Jurnal
Jurnal
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara bahan dan
tingkat kebersihan lantai kandang terhadap kejadian mastitis pada sapi perah. Materi yang
digunakan dalam penelitian adalah peternakan sapi perah laktasi yang berjumlah 60 ekor yang
menggunakan bahan lantai kandang bambu, kayu dan karet. Metode yang digunakan adalah
metode studi kasus, penentuan lokasi dan materi menggunakan multi state sampling, dengan
menggunakan 2 tahap yaitu purposive sampling dan random sampling. Data dianalisis dengan
regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai kandang
terhadap kejadian mastitis. Persamaan regresi dan korelasi berganda diuji dengan r product
moment. Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara bahan dan tingkat kebersihan lantai
kandang terhadap kejadian mastitis (r)= bambu -0,68, kayu -0,92 dan karet -0,95 dan koefisien
determinasi antara bahan dan tingkat kebersihan lantai kandang terhadap kejadian mastitis (R²)=
bambu 46%, kayu 85% dan karet 90%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan yang
memiliki permukaan yang masif, mempermudah dalam pembersihan dan diperoleh kejadian
mastitis rendah. Semakin tinggi tingkat kebersihan lantai kandang maka mastitis akan semakin
rendah. Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan maka diharapkan peternak dapat lebih selektif
dalam memilih bahan lantai kandang, agar mudah dalam membersihkan, dan memiliki daya tahan
yang lama. Peternak juga harus selalu menjaga kebersihan lantai kandang dan ternak agar tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen.
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the relationship between the materials and
the level cleanliness of house floor’s. The material used in the study were 60 head lactating dairy
cattle and materials house floor’s. The method used was the case study method, the determination
of the location and content using purposive sampling method. Data were analyzed with multiple
linear regression to determine the relationship between materials and level cleanliness of house
floor’s on the incidence of mastitis. Significance and multiple correlation equation was tested
with r product moment test. The results showed a correlation the materials and the level
cleanliness of house floor’s on the incidence of mastitis (r) = -0.68 for bamboo, -0.92 for wood
and -0.95 for rubber and the coefficient of determination materials and level of house floor’s
cleanliness on the incidence of mastitis (R² ) = 46% for bamboo, 85% for wood and 90% for
rubber. Farmers can be more selective in choosing a flooring material that has a surface massive
house. Farmers also have to always keep clean the floor house to avoid contamination by
pathogenic microorganism as well as perform correctly the milking procedure.
72 Hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai ………................….. Aziz, A.S., dkk
PENDAHULUAN adanya cekungan dalam lantai juga dapat
Peternakan sapi perah di Kecamatan menyebabkan genangan kotoran ataupun air
Tutur umumnya di pelihara secara tradisional didalamnya yang akan menyebabkan sumber
dengan cara dalam satu rumah tangga penyakit.
memelihara antara 3-5 sapi perah yang diambil
produksi susunya untuk memenuhi kebutuhan MATERI DAN METODE
sehari-hari, namun dengan pemeliharaan Lokasi dan Waktu Penelitian
secara tradisional apalagi dengan tingkat Penelitian telah dilaksanakan di Dusun
kebersihan yang rendah sering menyebabkan Dukutan Desa Gendro, Kecamatan Tutur,
mastitis. Akibatnya koperasi yang menampung Kabupaten Pasuruan. Penelitian dilaksanakan
tidak ragu-ragu menolak apabila kualitasnya selama satu bulan yang di mulai pada tanggal
rendah setelah diuji oleh petugas, sehingga 04 Maret-04 April 2013.
kebersihan disini menjadi poin yang sangat
penting apabila peternak meginginkan hasil Materi Penelitian
yang optimal dari ternaknya. Bahan lantai Materi yang digunakan adalah
kandang yang harus selalu dijaga kebersihanya peternakan sapi perah laktasi yang berjumlah
karena kontak lansung dengan puting atau 60 ekor yang menggunakan bahan lantai
ambing yang mengeluarkan susu. kandang (bambu, kayu, karet) dan tingkat
Mastitis merupakan peradangan pada kebersihan kandang sebelum dan setelah
ambing yang disebabkan oleh mikroorganisme pemerahan. Berdasarkan data dari koperasi
dan mudah menular pada ternak sapi yang yang nantinya akan dilakukan observasi pada
sehat. Mastitis ini terjadi akibat adanya luka ternak yang terjangkit mastitis subklinis,
pada puting ataupun jaringan ambing, dikarenakan peternak dapat melakukan
sehingga terjadi kontaminasi mikroorganisme tindakan preventif terhadap ternak yang
melalui puting yang luka. Menurut Supar dan terkena mastitis subklinis, hubungan bahan
Ariyanti (2008) menyatakan mastitis subklinis lantai beserta kondisinya dengan kebersihan
disebabkan oleh mikroorganisme patogen puting/ambing yang dapat mempengarui
diantaranya Staphylococcus aureus, kejadian mastitis subklinis.
Streptococcus agalactiae, Klebsiella spp,
Escherichia coli, dan Corynebacterium bovis. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
Peternak umumnya kurang memper-
adalah dengan metode studi kasus di lapangan
hatikan bahan lantai kandang yang mereka
yaitu pengambilan data (berdasarkan
gunakan, padahal lantai kandang sangat
perolehan data dari koperasi yang memiliki
penting sebagai tempat yang paling dekat pada
tingkat kualitas susu rendah) sehingga kita
saat produksi khususnya susu, interaksi yang
bisa meneliti bagaimana bahan lantai kandang
paling sering dilakukan oleh puting dan
dan tingkat kebersihan lantai, dengan
ambing yaitu pada lantai, apabila lantai
penentuan sampel sapi perah secara multi state
kandang kotor akan dapat dipastikan puting
sampling, dengan menggunakan 2 tahap yaitu
akan terkontaminasi oleh bakteri yang
purposive sampling dan random sampling.
berdampak pada turunnya kualitas susu. Lantai
Penilaian terhadap bahan lantai kandang
tidak boleh asal-asalan dengan bahan yang
seadanya, letak kemiringan antara 2-3%, berdasarkan keadaan lantai yang bisa
digolongkan menjadi 4 yaitu sangat rusak,
74 Hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai ………................….. Aziz, A.S., dkk
Sampel diambil 30% dari jumlah uji CMT dilakukan pada saat pemerahan sore
induk laktasi yang berjumlah 186 ekor, yang hari, sebelum diperah dengan cara puting
berarti 55,8 dibulatkan menjadi 56 dan dibagi dibersihkan dengan alkohol 70 %, lalu diambil
menjadi 3 dikarenakan ada 3 bahan lantai 2-3 pancaran yang diletakkan pada paddle lalu
kandang yang diteliti. Jadi tiap bahan lantai dihomogenkan dengan reagen, amati kira-kira
kandang diambil sampelnya 18,6, namun 10 menit reaksi akan terlihat.
peneliti mengambil 20 sampel bahan lantai Interprestasi skor CMT dan
kandang pada sapi perah laktasi dari bahan kesesuaian perkiraan jumlah sel somatik dapat
bambu, kayu dan karet yang selanjutnya di dilihat di tabel 7. Untuk perhitungan statistik
ambil dokumentasi 30-60 menit sebelum dan dan analisis data maka setiap skor mastitis
setelah pemerahan. Pengambilan susu untuk diberi nilai sebagai berikut:
76 Hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai ………................….. Aziz, A.S., dkk
mengetahuinya dan pada umunya sering kuat, dipecah dengan ukuran kira-kira 2 cm
menyerang sapi perah pada peternakan rakyat. selanjutnya dijajar secara rapat dan dikasih
Ukuran, harga dan daya tahan dari tiap bahan ban bekas untuk menguatkan antar bambu agar
lantai kandang dapat dilihat pada tabel. 9. tidak renggang, dan lebih kuat. Bahan kayu
Bahan bambu petung dan kayu dadap dadap kebanyakan dibeli karena pembuatanya
membutuhkan beberapa tahapan sebelum membutuhkan peralatan khusus, sedangkan
dijadikan lantai kandang, bahan bambu untuk bahan karet disediakan di koperasi.
diambil bagian pangkal bambu yang paling
Tabel. 9 Ukuran lantai kandang, harga dan daya tahan bahan lantai kandang
Bahan Panjangx lebar Ketebalan Harga (perunit) Daya tahan
(meter) (cm) (tahun)
Bahan karet memiliki ukuran ideal mengkontaminasi puting dan merusak tingkat
karena kopeasi menyediakan sesuai dengan pertahanan puting yang akan menyebabkan
kebutuhan peternak, bahan kayu mastitis.
membutuhkan 7 unit yang harganya Rp. Menurut Subronto (2003) Tingkat
25.000/unit yang berjumlah Rp. 175.000 untuk pertahanan kelenjar mammae mencapai titik
satu ekor dengan daya tahan 2-3 tahun. Pada terendah saat sesudah pemerahan, karena
lantai berbahan bambu membutuhkan 13 unit sphincter masih terbuka beberapa saat, sel
dengan harga Rp. 10.000/unit, untuk darah putih, antibodi serta enzim juga habis,
kebutuhan per ekor. Rp. 130.000 dengan daya ikut terperah.
tahan satu tahun. Godkin (1998) menambahkan bahwa
Hasil pengamatan antara ketiga bahan proses infeksi pada mastitis terjadi melalui
tersebut bahan karet memiliki nilai yang beberapa tahap, yaitu dimulai dengan adanya
paling ekonomis karena untuk daya tahan kontak antara ambing atau luka pada kulit
minimal 5 tahun memiliki harga Rp. 275.000, dengan bakteri patogen. Kemudian, sejumlah
dibandingkan dengan bahan kayu Rp. 340.000 bakteri patogen yang mampu menempel
dengan daya tahan 2-3 tahun, dan bahan melakukan multiplikasi disekitar lubang
bambu Rp. 650.000 dengan daya tahan puting, hingga dekat saluran susu (sphincter),
maksimal 1 tahun. selanjutnya ketika proses pemerahan
berlangsung, bakteri patogen tersebut segera
Hubungan Tingkat Kebersihan Lantai menyerang masuk lebih dalam akibat
Kandang terhadap Kejadian Mastitis sphincter yang sedang terbuka.
Tingkat kebersihan lantai kandang Setelah pemerahan menunjukkan
harus selalu dijaga, karena lantai merupakan bahwa kebersihan lantai kandang masih cukup
tempat yang paling dekat dengan puting yang baik yang dapat dilihat pada gambar 3.
memproduksi susu yang dapat
78 Hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai ………................….. Aziz, A.S., dkk
0,95 dan koefisien determasi (R²) lantai Faktor ternak dan lingkungannya juga
berbahan bambu 46%, kayu 85% dan karet menentukan mudah tidaknya terjadi radang
90%. ambing dalam suatu peternakan. Faktor
Hal ini menunjukkan bahwa 46% predisposisi radang ambing dilihat dari segi
kejadian mastitis dipengaruhi oleh tingkat ternak, meliputi: bentuk ambing, misalnya
kebersihan sebelum pemerahan pada bahan ambing yang sangat menggantung, atau
bambudan 54% dipengaruhi oleh faktor lain. ambing dengan lubang puting terlalu lebar
Pada lantai berbahan kayu 85% kejadian (Subronto, 2003).
mastitis dipengarui oleh kebersihan sebelum Bentuk puting, ada dan tidaknya lesi
pemerahan pada bahan kayudan 15% pada puting mempengaruhi kejadian mastitis.
dipengaruhi oleh faktor lain. Pada lantai Hasil penelitian Sori dkk., (1992)
berbahan karet 90% kejadian mastitis menunjukkan bahwa prevalensi mastitis pada
dipengarui oleh kebersihan sebelum puting pendulous mencapai 77,78%,
pemerahan pada bahan karet dan 10% sedangkan pada puting non pendulous
dipengaruhi oleh faktor lain. mencapai 50%. Puting yang lesi
Faktor lingkungan dan pengelolaan memungkinkan prevalensi mastitis sebesar
peternakan yang banyak mempengaruhi 84%, sedangkan pada puting normal sebesar
terjadinya radang ambing meliputi: pakan, 47,74%.
perkandangan, banyaknya sapi dalam satu Letak kuartir juga mempengaruhi
kandang, ventilasi, sanitasi kandang dan cara kejadian mastitis. Kuartir kiri, belakang dan
pemerahan susu. Pada ventilasi jelek, mastitis kanan, depan lebih sering mengalami mastitis
mencapai 87,5%, ventilasi yang baik mencapai daripada kedua puting lainnya. Pada kiri
49,39% (Sori dkk., 1992). belakang, mastitis mencapai 34,3%,
Faktor lain yang biasanya sedangkan kanan, depan mencapai 30,06%
menyebabkan mastitis adalah faktor Sori dkk (1992).
mikroorganisme, Sori dkk (1992) menyatakan
bahwa saat periode kering adalah saat awal KESIMPULAN
kuman penyebab mastitis menginfeksi, karena Berdasarkan hasil penelitian
pada saat itu terjadi hambatan aksi fagositosis disimpulkan bahwa Terdapat hubungan negatif
dari neutrofil pada ambing. antara bahan dan tingkat kebersihan lantai
Dinyatakan lebih lanjut oleh Bray et kandang terhadap kejadian mastitis, semakin
al., (2003), bahwa berbagai jenis bakteri telah tinggi tingkat kebersihan lantai kandang maka
diketahui sebagai agen penyebab penyakit mastitis akan semakin rendah. Lantai kandang
mastitis, antara lain: Str. agalactiae, Str. berbahan karet memiliki permukaan yang
Disgalactiae, Str. Uberis, Str.zooepidemicus, masif dan mempermudah dalam pembersihan
Str. aureus, Escherichia coli, Enterobacter dan diperoleh kejadian mastitis rendah.
aerogenees dan Pseudomonas aeroginosa.
Ditambahkan oleh Swartz (2006) bahwa yeast DAFTAR PUSTAKA
dan fungi juga sering menginfeksi ambing, Anonimous. 2005. Mastitis.
namun biasanya menyebabkan mastitis http:/immunocell.com/prod-mast-
subklinis. php. Diakses 23 Juni 2013.
.................... 2009. Sapi Friesian Holstein.
http://hidupternakindonesia.blogspo
80 Hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai ………................….. Aziz, A.S., dkk
Produksi Ternak Perah. Fakultas Intensif. Agromedia Pustaka.
Peternakan Universitas Brawijaya. Jakarta.
Malang. Suharminto, R. 2004. Manfaat
Siregar, S.B., M. Rangkuti, Yanto T. Penggunaan Alas Karpet Bagi Sapi
Rahardja, dan H. Budiman. 1996. Perah. Pusat Informasi Pertanian
Informasi Teknologi Budidaya, Trubus. Jakarta.
Pascapanen dan Analisa Usaha Supar, 1997. Mastitis Subklinis pada Sapi
Ternak Sapi Perah. Kerjasama antara Perah di Indonesia: Masalah dan
Studi Informasi Teknologi Pedesaan, Pendekatanya, Balai Penelitian
proyek Pengembangan Sistem Veteriner. Bogor.
Informasi, Kebijakan IPTEK dan Supar dan Ariyanti. 2008. Kajian
Teknologi Industri. Badan Pengendalian Mastitis Subklinis
Pengkajian dan Penerapan pada Sapi Perah. Prosiding Prospek
Teknologi dengan Pusat Penelitian Industri Sapi Perah menuju
dan Pengembangan Peternakan. perdagangan Bebas 2020. Jakarta, 21
Bogor. April 2008. Pusat Penelitian dan
Soehadji. 2009. Sejarah Perkembangan Pengembangan Peternakan, Badan
Industri Persusuan. Direktorat Litbang Pertanian, Departemen
Jenderal Industri Agro dan Kimia, Pertanian. Bogor.
Departemen Perindustrian, Jakarta. Surjowardojo, P, 2011. Ekspresi Mastitis
Soeharsono, 2008. Laktasi Produksi dan pada Sapi Perah. Fakultas
Peranan Air Susu Bagi Kehidupan Peternakan Universitas Brawijaya.
Manusia. Widya Padjajaran. Malang.
Bandung. Susilorini, TE., M.E. Sawitri dan
Sori, H., A. Zerihum and S. Abdicho, Muharlien. 2008. Budidaya 22
2005. Dairy cattle mastitis in and Ternak Potensial. Penebar Swadaya.
around Sebeta, Ethiopia. Int. J. Appl. Jakarta.
Res. Vet. Med., 3: 332-338. Swartz, H. A. 2006. Mastitis in The Ewe.
Subronto. 2003. Ilmu Penyaki Ternak http://www.caseagworld.com/caw.
(Mamalia). Gadjah Mada University Lumast.html.Diakses 23 Juni 2013.
Press. Yogyakarta. Tawaf, R. 2010. Sapi Perah Fries Holland.
Sudibyo, A., M. Pulungan, S. Bahri, http://www.nusantaraku.org/forum/a
Supartono dan Y. Setiadi. 1992. nimal -forum/126720-sapi-perah-
Pengendalian mastitis pada sapi fries-holland.pdf. Diakses 23 -6-13
perah di Pasuruan Jawa Timur. Wijayanto, A. 2011. Perkandangan Sapi
Laporan Penelitian Balai Penelitian Perah. http://dwisebsiono.blogspot.
Veteriner. com/2012/08/perkandangan-sapi-
Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak perah.html. Diakses 23 Juni 2013.
Perah. editor. Diktat Kuliah Jurusan Williamson, G. Dan W.J.A. Payne 1993.
Ilmu Produksi Ternak. Bogor: Pengantar Peternakan daerah Tropis.
Fakultas Peternakan Institut Diterjemahkan oleh Gandono B.,
Pertanian Bogor. Gadjah Mada University Press.
Sudono, Rosdiana, Setiawan. 2003. Yogyakarta.
Peternakan Sapi Perah Secara