Anda di halaman 1dari 22

1

GAMBARAN KADAR DEBU, JUMLAH KENDARAAN,


DAN FAKTOR IKLIM DI JALAN RAYA SITEBA
KOTA PADANG
TAHUN 2014

Proposal Ini Diajukan Sebagai Media Pembelajaran Metodologi Penelitian


Di Jurusan Kesehatan Lingkungan Padang

Oleh:
RAHMAD HIDAYAT
121110056

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN RI PADANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2014
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat

memprihatinkan. Sebelum ada intervensi kegiatan manusia dan peristiwa-peristiwa

alamiah, udara yang ada di atmosfir dapat dikatakan bersih (Depkes, 1991 : 163).

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, dengan meningkatnya

pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami

perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Pada sore hari dari

ketinggian tampak kota besar seperti Jakarta memperlihatkan warna yang kumuh,

cakrawala yang diliputi asap dan debu. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi,

perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta

tumbuhan.

Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu

masuknya zat pencemar (terbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara.

Masuknya zat pencemar kedalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran

hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut, juga sebagian

besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi, industri,

pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta

kegiatan rumah tangga.

Sumber pencemar udara dapat berasal dari kegiatan industri, transportasi,

perkantoran dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar


1
3

dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemar juga dapat

disebabkan oleh kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam

beracun.

Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan

melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan kepadatan

lalulintas dan hasil produksi sampingan yang merupakan salah satu sumber pencemaran

udara (Soedomo, 2001: 3).

Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi disamping memberi

dampak positif juga memberikan dampak negatif. Adapun pembangunan industri,

transportasi, dalam kegiatannya sangat berkaitan dengan pembangunan kesehatan,

karena hal ini memperhatikan berbagai aspek kesehatan terutama aspek kesehatan

lingkungan. Sehingga perlu juga diperhatikan tujuan pembangunan di bidang kesehatan,

yaitu : tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum dan tujuan nasional.

Dampak dari pencemaran udara menyebabkan penurunan kualitas udara yang

dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Setiap tahun hampir setiap juta

penduduk Asia termasuk Indonesia menderita berbagai penyakit akibat pencemaran

udara, seperti penyakit saluran pernafasan, asma, iritasi mata dan kulit bahkan sampai

meninggal dunia. Hal ini disebabkan oleh adanya zat dan gas beracun seperti partikel

halus (debu, serta karbon monoksida, nitrogen oksida dan sumber tetap), atau dari

kendaraan bermotor (Harsono, 2004:3).


4

Pencemaran udara, yang paling banyak terjadi di Indonesia ialah pencemaran di

luar (outdoor pollution). Pencemaran di luar, kurang lebih 70 persen, disebabkan oleh

emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap

lingkungan, seperti, timbal atau timah hitam, Suspended Particulate Matter (SPM),

oksida nitrogen, hidrokarbon, karbon monoksida, dan oksida fotokimia. Pencemaran

udara juga merupakan pembunuh kedua bagi anak balita. Empat belas persen kematian

balita di seluruh Indonesia dan enam persen angka kematian penduduk Indonesia

disebabkan oleh pencemaran udara (Ruhiat, 2006 :2).

Melihat kenyataan dewasa ini memang pencemaran udara menjadi masalah yang

pelik di zaman ini. Green Peace dan Friends Of The Earth mencatat, angka

pertumbuhan populasi dunia berkisar 1,74 persen tiap tahunnya. Sementara itu, jumlah

mobil dan motor berkembang mendekati angka lima persen setiap tahun. Lebih dari

seperlima populasi didunia mengisap udara berpolusi. Bayi-bayi, orang lanjut usia,

perempuan yang tengah hamil dan penderita asma serta yang mempunyai penyakit

pernafasan menanggung risiko yang tinggi dalam kondisi alam dewasa ini (Ruhiat,

2006 : 56).

Udara di Sumatera Barat, khususnya Kota Padang makin tak sehat mulai tahun

2015 mendatang akibat lonjakan kendaraan, pertambahan jumlah penduduk, dan me-

nyempitnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penyumbang polusi udara terbesar di Kota

Padang berasal dari kendaraan bermotor. Data Bapedalda Kota Padang, 70 persen polusi

udara disebabkan kendaraan, 20 persen industri, selebihnya berasal dari rokok dan

sampah.
5

Jumlah kendaraan apabila tidak dibatasi, maka langit udara di Kota Padang akan

dipenuhi dengan SPM (Suspended Particulate Matter). SPM, biasa juga disebut Total

Suspended Particulate (TSP), merupakan debu yang melayang-layang, merupakan

campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar

di udara dengan diameter yang sangat kecil, dari 1 mikron hingga 500 mikron.

Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dan masuk

kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan.

Pembangunan yang begitu gencar kegiatannya dewasa ini yaitu pembangunan

sarana transportasi terutama jalan. Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan

kendaraan, maka sarana jalan menjadi sesuatu yang sangat vital untuk di bangun.

Penggunaan jalan – jalan di Kota Padang sangat bervariasi, mulai dari kendaraan

pribadi, angkutan kota dan delman. Namun tanpa disadari dengan adanya aktifitas di

ruas – ruas jalan tersebut maka jumlah kadar debu yang ditimbulkan kemungkinan akan

semakin tinggi. Debu-debu tersebut dapat berasal dari buangan kendaraan bermotor,

gesekan antara ban mobil dengan badan jalan dapat membuat debu yang ada pada jalan

tersebut beterbangan. Debu-debu tersebut juga berasal dari aktifitas masyarakat yang ada

di jalan tersebut.

Meningkatnya pembangunan terutama yang dilakukan di jalan Veteran, seperti

meningkatnya pembangunan gedung pusat perbelanjaan atau pusat grosir pada jalan

tersebut dapat menimbulkan debu yang berasal dari kegiatan pembangunan gedung

tersebut. Selain itu dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan terutama angkutan

kota yang melintasi di jalan Veteran tersebut dan banyaknya variasi kendaraan yang
6

melintasi jalan Hang Tuah serta aktifitas masyarakat juga dapat meningkatkan jumlah

kadar debu di jalan Veteran dan jalan Hang Tuah.

Pengukuran sebelumnya yang dilakukan Tahun 2014 pada jalan Veteran di dapat

jumlah kendaraan sebanyak 1361 kendaraan selama satu jam pengukuran dan pada jalan

Veteran sebanyak 6055 kendaraan selama satu jam pengukuran.

Melihat tingginya jumlah kendaraan pada jalan Veteran dan Hang Tuah akan

meningkatkan kadar debu di udara maka untuk itu penulis tertarik untuk mengukur

kadar debu di jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran Kadar Debu, Jumlah Kendaraan, dan Faktor Iklim di Jalan

Veteran dan Hang Tuah Kota Padang tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran Kadar Debu,

Jumlah Kendaraan, dan Faktor Iklim di Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang tahun

2014.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Diketahuinya kadar debu Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang tahun 2014.
1.3.2.2 Diketahuinya jumlah kendaraan bermotor pada Jalan Veteran dan Hang Tuah

Kota Padang tahun 2014.


1.3.2.3 Diketahuinya kecendrungan hubungan jumlah kendaraan dengan kadar debu

pada Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang tahun 2014.
7

1.3.2.4 Diketahuinya kecendrungan hubungan suhu, kelembaban, dan kecepatan angin,

terhadap kadar debu pada Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang tahun

2014.

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan ilmu

yang di peroleh selama menempuh pendidikan


1.4.2 Bagi masyarakat, sebagai masukan dalam hal informasi tentang kondisi

lingkungan serta pencemaran udara terutama yang disebabkan oleh debu yang

berasal dari berbagai aktifitas masyarakat dan juga berasal dari kendaraan

bermotor.
1.4.3 Bagi Pemda Kota Padang, sebagai bahan masukan dalam penataan dan

pengaturan jalur kendaraan bermotor serta dapat melakukan penghijauan di

beberapa ruas jalan Kota Padang.

1.5 Ruang lingkup penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah gambaran kadar debu, jumlah

kendaraan, dan faktor iklim di Jalan Veteran dan Hang Tuah di kota padang tahun 2013

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis


2.1.1 Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing

didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan

normalnya (Wardhana, 1995: 27).


8

Pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik

oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat alam

sehingga kualitas udara turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan

lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya

(Chandra, 2006 : 75).


Pencemaran udara merupakan masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur

berbahaya ke dalam atmosfer yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan

lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas

lingkungan (Ruhiat, 2006 : 8).

2.1.2 Penyebab Pencemaran Udara


Pembangunan yang berkembang pesat pada saat ini, khususnya dalam indusri

dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan

bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup menjadi tercemar oleh

gas-gas buangan hasil pembakaran.


Secara umum penyebab pencemaran udara ada dua macam yaitu : (Wardhana,

1995: 28). 8
a. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh :
1). Debu yang beterbangan akibat tiupan udara
2). Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi akibat gas-gas

vulkanik
3). Proses pembakaran sampah organik
b. Karena faktor external (secara non alamiah), contoh :
1). Hasil pembakaran fosil
2). Debu atau serbuk hasil kegiatan industri
3). Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara

Pencemaran udara akan makin meningkat jika kepadatan lalu lintas cukup tinggi

dan banyaknya industri yang menafikan dampak lingkungan. Semakin tinggi bahan

bakar yang berasal minyak maka potensi terjadinya pencemaran akan semakin tinggi
9

sebab udara tersebut tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran. Kebanyakan

pencemaran udara disebabkan oleh kegiatan manusia yang tidak memperhatikan dampak

lingkungan dan faktor alam.

Selain itu, bisa juga karena kekurangan lahan hijau atau ruang terbuka hijau

(taman kota/hutan kota). Karena sangat berpengaruh jika populasi penduduk bertambah,

aktifitas pembangunan, sarana transportasi (meningkatnya jumlah kendaraan), akibatnya

lahan hijau pun akan berkurang.

Penyebab pencemaran udara oleh kegiatan manusia ialah sebagai berikut :

a. debu atau partikel dari kegiatan manusia


b. penggunaan zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
c. gas buang hasil pembakaran bahan bakar fosil

Penyebab pencemaran udara oleh faktor alam ialah sebagai berikut :

a. debu dari letusan gunung berapi


b. proses pembusukan sampah organik
c. debu yang beterbangan oleh tiupan angin

Pencemaran udara merupakan campuran bahan pencemar, baik berupa padatan

maupun cairan atau gas yang masuk terdisperi ke udara lalu menyebar ke lingkungan

sekitarnya. Faktor kondisi geografis, suhu udara dan tekanan udara setempat dapat

mempengaruhi kecepatan dalam penyebarannya, seperti kawasan yang daya dukung

alamnya berkurang, sering dijumpai berbagai penyakit yang erat kaitannya akibat

pencemaran. (Ruhiat, 2006 : 15).

2.1.3 Komponen Pencemar Udara


10

Udara didaerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan

teknologi serta lalu lintas yang padat, udaranya tidak bersih lagi. Dari beberapa macam

komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran

udara adalah komponen-komponen berikut ini (Wardhana, 1995: 31) :

a. Karbon Monoksida (CO)


b. Nitrogen Oksida (NOx)
c. Belerang Oksida (SOX)
d. Hidro Karbon (HC)
e. Partikel

2.1.4 Pengaruh Pencemaran Udara

Menurut Ruhiat, 2006 : 42 pengaruh dari pencemaran udara dibagi menjadi 4

yaitu pengaruh terhadap manusia, hewan, tanaman, dan pengaruh terhadap bukan

mahluk hidup.

a. Pengaruh terhadap manusia

Polutan udara dapat menjadi sumber penyakit seperti virus, bakteri, dan

beberapa jenis cacing. Dampak yang disebabkan oleh polutan udara yang buruk

dapat mengakibatkan seseorang menjadi alergi yang selanjutnya menjadi pintu

masuk bagi bakteri yang berpotensi terjadinya infeksi. Polutan udara yang terjadi

secara kronis berpotensi untuk mendorong terjadinya kanker.

Polusi dengan udara panas dapat menimbulkan beberapa jenis penyakit

dan manusia tidak dapat mentolerasi suhu udara diatas 50 0C. Kelembaban udara

(mengandung kadar uap air) melebihi normal akan mempercepat pertumbuhan

bakteri. Negara yang memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi biasanya

Negara yang berada di daerah tropis seperti di Indonesia.

b. Pengaruh terhadap hewan


11

Polutan udara dapat mengakibatkan keracunan kronis. Biasanya melalui

pakan yang dicemari udara. Di samping itu, meningkatnya udara yang melebihi

batas normal berpotensi menurunkan produksi hewan, seperti kurangnya pasokan

rumput yang dibutuhkan untuk hewan yang berkembang biak jika terjadi musim

kering yang berkepanjangan.

c. Pengaruh terhadap tanaman


Terjadinya peningkatan suhu udara dalam batas normal bisa berpengaruh

pada pertumbuhan tanaman sehingga bisa menurunkan produksi beberapa

jenis pangan seperti sayuran dan buah-buahan. Selain kerugian ekonomis,

pengaruh terhadap tanaman dapat merusak jaringan pada daun, daun tidak

dapat berfungsi dengan baik sebagai tempat terbentuknya karbohidrat melalui

fotosintesis. Kondisi ini berefek pada produksi tanaman.


d. Pengaruh terhadap bukan mahluk hidup

Karbon dioksida dan partikel dari polusi udara melalui atmosfer atau

mempengaruhi kadar ozon berpotensi terhadap iklim dan cuaca. Perubahan

iklim ini sering terjadi, yaitu perubahan musim yang biasanya musim hujan

menjadi musim kemarau atau sebaliknya, sehingga dapat mengacaukan

program pertanian.

Pada benda mati, pengaruh pencemaran udara sangat merugikan atau

memberikan perubahan esteti, seperti batu, tanah liat, metal, kayu, cat karet,

bahan kulit, bahan tekstil, dan makanan. Selain itu, pencemaran udara bisa

mengakibatkan abrasi terutama akibat fisik atau kimia.

2.1.5 Pengertian Debu


12

Debu adalah aerosol yang berupa butiran-butiran padat yang berhambur dan

melayang di udara karena adanya hembusan angin (Whardana, 2004 :57).

Debu ialah padatan tersuspensi dalam udara yang dihasilkan dari pemecahan

bahan (Sutjipto, 2004 : 121).

2.1.6 Sumber-sumber Debu


Sumber debu dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari ulah

manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pencemaran partikel

yang berasal dari alam seringkali dianggap wajar. Kalaupun terjadi gangguan terhadap

lingkungan yang mengurangi tingkat kenyamanan hidup maka hal tersebut akan

dianggap sebagai musibah bencana alam. Pencemaran partikel yang berasal dari alam

yang pernah tercacat sebagai kejadian yang hebat adalah pencemaran partikel akibat

letusan gunung Krakatau pada tahun 1885. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang

terlempar akibat letusan gunung Krakatau, tidak hanya jatuh di sekitar Selat Sunda

(Jawa Barat dan Lampung) saja, namun sempat melayang di atmosfir mengelilingi dunia

dalam waktu yang cukup lama sebelum akhirnya jatuh di daratan Eropa.
Partikel sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup, yaitu pada saat

partikel masih melayang-layang sebagai pencemar diudara sebelum jatuh ke bumi.

Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan seperti yang

diperlihatkan oleh abu vulkanik letusan gunung Krakatau tersebut. Sedangkan kecepatan

pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, masa jenis, serta arah kecepatan angin

yang bertiup. Partikel yang sudah “mati” karena jatuh dapat “hidup” kembali apabila

tertiup oleh angin kencang dan melayang-layang lagi di udara.


Sumber pencemar partikel debu akibat ulah manusia sebagian besar berasal dari

pembakaran batu bara, proses industri, pembakaran hutan, dan gas buangan alat
13

transportasi. Di negara-negara industri, pemakaian batu bara sebagai bahan bakar

merupakan sumber pencemaran partikel (Whardana, 1995: 58).


Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa

karbon akan murni atau tercampur dengan gas-gas organik, seperti halnya penggunaan

mesin diesel yang tidak terpelihara dengan baik. Kepadatan kendaraan bermotor dapat

menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu, demikian juga pembakaran

sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber debu yang cukup

tinggi. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan dapat

menambahkan abu beterbangan di udara, seperti yang di hasilkan kendaraan bermotor

(Harsono, 2004 : 3).


Partikel dapat berupa debu padat atau titik-titik cair yang bersifat primer atau

sekunder. Sumber polusi partikel selain dari proses alam juga disebabkan oleh aktifitas

manusia seperti peleburan, pembakaran tidak sempurna, transportasi, dan kegiatan

industri (Ruhiat, 2006 : 31).

Tabel 2.1 Sumber Pencemar Partikel (debu)


Sumber Pencemar Persen Bagian Persen Total
Transportasi 4,3
a. Mobil bensin 1,8
b. Mobil diesel 1,0
c. Pesawat terbang 0,0
d. Kereta api 0,7
e. Kapal laut 0,4
f. Sepeda motor 0,4
Pembakaran stasioner 31,4
14

a. Batu bara 29,0


b. Minyak 1,0
c. Gas alam 0,7
d. Kayu 0,7
Proses industri 26,5 26,5
Pembuangan limbah padat 3,9 3,9
Lain-lain : 33,9
a. Kebakaran hutan 23,7
b. Pembakaran batu bara sisa 11,4
c. Pembakaran limbah pertanian 8,4
d. Lain-lain 0,4
Jumlah 100 100
Sumber (Whardana,1995: 55)
2.1.7 Pengaruh Debu Terhadap Kesehatan Manusia
Partikel yang mencemari udara dapat merugikan kesehatan manusia. Pada

umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit saluran pernafasan atau pnuemokoniosis.


Pengaruh partikel terhadap manusia yang merugikan secara langsung, yaitu pada

sistem pernafasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi, antara lain, ukuran partikel,

karena akan menentukan penetrasi ke dalam sistem pernafasan. Pada dasarnya, partikel-

partikel akan dapat dicegah oleh bulu hidung dan membrane mukosa. Apabila partikel-

partikel itu tidak dapat dicegah oleh hal tersebut, maka akan tertinggal dalam paru-paru

yang bisa berbahaya bagi kesehatan.


Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke

dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk kedalam paru-paru akan

menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang

berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan

partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran pernafasan bagian

tengah. Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam

lubang kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi,

kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas dihembuskan (Whardana, 1995 : 126).
15

Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui sistem

pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan langsung terutama terjadi pada

sistem pernafasan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama

adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel yang menentukan seberapa jauh penetrasi

pertikel ke dalam sistem pernafasan.


Sistem pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah

masuknya partikel-partikel, baik berbentuk padat maupun cair, ke dalam paru-paru.

Bulu-bulu hidung akan mencegah masuknya partikel-partikel berukuran besar,

sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan dicegah masuk oleh membrane

mukosa yang terdapat di sepanjang sistem pernafasan dan merupakan permukaan tempat

partikel menempel. Pada bagian sistem pernafasan terdapat bulu-bulu halus (silia) yang

bergerak ke depan dan ke belakang bersama-sama mukosa sehingga membentuk aliran

yang membawa partikel yang ditangkapnya keluar dari sistem pernafasan ke

tenggorokan, dimana partikel tersebut tertelan.


Partikel-partikel yang masuk dan tertinggal didalam paru-paru mungkin

berbahaya bagi kesehatan karena tiga hal penting (Fardiaz, 1992 : 139) yaitu :
1. Partikel tersebut mungkin beracun karena sifat-sifat kimia dan fisiknya
2. Partikel tersebut mungkin bersifat inert (tidak bereaksi) tetapi jika tertinggal di

dalam saluran pernafasan dapat mengganggu pembersihan bahan-bahan lain

yang berbahaya
3. Partikel-partikel tersebut mungkin dapat membawa molekul-molekul gas yang

berbahaya, baik dengan cara mengabsorbsi, sehingga molekul-molekul gas

tersebut dapat mencapai dan tertinggal di bagian paru-paru yang sensitif.

2.1.8 Pengaruh Debu Terhadap Tanaman


16

Partikel yang berupa debu dapat menempel pada daun-daun tanaman yang akan

membentuk lapisan kerak di permukaan daun. Apabila permukaan kerak di permukaan

daun banyak bisa mengganggu proses fotosintesis pada tanaman, disebabkan sinar

matahari terhambat masuk dan menghambat pertukaran karbon dioksida dengan

atmosfer. Akibat sampingan dari daun-daun tanaman yang mengandung partikel

komponen kimia akan berbahaya bagi hewan yang memakannya (Ruhiat, 2006 : 32).

Pengaruh partikel terhadap tanaman terutama adalah dalam bentuk debunya,

dimana debu tersebut jika bergabung dengan uap air atau gerimis akan membentuk kerak

yang tebal pada permukaan daun dan tidak dapat tercuci dengan air hujan kecuali

dengan menggosoknya. Lapisan kerak tersebut akan mengganggu proses fotosintesis

pada tanaman karena akan menghambat masuknya sinar matahari dan mencegah

pertukaran CO2 dengan atmosfer. Akibatnya pertumbuhan tanaman akan terganggu,

bahaya lain yang ditimbulkan dari pengumpulan partikel dari tanaman adalah

kemungkinan bahwa partikel tersebut mengandung komponen berbahaya bagi hewan

yang memakan tanaman tersebut (Fardiaz, 1992 : 142).

2.1.9 Pengaruh Debu terhadap Radiasi Solar dan Iklim

Partikel yang terdapat di atmosfer berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi

solar yang dapat mencapai permukaan bumi. Pengaruh ini disebabkan oleh penyebaran

dan absorbsi sinar oleh partikel, salah satu pengaruh utamanya adalah penurunan

visibilitas. Sinar yang melalui objek pengamat akan di absorbsi dan disebarkan oleh

partikel sebelum mencapai pengamat, sehingga intensitas sinar yang diterima dari objek

dan latar belakangnya akan berkurang. Akibatnya perbedaan antara kedua intensitas
17

tersebut akan hilang sehingga keduanya menjadi kontras dan kabur. Penurunan

visibilitas ini dapat membahayakan misalnya pada waktu mengendarai kendaraan atau

kapal terbang.

2.2 Hubungan Kecepatan Angin Dan Kelembaban Dengan Kadar Debu

Kondisi meteorologis dapat mempengaruhi kadar bahan pencemar dalam udara,

sehingga kadar partikel debu yang terdapat diudara besar kecilnya dapat dipengaruhi

oleh kondisi meteorologis tersebut. Kecepatan angin menentukan jumlah kadar debu di

udara karena angin mempengaruhi pendistribusian polutan di udara.

Partikel mempunyai sifat untuk mengabsorbsi uap air di udara, sehingga kadar

partikel sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kelembaban. Pada kelembaban yang

tinggi debu tidak akan terserap oleh alat karena debu akan terlarut bersama air yang ada

di udara, maka kelembaban berbanding terbalik dengan kadar debu. (Teddy, 2006 : 24).

2.3 Alur Penelitian

Jumlah kendaraan Kadar debu

Kecepatan angin

Kelembaban

suhu

Gambar 2.1
Alur Penelitian
18

2.3 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Mengukur
Kadar Debu Banyaknya debu Low Volume Air Pengukuran ……µg/m3 Rasio
Ambien berdasarkan dari Sample (LVAS)
hasil pengukuran
di Jalan M. Yamin
dan Jalan Khatib
Sulaiman
Jumlah Banyaknya Counter Perhitungan …..kendaraan Rasio
Kendaraan kendaraan / jam
Bermotor bermotor yang
melewati Jalan M.
Yamin dan Jalan
Khatib Sulaiman
selama 1 jam
19

pengukuran
Suhu Temperatur udara Thermohigrometer Pengukuran …..0C Interval
di Jalan M. Yamin
dan Jalan Khatib
Sulaiman
Kelembaban Kandungan uap Thermohigrometer Pengukuran Kelembaban Interval
air yang terdapat nisbi 65% -
di udara Jalan M. 95%
Yamin dan Jalan
Khatib Sulaiman
Kecepatan Kecepatan aliran Anemometer Pengukuran …..m/s Rasio
angin angin di jalan M.
Yamin dan Jalan
Khatib Sulaiman
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Disain penelitian deskriptif yaitu menggambarkan Kadar Debu, Jumlah

Kendaraan, dan Faktor Iklim di Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang tahun 2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang, pada

tahun 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
20

Populasi pada penelitian ini adalah udara yang mengandung debu di sepanjang

Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang dan kendaraan bermotor yang melintas di

sepanjang Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang.

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan non random sampling (Non

Probability) yaitu secara accidental sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel

yaitu kadar debu pada Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang.

Pada Veteran dan Hang Tuah sampel diambil dalam dua titik pengambilan

sampel. Pengambilan sampel dalam satu titik dilakukan pengambilan sampel sebanyak

tiga kali yaitu pada pagi, siang dan sore hari, pengambilan sampel dilakukan selama satu

jam. Pengambilan sampel dilakukan selama tiga hari.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data primer diperoleh langsung dari hasil pengukuran kadar debu di lapangan

dengan menggunakan Low Volume Air Sampling (LVAS) kemudian dianalisa dengan
21
metode gravimetri di laboraturium kimia Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang

Jurusan Kesehatan Lingkungan. Selain itu data primer diperoleh juga dari perhitungan

semua jumlah kendaraan bermotor yang melewati Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota

Padang selama dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan counter serta

pengukuran terhadap kecepatan angin dengan menggunakan anemometer dan

pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan thermohygrometer.

3.5 Pengolahan dan Penyajian Data


21

3.5.1 Pengolahan data

Setelah pengumpulan data maka di lakukan pengolahan data dengan komputerisasi.


Langkah – langkah yang dilakukan antara lain :

1. Editing
Yaitu memeriksa kelengkapan dan kejelasan data.

2. Cleaning
Yaitu mencek kembali apakah ada kesalahan data sehingga data benar – benar
siap untuk di analisa.
3. Processing
Proses pengolahan data dengan memasukkan data hasil pengukuran dan diolah
dengan program komputer.
3.5.2 Analisis Data

Analisis ini menggunakan analisis univariat, yaitu menggambarkan distribusi

frekuensi dari variabel independen yaitu kepadatan kendaraan bermotor dan variabel

dependen yaitu kadar debu jalan Veteran dan Hang Tuah an..

3.5.3 Penyajian Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik

fluktuasi gambaran Kadar Debu, Kepadatan Kendaraan, dan Faktor Iklim di Jalan

Veteran dan Hang Tuah Kota Padang tahun 2014.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.6.1 Low Volume Air Sampling (LVAS) digunakan untuk pengambilan sampel debu

udara di lokasi penelitian


3.6.2 Counter digunakan untuk menghitung jumlah kendaraan bermotor yang melintasi

lokasi penelitian
22

3.6.3 Thermohygrometer untuk pengukuran suhu dan kelembaban pada lokasi

penelitian
3.6.4 Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan angin pada lokasi penelitian
3.6.5 Timbangan Analitik digunakan untuk menimbang kertas saring sebelum dan

setelah pengambilan sampel debu

Anda mungkin juga menyukai