Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.

2 Tahun 2016

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN, FASILITAS


PEMBELAJARAN, DAN MUTU SEKOLAH

Oleh:
Ulpha Lisni Azhari1
Dedy Achmad Kurniady2
Universitas Pendidikan Indonesia
ulphaazhari@yahoo.com1
Dedy_Achmad@upi.edu2

Abstrak
Mutu sekolah berkaitan langsung dengan bagaimana kualitas pendidikan pada sebuah satuan pendidikan. Dalam
pencapaian mutu sekolah yang baik perlu diperhatikan mutu guru, mutu siswa, kultur dan disiplin sekolah, serta fasilitas
dan pembiayaan pendidikan. Penelitian ini memfokuskan pada kajian bagaimana apakah terdapat pengaruh manajemen
pembiayaan pendidikan dan fasilitas pembelajaran terhadap mutu sekolah. Tujuannya untuk mengetahui gambaran dan
menganalisis pengaruh manajemen pembiayaan pendidikan dan fasilitas pembelajaran terhadap mutu sekolah. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel terhadap 33 kepala sekolah SMP
pada sub-rayon 1 di Kabupaten Bandung Barat. Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh manajemen pembiayaan pendidikan dan fasilitas pembelajaran terhadap
mutu sekolah secara bersama-sama memberikan pengaruh yang kuat dan signifikan. Berdasarkan temuan tersebut maka
direkomendasikan untuk sekolah agar memperhatikan tahapan manajemen pembiayaan pendidikan terutama pada saat
perencanaan dan pengawasan pembiayaan. Sedangkan pada prinsip pemanfaatan fasilitas perlu diperhatikan efisiensi
terhadap penggunaan fasilitas pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan mutu sekolah.

Kata Kunci : Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Fasilitas Pendidikan, Mutu Sekolah

Abstract

The quality of education is directly related to how the quality of education in an educational unit. In achieving a good
quality of education need to be considered in teacher quality, student quality, culture and school discipline, as well as
facilities and financing of education. This study focuses on the study of how the influence of financial management of
education and learning facilities on quality of education. The goal is to describe and analyze the influence of education
financing and facility management of learning on educational quality. This research uses descriptive method with
quantitative approach. Sampling was filled to 33 junior high school principal in the sub-rayon 1 in Kabupaten Bandung
Barat. Techniques of analysis using descriptive analysis and inferential analysis. These results indicate that the effect of
the influence of education financing and facilities management of the quality of education learning together provide a
strong and significant influence. Based on these findings, it is recommended to schools to pay attention to the stages of
education finance management, especially in the planning and supervision of financing. While in principle the use of the
facility to consider the efficiency of the use of learning facilities in order to achieve the objectives of learning and
improving the quality of education.

Keyword: Financing Management Education, Educational Facilities, Quality Schools

PENDAHULUAN

Kualitas sebuah negara dapat dilihat dari meningkatkan kualitas sumber daya alam tidak
beberapa faktor, diantaranya adalah faktor dapat terpisah dari pendidikan.
pendidikan. Sekolah merupakan sebuah lembaga Koswara dan Triatna (2010, hlm 275)
yang dipersiapkan untuk menyediakan kebutuhan menyatakan bahwa pendidikan yang bermutu
sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber dilihat dari sisi input, proses, output maupun
daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan outcome. Input pendidikan yang bermutu adalah
kualitas suatu negara. Oleh karena itu, upaya guru-guru yang bermutu, peserta didik yang

26
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016

bermutu, kurikulum yang bermutu, fasilitas yang optimal. Oleh karena itu, tahapan pada manajemen
bermutu, dan berbagai aspek penyelenggara pembiayaan pendidikan perlu diperhatikan. Pada
pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang dasarnya tujuan manajemen pembiayaan
bermutu adalah proses pembelajaran yang pendidikan adalah mencapai mutu sekolah yang
bermutu. Output pendidikan yang bermutu adalah diharapkan. Pada setiap proses tahapan manajemen
lulusan yang memiliki kompetensi yang pembiayaan perhatian utamanya adalah
disyaratkan. Dan outcome pendidikan yang pencapaian visi dan misi sekolah. Tahapan
bermutu adalah lulusan yang mampu melanjutkan manajemen pembiayaan pendidikan melalui
ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau terserap tahapan perencanaan pembiayaan pendidikan,
pada dunia usaha atau dunia industri. tahapan pelaksanaan pembiayaan, dan pengawasan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 35 pembiayaan pendidikan.
tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan Fasilitas pembelajaran merupakan faktor
bahwa standar nasional pendidikan digunakan lain yang mempengaruhi mutu sekolah. Dalam
sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga pencapaian mutu sekolah, fasilitas pembelaajaran
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan merupakan sarana dan prasarana yang digunakan
dan pembiayaan. Melalui perencanaan strategik di oleh tenaga pendidik dalam proses belajar
bidang pendidikan, lembaga pendidikan mampu mengajar sehingga dapat mencapai tujuan
menyiapkan output. pendidikan. Pemanfaatan fasilitas pembelajaran
Berdasarkan daftar penerima dana BOS di perlu dikelola dengan baik agar terhindar dari
Kabupaten Bandung Barat, pada sub-rayon 1 pemborosan dan tidak tepatnya pemanfaatan
terdapat 33 sekolah mendapatkan dana BOS fasilitas. Oleh karena itu, diperlukan manajemen
sebagai sumber pembiayaan pendidikan, pemanfaatan fasilitas pembelajaran yang sesuai
sedangkan 3 sekolah lainnya merupakan sekolah dengan prinsipnya agar peningkatan mutu sekolah
swasta dengan sumber pembiayaan dari orang tua dapat tercapai.
dan yayasan. Penggunaan Dana BOS SMP Sub- Permasalahan yang terjadi dalam lembaga
Rayon 1 Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014 pendidikan terkait dengan manajemen pembiayaan
menjelaskan penggunaan dana BOS pada 33 pendidikan antara lain adalah sumber dana yang
Sekolah Menengah Pertama di sub-rayon 1 terbatas, pembiayaan program yang tersendat,
Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2014 adalah tidak mendukung visi, misi dan kebijakan
sebesar Rp 13.086.434,047. Berdasarkan jumlah sebagaimana tertulis dalam rencana strategis
dana tersebut, pada masing-masing sekolah lembaga pendidikan. Di satu sisi lembaga
diberikan keleluasaan untuk memanfaatkan dana pendidikan perlu dikelola dengan baik (good
pendidikan tersebut berdasarkan pada petunjuk governance), sehingga menjadi lembaga
teknis untuk mencapai visi dan misi sekolah. pendidikan yang bersih dari berbagai
Biaya pendidikan merupakan salah satu penyimpangan yang dapat merugikan pendidikan.
faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan Jika memandang dari sisi manajemen
pendidikan. Untuk mencapai mutu sekolah yang pemanfaatan fasilitas pembelajaran, beberapa
baik, biaya pendidikan harus dikelola dengan kendala mengenai perencanaan fasilitas

27
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016

diantaranya adalah sulitnya menyesuaikan seharusnya dilakukan oleh pemerintah maupun


kebutuhan peserta didik jika harus mengikuti pimpinan sekolah, seperti kepala sekolah dan wakil
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. kepala sekolah bidang sarana prasarana. Akibat
Selain itu, banyaknya kebutuhan fasilitas yang dari kurangnya manajemen pemanfaatan fasilitas
dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan pembelajaran yang dilakukan sekolah, peserta
harus disertai dengan perincian biaya yang didik menjadi kurang merasakan manfaat dari
membengkak. Selain itu juga pembiayaan menjadi fasilitas tersebut. Hal tersebut dapat menyebabkan
faktor penghambat lainnya dalam pengadaan penurunan dalam mutu sekolah.
fasilitas pembelajaran. Pengawasan fasilitas

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan adalah SMP negeri dan swasta di Sub-Rayon 1
metode analisis deskriptif. Penelitian ini berfokus Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah unit
terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat populasi sebanyak 33 sekolah. Sedangkan,
ini dari suatu populasi. Tujuan dari penelitian populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah
deskriptif adalah adalah untuk menguji hipotesis di SMP negeri dan swasta di Sub-Rayon 1
atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan Kabupaten Bandung Barat sejumlah 33 orang.
current status dari subyek yang diteliti dan Metode pengumpulan data yang
menggunakan. Dengan menggunakan metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif diharapkan akan diperoleh data yang survey, yaitu teknik pengumpulan dan analisis data
hasilnya akan diolah dan dianalisis serta akhirnya berupa opini dari subyek yang diteliti melalui
ditarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan yang kuesioner, wawancara dan observasi. Data primer,
dibuat akan berlaku bagi seluruh populasi yang yaitu data yang diperoleh langsung dari responden
menjadi obyek penelitian. dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan
Dalam penelitian ini, lokasi penelitian skala likert (ordinal) dengan metode rating yang
yang digunakan adalah Sekolah Menengah dijumlahkan. Adapun data yang disebarkan pada
Pertama (SMP) negeri dan swasta di Sub-Rayon 1 penelitian ini menggunakan diperoleh langsung
Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah 33 dari responden dikumpulkan dengan menggunakan
sekolah. Sekolah tersebut dipilih menjadi objek kuesioner dan skala likert (ordinal) dengan metode
karena menggunakan sumber pendanaan BOS dari rating yang dijumlahkan.
pemerintah. Adapun unit populasi yang digunakan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN pengaruh yang signifikan antara manajemen


Pembahasan hasil penelitian merupakan
pembiayaan pendidikan dan fasilitas pembelajaran
kajian terhadap hasil temuan yang ada
terhadap mutu pendidikan SMP di Kabupaten
hubungannya dengan jawaban terhadap pertanyaan
Bandung Barat” dapat teruji keberlakuannya,
penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data
dalam arti bahwa penelitian ini mampu menjawab
diatas, maka hipotesis yang berbunyi “terdapat
28
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016

kebenaran hipotesis penelitian. Adapun Berdasarkan rekap penggunaan dana pada


pembahasan dalam penelitian ini diuraikan secara Lampiran 4, perencanaan pelaksanaan pembiayaan
rinci sebagai berikut: dilakukan sesuai dengan ketetapan dan ketentuan
1. Gambaran Manajemen Pembiayaan pemerintah. Dalam alokasinya, pemerintah
Pendidikan SMP di Kabupaten memberikan kewenangan kepada sekolah untuk
Bandung Barat menggunakan pembiayaan yang tersedia sesuai
dengan perencanaan sebelumnya. Komponen dasar
Dalam penelitian ini, ditemukan hasil bahwa
yang menjadi araahan pemerintah dalam alokasi
kemampuan kepala sekolah dalam melakukan
dana BOS tersebut diantaranya yaitu
tugas manajemen pembiayaan pendidikan di SMP
pengembangan perpustakaan, kegiatan dalam
Kabupaten Bandung Barat berada pada kategori
rangka penerimaan siswa baru, kegiatan
tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa
pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa, kegiatan
berdasarkan tiga fase dimensi manajemen
ulangan dan ujian, pembelian bahan-bahan habis
pembiayaan pendidikan, yaitu yaitu financial
pakai, langganan daya dan jasa, perawatan sekolah,
planning, implementation and evaluation
pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan
tergolong dalam katergori yang tinggi.
tenaga kependidikan honorer, pengembangan
Berdasarkan keseluruhan dimensi,
profesi guru membantu siswa miskin, pembiayaan
implementation involves accounting atau
pengelolaan bos, pembelian perangkat computer,
pelaksanaan pembiayaan dengan indikator
dan biaya lainnya jika seluruh komponen telah
kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
terpenuhi pendanaannya dari BOS. Oleh karena
memiliki skor kecenderungan rata-rata tertinggi
itu, pada sekolah-sekolah dengan sumber dana
yaitu tergolong dalam kategori sangat tinggi. Hal
yang berasal dari pemerintah, manajemen
tersebut dapat dilihat dari bagaimana kepala
pembiayaan harus dilaksanakan sesuai dengan
sekolah mengupayakan pelaksanaan pencapaian
perecanaan guna mencapai visi misi sekolah.
tujuan pendidikan sesuai dengan visi dan misi
2. Gambaran Fasilitas Pembelajaran SMP
sekolah serta Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah
di Kabupaten Bandung Barat
(RKAS) yang telah disusun dan sesuai dengan
Pada penelitian ini, ditemukan bahwa
aturan yang ditetapkan pemerintah. Selain itu,
kemampuan kepala sekolah dalam melakukan
RKAS juga dapat menunjang pencapaian tujuan
tugas manajemen pembiayaan pendidikan di SMP
pendidikan melalui kegiatan-kegiatan
Kabupaten Bandung Barat berada pada kategori
pembelajaran di dalam kelas. Perencnaan dan
sangat tinggi dengan skor kecenderungan rata-rata
pelaksanaan pembiayaan pendidikan sesuai dengan
seluruh indikator dengan kriteria sangat kuat.
alikasi dana yang disampaikan pemerintah melalui
Berdasarkan hasil tersebut artinya secara prinsip,
dinas kabupaten masing-masing daerah. Oleh
sekolah telah sangat baik dalam mengelola fasilitas
karena itu, berdasarkan rekap anggaran dana SMP
pembelajaran di sekolah.
di Kabupaten Bandung Barat pada sub-rayon 1
Berdasarkan indikator yang diteliti, prinsip
dapat terlihat jumlah besaran dana dan alokasi pada
pencapaian tujuan, prinsip kejelasan tanggung
33 sekolah di sub-rayon 1 yang mendapatkan
jawab, dan prinsip kekohersifan memliki skor
bantuan operasional sekolah dari pemerintah.

29
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016

kecenderungan rata-rata yang tinggi. Hal tersebut masyarakat sekolah memgetahui atau
jika melihat pada teori yang dikemukakan Mulyasa memanfaatkannya. Kebersihan dan kerapihannya
(2004, hlm 55) bahwa menurut prinsip pencapaian pun terkadang menjadikan pemanfaatan fasilitas
tujuan, manajemen perlengkapan sekolah dapat di sekolah menjadi tidak terjaga dan menjadi sebuah
katakan berhasil bilamana fasilitas sekolah itu pemborosan ketika tidak digunakan dengan baik.
selalu siap pakai setiap saat, pada setiap Secara prinsip administratif, setiap penanggung
masyarakat sekolah yang akan menggunakannya. jawab pengelolaan perlengkapan pendidikan
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya hendaknya memahami semua peraturan
kelengkapan-kelengkapan sarana dan prasarana perundang-undangan tersebut dan
yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran menginformasikan kepada semua personel sekolah
sesuai dengan syarat kebijakan yang berlaku, yang di perkirakan akan berpartisipasi dalam
walaupun pada kenyataannya masih sangat terbatas pengelolaan perlengkapan pendidikan.
jumlah dan pemanfaatannya. Selain itu, dengan 3. Gambaran Mutu sekolah Siswa SMP di
adanya tanggung jawab secara structural yang Kabupaten Bandung Barat
menetapkan seorang wakil kepala sekolah bidang Dari hasil penelitian diperoleh informasi
sarana prasarana, maka prinsip kejelasan tanggung bahwa mutu sekolah SMP sub-rayon 1 Kabupaten
jawab dapat dilaksanakan dengan baik. Sesuai Bandung Barat teridentifikasi pada kategori sangat
dengan prinsip kekohersifan, pengelolaan fasilitas tinggi. Hal ini didasarkan dari hasil perhitungan
pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh kepala statistik dimana nilai rata-rata seluruh indikator
sekolah dan wakil kepala sekolah bidang sarana yang ditunjukkan dengan kategori sangat tinggi.
prasarana, tapi juga oleh seluruh masyarakat Berdasarkan hasil tersebut, mutu guru menjadi
sekolah. dimensi dengan skor kecenderungan rata-rata
Pada penelitian ini, indikator prinsip terendah. Dalam mengukur mutu guru tersebut,
efisiensi dan prinsip administrtif masih berada disebutkan indikator yang menentukannya dilihat
pada kategori tinggi. Dengan prinsip efisiensi dari kesesuaian jenjang pendidikan, jenis pelatihan
berarti bahwa pemakaian semua fasilitas sekolah dan beban mengajar. Mutu guru pada SMP di
hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, Kabupaten Bandung Barat memang terlihat dari
sehingga dapat mengurangi pemborosan. Maka 41% guru lulusan D3, 38% guru lulusan S1, 15%
perlengkapan sekolah hendaknya di lengkapi guru lulusan S2 dan S3, dan 6% guru lulusan
dengan petunjuk teknis penggunaan dan SMA/SMK dan D1. Berdasarkan data Dinas
pemeliharaannya. Petunjuk teknis tersebut di Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, pada sub-
komunikasikan kepada semua personil sekolah rayon 1 terdapat 824 orang guru dengan status PNS
yang di perkirakan akan menggunakannya. Pada dan 904 orang guru dengan status Non PNS. Pada
kenyataannya, pemakaian dan pemanfaatan beberapa sekolah, kompetensi guru terkadang
fasilitas sekolah tidak terlalu diperhatikan kurang diperhatikan. Oleh karena itu, muncul
efisiensinya. Hal tersebut masih memerlukan beberapa permasalahan, diantaranya penguasaan
perhatian lebih, terutama dalam penggunaan materi pelajaran masih rendah akibat latar
fasilitas pembelajaran yang belum seluruh belakang pendidikan yang masih belum sesuai

30
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016

dengan bidangnya. Strategi pembelajaran juga sangat tinggi, dimana hal tersebut didukung oleh
masih menggunakan strategi yang kurang inovatif, partisipasi masyarakat sekitar yang lebih banyak
serta penggunaan teknologi yang masih terbatas memilih sekolah negeri atau sekolah swasta
oleh kemampuan dan keterbatasan sarana. Evaluasi dengan bantuan dana dari pemerintah dengan
proses pembelajaran juga kurang diperhatikan. alasan pembiayaan.
Sedangkan untuk indikator lainnya, yaitu 4. Pengaruh Manajemen Pembiayaan
mutu siswa, lingkungan belajar, disiplin sekolah, Pendidikan Terhadap Mutu sekolah
kesediaan sumber belajar, partisipasi orang tua, SMP di Kabupaten Bandung Barat
satuan biaya, sudah berada pada kategori sangat Berdasarkan hasil penelitian terdapat
tinggi. Mutu siswa memiliki skor kecenderungan hubungan yang cukup kuat antara manajemen
rata-rata tertinggi. Hal tersebut didukung oleh pembiayaan pendidikan dengan mutu sekolah.
pernyataan Danim (2007, hlm 122) bahwa kualitas Secara individual, hubungan manajemen
pendidikan dilihat dari hasil pendidikan dianggap pembiayaan pendidikan terhadap mutu sekolah
bermutu jika mampu melahirkan keunggulan menunjukkan bahwa manajemen pembiayaan
akademik dan ekstrakulikuler pada peserta didik pendidikan berkontribusi signifikan terhadap mutu
yang dinyatakan lulus untuk jenjang pendidikan sekolah. Sedangkan kontribusi manajemen
atau menyelesaikan program pembelajaran pembiayaan pendidikan yang secara langsung
tertentu. Melihat hasil ujian, angka putus sekolah, mempengaruhi mutu sekolah SMP di Kabupaten
dan angka lulusan siswa yang sudah berada di Bandung Barat sebesar 24.5%, dimana terdapat
kategori sangat tinggi. Berdasarkan data BPS 75.5% sisanya merupakan pengaruh dari faktor
Kabupaten Bandung Barat tahun 2013, penduduk lainnya. Dalam hal tersebut, pada tahap
dengan kelompok umur 10-14 tahun berdasarkan pelaksanaan pembiayaan sudah mencapai kategori
partisipasi bersekolah mencapai 89,26% yang sangat tinggi, dimana setiap kegiatan manajemen
masih bersekolah, 0,68% yang tidak/belum pembiayaan dilaksanakan sesuai dengan
sekolah, dan 10,06% tidak bersekolah. Sedangkan pelaksanaan yang disusun sebelumnya. Hal
berdasarkan Pusat Data dan Statistik Pendidikan tersebut disesuaikan dengan peraturan yang
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun berlaku dan mengikat anatara pembuatan RKAS
2013, Kabupaten Bandung Barat memiliki dengan anggaran dana BOS yang dialokasikan
penduduk dengan kelompok umur 13-15 tahun pemerintah. Namun pada tahap perencanaan masih
sejumlah 84.635 orang dengan jumlah APK kurang dipahami oleh banyaknya kepala sekolah,
sebesar 96.97% dan APM sebesar 76.39%. Hal karena pada tahap tersebut banyaknya perencanaan
tersebut menentukan bahwa pada usia anak duduk pembiayaan harus terikat kepada jumlah anggaran
di bangku SMP, sudah banyak anak yang yang dialokasikan, sehingga terkadang pencapaian
mendapatkan pendidikan meskipun masih ada anak mutu sekolah masih sering terhambat. Terutama
yang tidak bersekolah dengan beberapa alasan hal tersebut diakibatkan ketidakjelasan dan tidak
tertentu. tepatnya pencairan dana BOS pada setiap
Selain itu juga, partisipasipasi orang tua dan periodenya. Keterlambatan dan birokrasi yang
masyarakat dalam pendidikan berada pada kategori rumit menghambat proses perencanaan.

31
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016

Sedangkan pengaruh tidak langsung yang mampu menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip
ditunjukan oleh manajemen pembiayaan terhadap manajemen pemanfaatan fasilitas pembelajaran.
mutu pendidikan melalui variabel lain, dalam Berdasarkan hasil penelitian di SMP Kabupaten
penelitian ini adalah melalui fasilitas pembelajaran Bandung Barat terdapat hubungan yang sedang
menunjukan pengaruh sebesar 11%. Hal tersebut atau cukup kuat antara fasilitas pembelajaran
membuktikan bahwa secara tidak langsung dengan mutu sekolah secara individual pada
manajemen pembiayaan yang baik dapat variabel fasilitas pembelajaran terhadap mutu
mempengaruhi mutu pendidikan melalui sekolah ditunjukkan oleh hasil koefisien jalur
pemanfaatan fasilitas pembelajaran yang sesuai menunjukkan bahwa fasilitas pembelajaran
dengan prinsip pemanfaatan fasilitas berkontribusi signifikan terhadap mutu sekolah.
pembelajaran. Hal tersebut terbukti melalui Kontribusi fasilitas pembelajaran (X2) yang secara
efektifitas dan efisiensi pemanfaatan fasilitas. Jika langsung mempengaruhi mutu sekolah (Y) sebesar
pemanfaatan fasilitas dapat dilakukan secara 26%, dan sisanya 74% dipengaruhi oleh faktor-
efisien, maka secara pembiayaan tidak akan terjadi faktor lainnya.
pemborosan. Sekolah dalam manajemen Berdasarkan hasil penelitian di SMP
pembiayaannya akan mengalokasikan sumber dana Kabupaten Bandung Barat terdapat hubungan yang
yang didapatnya dengan efisien kepada komponen sedang atau cukup kuat antara fasilitas
yang mengarah pada standar sarana dan prasarana. pembelajaran dengan mutu sekolah hal ini
Pada Lampiran 4 disebutkan bahwa terdapat sebabkan secara prinsip pemanfaatan fasilitas
beberapa komponen yang dapat mempengaruhi hal pembelajaran, sekolah telah membuat struktur
tersebut, diantaranya adalah biaya pelaksanaan tanggung jawab dalam organisasi sekolah melalui
pembelajaran dan ekstrakulikuler, pengadaan adanya wakil kepala sekolah bidang sarana dan
perpusatakaan, pengadaan bahan habis pakai, prasarana. Hal tersebut mendukung prinsip
perawatan sekolah, serta jasa dan daya yang kejelasan tanggung jawab yang dilakukan sekolah
digunakan sekolah. Hal tersebut guna menunjang melalui wakil kepala sekolah tersebut. Namun,
standar sarana prasarana yang akan mempengaruhi terkadang pada kondisi nyatanya, peran tersebut
mutu sekolah. Berdasarkan hal tersebut, maka terkadang hanya dilakukan jika terjadi kerusakan
pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari atau pada saat akan adanya penilaian akreditasi
manajemen pembiayaan pendidikan terhadap mutu pada sekolah tersebut. Oleh karena itu, secara
sekolah menunjukan total sebesar 35.5%. administratif sekolah masih kesulitan dalam
5. Pengaruh Fasilitas Pembelajaran menerapkan peraturan dan tata cara penggunaan
Terhadap Mutu sekolah SMP di fasilitas sesuai dengan undang-undang kepada
Kabupaten Bandung Barat seluruh masyarakat sekolah. Selain itu, fasilitas
Fasilitas pembelajaran di SMP Kabupaten kelas dan media pembelajaran juga perlahan mulai
Bandung Barat menurut hasil penelitian berada dikembangkan oleh sekolah. Seiring dengan
pada kategori kecenderungan rata-rata yang sangat perkembangan teknologi, pelatihan dan sosialisasi
tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh bagaimana program-program yang menunjang perkembangan
manajemen pemanfaatan fasilitas pembelajaran fasilitas pembelajaran seperti penggunaan media

32
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016

projector, whiteboard, dan penggunaan internet manajemen pembiayaan pendidikan dan fasilitas
telah semakin berkembang. Hal tersebut menuntut pembelajaran secara keseluruhan terhadap mutu
sekolah harus mampu menyesuaikan dan sekolah SMP di Kabupaten Bandung Barat adalah
meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan 38.5%, artinya manajemen pembiayaan pendidikan
sesuai visi dan misi sekolah. dan fasilitas pembelajaran berhubungan secara
Sedangkan pengaruh tidak langsung dari simultan dan signifikan dengan mutu sekolah.
fasilitas pembelajaran terhadap mutu pendidikan Sedangkan sisanya sebesar 61.5% ditentukan oleh
melalui manajemen pembiayaan menunjukan faktor-faktor lainnya yang tidak dijelaskan dalam
pengaruh sebesar 11.6%. Hal tersebut sesuai penelitian ini.
dengan prinsip efisiensi dan administrasi, Pengaruh manajemen pembiayaan
pemanfaatan fasilitas pembelajaran masih belum pendidikan dan fasilitas pembelajaran terhadap
efisien, masih sering terjadi pemborosan dan mutu sekolah SMP di Kabupaten Bandung Barat
keterbatasan pengetahuan mengenai penggunaan terlihat dari bagaimana sekolah mengelola
fasilitas terutama dalam hal teknologi. Pengadaan pembiayaan yang berasal dari pemerintah agar
standar sarana dan prasarana pada dasarnya telah mampu membiayai seluruh kegiatan pembelajaran
dialokasikan oleh pemerintah dalam penganggaran yang mampu menunjang pencapaian mutu sekolah.
dana BOS. Hal tersebut harus mampu dikelola oleh Kedua variabel manajemen pembiayaan dan
sekolah agar fasilitas pembelajaran yang fasilitas pembelajaran juga memiliki hubungan,
diselenggarakan sesuai dengan visi dan misi dimana setiap prinsip pemanfaatan fasilitas
sekolah. pembelajaran didasarkan juga terhadap manajemen
6. Pengaruh Manajemen Pembiayaan pembiayaan yang terdapat di sekolah. Keduanya
Pendidikan Dan Fasilitas Pembelajaran secara bersama-sama akan mampu meningkatkan
Terhadap Mutu sekolah SMP di mutu sekolah di sekolah tersebut melalui prosess
Kabupaten Bandung Barat pembelajaran yang baik. Keduanya merupakan
Berdasarkan hasil penelitian di SMP pada instrument input yang mampu menunjang
sub rayon 1 di Kabupaten Bandung Barat, besarnya peningkatan mutu sekolah. Sehingga, dalam
hubungan antara manajemen pembiayaan mempertahankan mutu sekolah, manajemen
pendidikan dan fasilitas pembelajaran secara pembiayaan harus diperhatikan setiap tahapannya,
keseluruhan terhadap mutu sekolah menunjukkan dan fasilitas pembelajaran juga pada setiap prinsip
pengaruh yang kuat. Besarnya hubungan antara pemanfaatannya.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN pembelajaran dan mutu pendidikan


1. Berdasarkan hasil dan pembahasan yang teridentifikasi pada kategori baik.
peneliti paparkan, maka dapat disimpulkan 2. Mutu sekolah SMP sub-rayon 1 Kabupaten
bahwa secara umum kondisi manajemen Bandung Barat teridentifikasi pada kategori
pembiayaan pendidikan, fasilitas sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut,
mutu guru menjadi dimensi dengan skor

33
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016

kecenderungan rata-rata terendah. Pada Keterbatasan informasi dan teknologi menjadi


beberapa sekolah, kompetensi guru terkadang kendala ketika harus melakukan pengadaan
kurang diperhatikan. Sedangkan untuk fasilitas, sehingga pencapaian mutu
indikator lainnya, yaitu mutu siswa, pendidikan masih belum optimal.
lingkungan belajar, disiplin sekolah, 5. Manajemen pembiayaan pendidikan dan
kesediaan sumber belajar, partisipasi orang fasilitas pembelajaran memberikan pengaruh
tua, satuan biaya, sudah berada pada kategori terhadap mutu pendidikan SMP di Kabupaten
sangat tinggi. Bandung Barat. Hal tersebut ditunjukan oleh
3. Pengaruh yang diberikan oleh manajemen pengaruh yang cukup kuat dari manajemen
pembiayaan pendidikan terhadap mutu pembiayaan pendidikan terhadap mutu
pendidikan SMP di Kabupaten Bandung Barat pendidikan. Manajemen pembiayaan
berada pada kategori kuat. Rata-rata pendidikan dan fasilitas pembelajaran
kecenderungan SMP di Kabupaten Bandung berpengaruh secara bersama-sama dalam
Barat sudah pada kategori yang sangat baik peningkatan mutu pendidikan. Manajemen
pada tahap pelaksanaan pembiayaan. pembiayaan pendidikan juga memberikan
Meskipun pada pelaksanaannya di lapang pengaruh kepada fasilitas pembelajaran,
masih belum sesuai dengan pencapaian dimana setiap pemanfaatan fasilitas
standar nasional pendidikan. Beberapa pembiayaan harus didasari pada prinsip
kendala membuktikan masih perlu efisiensi terhadap kualitas dan kuantitas
ditingkatkannya kembali pada tahapan perlengkapan. Hal tesebut dipengaruhi oleh
perencanaan dan pengawasan pembiayaan bagaimana manajemen pembiayaan mampu
pendidikan. Hal tersebut akan berpengaruh dikelola oleh sekolah sehingga mampu
terhadap pencapaian mutu pendidikan sebagai menunjang pengadaan dan perencanaan
tujuan sekolah. fasilitas pembelajaran. Pada akhirnya, kedua
4. Adapun pengaruh fasilitas pembelajaran instrument input tersebut akan menunjang
terhadap mutu pendidikan SMP di Kabupaten peningkatan mutu pendidikan melalui proses
Bandung Barat dari hasil penelitian adalah belajar mengajar di sekolah.
signifikan walaupun menunjukkan pengaruh
SARAN
yang sedang atau cukup kuat. Hal ini
Dari hasil penelitian, beberapa
disebabkan karena secara prinsip efektifitas
rekomendasi yang dapat diberikan peneliti
dan administrasi, pemanfaatan fasilitas
pembelajaran belum dilakukan dengan baik. untuk meningkatkan mutu pendidikan
Hal tersebut dibuktikan dengan masih sering adalah sebagai berikut:
terjadinya pemborosan dalam pemanfaatan 1. Dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu
fasilitas pembelajaran. Selain itu, keterbatasan diperhatikan kembali mutu guru. Pemberian
pengetahuan dan keterampilan para guru dan pelatihan dapat meningkatkan kreativitas dan
siswa dalam memanfaatkan fasilitas inovasi pembelajaran bagi para guru. Selain
pembelajaran masih cenderung rendah. itu, mempertahankan prestasi siswa dan

34
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016

mencegah peningkatan angka putus sekolah efisiensi pemanfaatan fasilitas perlu


harus diperhatikan oleh sekolah. diperhatikan, guna mencegah terjadinya
2. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan pemborosan dan menjaga fasilitas yang
melalui pelaksanaan tahapan manajemen disediakan. Selain itu, pelatihan kepada guru-
mutu yang optimal. Kepala sekolah sebagai guru juga peserta didik dalam menggunakan
tugas manajerial harus mampu memahami fasilitas pembelajaran perlu diperhatikan.
tugas dan proses manajemen pembiayaan Tingkatkan kembali pelatihan bagi guru-guru
pendidikan. Penyusunan RKAS bagi sekolah guna menungjang kemampuannya
dengan sumber pendanaan dari BOS memiliki menggunakan fasilitas pembelajaran dengan
keterikatan secara tidak langsung dengan lebih optimal. Tugas megawasi pemanfaatan
alokasi dana yang diberikan pemerintah. fasilitas tidak hanya terletak pada kepala
Perencanaan dan pengawasan penggunaan sekolah, namun sekolah memilih jabatan
pembiayaan tersebut perlu ditingkatkan agar wakil kepala sekolah bidang sarana dan
mampu mencapai mutu pendidikan yang baik. prasarana untuk mencapai prinsip kejelasan
Hendaknya tugas setiap proses manajemen tanggungjawab bagi setiap pemanfaatan
pembiayaan dilakukan dengan fasilitas pembelajaran.
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik 4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian di bidang
dan tenaga pendidikan dalam mencapai tujuan manajemen pembiayaan masih sangat luas,
pendidikan. Perencanaan diharapkan mampu sehingga masih dapat dikembangkan kembali.
memenuhi standar nasional pendidikan Penelitian mengenai mutu pendidikan
sehingga mampu mencapai peningkatan mutu memiliki banyak faktor lain yang dapat
pendidikan. mempengaruhi. Bagi peneliti selanjutnya
3. Pemanfaatan fasilitas pembelajaran harus diharapkan mampu mengembangkan kembali
lebih dioptimalkan sesuai prisip manajemen penelitian berdasarkan faktor-faktor lain yang
fasilitas pembelajaran. Secara prinsip, dapat mempengaruhi mutu pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Danim, S. (2007). Visi Baru Manajemen Sekolah
Penelitian Untuk Administrasi dan dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik.
Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi. Bandung: Bumi Aksara.

Akdon., dkk. (2015). Manajemen Pembiayaan Engkoswara., Komariah. (2011). Administrasi


Pendidikan. Bandung: PT Remaja Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Rosdakarya.
Fattah, N., dan Nurdin, D. (2007). Ekonomi
Ali, M. (2007). Penjaminan Mutu Pendidikan. Pendidikan. Dalam Tim pengembang Ilmu
Dalam Tim pengembang Ilmu Pendidikan Pendidikan UPI-FIP, Ilmu dan Aplikasi
UPI-FIP, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Pendidikan (hlm. 341-364). Bandung: PT
(hlm. 341-364). Bandung: PT Imtima Imtima Grafindo.
Grafindo.
Fattah, N. (2009). Ekonomi dan Pembiayaan
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

35
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016

Suharsaputra, U. (2013). Administrasi Pendidikan.


Hajarisman, Nuzar. (2007). Statistika : Bahan Bandung: Rafika Aditama.
Perkuliahan Pascasarjana. Bandung :
UNPAD. Supriadi, D. (2006). Satuan Biaya Pendidikan
Dasar dan Menengah. Bandung: PT
Husaini, U. (2009). Manajemen Teori Praktik dan Remaja Rosdakarya.
Riset Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara. Suyanto., & Abbas, M. S. (2001). Wajah dan
Dinamika Pendidikan Anak Bangsa.
Hoy, C. et al. (2000). Improving Quality in Yogyakarta: Adicita.
Education. London: Falmer Press.
Jones, T.H. (1985). Introduction to School Wahyu, S. A. A. (2007). Manajemen Sarana dan
Finance: Technique and Social Policy. Prasarana Pendidikan. Jakarta: CV Multi
New York: Macmillan Publishing Karya Mulia.
Company Jones.

Mulyasa, E. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah: Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI No. 23
Konsep, Strategi dan Implementasi. Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Lulusan

Sagala, S. (2010). Kemampuan Profesional Guru Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI
dan Tenaga Kependidikan. Bandung: No. 54 Tahun 2013 tentang Standar
Alfabeta. Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar
Dan Menengah
Sallis, E. (2012). Total Quality Management in
Education. Peraturan Pemeribtah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Bab IX
Somantri, M. (2004). Perencanaan Pendidikan. Standar Pembiayaan
Bogor: IPB Press.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 24
Stoops, E. & Johnson, R.E. (1967). Elementary Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Schools Administration. New York: Prasarana
McGraw-Hill Book Company.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. 2005 tentang Guru dan Dosen
Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi 2003 pasal 35 tentang Standar Nasional
(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Pendidikan

36

Anda mungkin juga menyukai