berkontribusi di bidang kepenulisan. Ia pernah bekerja di Harian
Pemandangan, pimpinan M. Tambran serta Harian Pembangunan, pimpinan Sanusi Pane. Ia pun
menulis beberapa buku mengenai Kalimantan seperti Makanan Dayak, Sejarah Kalimantan,
Maneser Panatau Tatu Hiang, dan Kalimantan Membangun.

Sesudah kemerdekaan, ia berjuang bersama pemuda Kalimantan yang ada di Jawa. Rombongan
demi rombongan pemuda dikirim ke Yogyakarta untuk menggerakkan perjuangan di Kalimantan.
Salah satu rombongan itu dipimpin Mayor

Tjilik Riwut. Di Kota Waringin, ia mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Di beberapa tempat didirikannya pasukan bersenjata untuk melakukan perang gerilya melawan
Belanda. Ia beberapa kali terlibat dalam pertempuran. Ia juga mengadakan pertempuran dengan
kepala-kepala suku-suku Dayak.
Pada tanggal 17 Desember 1946, Tjilik Riwut dan beberapa tokoh perwakilan suku-suku Dayak
di pedalaman Kalimantan yang berjumlah 142 suku berkumpul bersama untuk melaksanakan
Sumpah Setia kepada pemerintah Republik Indonesia dengan upacara adat leluhur suku Dayak.

Lalu pada tanggal 17 oktober 1947, ketika ia berada di Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota
negara Indonesia, ia mendapat perintah dari S. Suryadarma, kepala TNI AU waktu itu, untuk
memimpin Operasi Penerjunan Pasukan Payung kali pertama oleh pasukan MN 1001 di desa
Sambi, Kotawaringin, Kalimantan Tengah. Dalam operasi tersebut, Tjilik Riwut bertanggung
jawab menjadi penunjuk jalan bagi tim yang berjumlah 13 orang (11 orang asal Kalimantan dan
2 orang Jawa) itu. Untuk mengenang peristiwa penting dalam sejarah Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia ini, tanggal 17 Oktober pun resmi ditetapkan sebagai Hari Pasukan Khas
TNI-AU.

Sesudah Perang Kemerdekaan berakhir, ia diangkat sebagai Wedana Sampit, kemudian Bupati
Kotawaringin, dan akhirnya Gubernur Kalimantan Tengah. Ia berjasa membangun Palangkaraya
sebagai ibukota Kalimantan Tengah. Sebagai gubernur, ia berhasil meningkatkan kesejahteraan
dan memajukan pendidikan penduduk Kalimantan Tengah. Ia pernah pula bertugas sebagai
anggota DPR dan DPA. AURI menganugerahinya pangkat Laksamana (Marsekal) Pertama
Kehormatan berkat jasa-jasanya di lingkungan AURI.

Selain itu, Tjilik Riwut berjasa memimpin Operasi Penerjunan Pasukan Payung Pertama dalam
sejarah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tanggal 17 Oktober 1947 oleh pasukan
MN 1001, yang ditetapkan sebagai Hari Pasukan Khas TNI-AU yang diperingati setiap 17
Oktober. Waktu itu Pemerintah RI masih di Yogyakarta dan pangkat Tjilik Riwut adalah Mayor
TNI. Pangkat Terakhir Tjilik Riwut adalah Marsekal Pertama Kehormatan TNI-AU. Tjilik Riwut
adalah salah seorang yang cukup berjasa bagi masuknya pulau Kalimantan ke pangkuan Republik
Indonesia. Sebagai seorang putera Dayak, ia telah mewakili 185.000 rakyat terdiri dari 142 suku Dayak,
145 kepala kampung, 12 kepala adat, 3 panglima, 10 patih, dan 2 tumenggung dari pedalaman
Kalimantan yang bersumpah setia kepada Pemerintah RI secara adat dihadapan Presiden Sukarno di
Gedung Agung Yogyakarta, 17 Desember 1946.

Di masa pemerintahan B.J. Habibie. Namanyapun diabadikan sebagai salah satu bandar udara di
Palangka Raya. Tjilik Riwut meninggal dunia pada 17 Agustus 1987. Oleh pemerintah Indinesia
Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 1998 dengan dikeluarkannya Keppres
No. 108/TK/1998.

BAB III

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai