Oleh:
RAHMAD HIDAYAT
121110056
BAB I
PENDAHULUAN
alamiah, udara yang ada di atmosfir dapat dikatakan bersih (Depkes, 1991 : 163).
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami
perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Pada sore hari dari
ketinggian tampak kota besar seperti Jakarta memperlihatkan warna yang kumuh,
cakrawala yang diliputi asap dan debu. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi,
tumbuhan.
masuknya zat pencemar (terbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara.
Masuknya zat pencemar kedalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran
hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut, juga sebagian
besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi, industri,
dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemar juga dapat
disebabkan oleh kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam
beracun.
lalulintas dan hasil produksi sampingan yang merupakan salah satu sumber pencemaran
karena hal ini memperhatikan berbagai aspek kesehatan terutama aspek kesehatan
yaitu : tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur
dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Setiap tahun hampir setiap juta
udara, seperti penyakit saluran pernafasan, asma, iritasi mata dan kulit bahkan sampai
meninggal dunia. Hal ini disebabkan oleh adanya zat dan gas beracun seperti partikel
halus (debu, serta karbon monoksida, nitrogen oksida dan sumber tetap), atau dari
luar (outdoor pollution). Pencemaran di luar, kurang lebih 70 persen, disebabkan oleh
dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap
lingkungan, seperti, timbal atau timah hitam, Suspended Particulate Matter (SPM),
udara juga merupakan pembunuh kedua bagi anak balita. Empat belas persen kematian
balita di seluruh Indonesia dan enam persen angka kematian penduduk Indonesia
Melihat kenyataan dewasa ini memang pencemaran udara menjadi masalah yang
pelik di zaman ini. Green Peace dan Friends Of The Earth mencatat, angka
pertumbuhan populasi dunia berkisar 1,74 persen tiap tahunnya. Sementara itu, jumlah
mobil dan motor berkembang mendekati angka lima persen setiap tahun. Lebih dari
seperlima populasi didunia mengisap udara berpolusi. Bayi-bayi, orang lanjut usia,
perempuan yang tengah hamil dan penderita asma serta yang mempunyai penyakit
pernafasan menanggung risiko yang tinggi dalam kondisi alam dewasa ini (Ruhiat,
2006 : 56).
Udara di Sumatera Barat, khususnya Kota Padang makin tak sehat mulai tahun
2015 mendatang akibat lonjakan kendaraan, pertambahan jumlah penduduk, dan me-
nyempitnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penyumbang polusi udara terbesar di Kota
Padang berasal dari kendaraan bermotor. Data Bapedalda Kota Padang, 70 persen polusi
udara disebabkan kendaraan, 20 persen industri, selebihnya berasal dari rokok dan
sampah.
5
Jumlah kendaraan apabila tidak dibatasi, maka langit udara di Kota Padang akan
dipenuhi dengan SPM (Suspended Particulate Matter). SPM, biasa juga disebut Total
campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar
di udara dengan diameter yang sangat kecil, dari 1 mikron hingga 500 mikron.
Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dan masuk
kendaraan, maka sarana jalan menjadi sesuatu yang sangat vital untuk di bangun.
Penggunaan jalan – jalan di Kota Padang sangat bervariasi, mulai dari kendaraan
pribadi, angkutan kota dan delman. Namun tanpa disadari dengan adanya aktifitas di
ruas – ruas jalan tersebut maka jumlah kadar debu yang ditimbulkan kemungkinan akan
semakin tinggi. Debu-debu tersebut dapat berasal dari buangan kendaraan bermotor,
gesekan antara ban mobil dengan badan jalan dapat membuat debu yang ada pada jalan
tersebut beterbangan. Debu-debu tersebut juga berasal dari aktifitas masyarakat yang ada
di jalan tersebut.
meningkatnya pembangunan gedung pusat perbelanjaan atau pusat grosir pada jalan
tersebut dapat menimbulkan debu yang berasal dari kegiatan pembangunan gedung
tersebut. Selain itu dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan terutama angkutan
kota yang melintasi di jalan Veteran tersebut dan banyaknya variasi kendaraan yang
6
melintasi jalan Hang Tuah serta aktifitas masyarakat juga dapat meningkatkan jumlah
Pengukuran sebelumnya yang dilakukan Tahun 2014 pada jalan Veteran di dapat
jumlah kendaraan sebanyak 1361 kendaraan selama satu jam pengukuran dan pada jalan
Melihat tingginya jumlah kendaraan pada jalan Veteran dan Hang Tuah akan
meningkatkan kadar debu di udara maka untuk itu penulis tertarik untuk mengukur
Bagaimana gambaran Kadar Debu, Jumlah Kendaraan, dan Faktor Iklim di Jalan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran Kadar Debu,
Jumlah Kendaraan, dan Faktor Iklim di Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang tahun
2014.
pada Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang tahun 2014.
7
terhadap kadar debu pada Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang tahun
2014.
lingkungan serta pencemaran udara terutama yang disebabkan oleh debu yang
berasal dari berbagai aktifitas masyarakat dan juga berasal dari kendaraan
bermotor.
1.4.3 Bagi Pemda Kota Padang, sebagai bahan masukan dalam penataan dan
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah gambaran kadar debu, jumlah
kendaraan, dan faktor iklim di Jalan Veteran dan Hang Tuah di kota padang tahun 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat alam
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya
lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas
bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup menjadi tercemar oleh
1995: 28). 8
a. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh :
1). Debu yang beterbangan akibat tiupan udara
2). Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi akibat gas-gas
vulkanik
3). Proses pembakaran sampah organik
b. Karena faktor external (secara non alamiah), contoh :
1). Hasil pembakaran fosil
2). Debu atau serbuk hasil kegiatan industri
3). Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
Pencemaran udara akan makin meningkat jika kepadatan lalu lintas cukup tinggi
dan banyaknya industri yang menafikan dampak lingkungan. Semakin tinggi bahan
bakar yang berasal minyak maka potensi terjadinya pencemaran akan semakin tinggi
9
sebab udara tersebut tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran. Kebanyakan
pencemaran udara disebabkan oleh kegiatan manusia yang tidak memperhatikan dampak
Selain itu, bisa juga karena kekurangan lahan hijau atau ruang terbuka hijau
(taman kota/hutan kota). Karena sangat berpengaruh jika populasi penduduk bertambah,
maupun cairan atau gas yang masuk terdisperi ke udara lalu menyebar ke lingkungan
sekitarnya. Faktor kondisi geografis, suhu udara dan tekanan udara setempat dapat
alamnya berkurang, sering dijumpai berbagai penyakit yang erat kaitannya akibat
teknologi serta lalu lintas yang padat, udaranya tidak bersih lagi. Dari beberapa macam
komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran
yaitu pengaruh terhadap manusia, hewan, tanaman, dan pengaruh terhadap bukan
mahluk hidup.
Polutan udara dapat menjadi sumber penyakit seperti virus, bakteri, dan
beberapa jenis cacing. Dampak yang disebabkan oleh polutan udara yang buruk
masuk bagi bakteri yang berpotensi terjadinya infeksi. Polutan udara yang terjadi
dan manusia tidak dapat mentolerasi suhu udara diatas 50 0C. Kelembaban udara
bakteri. Negara yang memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi biasanya
pakan yang dicemari udara. Di samping itu, meningkatnya udara yang melebihi
rumput yang dibutuhkan untuk hewan yang berkembang biak jika terjadi musim
pengaruh terhadap tanaman dapat merusak jaringan pada daun, daun tidak
Karbon dioksida dan partikel dari polusi udara melalui atmosfer atau
iklim ini sering terjadi, yaitu perubahan musim yang biasanya musim hujan
program pertanian.
memberikan perubahan esteti, seperti batu, tanah liat, metal, kayu, cat karet,
bahan kulit, bahan tekstil, dan makanan. Selain itu, pencemaran udara bisa
Debu adalah aerosol yang berupa butiran-butiran padat yang berhambur dan
Debu ialah padatan tersuspensi dalam udara yang dihasilkan dari pemecahan
manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pencemaran partikel
yang berasal dari alam seringkali dianggap wajar. Kalaupun terjadi gangguan terhadap
lingkungan yang mengurangi tingkat kenyamanan hidup maka hal tersebut akan
dianggap sebagai musibah bencana alam. Pencemaran partikel yang berasal dari alam
yang pernah tercacat sebagai kejadian yang hebat adalah pencemaran partikel akibat
letusan gunung Krakatau pada tahun 1885. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang
terlempar akibat letusan gunung Krakatau, tidak hanya jatuh di sekitar Selat Sunda
(Jawa Barat dan Lampung) saja, namun sempat melayang di atmosfir mengelilingi dunia
dalam waktu yang cukup lama sebelum akhirnya jatuh di daratan Eropa.
Partikel sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup, yaitu pada saat
Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan seperti yang
diperlihatkan oleh abu vulkanik letusan gunung Krakatau tersebut. Sedangkan kecepatan
pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, masa jenis, serta arah kecepatan angin
yang bertiup. Partikel yang sudah “mati” karena jatuh dapat “hidup” kembali apabila
pembakaran batu bara, proses industri, pembakaran hutan, dan gas buangan alat
13
karbon akan murni atau tercampur dengan gas-gas organik, seperti halnya penggunaan
mesin diesel yang tidak terpelihara dengan baik. Kepadatan kendaraan bermotor dapat
menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu, demikian juga pembakaran
sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber debu yang cukup
tinggi. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan dapat
sekunder. Sumber polusi partikel selain dari proses alam juga disebabkan oleh aktifitas
umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam
karena akan menentukan penetrasi ke dalam sistem pernafasan. Pada dasarnya, partikel-
partikel akan dapat dicegah oleh bulu hidung dan membrane mukosa. Apabila partikel-
partikel itu tidak dapat dicegah oleh hal tersebut, maka akan tertinggal dalam paru-paru
dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk kedalam paru-paru akan
berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan
partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran pernafasan bagian
tengah. Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam
lubang kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi,
kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas dihembuskan (Whardana, 1995 : 126).
15
pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan langsung terutama terjadi pada
sistem pernafasan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama
adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel yang menentukan seberapa jauh penetrasi
sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan dicegah masuk oleh membrane
mukosa yang terdapat di sepanjang sistem pernafasan dan merupakan permukaan tempat
partikel menempel. Pada bagian sistem pernafasan terdapat bulu-bulu halus (silia) yang
berbahaya bagi kesehatan karena tiga hal penting (Fardiaz, 1992 : 139) yaitu :
1. Partikel tersebut mungkin beracun karena sifat-sifat kimia dan fisiknya
2. Partikel tersebut mungkin bersifat inert (tidak bereaksi) tetapi jika tertinggal di
yang berbahaya
3. Partikel-partikel tersebut mungkin dapat membawa molekul-molekul gas yang
Partikel yang berupa debu dapat menempel pada daun-daun tanaman yang akan
daun banyak bisa mengganggu proses fotosintesis pada tanaman, disebabkan sinar
komponen kimia akan berbahaya bagi hewan yang memakannya (Ruhiat, 2006 : 32).
dimana debu tersebut jika bergabung dengan uap air atau gerimis akan membentuk kerak
yang tebal pada permukaan daun dan tidak dapat tercuci dengan air hujan kecuali
pada tanaman karena akan menghambat masuknya sinar matahari dan mencegah
bahaya lain yang ditimbulkan dari pengumpulan partikel dari tanaman adalah
Partikel yang terdapat di atmosfer berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi
solar yang dapat mencapai permukaan bumi. Pengaruh ini disebabkan oleh penyebaran
dan absorbsi sinar oleh partikel, salah satu pengaruh utamanya adalah penurunan
visibilitas. Sinar yang melalui objek pengamat akan di absorbsi dan disebarkan oleh
partikel sebelum mencapai pengamat, sehingga intensitas sinar yang diterima dari objek
dan latar belakangnya akan berkurang. Akibatnya perbedaan antara kedua intensitas
17
tersebut akan hilang sehingga keduanya menjadi kontras dan kabur. Penurunan
visibilitas ini dapat membahayakan misalnya pada waktu mengendarai kendaraan atau
kapal terbang.
sehingga kadar partikel debu yang terdapat diudara besar kecilnya dapat dipengaruhi
oleh kondisi meteorologis tersebut. Kecepatan angin menentukan jumlah kadar debu di
Partikel mempunyai sifat untuk mengabsorbsi uap air di udara, sehingga kadar
partikel sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kelembaban. Pada kelembaban yang
tinggi debu tidak akan terserap oleh alat karena debu akan terlarut bersama air yang ada
di udara, maka kelembaban berbanding terbalik dengan kadar debu. (Teddy, 2006 : 24).
Kecepatan angin
Kelembaban
suhu
Gambar 2.1
Alur Penelitian
18
pengukuran
Suhu Temperatur udara Thermohigrometer Pengukuran …..0C Interval
di Jalan M. Yamin
dan Jalan Khatib
Sulaiman
Kelembaban Kandungan uap Thermohigrometer Pengukuran Kelembaban Interval
air yang terdapat nisbi 65% -
di udara Jalan M. 95%
Yamin dan Jalan
Khatib Sulaiman
Kecepatan Kecepatan aliran Anemometer Pengukuran …..m/s Rasio
angin angin di jalan M.
Yamin dan Jalan
Khatib Sulaiman
BAB III
METODE PENELITIAN
Kendaraan, dan Faktor Iklim di Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang tahun 2014.
Penelitian ini dilakukan di Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang, pada
tahun 2014.
3.3.1 Populasi
20
Populasi pada penelitian ini adalah udara yang mengandung debu di sepanjang
Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang dan kendaraan bermotor yang melintas di
3.3.2 Sampel
Probability) yaitu secara accidental sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel
yaitu kadar debu pada Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota Padang.
Pada Veteran dan Hang Tuah sampel diambil dalam dua titik pengambilan
sampel. Pengambilan sampel dalam satu titik dilakukan pengambilan sampel sebanyak
tiga kali yaitu pada pagi, siang dan sore hari, pengambilan sampel dilakukan selama satu
Data primer diperoleh langsung dari hasil pengukuran kadar debu di lapangan
dengan menggunakan Low Volume Air Sampling (LVAS) kemudian dianalisa dengan
21
metode gravimetri di laboraturium kimia Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang
Jurusan Kesehatan Lingkungan. Selain itu data primer diperoleh juga dari perhitungan
semua jumlah kendaraan bermotor yang melewati Jalan Veteran dan Hang Tuah Kota
1. Editing
Yaitu memeriksa kelengkapan dan kejelasan data.
2. Cleaning
Yaitu mencek kembali apakah ada kesalahan data sehingga data benar – benar
siap untuk di analisa.
3. Processing
Proses pengolahan data dengan memasukkan data hasil pengukuran dan diolah
dengan program komputer.
3.5.2 Analisis Data
frekuensi dari variabel independen yaitu kepadatan kendaraan bermotor dan variabel
dependen yaitu kadar debu jalan Veteran dan Hang Tuah an..
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik
fluktuasi gambaran Kadar Debu, Kepadatan Kendaraan, dan Faktor Iklim di Jalan
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.6.1 Low Volume Air Sampling (LVAS) digunakan untuk pengambilan sampel debu
lokasi penelitian
22
penelitian
3.6.4 Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan angin pada lokasi penelitian
3.6.5 Timbangan Analitik digunakan untuk menimbang kertas saring sebelum dan