Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN BAHAN DAN TINGKAT KEBERSIHAN LANTAI KANDANG

TERHADAP KEJADIAN MASTITIS MELALUI UJI CALIFORNIA MASTITIS


TEST (CMT) DI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN
Aziz, A. S., P. Surjowardojo dan Sarwiyono
Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara bahan dan
tingkat kebersihan lantai kandang terhadap kejadian mastitis pada sapi perah. Materi yang
digunakan dalam penelitian adalah peternakan sapi perah laktasi yang berjumlah 60 ekor yang
menggunakan bahan lantai kandang bambu, kayu dan karet. Metode yang digunakan adalah
metode studi kasus, penentuan lokasi dan materi menggunakan multi state sampling, dengan
menggunakan 2 tahap yaitu purposive sampling dan random sampling. Data dianalisis dengan
regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai kandang
terhadap kejadian mastitis. Persamaan regresi dan korelasi berganda diuji dengan r product
moment. Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara bahan dan tingkat kebersihan lantai
kandang terhadap kejadian mastitis (r)= bambu -0,68, kayu -0,92 dan karet -0,95 dan koefisien
determinasi antara bahan dan tingkat kebersihan lantai kandang terhadap kejadian mastitis (R²)=
bambu 46%, kayu 85% dan karet 90%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan yang
memiliki permukaan yang masif, mempermudah dalam pembersihan dan diperoleh kejadian
mastitis rendah. Semakin tinggi tingkat kebersihan lantai kandang maka mastitis akan semakin
rendah. Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan maka diharapkan peternak dapat lebih selektif
dalam memilih bahan lantai kandang, agar mudah dalam membersihkan, dan memiliki daya tahan
yang lama. Peternak juga harus selalu menjaga kebersihan lantai kandang dan ternak agar tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen.

Kata kunci : Bahan, kandang, kebersihan dan mastitis

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the relationship between the materials and
the level cleanliness of house floor’s. The material used in the study were 60 head lactating dairy
cattle and materials house floor’s. The method used was the case study method, the determination
of the location and content using purposive sampling method. Data were analyzed with multiple
linear regression to determine the relationship between materials and level cleanliness of house
floor’s on the incidence of mastitis. Significance and multiple correlation equation was tested
with r product moment test. The results showed a correlation the materials and the level
cleanliness of house floor’s on the incidence of mastitis (r) = -0.68 for bamboo, -0.92 for wood
and -0.95 for rubber and the coefficient of determination materials and level of house floor’s
cleanliness on the incidence of mastitis (R² ) = 46% for bamboo, 85% for wood and 90% for
rubber. Farmers can be more selective in choosing a flooring material that has a surface massive
house. Farmers also have to always keep clean the floor house to avoid contamination by
pathogenic microorganism as well as perform correctly the milking procedure.

Keywords: Materials, house, cleanliness and mastitis

72 Hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai ………................….. Aziz, A.S., dkk
PENDAHULUAN adanya cekungan dalam lantai juga dapat
Peternakan sapi perah di Kecamatan menyebabkan genangan kotoran ataupun air
Tutur umumnya di pelihara secara tradisional didalamnya yang akan menyebabkan sumber
dengan cara dalam satu rumah tangga penyakit.
memelihara antara 3-5 sapi perah yang diambil
produksi susunya untuk memenuhi kebutuhan MATERI DAN METODE
sehari-hari, namun dengan pemeliharaan Lokasi dan Waktu Penelitian
secara tradisional apalagi dengan tingkat Penelitian telah dilaksanakan di Dusun
kebersihan yang rendah sering menyebabkan Dukutan Desa Gendro, Kecamatan Tutur,
mastitis. Akibatnya koperasi yang menampung Kabupaten Pasuruan. Penelitian dilaksanakan
tidak ragu-ragu menolak apabila kualitasnya selama satu bulan yang di mulai pada tanggal
rendah setelah diuji oleh petugas, sehingga 04 Maret-04 April 2013.
kebersihan disini menjadi poin yang sangat
penting apabila peternak meginginkan hasil Materi Penelitian
yang optimal dari ternaknya. Bahan lantai Materi yang digunakan adalah
kandang yang harus selalu dijaga kebersihanya peternakan sapi perah laktasi yang berjumlah
karena kontak lansung dengan puting atau 60 ekor yang menggunakan bahan lantai
ambing yang mengeluarkan susu. kandang (bambu, kayu, karet) dan tingkat
Mastitis merupakan peradangan pada kebersihan kandang sebelum dan setelah
ambing yang disebabkan oleh mikroorganisme pemerahan. Berdasarkan data dari koperasi
dan mudah menular pada ternak sapi yang yang nantinya akan dilakukan observasi pada
sehat. Mastitis ini terjadi akibat adanya luka ternak yang terjangkit mastitis subklinis,
pada puting ataupun jaringan ambing, dikarenakan peternak dapat melakukan
sehingga terjadi kontaminasi mikroorganisme tindakan preventif terhadap ternak yang
melalui puting yang luka. Menurut Supar dan terkena mastitis subklinis, hubungan bahan
Ariyanti (2008) menyatakan mastitis subklinis lantai beserta kondisinya dengan kebersihan
disebabkan oleh mikroorganisme patogen puting/ambing yang dapat mempengarui
diantaranya Staphylococcus aureus, kejadian mastitis subklinis.
Streptococcus agalactiae, Klebsiella spp,
Escherichia coli, dan Corynebacterium bovis. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
Peternak umumnya kurang memper-
adalah dengan metode studi kasus di lapangan
hatikan bahan lantai kandang yang mereka
yaitu pengambilan data (berdasarkan
gunakan, padahal lantai kandang sangat
perolehan data dari koperasi yang memiliki
penting sebagai tempat yang paling dekat pada
tingkat kualitas susu rendah) sehingga kita
saat produksi khususnya susu, interaksi yang
bisa meneliti bagaimana bahan lantai kandang
paling sering dilakukan oleh puting dan
dan tingkat kebersihan lantai, dengan
ambing yaitu pada lantai, apabila lantai
penentuan sampel sapi perah secara multi state
kandang kotor akan dapat dipastikan puting
sampling, dengan menggunakan 2 tahap yaitu
akan terkontaminasi oleh bakteri yang
purposive sampling dan random sampling.
berdampak pada turunnya kualitas susu. Lantai
Penilaian terhadap bahan lantai kandang
tidak boleh asal-asalan dengan bahan yang
seadanya, letak kemiringan antara 2-3%, berdasarkan keadaan lantai yang bisa
digolongkan menjadi 4 yaitu sangat rusak,

J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 72-81, 2013 73


rusak, baik dan sangat baik. Penilaian akan Data skor mastitis akan dibagi
dibuat apabila skor semakin tinggi berarti menjadi 4 (A,B,C dan D) yang memiliki nilai
bahan semakin baik ( tabel. 4). antara 0-3 yang artinya nilai 0 berarti ternak
negatif dari mastitis sedangkan 1-2 berarti
Tabel. 4 Penilaian bahan lantai kandang ternak terkena mastitis subklinis dan perlu
dilakukan tindakan pengobatan dan apabila
Bahan Penilaian bahan lantai kandang
ternak memiliki nilai 3-5 maka harus segera di
1 2 3 4
obati.
Bambu
Tingkat kebersihan lantai kandang
dibagi menjadi 5, yang menyatakan bahwa
semakin tinggi skor maka kebersihanya
Kayu semakin baik, yang dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Tingkat kebersihan lantai kandang


Karet Bahan Tingkat Kebersihan Lantai Kandang
Lantai
Keterangan : 1 2 3 4 5
Kandang
1 : Rusak (bahan berlubang banyak)
2 : Cukup baik (bahan berlubang sedikit) Bambu
3 : Baik (bahan rapat dan masif)
4 : Sangat baik (bahan masif dan kuat) Kayu

Bahan lantai kandang dibagi menjadi Karet


3, sesuai dengan kondisi dilapangan. Penilaian
menggunakan 4 kategori yaitu kategori 1
Keterangan:
sangat rusak, 2 rusak, 3 baik dan 4 sangat baik. 1. Sangat kotor (lantai basah, ada fases
Semakin tinggi nilai menandakan bahan banyak dan urine)
semakin baik. Data untuk skor mastitis dibagi 2. Kotor (lantai basah, ada fases banyak)
menjadi 4 berdasarkan puting yang umunya 3. Cukup bersih (lantai basah, ada fases
dimiliki sapi perah yang dapat dilihat pada kering sedikit)
tabel. 5. 4. Bersih (lantai basah, tidak ada fases dan
urine)
5. Sangat bersih (lantai kering, tidak ada
Tabel 5. Tabulasi data skor mastitis
fases dan urine)
No Skor CMT Bahan Lantai
Penilaianya di lihat 30-60 menit sebelum dan
A B C D Bambu Kayu Karet
setelah ternak diperah.

Keterangan: Bahan dasar lantai yang dipakai


A : puting depan kiri peternak rata-rata terbuat dari beton yang
B : puting depan kanan
dilapisi oleh bambu, kayu atau karet. Dari
C : puting belakang kiri
D : puting belakang kanan masing-masing bahan akan diambil beberapa
*) bahan lantai kandang nantinya akan sampel bahan dan akan diambil dokumentasi
dispesifikasikan lagi untuk kebersihanya kondisi lantai kandang sebelum dan setelah
dengan menggunakan tabel 6. pemerahan.

74 Hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai ………................….. Aziz, A.S., dkk
Sampel diambil 30% dari jumlah uji CMT dilakukan pada saat pemerahan sore
induk laktasi yang berjumlah 186 ekor, yang hari, sebelum diperah dengan cara puting
berarti 55,8 dibulatkan menjadi 56 dan dibagi dibersihkan dengan alkohol 70 %, lalu diambil
menjadi 3 dikarenakan ada 3 bahan lantai 2-3 pancaran yang diletakkan pada paddle lalu
kandang yang diteliti. Jadi tiap bahan lantai dihomogenkan dengan reagen, amati kira-kira
kandang diambil sampelnya 18,6, namun 10 menit reaksi akan terlihat.
peneliti mengambil 20 sampel bahan lantai Interprestasi skor CMT dan
kandang pada sapi perah laktasi dari bahan kesesuaian perkiraan jumlah sel somatik dapat
bambu, kayu dan karet yang selanjutnya di dilihat di tabel 7. Untuk perhitungan statistik
ambil dokumentasi 30-60 menit sebelum dan dan analisis data maka setiap skor mastitis
setelah pemerahan. Pengambilan susu untuk diberi nilai sebagai berikut:

Tabel 7. Pemberian nilai pada skor CMT


Kode Arti Reaksi Nilai
- Negatif Tidak terdapat tanda-tanda pergerakan susu ketengah 0
paddle
T Trace Sedikit terjadi pergerakan susu ketengah paddle 1
1 Positif lemah Terjadi pergerakan susu ketengah paddle lebih banyak, 2
tetapi belum berbentuk gel
2 Positif agak kuat Terjadi sedikit pembentukan gel 3
3 Positif kuat Gel tang terbentuk banyak dan menyebabkan permukaan 4
susu menjadi konyek
+ Susu basa Warna ungu gelap 5
- Susu asam Warna kuning 6

Sumber: (Anonimous, 2005)

Penilaian skor pada tabel. 7 korelasi bahan dapat mempengaruhi kejadian


menandakan bahwa setelah pengujian susu mastitis adalah metode regresi dan korelasi
dengan CMT akan didapatkan skor bahwa berganda (Arikunto, 2006). Untuk mengetahui
semakin besar skor semakin tinggi kejadian hubungan antara bahan dan tingkat kebersihan
mastitis yang dialami sapi perah. lantai kandang terhadap kejadian mastitis
dapat menggunakan bentuk taksiran
Variabel Penelitian persamaan regresi linier berganda sebagai
1. Variabel bebas : bahan lantai kandang, berikut:
kebersihan lantai kandang. 1. Persamaan Regresi
2. Variabel terikat: tingkat kejadian Untuk persamaan garis regresi yang
mastitis. mempunyai dua independen variabel adalah:
Ý= b₀+ b₁X₁ + b₂ X₂
Analisis Data Dimana:
Metode yang digunakan dalam Ý: Nilai Mastitis
pengambilan data secara diskriptif dengan cara X₁: Bahan lantai kandang
mengumpulkan data melalui wawancara dan X₂: Kebersihan lantai kandang sebelum
dokumentasi, untuk mengetahui berapa besar pemerahan

J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 72-81, 2013 75


b₁: Koofisien regresi dari nilai bahan lantai Hubungan antara bahan lantai
kandang kandang dan skor kejadian mastitis dapat dilih
b₂: Koofisien regresi dari nilai kebersihan at pada gambar. 2.
lantai kandang sebelum
pemerahan
Dengan metode kuadrat terkecil dapat
diperoleh persamaan-persamaan normal:
Y-nb₀-b₁X₁-b₂X₂ =0………………….I
X₁Y-b₀X₁-b₁X²₁-b₂X₁X₂ =0………… II
X2Y–b₀X₂–b₁X₁X₂–b₂X²₂=0…………III
Dengan persamaan normal ini
dapat diperoleh/dihitung harga-harga b₀, b₁
dan b₂.

2. Standard Error of Estimate (SY X₁ X₂)


Gambar. 2 Grafik hubungan bahan lantai
Kemudian jumlah harga (Y-Yc) dengan kejadian mastitis
dimasukkan dalam rumus:
Hasil pengamatan hubungan antara
SY.X₁.X₂ =
bahan lantai kandang terhadap mastitis dengan
bahan bambu dengan skor kejadian
3. Koefisien korelasi mastitistertinggi diperoleh dari lantai kandang
Untuk mencari koefisien korelasi berbahan kayu dengan skor 0,86, disusul
dihitung terlebih dahulu variance dari harga Y. dengan lantai kandang berbahan bambu
dengan skor 0,81 dan lantai kandang berbahan
VY² =
karet dengan skor 0,56. Bahan karet memiliki
daya tahan yang lebih lama dari pada bahan
r=1- bambu dan kayu yang mengakibatkan kejadian
mastitis rendah. Cara membersihan kotoran
R= (r) ²x 100% pada bahan karet juga lebih mudah karena
bahannya rata, masif dan tidak menyerap air.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kesadaran peternakan juga kurang dalam
Hubungan Bahan Lantai Kandang membersihkan lantai kandang sehingga
terhadap Kejadian Mastitis menimbulkan penumpukkan kotoran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Skor kejadian mastitis pada bahan
lantai kandang berbahan karet memiliki skor bambu, kayu dan karet mendekati 1 yang
mastitis terendah, sesuai dengan penelitian artinya adanya kejadian mastitis subklinis.
yang dilakukan oleh Santosa dkk (2009) Mastitis subklinis menurut Boulanger, dkk
diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan (2003) menunjukkan keabnormalan susu tidak
karpet pada lantai kandang sapi perah ternyata terlihat secara kasat mata, kecuali dengan
dapat memperkecil kejadian luka kaki dan bantuan alat. Kejadian mastitis subklinis
infeksi terhadap puting yang menyebabkan sangat penting untuk lebih diperhatikan karena
kejadian mastitis. hanya sebagian kecil peternak yang

76 Hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai ………................….. Aziz, A.S., dkk
mengetahuinya dan pada umunya sering kuat, dipecah dengan ukuran kira-kira 2 cm
menyerang sapi perah pada peternakan rakyat. selanjutnya dijajar secara rapat dan dikasih
Ukuran, harga dan daya tahan dari tiap bahan ban bekas untuk menguatkan antar bambu agar
lantai kandang dapat dilihat pada tabel. 9. tidak renggang, dan lebih kuat. Bahan kayu
Bahan bambu petung dan kayu dadap dadap kebanyakan dibeli karena pembuatanya
membutuhkan beberapa tahapan sebelum membutuhkan peralatan khusus, sedangkan
dijadikan lantai kandang, bahan bambu untuk bahan karet disediakan di koperasi.
diambil bagian pangkal bambu yang paling

Tabel. 9 Ukuran lantai kandang, harga dan daya tahan bahan lantai kandang
Bahan Panjangx lebar Ketebalan Harga (perunit) Daya tahan
(meter) (cm) (tahun)

Bambu petung 1,8x0,15 0,5 Rp. 10.000 1


Kayu dadap 2x0,3 2 Rp. 25.000 2-3
Karet 2x1,8 1,5 Rp. 275.000 5-10

Bahan karet memiliki ukuran ideal mengkontaminasi puting dan merusak tingkat
karena kopeasi menyediakan sesuai dengan pertahanan puting yang akan menyebabkan
kebutuhan peternak, bahan kayu mastitis.
membutuhkan 7 unit yang harganya Rp. Menurut Subronto (2003) Tingkat
25.000/unit yang berjumlah Rp. 175.000 untuk pertahanan kelenjar mammae mencapai titik
satu ekor dengan daya tahan 2-3 tahun. Pada terendah saat sesudah pemerahan, karena
lantai berbahan bambu membutuhkan 13 unit sphincter masih terbuka beberapa saat, sel
dengan harga Rp. 10.000/unit, untuk darah putih, antibodi serta enzim juga habis,
kebutuhan per ekor. Rp. 130.000 dengan daya ikut terperah.
tahan satu tahun. Godkin (1998) menambahkan bahwa
Hasil pengamatan antara ketiga bahan proses infeksi pada mastitis terjadi melalui
tersebut bahan karet memiliki nilai yang beberapa tahap, yaitu dimulai dengan adanya
paling ekonomis karena untuk daya tahan kontak antara ambing atau luka pada kulit
minimal 5 tahun memiliki harga Rp. 275.000, dengan bakteri patogen. Kemudian, sejumlah
dibandingkan dengan bahan kayu Rp. 340.000 bakteri patogen yang mampu menempel
dengan daya tahan 2-3 tahun, dan bahan melakukan multiplikasi disekitar lubang
bambu Rp. 650.000 dengan daya tahan puting, hingga dekat saluran susu (sphincter),
maksimal 1 tahun. selanjutnya ketika proses pemerahan
berlangsung, bakteri patogen tersebut segera
Hubungan Tingkat Kebersihan Lantai menyerang masuk lebih dalam akibat
Kandang terhadap Kejadian Mastitis sphincter yang sedang terbuka.
Tingkat kebersihan lantai kandang Setelah pemerahan menunjukkan
harus selalu dijaga, karena lantai merupakan bahwa kebersihan lantai kandang masih cukup
tempat yang paling dekat dengan puting yang baik yang dapat dilihat pada gambar 3.
memproduksi susu yang dapat

J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 72-81, 2013 77


karet memiliki skor mastitis paling rendah
dibandingkan bahan bambu dan kayu, tingkat
kebersihan sebelum pemerahan pada bahan
kayu dan karet cukup tinggi dibandingkan
bahan bambu, hal ini terjadi dikarenakan
peternak pada bahan karet dan kayu kurang
memperhatikan kebersihan lantai kandang
sebelum dan setelah pemerahan, bahan karet
juga memiliki daya tahan pemakaian yang
lebih lama sehingga kemungkinan terjadi
kerusakan kecil.
Gambar. 3 Grafik hubungan tingkat
kebersihan lantai sebelum pemerahan pada Kebersihan setelah pemerahan pada
bahan yang berbeda terhadap kejadian bahan bambu memiliki nilai paling rendah
mastitis. dibandingkan lantai berbahan kayu dan karet.
Pada lantai berbahan bambu dan karet lebih
Keterangan grafik warna merah; mudah dalam pembersihan, karena memiliki
Skor 0 : negatife mastitis daya tahan yang lebih lama dari bahan bambu
Skor 1-4 : mastistis subklinis yang cenderung mudah rusak.
Skor 5-6 : mastitis klinis Kejadian mastitis akan menyebabkan
Keterangan grafik warna biru dan hijau; penurunan produksi susu sapi perah yang
Skor 1 : Sangat kotor (lantai basah, ada fases dapat dilihat pada lampiran. 1, 2 dan 3.
banyak dan urine) Menunjukkan bahwa semakin sering kejadian
Skor 2 : Kotor (lantai basah, ada fases mastitis terjadi maka produksi susu akan
banyak) menurun ini sesuai dengan pendapat
Skor 3 : Cukup bersih (lantai basah, ada fases (Surjowardojo, 2011) bahwa mastistis dapat
kering sedikit) menurunkan produksi susu sebesar 41,62%.
Skor 4 : Bersih (lantai basah, tidak ada fases
dan urine) Hubungan Bahan dan Tingkat Kebersihan
Skor 5 : Sangat bersih (lantai kering, tidak Lantai Kandang terhadap Mastitis pada
ada fases dan urine) Bahan Bambu, Kayu Dan Karet
Berdasarkan gambar. 2 menunjukkan Hasil penelitian terhadap 60 ekor sapi
bahwa tingkat kebersihan sebelum pemerahan yang dibagi menjadi 3 berdasarkan bahan
mendekati 2 yang artinya lantai kandang bambu, kayu dan karet didapatkan persamaan
kotor, ditunjukkan dengan adanya fases dan pada bahan bambu Ŷ= 0,42+0,01X₁+0,25X₂,
urine yang cukup banyak, namun hasil uji bahan kayu Ŷ= 0,46+0,14X₁+0,05X₂, bahan
CMT menunjukkan mastitis hanya berkisar karet Ŷ= 1,33-0,3X₁+0,04X₂. Dimana Y
antara 1-2 yang berarti terjadi mastitis adalah kejadian mastitis, X₁ adalah Bahan
subklinis, yang akan mengakibatkan lantai kandang dan X₂ adalah tingkat
menurunya kualitas dan jumlah produksi susu. kebersihan lantai kandang sebelum
Menurut Surjowardojo (2011) pada pemerahan, menunjukkan hubungan negatif
puting atau jaringan ambing yang mengalami dengan nilai koefisien korelasi (r) pada lantai
mastitis dikuti oleh kontaminasi mikro- berbahan bambu-0,68, kayu -0,92 dan karet -
organisme melalui puting yang luka. Bahan

78 Hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai ………................….. Aziz, A.S., dkk
0,95 dan koefisien determasi (R²) lantai Faktor ternak dan lingkungannya juga
berbahan bambu 46%, kayu 85% dan karet menentukan mudah tidaknya terjadi radang
90%. ambing dalam suatu peternakan. Faktor
Hal ini menunjukkan bahwa 46% predisposisi radang ambing dilihat dari segi
kejadian mastitis dipengaruhi oleh tingkat ternak, meliputi: bentuk ambing, misalnya
kebersihan sebelum pemerahan pada bahan ambing yang sangat menggantung, atau
bambudan 54% dipengaruhi oleh faktor lain. ambing dengan lubang puting terlalu lebar
Pada lantai berbahan kayu 85% kejadian (Subronto, 2003).
mastitis dipengarui oleh kebersihan sebelum Bentuk puting, ada dan tidaknya lesi
pemerahan pada bahan kayudan 15% pada puting mempengaruhi kejadian mastitis.
dipengaruhi oleh faktor lain. Pada lantai Hasil penelitian Sori dkk., (1992)
berbahan karet 90% kejadian mastitis menunjukkan bahwa prevalensi mastitis pada
dipengarui oleh kebersihan sebelum puting pendulous mencapai 77,78%,
pemerahan pada bahan karet dan 10% sedangkan pada puting non pendulous
dipengaruhi oleh faktor lain. mencapai 50%. Puting yang lesi
Faktor lingkungan dan pengelolaan memungkinkan prevalensi mastitis sebesar
peternakan yang banyak mempengaruhi 84%, sedangkan pada puting normal sebesar
terjadinya radang ambing meliputi: pakan, 47,74%.
perkandangan, banyaknya sapi dalam satu Letak kuartir juga mempengaruhi
kandang, ventilasi, sanitasi kandang dan cara kejadian mastitis. Kuartir kiri, belakang dan
pemerahan susu. Pada ventilasi jelek, mastitis kanan, depan lebih sering mengalami mastitis
mencapai 87,5%, ventilasi yang baik mencapai daripada kedua puting lainnya. Pada kiri
49,39% (Sori dkk., 1992). belakang, mastitis mencapai 34,3%,
Faktor lain yang biasanya sedangkan kanan, depan mencapai 30,06%
menyebabkan mastitis adalah faktor Sori dkk (1992).
mikroorganisme, Sori dkk (1992) menyatakan
bahwa saat periode kering adalah saat awal KESIMPULAN
kuman penyebab mastitis menginfeksi, karena Berdasarkan hasil penelitian
pada saat itu terjadi hambatan aksi fagositosis disimpulkan bahwa Terdapat hubungan negatif
dari neutrofil pada ambing. antara bahan dan tingkat kebersihan lantai
Dinyatakan lebih lanjut oleh Bray et kandang terhadap kejadian mastitis, semakin
al., (2003), bahwa berbagai jenis bakteri telah tinggi tingkat kebersihan lantai kandang maka
diketahui sebagai agen penyebab penyakit mastitis akan semakin rendah. Lantai kandang
mastitis, antara lain: Str. agalactiae, Str. berbahan karet memiliki permukaan yang
Disgalactiae, Str. Uberis, Str.zooepidemicus, masif dan mempermudah dalam pembersihan
Str. aureus, Escherichia coli, Enterobacter dan diperoleh kejadian mastitis rendah.
aerogenees dan Pseudomonas aeroginosa.
Ditambahkan oleh Swartz (2006) bahwa yeast DAFTAR PUSTAKA
dan fungi juga sering menginfeksi ambing, Anonimous. 2005. Mastitis.
namun biasanya menyebabkan mastitis http:/immunocell.com/prod-mast-
subklinis. php. Diakses 23 Juni 2013.
.................... 2009. Sapi Friesian Holstein.
http://hidupternakindonesia.blogspo

J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 72-81, 2013 79


.com/2009/09/spi-fh-friesian- Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu
holstein.html. Diakses 23 Juni 2013. Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Liberty. Yogyakarta.
Pendekatan Praktik. PT Asdi Hidajati, N. 1995. Pemeliharaan Pedet
Mahasatya. Jakarta. Sapi Perah. http://peternakan.litb
Akoso, T. B. 1996. Kesehatan Sapi. ang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/w
Kanisus. Yogyakarta. azo41-2-2.pdf. Jurnal Wartazoa Vol.
Asmaki, P. A. 2008. Budidaya-Usaha- 4 No. 1-2. Balai Penelitian Ternak.
Pengolahan Agribisnis Ternak Sapi. Bogor. Diakses 23 Juni 2013.
CV Pustaka Garfika. Bandung. Komarudin, M dan Wijono, D.B. 1990.
Boulanger D., F. Bureau, D. Melotte, J. Penggunaan Karpet Karet Sebagai
Manil and P. Lekeux, 2003. Alas Kandang Sapi Perah. Sub Balai
Increased Nuclear Factor-B Aktivity Penelitian Ternak Grati, Pasuruan.
in Milk Cells of Mastitis-Affected http://doi.dx.pustaka.litbang.deptan.
Cows. J. Dairy Science. 86: 1259- go.id/abstrak/abstrak_sapi.pdf.
1267. Diakses 1 Agustus 2013.
Bray, D. R. and K. Shearer, 2003. Mastitis Ma’sum K., Mariyono, Umiyasih U.,
control. Institute of food and Lukman A. dan Aryogi. 1992.
Agricultural Science.University of Evaluasi Perkandangan Sapi Perah:
Florida. http://edis.ifas.utl.edu. Perkandangan Sapi Perah Rakyat
Diakses 23 Juni 2013. pada Beberapa Daerah Dataran
Dingwell, R.T. Leslie, K.E. Schuklten, Rendah dan Tinggi di Jawa Timur.
Y.H. Sargeant J. Mand. Timms, L. L Prosiding Pertemuan Pengolahan
2003. Evaluation of The California dan Komunikasi Hasil Penelitian
Mastitis Test to Ditect on Inton Peternakan di Sulawesi Selatan. Sub
mamary Infection with Major Balitnak Gowa, Ujung Pandang.
Pathogen in Early Lactation Dairy Merck Veterinary ManuaL. 1986. A
Cows. www.pudmedcentral.nil.gov. Handbook of Diagnosis, Theraphy
Diakses 23 Juni 2013. and Disease Prevention and Contol
Direktorat Jenderal Peternakan. 2012. for the Veterinarian. Sixth Edition.
Buku Statistik Peternakan. Ed. H.E. Amstutz., Merck & Co.,
Departemen Pertanian Jakarta. Inc., Ahway., N.J. USA.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Nurdin, E. 2011. Manajemen Sapi Perah.
Fisiologi Ternak.4th edition. Alih Graha Ilmu. Yogyakarta.
bahasa oleh: B Srigandono dan Petrovski, K. R. and S. Emanuel. 2006.
Praseno K., Gadjah Mada Press. Milk Composition Changes During
Yogjakarta. Mastitis.Article.
Godkin A. 1998. Stphylococcus aureus www.milkproduction%20compositio
Mastitis : A contagious bacterial n%20changes%20during%20mastiti
infection of the udder. Health s.html. Diakses 23 Juni 2013.
Management, OMAFRA (519): 846- Santosa, A. 2009. Profil Usaha Peternakan
965. agodkin@omafra.gov.on.ca Sapi Perah di Indonesia. LIPI Press.
(22-10-1998) Diakses 23 Juni 2013. Jakarta.
Sarwiyono, Surjowardojo, P dan
Susilorini, T, E. 1990. Manajemen

80 Hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai ………................….. Aziz, A.S., dkk
Produksi Ternak Perah. Fakultas Intensif. Agromedia Pustaka.
Peternakan Universitas Brawijaya. Jakarta.
Malang. Suharminto, R. 2004. Manfaat
Siregar, S.B., M. Rangkuti, Yanto T. Penggunaan Alas Karpet Bagi Sapi
Rahardja, dan H. Budiman. 1996. Perah. Pusat Informasi Pertanian
Informasi Teknologi Budidaya, Trubus. Jakarta.
Pascapanen dan Analisa Usaha Supar, 1997. Mastitis Subklinis pada Sapi
Ternak Sapi Perah. Kerjasama antara Perah di Indonesia: Masalah dan
Studi Informasi Teknologi Pedesaan, Pendekatanya, Balai Penelitian
proyek Pengembangan Sistem Veteriner. Bogor.
Informasi, Kebijakan IPTEK dan Supar dan Ariyanti. 2008. Kajian
Teknologi Industri. Badan Pengendalian Mastitis Subklinis
Pengkajian dan Penerapan pada Sapi Perah. Prosiding Prospek
Teknologi dengan Pusat Penelitian Industri Sapi Perah menuju
dan Pengembangan Peternakan. perdagangan Bebas 2020. Jakarta, 21
Bogor. April 2008. Pusat Penelitian dan
Soehadji. 2009. Sejarah Perkembangan Pengembangan Peternakan, Badan
Industri Persusuan. Direktorat Litbang Pertanian, Departemen
Jenderal Industri Agro dan Kimia, Pertanian. Bogor.
Departemen Perindustrian, Jakarta. Surjowardojo, P, 2011. Ekspresi Mastitis
Soeharsono, 2008. Laktasi Produksi dan pada Sapi Perah. Fakultas
Peranan Air Susu Bagi Kehidupan Peternakan Universitas Brawijaya.
Manusia. Widya Padjajaran. Malang.
Bandung. Susilorini, TE., M.E. Sawitri dan
Sori, H., A. Zerihum and S. Abdicho, Muharlien. 2008. Budidaya 22
2005. Dairy cattle mastitis in and Ternak Potensial. Penebar Swadaya.
around Sebeta, Ethiopia. Int. J. Appl. Jakarta.
Res. Vet. Med., 3: 332-338. Swartz, H. A. 2006. Mastitis in The Ewe.
Subronto. 2003. Ilmu Penyaki Ternak http://www.caseagworld.com/caw.
(Mamalia). Gadjah Mada University Lumast.html.Diakses 23 Juni 2013.
Press. Yogyakarta. Tawaf, R. 2010. Sapi Perah Fries Holland.
Sudibyo, A., M. Pulungan, S. Bahri, http://www.nusantaraku.org/forum/a
Supartono dan Y. Setiadi. 1992. nimal -forum/126720-sapi-perah-
Pengendalian mastitis pada sapi fries-holland.pdf. Diakses 23 -6-13
perah di Pasuruan Jawa Timur. Wijayanto, A. 2011. Perkandangan Sapi
Laporan Penelitian Balai Penelitian Perah. http://dwisebsiono.blogspot.
Veteriner. com/2012/08/perkandangan-sapi-
Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak perah.html. Diakses 23 Juni 2013.
Perah. editor. Diktat Kuliah Jurusan Williamson, G. Dan W.J.A. Payne 1993.
Ilmu Produksi Ternak. Bogor: Pengantar Peternakan daerah Tropis.
Fakultas Peternakan Institut Diterjemahkan oleh Gandono B.,
Pertanian Bogor. Gadjah Mada University Press.
Sudono, Rosdiana, Setiawan. 2003. Yogyakarta.
Peternakan Sapi Perah Secara

J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 72-81, 2013 81

Anda mungkin juga menyukai