Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

A. DEFINISI
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan
pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu
kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006). BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk, 2010).

B. KLASIFIKASI
Menurut Deslidel et al. (2011: 108) klasifikasi BBLR, yaitu:
a. BBLR prematur atau kurang bulan
1. Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin)
2. Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk belum sempurna, bayi
belum dapat menyusu
3. Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH) otak
lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
4. Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan yang
masih sedikit maupun brown fat belum terbentuk.
Beberapa ciri jika seorang bayi terkena hipotermi antara lain:
a) Bayi menggigil
b) Kulit anak terlihat belang, merah putih atau timbul bercak-bercak.
c) Anak terlihat apatis atau diam saja.
d) Gerakan bayi kurang dari normal.
e) Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir
dan ujung-ujung jarinya. (Walyani, 2015: 161).
5. Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang
b. BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dimatur
1. Sindrom aspirasi mekonium
2. Hiperbilirubinemia
3. Hipoglikemia
4. Hipotermia
Menurut Proverawati dan Ismawati 2010, ada beberapa cara dalam
mengelompokkan BBLR:
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.

1
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni
Prematuritas Murni adalah bayi dengan usia kehamilan < 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai masa gestasi/usia kehamilan atau disebut
juga Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK)
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah:
a) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30
cm
b) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
c) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
d) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
e) Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
f) Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
g) Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
h) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu
i) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama
pada dahi dan pelipis dahi dan lengan
j) Lemak subkutan kurang
k) Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora
l) Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
m) Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan
tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu tindakan
prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas (BBLR)
2) Retardasi PertumbuhanJanin Intra Uterin (IUGR) / Dismaturitas
IUGR adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai
dengan usia kehamilan, serta menunjukkan bayi mengalami retardasi.
Dismatur dapat terjadi preterm, term, dan post term.
Dismatur Preterm disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Kecil untuk Masa
Kehamilan (NKB-KMK), Dismatur Term disebut juga Neonatus Cukup
Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NCB-SMK), Dismatur Posterm disebut
juga Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK).

2
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan .Menurut Renfield (1975) IUGR
dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat panjang dada lingkaran kepala
dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih
dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan
adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum
terbentuknya adipose tissue
b) Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu
sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang
dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa
gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya jaringan
lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi
kelihatan kurus dan lebih panjang

C. ETIOLIGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010).

a. Faktor Ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).

3
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor Janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor Plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Maryanti, et al (2012: 169) faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR
terdiri dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial ekonomi dan
sebab lain berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. BBLR dengan
faktor risiko paritas terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami penipisan
akibat sering melahirkan Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, kualitas
endometrium akan semakin menurun. Kehamilan yang berulang-ulang akan
mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang
dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya (Mahayana et al., 2015: 669).
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit pada ibu hamil.
Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen ke jaringan,
selain itu juga dapat merubah struktur vaskularisasi plasenta, hal ini akan mengganggu
pertumbuhan janin sehingga akan memperkuat risiko terjadinya persalinan prematur dan
kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah terutama untuk kadar hemoglobin yang
rendah mulai dari trimester awal kehamilan (Cunningham, et al., 2010). Selain anemia,
implantasi plasenta abnormal seperti plasenta previa berakibat terbatasnya ruang
plasenta untuk tumbuh, sehingga akan mempengaruhi luas permukaannya. Pada
keadaan ini lepasnya tepi plasenta disertai perdarahan dan terbentuknya jaringan parut
sering terjadi, sehingga meningkatkan risiko untuk terjadi perdarahan

4
antepartum (Prawirohardjo, 2008). Apabila perdarahan banyak dan kehamilan tidak
dapat dipertahankan, maka terminasi kehamilan harus dilakukan pada usia gestasi
berapapun. Hal ini menyebabkan tingginya kejadian prematuritas yang memiliki berat
badan lahir rendah disertai mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi kejadian BBLR,
karena pada umumnya ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah akan
mempunyai intake makan yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secra
kuantitas, yang berakibat kepada rendahnya status gizi pada ibu hamil (Amalia, 2011:
258). Selain itu, gangguan psikologis selama kehamilan berhubungan dengan terjadinya
peningkatan indeks resistensi arteri uterina. Hal ini disebabkan karena terjadi
peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga aliran darah ke uterus
menurun dan uterus sangat sensitif terhadap noradrenalin sehingga menimbulkan efek
vasokonstriksi.mekanisme inilah yang mengakibatkanterhambatnya proses pertumbuha
n dan perkembangan janin intra uterin sehingga terjadi BBLR (Hapisah, et al., 2010: 86-
87).
Menurut Maryanti et al. (2012:169) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari faktor
janin berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan
koromosom. Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2
liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebelum kehamilan 28
minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan
kejadian BBLR. Pada kehamilan ganda berat badan kedua janin pada kehamilan tidak
sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian darah pada
plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan kembar distensi (peregangan)
uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi persalinan
prematur (Amirudin & Hasmi, 2014: 110-111). Menurut Saifuddin dalam Amirudin &
Hasmi (2013: 111-112) kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelaianan
dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR
atau bayi kecil.
Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi berat badan
dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering pecah-pecah dan
terkelupas serta tidak adanya jaringan subkutan (Mitayani, 2013: 176). Karena suplai
lemak subkutan terbatas dan area permukaan kulit yang besar dengan berat badan
menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan (Sondakh, 2013:
152). Sehingga bayi dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia (Maryanti, 2012: 171). Selain itu tipisnya lemak subkutan
5
menyebabkan struktur kulit belum matang dan rapuh. Sensitivitas kulit yang akan
memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering
tertekan dalam waktu yang lama (Pantiawati, 2010: 28). Pada bayi prematuritas juga
mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan
leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna (Maryanti, 2012:
172).
Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabakan belum sempurnanya
pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat
menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Defisiensi surfaktan menyebabkan
gangguan kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali
kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan
tekanan negative intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.
Hal tersebut menyebakan ketidakefektifan pola nafas (Pantiawati, 2010: 24-25).
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang (Maryanti et al., 2012: 171). Selain itu jaringan lemak
subkutan yang tipis menyebabkan cadangan energi berkurang yang menyebabkan
malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat fungsi organ-organ belum baik terutama pada otak
dapat menyebabkan imaturitas pada sentrum-sentrum vital yang menyebabkan reflek
menelan belum sempurna dan reflek menghisap lemah. Hal ini menyebabkan
diskontinuitas pemberian ASI (Nurarif & Kusuma, 2015 54-55).

PATHWAY

6
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR:
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan
dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40-50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

7
F. KOMPLIKASI
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi,
penyakit membran hialin
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah
bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada
ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan
dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas
atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi
kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
8
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg
BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/
BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus
dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai
4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias
dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka
warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini
atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
9
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula
darah secara teratur.

ASUHAN KEPERAWATAN
BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

A. PENGKAJIAN
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama

10
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru, tumor
kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi: reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas: gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular: Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari
2-3 detik).
b) Sistem pernapasan: Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.

11
c) Sistem gastrointestinal: Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,
warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik,
konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria: Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal: Gerakan bayi, refleks
moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi
fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon
pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut
dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah,
pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum
belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun.,
nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
(Pantiawati, 2010)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
2. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/. Di akses Tanggal 10 April 2015.


Arizona Health Matters. 2015. Babies with Low Birth
Weight. http://www.arizonahealthmatters.org/modules.php?
op=modload&name=NS-Indicator&file=indicator&iid=17275074. Di akses
Tanggal 10 April 2015.
Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta:
AR Group.
Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan-Edisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
13
Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Yogyakarta: Media Action Publishing.
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDA
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

14
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


1 Pola nafas tidak efektif b/d Tujuan: 1. Letakkan bayi terlentang 1. Memberi rasa nyaman dan
maturitas pusat pernafasan, Kebutuhan O2 bayi dengan alas yang data, kepala mengantisipasi flexi leher yang
keterbatasan terpenuhi lurus, dan leher sedikit dapat mengurangi kelancaran jalan
perkembangan otot, Kriteria Hasil: tengadah/ekstensi dengan nafas.
penurunan energi/ 1. Pernafasan normal 40- meletakkan bantal atau selimut
kelelahan, ketidak 60 kali permenit. diatas bahu bayi sehingga bahu
2. Pernafasan teratur.
seimbangan metabolik. terangkat 2-3 cm
3. Tidak cyanosis.
2. Bersihkan jalan nafas, mulut, 2. Jalan nafas harus tetap
4. Wajah dan seluruh
hidung bila perlu. dipertahankan bebas dari lendir
tubuh Berwarna
untuk menjamin pertukaran gas
kemerahan (pink
yang sempurna.
variable).
5. Gas darah normal 3. Observasi gejala kardinal dan 3. Deteksi dini adanya kelainan.

PH = 7,35 – 7,45 tanda-tanda cyanosis tiap 4

PCO2 = 35 mm Hg jam
4. Kolaborasi dengan team medis 4. Mencegah terjadinya hipoglikemia
PO2 = 50 -90 mmHg
dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah
arteri

15
2. Thermoregulasi tidak Tujuan: 1. Letakkan bayi terlentang 1. Mengurangi kehilangan panas pada
efektif b/d kontrol suhu Tidak terjadi hipotermia diatas pemancar panas (infant suhu lingkungan sehingga
yang imatur dan Kriteria Hasil: warmer) meletakkan bayi menjadi hangat
2. Singkirkan kain yang sudah 2. Mencegah kehilangan tubuh melalui
penurunan lemak tubuh 1. Suhu tubuh 36,5-
dipakai untuk mengeringkan konduksi.
subkutan. 37,5°C
2. Akral hangat tubuh, letakkan bayi diatas
3. Warna seluruh tubuh
tubuh, letakkan bayi diatas
kemerahan
handuk / kain yang kering dan
hangat.
3. Observasi suhu bayi tiap 6 3. Perubahan suhu tubuh bayi dapat
jam. menentukan tingkat hipotermia
4. Kolaborasi dengan team 4. Mencegah terjadinya hipoglikemia
medis untuk pemberian Infus
Glukosa 5% bila ASI tidak
mungkin diberikan.
3. Gangguan kebutuhan Tujuan: 1. Lakukan observasi BAB dan 1. Deteksi adanya kelainan pada
nutrisi: kurang dari Kebutuhan nutrisi terpenuhi BAK jumlah dan frekuensi eliminasi bayi dan segera mendapat
kebutuhan tubuh b/d Kriteria Hasil: serta konsistensi. tindakan / perawatan yang tepat.
2. Monitor turgor dan mukosa 2. Menentukan derajat dehidrasi dari
ketidakmampuan 1. Bayi dapat minum
mulut. turgor dan mukosa mulut.
mencerna nutrisi karena pespeen/personde
3. Monitor intake dan out put. 3. Mengetahui keseimbangan cairan
imaturitas. dengan baik.
2. Berat badan tidak tubuh (balance)
4. Beri ASI/PASI sesuai 4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara
turun lebih dari 10%.
kebutuhan. adekuat.
16
5. Lakukan control berat badan 5. Penambahan dan penurunan berat
setiap hari. badan dapat di monito
3. Retensi tidak ada. 6. Lakukan control berat badan 6. Penambahan dan penurunan berat
setiap hari. badan dapat di monitor
4. Resiko infeksi berhubungan Tujuan: 1. Lakukan teknik aseptik dan 1. Pada bayi baru lahir daya tahan
dengan pertahanan Selama perawatan tidak antiseptik dalam memberikan tubuhnya kurang / rendah.
imunologis yang kurang. terjadi komplikasi (infeksi) asuhan keperawatan
2. Cuci tangan sebelum dan 2. Mencegah penyebaran infeksi
Kriteria Hasil:
sesudah melakukan tindakan. nosokomial.
1. Tidak ada tanda-tanda
3. Pakai baju khusus/ short 3. Mencegah masuknya bakteri dari
infeksi.
2. Tidak ada gangguan waktu masuk ruang isolasi baju petugas ke bayi

fungsi tubuh. (kamar bayi)


4. Lakukan perawatan tali pusat 4. Mencegah terjadinya infeksi dan
dengan triple dye 2 kali sehari. memper-cepat pengeringan tali
pusat karena mengan-dung anti
biotik, anti jamur, desinfektan.
5. Jaga kebersihan (badan, 5. Mengurangi media untuk
pakaian) dan lingkungan bayi. pertumbuhan kuman.
6. Observasi tanda-tanda infeksi 6. Deteksi dini adanya kelainan
dan gejala kardinal
7. Hindarkan bayi kontak dengan 7. Mencegah terjadinya penularan
sakit. infeksi.
8. Kolaborasi dengan team medis 8. Mencegah infeksi dari pneumonia
untuk pemberian antibiotik.
17
9. Siapkan pemeriksaan 9. Sebagai pemeriksaan penunjang
laboratorat sesuai advis
dokter yaitu pemeriksaan DL,
CRP.

18

Anda mungkin juga menyukai