Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Myers (2002), psikologi sosial merupakan cabang ilmu psikologi yang secara

menyeluruh mempelajari mengenai hakikat dan sebab-sebab perilaku individu

dalam lingkungan sosialnya. Dalam wacana yang lebih umum, psikologi sosial

merupakan suatu studi ilmiah tentang cara-cara berperilaku individu yang

dipengaruhi sekaligus mempengaruhi perilaku orang lain dalam konteks sosial.

Sehingga secara sederahana psikologi sosial ialah cabang ilmu psikologi yang

mempelajari tentang hakikat dan bagaimana cara menjelaskan, berfikir dan

bagaimana berperilaku yang kaitannya dengan stimulus sosial.

Psikologi Sosial sendiri mencakup tentang pentingnya hubungan Interaksi sosial

dan hubungan sosial dalam keberlangsungan kehidupan bermasyarakat.Menurut

Walgito (2007) interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan

individu lain, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok

dengan saling mempengaruhi sehingga terdapat hubungan saling timbal balik.

Adapun Basrowi (2015) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan

dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan

kelompok, maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya

bersifat kerja sama, tetapi juga berbentuk tindakan, persaingan, pertikaian dan

sejenisnya.

1
Hubungan sosial pada masyarakat akan menghasilkan kegiatan yang

mempengaruhi satu sama lain dengan saling memberikan informasi dengan kunci

hubungan ini dilakukan atas dasar kesadaran dan toleransi apabila dilakukan

dengan penyimpangan sosial makan akan timbul adanya dinamika kelompok

sosial.

Hubungan sosial sering kali dikonotasikan dengan interaksi sosial. Keduanya

memang terkait erat baik secara konseptual maupun praktik. Secara sederhana

hubungan sosial dapat diartikan sebagai relasi yang melibatkan interaksi antara

dua orang atau lebih sehingga interaksi sosial menjadi hal mendasar dari

hubungan sosial sehingga tidak ada hubungan sosial tanpa adanya interaksi sosial.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi

sosial merupakan hubungan timbal balik yang berlangsung antara individu

dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok

dengan saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku.

Di dalam kehidupan bermasyarakat interaksi sosial dan hubungan sosial menjadi

satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling berhubungan

penting.Hubungan sosial dan interaksi sosial cukup bias atau tidak memiliki garis

tegas dan hampir tidak terlihat.Ini diakibatkan karena kedua hal ini sama-sama

berpusat pada hubungan antara individu atau kelompok satu dengan yang lain.

Hubungan sosial dan interaksi sosial keduanya bersama-sama melibatkan

komunikasi dalam melakukan prosesnya di mana keduanya juga memiliki tujuan

dan faktor pendorong sebagai proses sosial.

Meskipun hampir mirip tetapi ada beberapa perbedaan yang dapat dilihat dari

keduanya.Secara sederhana, interaksi sosial merupakan bagian dari hubungan

2
sosial. Interaksi sosial merupakan konsep lebih menjelaskan bagaimana aksi dari

dua pelaku sosial berkomunikasi sedangkan hubungan sosial merupakan konsep

yang lebih menjelaskan bagaimana relasi dan kondisi antara para pelaku sosial

tersebut.

Dalam perjalanan hubungan sosial yang baik di masyarakat harus didasari dengan

terjalinnya proses-proses yang baik pula didalamnya dengan menerapkan norma-

norma yang berlaku di masyarakat.Jika pribadi masing – masing melakukan

penyimpangan sosial dengan melanggar nilai norma-norma dan aturan yang

berlaku, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang

kita harapkan.Sehingga untuk itu perlu kehadiran Polri sebagai salah satu

kelompok yang dapat membangun dan menjaga stabilitas keamanan dan

ketertiban di masyarakat dengan pelbagai upaya Pre-emtif, Preventif dan Represif

yang dilakukan.Dalam menunjang tugas Polri tersebut Polri membutuhkan Peran

Interaksi sosial yang dinilai penting untuk menciptakan hubungan sosial yang

positif dalam rangka menciptakan Kamtibmas yang kondusif.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas penulis tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian dengan judul PERAN PENTING INTERAKSI

SOSIAL UNTUK MEMBANGUN HUBUNGAN SOSIAL YANG POSITIF

DALAM MENUNJANG TUGAS POLRI SEBAGAI PEMBINAAN

HARKAMTIBMAS

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah peran interaksi sosial untuk membangun hubungan sosial yang

positif dalam menunjang tugas Polri seabagai pembina Harkamtibmas?

2. Apa sajakah yang menjadi faktor penghambat dalam membangun Hubungan

sosial di masyarakat.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai beriku:

1. Untuk mengetahui peran penting Interaksi sosial untuk membangun

hubungan sosial yang positif di masyarakat dalam menunjang tugas Polri

sebagai pembinaan. Harkamtibmas.

2. Untuk mengetahui yang menjadi faktor penghambat dalam membangun

Hubungan sosial.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Interaksi sosial

2.1.1 Pengertian Interaksi sosial

Interaksi yaitu satu relasi antara dua sistem yang terjadi sedemikian rupa

sehingga kejadian yang berlangsung pada satu sistem akan mempengaruhi

kejadian yang terjadi pada sistem lainnya.

Interaksi Sosial adalah berbagai hubungan sosial yang berkaitan dengan

hubungan antar individu, antar individu dengan kelompok serta kelompok

dengan kelompok. Jika tidak ada interaksi sosial, maka di dunia ini tidak ada

kehidupan bersama.

Selain itu, proses sosial merupakan hubungan yang berlangsung secara terus

menerus di masyarakat dengan hubungan yang saling mempengaruhi antara

manusia yang satu dengan lainnya.Interaksi sosial ini menjadi suatu proses sosial

mengenai bagaimana cara individu dan kelompok dalam membangun suatu

hubungan guna membangun sebuah sistem di dalam hubungan sosial.

Agar lebih memahami apa arti Interaksi sosial, maka kita dapat merujuk pada

pendapat beberapa ahli. Berikut ini pengertian Interaksi sosial yang pernah

dikemukakan oleh beberapa ahli:

1. Bonner

Menurut Bonner (dalam Ari H. Gunawan, 2010:31) interaksi sosial

merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih, sehingga perilaku

5
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku

individu yang lain, dan sebaliknya.

2. Bimo Walgito

Menurut Bimo Walgito (2003:65) interaksi sosial adalah suatu hubungan

antara individu satu dengan individu lainnya di mana individu yang satu

dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan

saling timbal balik.

3. illin dan Gillin

Menurut illin and Gillin 1954 (dalam Elly M. Setiadi dkk, 2007:91)

mengemukakan interaksi sosial menjadi hubungan-hubungan antara orang-

orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorangan

dengan kelompok.

2.1.2 Fungsi Interaksi Sosial Dalam Kehidupan Sehari hari

1. Menjalankan kehidupan sosial

Kehidupan sosial akan terjaga jika antar makhluk hidup terdapat interaksi

sosial. Interaksi sosial menjamin terselenggaranya kehidupan sosial yang

sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam kehidupan

bermasyarakat.

2. Menjalin tali silaturrahmi

Sebagai makhluk sosial, silaturahmi bukan hanya sebagai teori semata.

Akan tetapi, silaturahmi sangat dibutuhkan di dalam kehidupan

bermasyarakat. Silaturahmi yang terjaga akan sangat membantu hidup

6
seseorang, sehingga dengan adanya silaturahmi, kehidupan seseorang tidak

dijalankan secara individualism.

3. Melakukan Kerja Sama

Demi memenuhi kebutuhan hidup, makhluk hidup membutuhkan kerja

sama yang baik, baik di dalam ruang lingkup keluarga maupun rekan

kerja. Kerja sama yang baik akan dibuktikan dnegan adanya interaksi

sosial yang baik.

4. Menjalin Hubungan Usaha

Sebenarnya, antara menjalin kerja sama dengan menjalin hubungan usaha

didapat hubungan yang timbal balik, apabila kerja sama dilakukan dengan

baik maka dihasilkan hubungan usaha yang baik begitupun sebaliknya.

5. Mendiskusikan Persoalan

Manusia di dalam hidup pastinya tidak terlepas dari berbagai persoalan.

Persoalan-persoalan itu mampu membangun jiwa seseorang menjadi lebih

baik. Tidak ada manusia yang tidak mempunyai persoalan atau masalah di

dalam hidupnya.Sehingga peranan interaksi sosial sangat diperlukan untuk

menunjang penyelesaian persoalan tersebut.

2.1.3 Manfaat Interaksi Sosial Dalam Kehidupan Sehari hari

1. Mampu meniru kebudayaan positif orang lain agar dapat lebih maju

2. Menghindari pertengkaran dengan mencari solusi dari suatu masalah

dan merundingkannya dengan orang yang bersangkutan

3. Dapat menjalin kerja sama yang baik dengan orang lain

7
4. Menjalin hubungan-hubungan khusus dengan orang lain (seperti rekan

bisnis, calon pembeli, atau peluang bisnis lainnya)

5. Menjalin hubungan yang erat dengan teman dan keluarga.

2.2 Hubungan Sosial

2.2.1 Pengertian Hubungan Sosial

Hubungan sosial dalam sosiologi sering kali dihubungkan dengan interaksi sosial.

Keduanya terkait erat secara konseptual maupun praktik. Interaksi sosial menjadi

bentuk paling dasar dari hubungan sosial.Sehingga, tidak ada hubungan sosial

tanpa adanya interaksi sosial terlebih dahulu.

Pengertian hubungan sosial adalah kegiatan interaksi sosial masyarakat yang

melakukan tindakan untuk memberi informasi dan mempengaruhi satu sama

lainnya, hubungan ini untuk tetap stabil harus dilakukan dengan kesadaran serta

tolerasi sehingga penyimpangan sosial tidak akan timbul dari ada nya dinamika

kelompok sosial, seperti peperangam konflik sosial dan bentuk lainnya.

Proses hubungan sosial akan terjadi apabila ada dua individu atau lebih yang

saling mengadakan kontak sosial maupun komunikasi baik secara langsung

dengan tatap muka maupun secara tidak langsung atau mengunakan media,

misalnya telepon, televisi, radio, surat menyurat, dan lain-lain sehingga dapat

saling mempengaruhi.

Agar lebih memahami apa itu Hubungan sosial, maka kita dapat merujuk pada

pendapat para ahli berikut ini:

8
1. Wardiyatmoko

Menurut Wardiyatmoko dalam Fihayati (2014:22) hubungan sosial

adalah suatu kegiatan yang menghubungkan kepentingan antar individu,

individu dengan kelompok, atau antar kelompok, secara langsung atau

tidak langsung untuk menciptakan rasa saling pengertian dan kerja

sama yang saling menguntungkan.

2. Kurnia

Menurut menurut Kurnia dalam Fihayati (2014:22) hubungan sosial

adalah hubungan yang terwujud antara individu dan individu, individu

dan kelompok, serta kelompok dan kelompok sebagai akibat dari hasil

interaksi diantara sesama mereka.

2.2.2 Syarat Terjadinya Hubungan Sosial

Menurut Soekanto (2006:58), “suatu interaksi sosial tidak akan mungkin

terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu: 1) adanya kontak sosial

(social-contact), 2) adanya komunikasi”.

1. Adanya kontak sosial (social-contact)

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu, antara

orang-perorangan, antara orang-perorangan dengan suatu kelompok

manusia atau sebaliknya, dan antara suatu kelompok manusia dengan

kelompok manusia lainnya tidak harus dengan bersentuhan, individu

tersebut dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa

menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak

lain tersebut.

9
Dewasa ini dengan perkembangan teknologi, orang-orang dapat

berhubungan satu dengan lainnya melalui media telepon, telegraf,

radio, surat, dan tidak memerlukan hubungan badaniah.

2. Adanya komunikasi

Komunikasi menjadi hal penting dalm interaksi sosial karena seseorang

akan memberi tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud

pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa

yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan

kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin

disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi

tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia

atau orang-perorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain

atau orang-orang lainnya.

Adanya kontak sosial dan adanya komunikasi merupakan syarat

terjadinya interaksi sosial. Kerena hubungan sosial merupakan hasil

dari adanya suatu interaksi sosial, maka adanya kontak sosial dan

adanya komunikasi pun merupakan syarat terjadinya hubungan sosial.

2.2.3 Faktor-Faktor Pendorong Hubungan Sosial

Suatu hubungan sosial dapat terwujud karena ada faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hubungan sosial seperti faktor sosial,

ekonomi dan pendidikan.

Menurut Wardiyatmoko dalam Fihayati (2014:27) faktor dari dalam diri

seseorang yang mendorong terjadinya hubungan sosial adalah sebagai berikut:

10
1. Keinginan untuk meneruskan atau mengembangkan

keturunan dengan melalui perkawinan antara dua orang yang

berlainan jenis saling tertarik dan berinteraksi.

2. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena manusia

membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

3. Keinginan untuk mempertahankan hidup terutama

menghadapi serangan dariapapun.

4. Keinginan untuk melakukan komunikasi dengan sesama.

Faktor berlangsungnya proses interaksi dapat menjadi faktor yang

mempengaruhi hubungan sosial dikarenakan menjadi satu bagian yang tidak

dapat dipisahkan.Menurut Soekanto (2006:57), “berlangsungnya suatu proses

interaksi didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti,

identifikasi dan simpati”.

a. Imitasi

Imitasi merupakan keinginan seseorang untuk meniru sesuatu dari orang

lain. Salah satu segi positif dari imitasi yaitu imitasi dapat mendorong

seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai- nilai yang berlaku.

Namun, imitasi dapat melemahkan atau bahkan mematiakan

pengembangan daya kreasi seseorang.

b. Sugesti

Sugesti adalah kepercayaan yang sangat mendalam dari seseorang

kepada orang lain. Faktor ini berlangsung apabila seseorang memberi

suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang

11
kemudian diterima oleh pihak lain. Sugesti dapat pula terjadi apabila

yang memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar dari

kelompok yang bersangkutan atau masyarakat.

c. Identifikasi

Identifikasi merupakan proses dimana kepribadian seseorang yang baru

akan muncul dikarenakan kecenderungan atau keinginan dalam diri

seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.

d. Simpati

Simpati merupakan suatu proses dimana perasaan memegang peranan

yang sangat penting sehingga orang merasa tertarik pada pihak lain

dengan dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk

memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.

2.2.4 Faktor Penghambat Hubungan Sosial

Adapun faktor-faktor penghambat hubungan sosial menurut Kurnia dalam

Fihayati (2014:31) adalah sebagai berikut:

a. Hambatan sosiologis

Hambatan sosiologis berkaitan dengan perbedaan status sosial,

agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan

sebagainya.

b. Hambatan antropologis

Hambatan antropologis berhubungan dengan perbedaan ras atau

suku bangsa. Seseorang atau sekelompok orang dalam suatu ras

atau suku tertentu sering kali tidak berhasil menjalin hubungan

12
sosial dengan ras atau suku lain. Hal ini disebabkan antara lain

karena mereka tidak atau belum berusaha untuk mengenal

kebudayaan, norma kehidupan, kebiasaan, dan bahasa dari ras

atau suku lain.

c. Hambatan psikologis

Kondisi psikologis berkaitan dengan proses-proses kejiwaan atau

mental, baik normal maupun abnormal yang memengaruhi pada

prilaku.

d. Hambatan ekologis

Hambatan ekologis berarti terjadi gangguan lingkungan terhadap

keberlangsungan suatu hubungan sosial.

2.3 Kepolisian Negara Republik Indonesia

2.3.1 Pengertian dan Fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa Kepolisian adalah segala hal-

ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Istilah kepolisian dalam undang-undang ini mengandung

dua pengertian, yakni fungsi polisi dan lembaga polisi.

Pada Pasal 2 Undang-Undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan

negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan

hukum, pelindung, pengayom dan pelayanan kepada masyarakat yang bertujuan

untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya

13
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggranya

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya

ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia.

Sedangkan sebagai lembaga, kepolisian merupakan organ pemerintah yang

ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan

fungsinya berdasarkan peraturan perundang- undangan.

2.3.2 Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia

Tugas polisi secara umum sebagaimana tercantum dalam Pasal 13 Undang-

Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,

menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

1. Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat;

2. Menegakkan hukum;

3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Untuk mendukung tugas pokok tersebut di atas, polisi juga memiliki tugas-tugas

tertentu sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) Undang–Undang No. 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli

terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

14
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat

terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa;

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-

undangan lainnya;

h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan

tugas kepolisian;

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana

termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia;

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

15
Dari tugas-tugas polisi tersebut dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya tugas

polisi ada dua yaitu tugas untuk memelihara keamanan, ketertiban, menjamin

dan memelihara keselamatan negara, orang, benda dan masyarakat serta

mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturan negara.

Tugas ini dikategorikan sebagai tugas preventif dan tugas yang kedua adalah

tugas represif. Tugas ini untuk menindak segala hal yang dapat mengacaukan

keamanan masyarakat, bangsa, dan negara.

2.3.3 Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Disamping memiliki tugas-tugas tersebut di atas, polisi memiliki wewenang

secara umum yang diatur dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1. Menerima laporan dan/atau pengaduan;

2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang

dapat mengganggu ketertiban umum;

3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup

kewenangan administratif kepolisian;

6. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari

tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

7. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

8. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;

16
9. Mencari keterangan dan barang bukti;

10. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional;

11. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan

dalam rangka pelayanan masyarakat;

12. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan

putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan

masyarakat;

13. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Adapun wewenang yang dimiliki kepolisian untuk menyelenggarakan tugas di

bidang proses pidana menurut Pasal 16 Undang-Undang No 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat

kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan.

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam

rangka penyidikan.

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri.

e. Melakukan pemeriksaan-pemeriksaan surat.

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi.

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara.

h. Mengadakan penghentian penyidikan.

17
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi

yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan

mendesak atau m endadak untuk mencegah atau enangkal

orang yang disangka melakukan tindak pidana.

k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik

pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum.

l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

2.4 Pembinaan Harkamtibmas

Polri sebagai lembaga penegakan hukum di Negara kesatuan Republik Indonesia

dengan mengacu pada Pasal 13 Undang- Undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Memberikan keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Peran polisi dalam masyarakat adalah memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat (kamtibmas).Polisi harus siap sedia dalam melayani masyarakat

apabila terjadi suatu masalah yang ada dalam masyarakat.Secara luas hal tersebut

sebagai upaya menjaga stabilitas keamanan nasional yang aman dan terkendali.

Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) sendiri terdiri dari beberapa

suku kata diantara nya keamanan yang asal katanya aman yang merupakan suatu

kondisi yang bebas dari segala macam bentuk gangguan dan hambatan.

Sedangkan pengertian Ketertiban adalah suatu keadaan dimana segala kegiatan

18
dapat berfungsi dan berperan sesuai ketentuan yang ada serta masyarakat(UU no

30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan pasal 1 ayat 15) bahwa

masyarakat adalah seseorang atau badan hukum perdata yang terkait dengan

Keputusan dan/atau Tindakan.

Pengertian Kamtibmas menurut Pasal 1 Undang-undang Kepolisian Negara

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 disebutkan bahwa pengertian

Kamtibmas adalah Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi

dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses

pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai

oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya

ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan

potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan

menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan

lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

Perkataan aman dalam pemahaman tersebut mengandung 4 (empat) pengertian

dasar, yaitu:

1. Security yaitu perasaan bebas dari gangguan fisik dan psikis;

2. Surety yaitu perasaan bebas dari kekhawatiran;

3. Safety yaitu perasaan terlindung dari segala bahaya; dan

4. Peace yaitu perasaan damai lahiriah dan batiniah.

Bimbingan Masyarakat (Bimmas) Polri pada dasarnya merupakan segala

kegiatan terencana dan berkesinambungan dalam rangka membina, mendorong,

mengarahkan dan menggerakkan masyarakat agar menjadi paham dan taat

kepada peraturan per-Undang-undangan dan norma-norma sosial lainnya serta

19
berperan aktif dalam menciptakan, memelihara dan meningkatkan ketertiban

dan keamanan swakarsa.

Sedangkan makna kata tertib dan ketertiban dalam Undang-undang tersebut

adalah suatu kondisi dimana unit sosial termasuk di dalamnya adalah warga

masyarakat dengan segala fungsi dan posisinya dapat berperan sebagaimana

ketentuan yang ada.

2.5 Peran Penting Interaksi Sosial Untuk Membangun Hubungan Sosial Yang

Positif Dalam Menunjang Tugas Polri Sebagai Pembina Harkamtibmas

Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan

yang berdasarkan atas kesadaran pada norma dan nilai sosial yang berlaku dan

diterapkan di dalam masyarakat..Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing

– masing,maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang

kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat

lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk

mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun

bertukar pikiran.

Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi

sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak

adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin

ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu

sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat

saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan

dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka

20
kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut

interaksi.

Sementara itu Hubungan sosial dapat dikatakan sebagai fakta sosial yang terjadi

dalam lingkungan masyarakat.Mengenai fakta sosial yang ada di masyarakat

terdapat teori yang membahas tentang fakta sosial tersebut yaitu teori

fungsionalisme struktural.Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem

sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan

saling menyatu dalam keseimbangan.Penganut teori fungsionalisme struktural

memusatkan perhatiannya kepada masalah bagaimana cara menjalin dan menjaga

hubungan sosial yang baik sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangan.Maka,

untuk menjaga hubungan sosial yang baik individu atau kelompok dalam

masyarakat harus dapat menjaga keseimbangan dalam hubungan sosialnya serta

dapat menyelesaikan konflik yang terjadi.

Sehingga berdasarkan hal itu Kepolisian memiliki peranan penting dalam

mewujudkan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat,

kepolisian sebagai lembaga pengayom masyarakat dalam segala kondisi sosial

yang caruk maruk. Peran kepolisian dapat dikatakan sebagai aspek kedudukan

yang berhubungan dengan kedudukanya sebagai pelindung masyarakat.

Menurut Sitorus yang dikutip oleh Rahardjo Sadjipto bahwa peranan dapat

dibedakan menjadi 4 macam:

1. Peranan pilihan (achieved role), yakni peranan yang hanya dapat

diperoleh melalui usaha tertentu. Peranan tersebut lahir dari

kemampuan individual seseorang.

2. Peranan bawaan (acriber role), yakni peranan yang diperoleh

21
secara otomatis bukan karena usaha. Misalnya seorang pangeran

suatu saat akan menjadi raja karena faktor keturunan dari orang

tuanya yang merupakan seorang raja.

3. Peranan yang diharapkan (ekspected role), yaitu peranan yang

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

bersama, Peran seperti ini biasanya dijalankan oleh petugas hukum

dan aparat pemerintahan.

4. Peranan yang disesuaikan (aktual role) yaitu peranan yang

disesuaikan sesuai dengan situasi atau kondisi yang sedang terjadi.

Dalam melaksanakan perannya sebagai Pembina Harkamtibmas, Polri

menerapkan model/pola pemolisian masyarakat (Pasal 1 angka 4 Peraturan

Kapolri Nomor 3 Tahun 2015) dengan Bhabinkamtibmas sebagai pengemban

Polmas di desa/kelurahan, penguatan fungsi pembinaan dan pengamanan di desa

atau keluarahan tersebut menjadi ujung tombak dalam mewujudkan Kamtibmas

yang kondusif secara berkelanjutan.Kehadiran Polri di masayarakat dengan

metode proaktif dan problem solving dengan membangun kemitraan dengan

warga masyarakat (partnership) menjadi salah satu peranan terpenting untuk

membangun dan menjaga hubungan sosial yang positif dimasyarakat tetap dalam

ranah keseimbangan.

Dalam kerangka Polri Sebagai ujung tombak tugas Harkamtibas yang langsung

berada di masyarakat, Polisi harus dapat menempatkan diri secara profesional

dengan karakter bertindak ssiebagai “a strong hand of society” dan “a soft hand of

society”.Untuk itu Polri mengedepankan Bhabinkamtibmas yang merupakan

pengemban pemolisian masyarakat (pasal 1 angka 4 Peraturan Kapolri Nomor 3

22
Tahun 2015) sebagai pemeran utama dalam upaya pre-emtif (pembinaan) dengan

melakukan pendekatan dan pembinaan kepada masyarakat dengan beberapa hal

yang dapat dilakukan diantaranya : (Pasal 26 Perkap No 3 Tahun 2015)

1. Melaksanakan kunjungan/sambang kepada masyarakat untuk :

mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang permasalahan Kamtibmas

dan memberikan penjelasan serta penyelesaiannya, memelihara hubungan

silaturahmi/persaudaraan

2. Membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas untuk

meningkatkan kesadaran hukum dan Kamtibmas dengan menjunjung tinggi

Hak Asasi Manusia (HAM)

3. Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri berkaitan

dengan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

(Harkamtibmas)

4. Mendorong pelaksanaan siskamling dalam pengamanan lingkungan dan

kegiatan masyarakat

5. Memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang memerlukan

6. Menggerakkan kegiatan masyarakat yang bersifat positif

7. Mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan perangkat

desa/kelurahan dan pihak-pihak terkait lainnya

8. Melaksanakan konsultasi , mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivasi kepada

masyarakat dalam Harkamtibmas dan pemecahan masalah kejahatan dan

sosial

Berdasarkan uraian tersebut diatas sangat jelas bahwa Interaksi sosial menjadi

modal utama yang digunakan oleh Polri dalam menunjang tugas sebagai

23
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat yang secara luas bertujuan

untuk menjaga stabilitas keamaan dan ikut berperan dalam mendukung

pembangunan nasional.

2.6 Faktor Penghambat Dalam Membangun Hubungan Sosial Di

Masyarakat

Dalam membangun Hubungan sosial yang baik tentu saja ada beberapa faktor

yang dapat menghambat. Faktor penghambat Hubungan sosial yaitu:

1. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain

Manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan manusia atau

masyarakat lain dalam suatu pergaulan. Kurangnya hubungan dengan

masyarakat lain mengakibatkan suatu masyarakat menjadi terasing dari

pergaulan hidup dengan masyarakat lainnya. Akibatnya mereka tidak

mengetahui kemajuan atau perkembangan yang terjadi pada masyarakat

lain. Apabila pergaulan saja sangat terbatas, maka yang terjadi adalah

keterbatasan pemikiran sehingga keinginan untuk berubahpun juga

sangat minim.

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat

Dengan adanya keterbatasan dalam pergaulan, dapat dipastikan

perkembangan ilmu pengetahuan juga akan terlambat. Sebab dalam

kemajuan ilmu pengetahuan dapat ditempuh di antaranya dengan metode

learning by doing. Tidak adanya keinginan untuk menambah wawasan di

bidang ilmu pengetahuan akan mengakibatkan pola pikir yang

24
terbelakang dan ketinggalan zaman, sehingga muncul sebuah pandangan

miring (stigma) adanya kelompok masyarakat yang enggan berubah.

3. Sikap Masyarakat Tradisional yang Konservatif

Sikap konservatif atau enggan melakukan perubahan akan membawa

mentalitas yang buruk dalam sebuah kemajuan. Karena itu sikap tersebut

harus dihindari apabila seseorang hendak melakukan suatu perubahan.

4. Vested Interest (Kepentingan-Kepentingan yang Tertanam Kuat)

Nilai-nilai tradisional akan memunculkan sebuah

kepentingankepentingan kolektif yang tertanam kuat dalam diri

masyarakat. Hal ini juga akan menghambat sebuah perubahan sosial

karena pada dasarnya suatu perubahan itu berusaha untuk meninggalkan

nilai-nilai lama guna menuju pada nilai-nilai yang baru yang lebih

bermanfaat dan sesuai dengan keadaan masyarakat saat sekarang. Oleh

karena itu, seseorang yang menginginkan sebuah perubahan harus berani

membuang jauh nilai-nilai kepentingan semacam ini.

5. Prasangka (Prejudice) terhadap Hal-Hal Baru

Selain nilai-nilai kepentingan, prasangka buruk terhadap hal yang baru

akan mengganggu proses perubahan sosial. Setiap ada hal yang baru

datang, sepertinya ada semacam ketakutan dari sekelompok masyarakat

yang tidak menghendaki perubahan, kemudian sekelompok orang tadi

berusaha memengaruhi kelompok yang lain. Hal ini harus disingkirkan

apabila seseorang akan melakukan perubahan sosial

6. Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan terhadap Integrasi Masyarakat

25
Ada sebagian anggota masyarakat yang takut atau khawatir terhadap

perubahan yang terjadi di masyarakat, karena menurut mereka perubahan

itu akan menggoyahkan integrasi dalam masyarakat. Misalnya

penggunaan traktor dalam pengolahan lahan pertanian. Awalnya hal itu

ditolak karena dapat memudarkan gotong royong di antara petani, namun

lambat laun hal itu dapat diterima.

7. Hambatan Ideologis

Suatu perubahan dalam masyarakat akan sulit terjadi apabila berbenturan

dengan ideologi atau paham yang dianut oleh masyarakat tersebut.

Misalnya kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Interaksi sosial menjadi peranan penting sebagai dasar pendukung tugas Polri

untuk menciptakan hubungan sosial yang positif yang ditandai dengan tercipta

nya situasi kamtibmas yang kondusif sehingga masyarakat tetap dalam

keseimbangan sesuai dengan norma norma hukum dan sosial.

3.2 Saran

Sebagai warga negara Indonesia yang baik sudah sepatutnya dapat meningkatkan

sikap toleransi diantara kelompok-kelompok yang berada dalam suatu

masyarakat, meingkatkan sikap saling menghargai terhadap kebudayaan yang

didukung oleh masyarakat lain dengan mengakui kelebihan dan kekurangan

masing-masing serta lebih proaktif dan tanggap membantu Polri dalam

menciptakan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat yang aman dan tentram.

27

Anda mungkin juga menyukai