1. 4 Istilah Al-Qur’an + contoh segumpal darah, dan segumpal darah itu kami
a. Al Insan jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Dipakai untuk manusia yang tunggal. Kata ini kami jadikan segumpal daging. Kemudian kami
digunakan untuk menyebut manusia dalam jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
konteks manusia sebagai makhluk yang Maha sucilah Allah, pencipta yang baik”
mempunyai kelebihan – kelebihan. (1) Al-Nutfah,yaitu tetesan cairan yang
(1) Manusia sebagai makhluk berpikir mengandung gamet pria dan wanita
(2) Manusia sebagai makhluk pembawa amanat kemudian tersimpan di dalam rahin (Qararin
(3) Manusia sebagai makhluk yang bertanggung Makin) atau uterus yaitu suatu wadah untuk
jawab atas apa yang diperbuat perkembangan embrio
(2) Al-‘Alaiqah, yaitu embrio (segumpal darah)
Kata insan menunjuk suatu pengertian adanya yang berumur 24-25 hari
kaitan dengan sikap, yang lahir dari adanya (3) Al-Mudhgah, yaitu embrio (segumpal daging)
kesadaran penalaran. yang berumur 26–27 hari
Contoh: Manusia mempunyai nalar, sehingga (4) Al-‘Idham, yaitu tulang belulang
bisa menaati aturan, kode etik, sopan santun, (5) Al-Lahm, yaitu daging untuk membungkus
dan berbudaya. tulang
b. Berdasarkan ilmu pengetahuan (embriologi)
b. Basyar (1) Periode Ovum, dimulai dari fertilisasi karena
Dipakai untuk menyebut semua makhluk, baik adanya pertemuan sperma dengan ovum
laki – laki maupun pertemuan, jamak maupun yang kedua intinya Bersatu membentuk
tunggal. Kata ini merujuk manusia sebagai zigot. Setelahnya zigot membelah, selama
makhluk biologis yang mempunyai bentuk tubuh pembelahan zigot bergerak menuju kantong
yang mengalami pertumbuhan dan kehamilan, kemudian melekat dan akhirnya
perkembangan jasmani. Basyar dipakai untuk masuk ke dinding Rahim (implantasi)
menunjukkan dimensi alamiahnya, yang menjadi (2) Periode Embrio, yaitu periode pembentukan
ciri pokok manusia pada umumnya, makan, organ. Terkadang organ tidak terbentuk
minum, dan mati. sempurna atau tidak sama sekali terbentuk
Contoh: Manusia perlu makan dan minum untuk (3) Periode Foetus, yaitu periode perkembangan
dapat hidup dan penyempurnaan organ, dengan
c. Al-Naas pertumbuhan yang amat cepat dan berakhir
Mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial. dengan kelahiran.
Disebut 240 kali dalam Al-Qur’an (paling
banyak). Ada kesesuaian antara Al-Qur’an dan
Contoh: Manusia hidup harus berdampingan pengetahuan, al-mudhgah merupakan periode
dengan manusia lainnya embrio, periode 4 dan 5 dalam Al-Qur’an sesuai
d. Bani Adam dengan periode foetus.
Bani adam dikonotasikan sebagai salah satu 3. Pentingnya Beragama
makhluk ciptaan Allah di samping makhluk yang Agama sebagai pedoman manusia untuk hidup,
lain. Dalam konteks ini, hubungan manusia tidak yang mendorong manusia beragama:
saja dengan sesame manusia tetapi juga dengan (1) Karena fitrah manusia
makhluk lain seperti jin, malaikat dan Ar-Rum:30, ada potensi fitrah beragama
sebagainya. yang terdapat pada manusia. Manusia,
Contoh: Manusia sepanjang hidupnya dengan sebutannya sebagai Al-Insan adalah
senantiasa diganggu oleh jin dan iblis dengan manusia yang menerima pelajaran dari
godaan – godaan dan malaikat yang membantu Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya,
kita manusia secara kodrati sebagai ciptaan
2. Proses pembentukan manusia Tuhan yang sempurna bentuknya dibanding
a. Berdasarkan Al-Qur’an makhluk lainnya yang sudah dilengkapi
Dijelaskan dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-14 dengan kemampuan mengenal dan
“dan sesungguhnya kami telah menciptakan memahami kebenaran dan kebaikan yang
manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari terpancar dari ciptaannya
tanah. kemudian kami jadikan saripati itu air mani (2) Kelemahan dan kekurangan manusia
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh Manusia dengan akalnya memiliki
(rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan kelemahan, akal dapat mengetahui mana
Agana Islam
yang baik dan buruk tetapi tidak semua yang masalah ibadah maupun hukum.
baik dan buruk dapat diketahui akal. Dalam Contoh: ayat perintah shalat
hubungan ini kaum Mu’tazilah mewajibkan dijelaskan dengan hadits kapan
kepada Tuhan agar menurunkan wahyu waktunya shalat, bagaimana caranya,
dengan tujuan agar kekurangan akal dapat dan sebagainya.
dilengkapi oleh wahyu (dalam ini agama). 2) Takhsis al-‘Am, hadits
dengan demikian dipandang bahwa manusia mengkhususkan ayat-ayat al-Qur’an
memerlukan agama. yang bersifat umum. Contoh: ayat
(3) Tantangan manusia tentang boleh berpoligami di takhsis
Manusia dalam hidupnya menghadapi dengan hadits tidak boleh memadu
berbagai tantangan, baik yang datang dari wanita dengan bibinya
dalam maupun luar. Tantangan dari dalam 3) Taqyid al-Muthlaq, hadits membatasi
berupa hawa nafsu dan bisikan syaitan kemutlakan ayat-ayat al-Qur’an.
sedangkan dari luar berupa rekayasan dan Contoh: al-Qur’an mengharamkan
upaya – upaya yang dilakukan manusia bangkai dan darah namun hadits
secara sengaja berupaya ingin memalingkan mengecualikan bangkai yang boleh
manusia dari Tuhan. Untuk itu upaya dikonsumsi yaitu ikan dan belalang,
mengatasi dan membentengi manusia dan darah yang boleh dikonsumsi hati
adalah dengan mengajarkan mereka taat dan limpa
menjalankan agama (3) Bayan Naskhi, yaitu hadits menghapus
4. Sikap jika terjadi benturan agama dan budaya (nasakh) hukum yang diterangkan dalam
Agama pada dasarnya mengajarkan segala al-Qur’an. Contoh: perubahan arah kiblat
sesuatu yang baik dan merupakan dasar dari dari Baitul maqdis ke masjidil haram
kehidupan di muka bumi ini, maka apabila ada (4) Bayan Tasyri’I, hadits menciptakan
sesuatu yang bertentangan dengan ajaran hukum syariat (tasyri’) yang belum
agama (baik budaya ataupun hal lainnya) ada dijelaskan oleh al-Qur’an. Contoh:
baiknya mencari tahu lebih lanjut mengenai hal haramnya menggunakan sutera dan
yang bertentangan tersebut, apakah memang emas bagi laki-laki
dari asalnya bertentangan atau menjadi b. Ijtihad, yaitu sebagai kekuatan atau
bertentangan karena kepentingan kaum tertentu. kemampuan dalam mencetuskan ide – ide
Jikalau memang secara kodrati sudah yang bagus demi kemaslahatan umat. Ijtihad
bertentangan maka tinggalkan hal yang sebagai sumber hukum islam yang ketiga
bertentangan dan kembali mengikuti ajaran setelah al-Qur’an dan hadits. Fungsi ijtihad
agama. (1) Fungsi al-ruju’ (kembali), mengembalikan
5. Fungsi dan kedudukan Hadits dan Ijtihad ajaran islam kepada al-Qur’an dan
terhadap Al-Qur’an sunnah dari segala interpretasi yang
a. Hadits sebagai sumber otoritatif ajaran islam kurang relevan
yang kedua. Hadits adalah segala perbuatan, (2) Fungsi al-ihya (kehidupan),
perkataan, dan takrir nabi Muhammad SAW. menghidupkan kembali bagian – bagian
Fungsi hadits terhadap Al-Qur’an secara dari nilai dan Islam agar mampu
umum adalah untuk menjelaskan makna menjawab tantangan zaman
kandungan Al-Qur’an yang sangat dalam dan (3) Fungsi al-inabah (pembenahan),
global (li al-bayan). Secara garis besar fungsi memenuhi ajaran – ajaran islam yang
penjelasan (bayan) hadits terhadap al-Qur’an telah di ijtihadi oleh ulama terdahulu dan
(1) Bayan Taqrir, yaitu hadits sebagai dimungkinkan adanya kesalahan
penguat (taqrir) atau memperkuat menurut konteks zaman dan kondisi yang
keterangan al-Qur’an (ta’qid). berbeda
(2) Bayan Tafsir, yaitu hadits sebagai
Wilayah ijtihad adalah masalah masalah
penjelas (tafsir) terhadap al-Qur’an.
yang diperbolehkan penetapan hukumnya
Fungsi inilah yang terbanyak pada
dengan ijtihad dan lapangan ijtihad adalah
umumnya, ada 3 macam penjelasan:
setiap hukum syara yang tidak memiliki dalil
1) Tafshil al-Mujmal, hadits memberi
qath’i
penjelasan terperinci pada ayat – ayat
al-Qur’an yang bersifat global 6. Ruang lingkup akidah
(memperinci yang global), baik
Agana Islam
Akidah merupakan keimanan atau kepercayaan (3) Akhlak kepada keluarga
dan sebagai organ tubuh yang berdiri tegak di (4) Akhlak kepada masyarakat
atas syairat islam yang sangat fundamental (5) Akhlak kepada alam (lingkungan)
dalam islam dan ia merupakan titik tolak 9. Hak Al-Qur’an
permulaan muslim. Akidah adalah kepercayaan (1) Haqqut Tilawah, hak untuk dibaca
atau keyakinan terhadap sesuatu yang harus (2) Haqqut Taddabur, hak untuk dibaca dengan
diakui kebenarannya tanpa keraguan sedikitpun. terjemahannya (dipahami)
Dalam kerangka akidah harus memuat enam (3) Haq ‘Amal, hak untuk diamalkan
rukun pokok (rukun iman) (4) Haqqul Hifdzi, hak untuk dihafal
(1) Iman kepada Allah (5) Haqqut Tabligh, hak untuk
(2) Iman kepada Malaikat Allah mendakwahkannya (diajarkan ke sesame
(3) Iman kepada kitab-kitab Allah manusia)
(4) Iman kepada Rosul-rosul Allah
(5) Iman kepada hari Akhir
(6) Iman kepada Taqdir (Qodlo dan Qodar) Allah
Selain itu ruang lingkup akidah juga bisa
(1) Ilahiah, yaitu pembahasan tentang sesuatu
yang berhubungan dengan ilah (Tuhan)
seperti wujud Allah, nama – nama Allah, dan
sifat – sifat Allah
(2) Nubuwah, yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan
rasul termasuk pembicaraan mengenai kitab
– kitab Allah, mukjizat dan sebagainya
(3) Ruhaniah, yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik, seperti malaikat, jin, iblis,
syaitan, dan roh
(4) Sam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui
sam’I yakni dalil naqli berupa al-Qur’an dan
as-Sunnah, seperti alam barzakh, akhirat,
azab kubur, dan sebagainya
7. Proses terbentuknya Akhlak, faktor – faktor
a. Insting (naluri)
Pola perilaku yang tidak dipelajari,
mekanisme yang dianggap ada sejak lahir
dan juga muncul pada setiap spesies.
b. Keturunan
Kekuatan yang menjadikan anak menurut
gambaran orang tua. Sifat – sifat yang
diturunkan oleh orang tua kepada anaknya,
pada garis besarnya ada dua macam
(1) Sifat jasmaniah
(2) Sifat rohaniah
(3) Lingkungan
(4) Kebiasaan
(5) Kehendak
(6) Pendidikan
1) Rangsangan
2) Kognitif
8. Ruang lingkup akhlak
(1) Akhlak kepada Allah
(2) Akhlak kepada diri sendiri