BAB I
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Suatu peta proses operasi menggambarkan langkah-langkah operasi
dan pemeriksaan yang dialami oleh bahan dalam urutannya sejak awal sampai
menjadi produk jadi utuh maupun sebagai bagian setengah jadi. Peta ini
memuat informasi tentang: waktu yang dihabiskan, material yang digunakan,
dan tempat atau alat mesin yang dipakai. Sesuai dengan relevansinya, pada
akhir keseluruhan proses dinyatakan keberadaan penyimpanan.
Operation Process Chart (OPC) adalah salah satu teknik yang paling
berguna dalam perencanaan produksi. Kenyatannya peta ini adalah gambaran
tentang proses, dan telah digunakan dalam bebagai cara sebagai alat
perencanaan dan pengendalian. Dengan tambahan data lain, peta ini dapat
digunakan sebagai alat manajemen. Ada empat hal yang perlu diperhatikan
atau dipertimbangkan agar diperoleh suatu proses kerja yang baik melalui
analisa peta proses operasi yaitu analisa terhadap bahan-bahan, operasi
pemeriksaan dan terhadap waktu penyelesaian suatu proses.
Peta Proses Operasi yang telah selesai terlihat bahwa pola aliran yang
tetap mulai terbentuk dan dengan sedikit imajinasi, tata letak akan mulai
terbayang oleh perancang fasilitas. Peta Proses Operasi juga dapat
memperlihatkan komponen-komponen yang menimbulkan masalah terbesar
dalam perencanaan dan komponen yang tidak terlalu penting.
2. Tujuan
2
B. Landasan Teori
1. Pengertian Peta Proses Operasi
3
Sumber : http://jurnal.uai.ac.id
C. Pengumpulan Data
1. Sejarah Perusahaan
CV. Bonjor Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
Pengecoran Logam Klaten, spesialis Pulley. Perusahaan ini di dirikan oleh H.
ISKAK ISTANTO pada dekade 80’an yang tepatnya tahun 1985 yang
sekarang sudah pada generasi kedua yang di pimpin oleh Bapak Hanung
Endra Kusumo di daerah sentra industri Pengecoran Logam Klaten di Batur,
Ceper, Klaten. Pada awal berdirinya pabrik proses peleburan logam
9
menggunakan Dapur Tungke yang dipakai pada tahun 1985 sampai 1995.
Setelah itu proses peleburan logam menggunakan Tungku Kupola dari tahun
1995 sampai sekarang yang dipakai di pabrik 1, sedangkan pada pabrik 2
menggunakan teknologi mesin Tungku Induksi dengan tenaga listrik yang
dipakai dari tahun 2010 sampai saat ini. Daerah Ceper mulai mengenal
pengolahan logam sejak zaman Belanda yang pada saat itu adanya kebutuhan
besi cor untuk Pabrik Gula Ceper. Sehingga pada zaman itu terjadi transfer
teknologi oleh belanda untuk para nenek moyang daerah setempat.
Perkembangan industry logam di desa Ceper tidak lepas dari seorang tokoh
penyebar agama islam yang bernama Ki Ageng Serang Kusumo yang
kebetulan beliau adalah seorang pandai besi. Seiring berjalannya waktu dari
zaman kemerdekaan industry pengecoran logam di daerah Ceper berkembang
pesat hingga saat ini. CV. Bonjor Jaya mempunyai ijin usaha dengan nomor
503/1051/00/1993. Produk yang dihasilkan adalah semua produk yang
berbahan baku Fero Casting (FC), fero casting dactile (FCD) dan juga
alumunium, produk utama CV. Bonjor Jaya yaitu Pulley V Belt berbagai
ukuran 2”- 45” dengan ukuran belt A, B, C, D. Selain produk utama,
perusahaan juga mampu memenuhi pesanan dari costumer sesuai dengan
bentuk, model, dan ukuran yang dipesan.
Sebagai perusahaan Pengecoran Logam Klaten spesialis Pulley, CV.
Bonjor Jaya terus melakukan inovasi produk dan juga meningkatkan kualitas
produk. Pada tahun 2010 perusahaan telah mampu menggunakan mesin
Induksi (induction furnace) sebagai jawaban atas tantangan peningkatan
kualitas produk. Setelah mengalami perluasan usaha CV. Bonjor Jaya mampu
mempunyai 1 unit usaha baru yang juga bergerak di bidang pengecoran logam
yang bernama CV. Mega Jaya Logam. Anak perusahaan tersebut mempunyai
spesialisasi produk yaitu Bollard dengan berbagai tipe dan ukuran.
b. Grill Manhole
c. Pompa Hydran
d. Grill Tanaman
e. Grill Tangkapan Air
f. Roof Drain
g. Semua produk yang berbahan baku besi cor (FC – Ferro Casting)
3. Jenis Bahan Baku
a. Besi bekas
b. Eksi
c. Silikon 4%
d. Karbon 10%
e. Gram
b. Peralatan
1) Tungku
2) Gerobak rel
3) Ember estafet
4) Moldy
5. Proses Produksi
a. Proses pengecoran.
11
b. Proses pembentukan.
12
c. Proses pemesinan.
13
Dilebur
(dalam
O-2 Tungku
Induksi)
Dituang
(dalam
O-5 ember
tuang)
Menuangka
n
O-6 (Dengan
Gayung)
Pengecoran
O-7 pada
Cetakan
Pembongka
O-8 ran
A A
Sumber : Pengolahan Data
A A
I -1 Inspeksi
Dibersihkan
O -9 (Shoot Blast)
I-2 Inspeksi
Penggerind
O- aan
10 (Mesin
Gerinda)
I-3 Inspeksi
Bubut
O- Faching
11 (Mesin
Bubut)
I-4 Inspeksi
B B
Sumber : Pengolahan Data
Lanjutan Gambar 1.5
17
B B
Bubut
O- Bertingkat
12 (Mesin
Bubut)
Inspeksi
I-5
O- Pengeboran
(Mesin
13 Bor)
I-6 Inspeksi
O- Pendempul
an
14
I-7 Inspeksi
C
Penghalusa
O- n
15 (Mesin
Gerinda)
Inspeksi
I-8
O- Pengecatan
Tahap 1 (E
16 Poxy)
I-9 Inspeksi
O- Pengecatan
17 Tahap 2
I - 10 Inspeksi
O - 18 Pengeringan
Inspeksi
I - 11
Storage
Ringkasan
Kegiatan Jumlah Waktu
Operasi 18
Inspeksi 11
Total 29
D. Pembahasan
Pada peta proses operasi yang telah dibuat maka dapat dijabarkan
sebagai berikut. Bahan baku berupa besi, carbon dan gram besi ditimbang
sesuai takaran yang telah ditentukan kemudian masuk kedalam tahap peluburan
yang dilakukan pada tungku induksi. Pada saat proses peleburan dilakukan,
bahan baku berupa silica yang telah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam
tungku peleburan.
Setelah bahan baku mencair sesuai titik lebur selanjutnya dituangkan
dalam tungku tuang, kemudian diberi silica yang berfungsi merekatkan biji besi
yang telah dilebur lalu dituangkan ke cetakan pasir. Bahan baku yang telah
masuk pada tahap pencetakan selanjutnya dibongkar dan dibersihkan
menggunakan mesin shoot blast, digerinda agar menghilangkan scrap lalu
diinspeksi guna melihat apakah ada kecacatan pada produk.
Produk setengah jadi yang telah lolos inspeksi awal selanjutnya masuk
ke tahap pembubutan pertama untuk membuat bentuk lingkaran bagian dalam
lalu di inspeksi guna melihat lingkrannya sudah sesuai dengan standar yang
ditentukan. Pembubutan kedua dilakukan setelah pembubutan pertama selesai,
pada pembubutan kedua bagian lingkaran dalam lebih diperjelas lalu diinspeksi
kembali.
Tahap berikutnya adalah proses pengeboran dengan mesin bor guna
membuat lubang dibagian tengah produk lalu diinspeksi. Bahan baku dempul
digunakan pada proses pendempulan produk setengah jadi lalu diinspeksi.
Tahap selanjutnya pengalusan produk dengan mesin gerinda pada bagian tepi
yang masih terdapat scrap dan diinspeksi guna melihat apakah masih ada scrap
pada produk.
Tahap pengecatan awal dengan menggunakan poxy yang berfungsi
sebagai cat dasar dan bertujuan untuk menutupi pori-pori dan goresan / baret
halus yang terdapat pada produk, setelah itu diinspeksi dengan memperhatikan
produk apakah sepenuhya telah tertutupi oleh poxy. Tahap pengecatan kedua
dilakukan setelah produk lolos pada tahap pengecatan awal.
21
Pengeringan merupakan tahap akhir pada proses ini, produk yang telah
di beri pewarnaan kemudian dikeringkan menggunakan suhu ruang dan
menggunakan media oven untuk pengeringan. Produk yang telah kering
kemudian dibawa kegudang penyimpanan dan menunggu proses pengiriman
kepada konsumen.
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Operation Process Chart Pulley di CV. Bonjor Jaya terdiri dari 30 simbol.
Simbol-simbol tersebut terdiri dari delapan belas simbol operasi , sebelas
simbol inspeksi dan satu simbol storage.
2. Terdapat beberapa aktifitas yang seharusnya diuraikan, yaitu pada aktifitas
pembubutan. Pembubutan untuk meratakan permukaan dan untuk tempat V
Belt dapat digabungkan dalam dua operasi, yaitu pembubutan faching dan
bertingkat sehingga dapat mengoptimalkan waktu kerja dan memperjelas
dari peta yang dibuat.
3. Dengan menggunakan peta proses operasi maka mampu menentukan waktu
yang dibutuhkan dalam pengerjaan suatu produksi sehingga dapat
meminimisasi operasi yang tidak penting sehingga waktunya akan lebih
efisien.
22
BAB II
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Oleh karena itu dibuatlah suatu peta hubungan aktifitas, dimana akan
dapat diketahui bagaimana hunbungan yang terjadi dan harus dipenuhi sesuai
dengan tugas-tugas dan hubungan yang mendukung.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Mementukan tingkat hubungan antar departemen dan alasanya.
b. Memperoleh suatu landasan bagi penyusun departemen selanjutnya yang
diharapkan bisa lebih baik.
c. Mengetahui hubungan kedekatan dari setiap kelompok kegiatan dalam
hal ini organisasi pabrik.
23
B. Landasan Teori
U = Perlu berjauhan
X = Mutlak berjauhan
2. Fungsi Activity Relationship Chart (ARC)
Fungsi ARC dan kegunaannya adalah :
a. Penyusunan urutan dari pusat kerja atau departemen dalam suatu kantor.
b. Lokasi kegiatan dalam suatu usaha pelaa\yanan.
c. Lokasi Pusat kerja dalam operasi perawatan atau dalam perbaikan
d. Menunjukan hubungan suatu kegiatan yang lainnya, serta alasannya.
e. Memeperoleh suatu landasan bagi penyusunan daerah selanjunya
atas ditulis tingkat hubungan aktivitas dan pada bagian bawah dituliskan
alasan mengapa tingkat hubungan tersebut diberikan.
C. Pengumpulan Data
26
Kode Keterangan
1 Gudang Bahan Baku
2 Cooling Room
3 Peleburan
4 Pencetakan
5 Cleaning
6 Gerinda
7 Bubut 1
8 Bubut 2
9 Bor
10 Pendempulan
11 Pengecatan
12 Pengeringan
13 Gudang ½ Jadi
14 Inspeksi 1
15 Inspeksi 2
16 Gudang Bahan Jadi
17 Sampah Produksi
18 Penimbangan
19 Tempat Parkir
20 Kantor
21 WC
22 Rest Area
23 Pos Satpam
24 Genset
25 Sampah Umum
26 Mushola
27 Show Room
28 Loker Karyawan
Lanjutan Tabel 2.3
28
29 Mess
Sumber : Pengumpulan Data
DEPARTEMEN A U I O U X JUMLAH
GUDANG BAHAN BAKU 1 4 5 12 5 1 28
COLLING ROOM 0 3 8 8 8 1 28
PELEBURAN 3 3 9 5 7 1 28
PENCETAKAN 5 2 12 1 8 0 28
CLEANING 0 5 9 8 4 2 28
GERINDA 2 3 6 11 4 2 28
BUBUT_1 3 2 7 10 5 1 28
BUBUT_2 4 1 9 9 4 1 28
BOR 1 3 8 13 2 1 28
PENDEMPULAN 2 1 6 16 3 0 28
PENGECATAN 2 1 7 13 5 0 28
PENGERINGAN 2 0 7 14 4 1 28
GUDANG SETENGAH JADI 1 4 9 12 2 0 28
INSPEKSI_1 0 7 6 11 4 0 28
INSPEKSI_2 0 9 5 10 4 0 28
GUDANG JADI 2 1 9 14 2 0 28
SAMPAH PRODUKSI 0 0 4 9 11 4 28
PENIMBANGAN 1 2 2 19 4 0 28
TEMPAT PARKIR 1 0 2 8 16 1 28
KANTOR 0 1 5 11 10 1 28
WC 0 0 4 13 8 3 28
REST AREA 0 0 4 23 0 1 28
POS SATPAM 1 1 6 8 12 0 28
GENSET 0 2 15 6 3 2 28
SAMPAH UMUM 0 0 8 12 5 3 28
SHOW ROOM 0 0 2 18 8 0 28
LOKER 0 0 4 23 0 1 28
MESS 0 2 0 21 4 1 28
JUMLAH 31 57 178 338 152 28
Sumber : Pengolahan Data
D. Pembahasan
30
E. Kesimpulan
Dari pengolahan data diatas maka dapat kesimpulan sebagai berikut :
31
BAB III
32
WORKSHEET
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
3. Manfaat :
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
33
B. Landasan Teori
1. Definisi Worksheet
34
C. Pengumpulan Data
35
NO NAMA DEPARTEMEN A E I O U X
1 GUDANG BAHAN BAKU 16 3,13,18,23 2,4,5,24,28 6,7,8,9,10,11,12,20,21,22,26,27 14,15,17,19,29 25
2 COOLING ROOM 5,13,24 1,4,12,14,18,27,28 3,6,9,10,15,19,22,16, 7,8,11,17,21,23,26,29 20,25
3 PELEBURAN 4,6,18 1,5,7 8,9,11,13,14,15,17,24,28 2,10,12,16,22, 19,20,21,23,26,27,29 25
4 PENCETAKAN 3,6,7,8,15 13,14 1,2,5,9,10,12,16,17,22,24,26,28, 21 11,19,20,23,29,18,25,27
5 CLEANING 2,3,13,14,15 1,4,6,7,8,9,17,24,25, 10,11,12,16,22,27,28,29 18,20,23,26 19,21
6 GERINDA 3,4, 14,15,24, 7,13,12,25,5 1,2,9,10,11,8,16,17,22,27,28,29 18,19,20,23 21,26
7 BUBUT 1 4,8,14, 3,15, 5,6,9,13,16,24, 1,10,11,12,17,18,21,22,28,29, 2,20,19,23,27 26
8 BUBUT 2 7,9,14,4 15 3,5,6,11,13,16,24,25,10, 1,12,17,18,21,22,27,28,29 2,19,20,23, 26
9 BOR 8 10,14,15 3,4,5,7,11,12,13,16, 1,2,6,17,18,19, 27,28,29,25,24,23,22,21 20, 26
10 PENDEMPULAN 11,14 9 4,8,12,13,15,16 1,2,3,5,6,7,17,18,21,22,24,25,26,27,28,29 19,20,23
11 PENGECATAN 10,12 13, 3,8,9,14,15,16,24, 1,5,6,7,17,18,20,21,22,26,27,28,29 2,4,19,23,25
12 PENGERINGAN 11,13, 9,10,14,15,16,23,24, 1,3,5,6,7,8,18,20,22,25,26,27,28,29, 2,17,19,4 21
13 GUDANG 1/2 JADI 12, 1,2,5,11 3,4,6,7,8,9,10,16,24, 14,15,17,18,20,21,22,23,26,27,28,29 19,25,
14 INSPEKSI 1 4,5,6,7,8,9,15, 2,3,10,11,12,24, 1,13,16,17,18,22,25,26,27,28,29 19,20,21,23
15 INSPEKSI 2 4,5,6,7,8,9,10,14,16, 2,3,11,12,24, 13,17,18,20,22,25,26,27,28,29 1,19,21,23
16 GUDANG BAHAN JADI 1,4, 15, 7,8,9,10,11,12,13,24,23, 2,3,5,6,14,18,20,21,22,25,26,27,28,29, 17,19
17 SAMPAH PRODUKSI 3,4,5,25, 6,7,8,9,10,11,13,14,15, 1,2,12,16,18,19,20,21,23,24,27 22,26,28,29
18 PENIMBANGAN 3, 1,4, 2,26 7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,20,22,23,24,25,26,27,28,29 5,6,17,19,21
19 TEMPAT PARKIR 23 24,25 2,20,21,22,26,27,28,29 1,3,4,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18, 5
20 KANTOR 26 22,23,24,25,27, 1,11,12,13,14,16,18,19,21,28,29 3,4,5,6,7,8,9,10,15,17 2
21 TOILET ` 1,4,7,8,9,10,11,13,16,19,20,22,25 2,3,14,15,17,18,24,27, 5,6,12
22 REST AREA 4,20,24,25 1,2,3,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,18,19,21,23,26,27,28,29 17
23 POS SATPAM 19 1, 12,16,20,21,24,26, 9,13,18,22,25,27,28,29 2,3,4,5,6,7,8,10,11,14,15,17
24 GENSET 2,6, 1,3,4,7,8,11,12,13,14,15,16,19,20,22,23, 9,10,18,27,28,29, 21,25,26, 5,17,
25 SAMPAH UMUM 5,6,7,8,17,19,20,22, 9,10,12,14,15,16,18,21,23,27,28,29 4,11,13,24,26, 1,2,3,
26 MUSHOLA 20,29, 4,21,23, 1,10,11,12,13,14,15,16,18,19,22,28, 2,3,5,17,24,25,27, 6,7,8,9,
27 SHOW ROOM 2,20, 1,5,6,8,9,10,11,12,13,14,15,16,18,19,22,23,24,25, 3,4,7,17,21,26,28,29
28 LOKER KARYAWAN 1,2,3,4, 5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,29 17
29 MESS 26,28, 5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,18,19,20,21,22,23,24,25,27 1,2,3,4 17
Sumber: Pengolahan Data
D. Pembahasan
36
A. Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
37
BAB IV
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
39
3. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Dapat mengetahui Activity Template Block Diagram (ATBD).
b. Dapat menerjemahkan worksheet dengan Activity Template Block
Diagram (ATBD) sebagai refresentasi dari setiap departemen.
c. Dapat mengatur penempatan setiap departemen agar lebih efektif dan
efisien.
B. Landasan Teori
1. Activity Relationship Chart (ARC)
40
2. Worksheet
Worksheet disusun berdasarkan apa yang telah ditetapkan dalam
activity relationship chart yang terdiri dari baris dan kolom dan pada bagian
sebelah kiri ditempatkan urutan kegiatan sedang pada bagian kanan
ditempatkan tingkat hubungan. Baris-baris dan kolom ini lebih mudah dilihat
hubungan antara aktivitas dengan melihat pada kolom alasan dibawahnya.
(James, 1990).
Sumber : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan adalah berdasarkan aktivitas kerja
yang dilakukan dalam proses pembuatan pulley. Hasil pengumpulan data yang
42
D. Pembahasan
43
E. Kesimpulan
Berdasarkan pengumpulan data diatas maka didapat kesimpulan sebagai
berikut :
BAB IV
ACTIVITY TEMPLATE BLOCK DIAGRAM
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Industri pada saat ini menggunakan hampir semua pendekatan untuk
mengurangi biaya yang ditimbulkan baik pada saat produksi maupun
dalam penggunaan modal awal dalam membangun suatu pabrik atau
tempat usaha, oleh karena itu munculah berbagai pendekatan-
pendekatan dalam perancangan suatu tata letak khususnya dalam
membangun suatu pabrik ataupun kantor. Perancangan tata letak yang
biasanya digunakan diantaranya perancangan tata letak yang bersifat
kuantitatif dan juga pendekatan perancangan tata letak fasilitas yang
bersifat kualitatif. Tata letak pabrik mendorong cara-cara kualitatif
dilakukan dengan harapan akan memudahkan pennyelesaian rancangan.
Teknik kualitatif tidak menggunakan formulasi matematis yang
rumit, sehingga dapat mudah dalam prakteknya. Namun, pada sisi lain
persyaratan utama menerapkan teknik kualitataif adalah pengalaman
perancang, alasanya adalah pendekatan kualitatif membutuhkan tingkat
subyektifitas yang lebih dominan (Hadiguna, Rika., 2008).
Activity Template Block Diagram (ATBD) merupakan suatu Blok
(luasan persegi) untuk menggambarkan setiap departemen yang
dimasukkan dalam kajian perancangan pabrik, dengan dilengkapi data
telah dikelompokkan pada worksheet. ATBD akan memudahkan dalam
merancang suatu tata letak pabrik yang sebelumnya akan digunakan
dalam membuat Activity Relationship Diagram (ARD) terlebih dahulu.
2. Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum yang sudah dilaksanakan adalah :
a. Membuat Activity Template Block Diagram (ATBD) berdasarkan
worksheet pembuatan pulley pada praktikum sebelumnya.
47
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan adalah berdasarkan aktivitas
kerja yang dilakukan dalam proses pembuatan pulley. Berikut hasil
pengumpulan data yang dilakukan dalam bentuk Activity Template Block
Diagram (ATBD) berdasarkan worksheet dari Activity Relationship Chart
(ARC) proses pembuatan pulley.
ACTIVITY TEMPLATE BLOCK DIAGRAM
Nama Objek : Pulley
Dipetakan Oleh : Achmadi dan Titis
Tanggal Dipetakan :
D. Pembahasan
Activity Template Block Diagram (ATBD) pada Gambar 4.2
digambarkan berdasarkan worksheet yang telah dibuat pada praktikum
sebelumnya. Data yang telah dikelompokkan pada worksheet, akan
digambarkan menjadi suatu blok (luasan persegi) untuk menggambarkan
setiap departemen yang dimasukkan dalam kajian perancangan pabrik
(dalam hal ini adalah pabrik pembuatan pulley). Blok tersebut akan memberi
penjelasan mengenai hubungan aktivitas antara departemen satu dengan
departemen lain yang nantinya akan digunakan sebagai pertimbangan
peletakkannya.
Hal pertama yang dilakukan untuk menggambarkan ATBD adalah
membuat kotak persegi, kemudian di bagian tengah kotak dituliskan nomor
departemen, nama departemen dan nomor departemen yang memiliki
derajat kedekatan tidak diharapkan dengan departemen tersebut atau
dilambangkan dengan X. Lalu, setiap pojok kotak akan dituliskan dengan
derajat kedekatan lain yang mengikuti ketentuan sebagai berikut: pada
pojok kiri atas dituliskan nomor departemen yang memiliki derajat
kedekatan mutlak perlu (A), pojok kanan atas dituliskan nomor departemen
yang memiliki derajat kedekatan sangat penting (E), pojok kiri bawah
dituliskan nomor departemen yang memiliki derajat kedekatan penting (I),
dan pojok kanan bawah dituliskan nomor departemen yang memiliki derajat
kedekatan tidak perlu (U).
Kotak persegi dibuat sebanyak tiga puluh kotak, karena departemen
pembuatan pulley sebanyak tiga puluh departemen. Berdasarkan Gambar
4.2 dapat dilihat pada kotak pertama, di bagian tengah dituliskan angka satu
karena akan menggambarkan departemen satu. Selain itu, juga dituliskan
gudang bahan baku sebagai nama departemen pertama dan “X:-“ artinya
tidak ada departemen yang memiliki derajat kedekatan tidak diharapkan
dengan departemen satu. Lalu, pada pojok kiri atas dituliskan “A: 3” artinya
departemen yang memiliki derajat kedekatan mutlak perlu adalah
departemen tiga. Pojok kanan atas dituliskan “E: 4” artinya departemen
50
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Terdapat tiga puluh blok wilayah dalam Activity Template Block
Diagram
(ATBD) proses pembuatan pulley yang telah digambarkan dengan
representasi berbeda-beda dari setiap departemen sesuai data worksheet
yang telah dibuat.
b. Activity Template Block Diagram (ATBD) proses pembuatan pulley
diharapkan mampu memudahkan dalam mengatur penempatan setiap
departemen agar lebih efektif dan efisien dalam perancangan tata letak
pabrik pembuatan pulley.
51
BAB V
ACTIVITY RELATIONSHIP DIAGRAM
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pabrik adalah kumpulan bahan, mesin, peralatan dan pekerja yang
dirangkai oleh pengorganisasian kegiatan secara teratur untuk
memproduksi barang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Posisi pabrik yang sangat strategis di industri manufaktur maupun
pengolahan mengharuskan adanya perhatian yang menyeluruh. Strategi
produksi yang diterapkan akan membutuhkan dukungan formasi
mesinmesin yang sesuai. Maka dari itu, tata letak pabrik perlu
direncanakan dan dirancang dengan baik dan benar. Penataan mesin-
mesin didalam pabrik sangat menentukan kinerja pabrik secara
keseluruhan. Efisiensi dan efektivitas pabrik dipengaruhi oleh tata letak
pabrik.
Perkembangan industri berdampak pada persaingan industri yang
cukup ketat. Persaingan industri memerlukan strategi dari segala aspek
termasuk aspek produk, proses dan jadwal. Permasalahan industri tidak
hanya menyangkut seberapa besar investasi yang harus ditanam,
prosedur produksi dan pemasaran hasil produksi namun memerlukan
perencanaan fasilitas yang meliputi perencanaan lokasi fasilitas maupun
rancangan fasilitas. Perancangan fasilitas meliputi perancangan sistem
fasilitas, tata letak pabrik dan sistem penanganan material (pemindahan
bahan). Activity Relationship Diagram (ARD) merupakan suatu
gambaran hasil desain peletakan antar departemmen berdasarkan
pertimbangan hubungan derajat kedekatannya. ARD ini kemudian akan
dijadikan sebagai acuan dalam merancang tata letak departemen-
departemen di dalam pabrik agar lebih efektif dan efisien.
2. Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum yang sudah dilaksanakan adalah :
52
10 Dempul 0 2 19 1 13 0
11 Amplas 0 0 20 0 15 0
Lanjutan Tabel 5.1
12 Pengecetan 0 0 20 1 14 0
13 Oven 0 0 18 3 14 0
14 Gudang 1/2 jadi 0 1 19 1 13 1
15 Finishing 0 2 16 3 14 0
16 Quality control 0 1 19 1 14 0
17 Gudang barang jadi 1 0 17 5 11 1
18 Limbah produksi 0 0 14 8 13 0
19 Maintenance 0 0 21 0 14 0
20 Timbangan 0 0 15 3 15 2
21 Pemecahan 0 1 15 3 15 1
22 Pengeboran 0 1 16 4 13 1
23 Pos satpam 0 0 1 9 25 0
24 Parker area 0 0 4 9 22 0
25 Kantor 1 0 4 6 23 1
26 Titik kumpul 0 0 1 8 26 0
27 Loker 0 0 0 9 26 0
28 Klinik 0 0 3 8 24 0
29 Mess 1 0 1 10 23 0
30 Pentri 0 0 3 9 23 0
31 Mushola 0 0 1 11 23 0
32 Kantin 0 0 3 8 23 1
33 Toilet 0 0 4 7 23 1
34 Rest area 0 0 3 9 23 0
35 Limbah umum 0 0 0 1 21 13
56
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Activity Relationship Diagram (ARD) proses pembuatan pulley
dilakukan berdasarkan derajat kedekatannya dan didapatkan hasil
departemen enam sebagai departemen pusat yang akan menentukan
peletakkan departemen-departemen lain (sesuai derajat kedekatannya)
karena memiliki derajat kedekatan mutlak perlu (A) paling banyak
dengan departemen lain.
2. Penggambaran ARD proses pembuatan pulley diharapkan mampu
mengatur peletakkan setiap departemen agar lebih efisien dan efektif
berdasarkan penilaian kualitatif (derajat kedekatan).
58
BAB VI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Di dalam dunia industri, masalah tata letak pabrik maupun tata letak
fasilitas dan peralatan produksi merupakan salah satu faktor yang
berperan penting dalam peningkatan produktivitas perusahaan.Tata
letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Plant
layout atau facilities layout didefinisikan sebagai tata cara pengaturan
fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi,
jarak material handling dalam area produksi akan mempengaruhi
lintasan dan waktu proses dari produksi. Pada umumnya tata letak
pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan
akan menjaga kelangsungan hidup ataupun kesuksesan suatu industri.
Peralatan industri yang mahal harganya, peralatan yang canggih, dan
suatu desain produk yang bagus akan tidak ada artinya akibat
perencanaan layout yang tidak terencana dengan baik. Karena aktivitas
produksi suatu produk secara normal harus berlangsung lama dengan
tata letak yang berubah-ubah, maka setiap kekeliruan yang dibuat dalam
perencanaan tata letak ini akan menyebabkan kerugian. Tujuan utama
desain tata letak pabrik adalah untuk meminimalkan total biaya yaitu
menyangkut biaya untuk konstruksi dan instalasi baik untuk bangunan
mesin, maupun untuk fasilitas-fasilitas lainnya, material handling costs,
biaya produksi, maintenance, safety, dan biaya penyimpanan produk
setengah jadi. Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu pabrik
tahu di Kartasura, Sukoharjo. Jarak tempuh material handling yang
terlalu jauh menyebabkan aktivitas dan produktivitas menurun, juga
biaya pemindahan bahan tinggi. Dengan pertimbangan tersebut, maka
perlu dilakukan re-layout pada objek yang diteliti. Faktor-faktor tata
letak pabrik disesuaikan dengan keadaan pada saat ini agar menciptakan
59
6 Mesin Las 5 2 2 4 20
7 Shootblasting 1 5 7 35 35
8 Pengecatan 1 5 7 35 35
9 Pengeboran 1 2 2 4 4
Lanjutan Tabel 6.1
10 Tungku Pemanas 1 5 8 40 40
11 Pendempulan 1 3 4.5 13.5 13.5
12 Pengamplasan 3 3 9 9
13 Cetakan 3 23 30 690 2070
14 Pemecahan 1 3.5 3.5 12.25 12.25
Batubara
15 Quality Control 3 4.5 6 27 81
16 Oven 1 4.5 9 40.5 40.5
17 Limbah Produksi 2 2.5 1.5 3.75 3.75
18 Finishing 1 4.5 4.5 20.25 20.25
19 Gudang Barang 1 6 9 54 54
Jadi
20 Gudang Setengah 2 4.5 4.5 20.25 40.5
Jadi
21 Maintenance 1 5 6 30 30
22 Tooling 2 3 4.5 13.5 27
23 Kantor 1 7.5 12 90 90
24 Pos Satpam 1 3 3 9 9
25 Kantin 1 4 4 16 16
26 Mess Karyawan 1 7.5 10.5 78.75 78.75
27 Mushola 1 4.5 7.5 33.75 33.75
28 Toilet 10 2.5 3 7.5 7.5
29 Loker 1 7.5 10.5 78.75 78.75
30 Limbah Umum 1 3 3 9 9
31 Titik Kumpul 1 4 5 20 20
62
32 Pantry 1 3 4 12 12
33 Klinik 1 6 8 48 48
34 Parking 1 30 15 450 450
35 Rest Area 1 9 9 81 81
Total 3714.75
D. Pembahasan
Perancangan kebutuhan luas departemen proses pembuatan pulley pada
tabel 6.1 merupakan hasil pertimbangan hubungan derajat kedekatan. Jarak
antar setiap departemen produksi proses pembuatan pulley juga harus
berdekatan karena untuk meminimalisasi jarak antar setiap departemen.
Data luas departemen didapatkan dari hasil pengukuran setiap departemen
produksi maupun non produksi yang ada pada CV. Dwi Jass Logam.
Pengukuran departemen disesuiakan dengan derajat kedekatan antar setiap
departemen agar dalam pengukuran luas departemen efektif dan efisien.
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a. Dalam merancang kebutuhan luas departemen jarak peletakan antar
departemen harus diminimalisasi karena jarak antara departemen yang
satu dengan yang lainnya harus saling berhubungan dan tidak boleh
berjauhan.
b. Dapat mempertimbangkan peletakan antar departemen berdasarkan
penilaian kualitatif (hubungan kedekatan) dengan setiap departemen
agar pengukuran kebutuhan luas departemen dapat efektif dan efisien.
63
BAB VII
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pabrik adalah kumpulan bahan, mesin, peralatan dan pekerja yang
dirangkai oleh pengorganisasian kegiatan secara teratur untuk
memproduksi barang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Posisi pabrik yang sangat strategis di industri manufaktur maupun
pengolahan mengharuskan adanya perhatian yang menyeluruh. Strategi
produksi yang diterapkan akan membutuhkan dukungan formasi mesin-
mesin yang sesuai. Maka dari itu, tata letak pabrik perlu direncanakan
dan dirancang dengan baik dan benar. Penataan mesin-mesin di dalam
pabrik sangat menentukan kinerja pabrik secara keseluruhan. Efisiensi
dan efektivitas pabrik dipengaruhi oleh tata letak pabrik.
Perkembangan industri berdampak pada persaingan industri yang
cukup ketat. Persaingan industri memerlukan strategi dari segala aspek
termasuk aspek produk, proses dan jadwal. Permasalahan industri tidak
hanya menyangkut seberapa besar investasi yang harus ditanam,
prosedur produksi dan pemasaran hasil produksi namun memerlukan
perencanaan fasilitas yang meliputi perencanaan lokasi fasilitas maupun
rancangan fasilitas. Perancangan fasilitas meliputi perancangan sistem
fasilitas, tata letak pabrik dan sistem penanganan material (pemindahan
bahan).
Area Allocation Diagram (AAD) merupakan kelanjutan dari ARC
dimana dalam ARC diketahui kesimpulan dari tingkat kepentingan antar
aktivitas. Maka dengan demikian berarti bahwa ada sebagian aktivitas
harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan juga dengan sebaliknya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antara tata letak aktivitas
tersebut. Kedekatan tata letak aktivitas tersebut dpat dilihat dari Area
Allocation Diagram (AAD). Area Allocation Diagram (AAD)
64
7 Shoot blasting 1 5 7 35 35
8 Pengecetan 1 5 8 40 40
9 Pengeboran 1 2 2 4 4
10 Tungku Pemanas 1 5 8 40 40
11 Pendempulan 1 3 4,5 13,5 13,5
12 Pengamplasan 1 3 3 9 9
13 Cetakan 3 23 30 690 2070
14 Pemecah batu bara 1 3,5 3,5 12,25 12,25
15 Quality Control 3 4,5 6 27 81
16 Oven 1 4,5 9 40,5 40,5
17 Limbah Produksi 2 2,5 1,5 3,75 7,5
18 Finishing 1 4.5 4.5 20.25 20.25
19 Gudang Barang Jadi 1 6 9 54 54
20 Gudang Setengah Jadi 2 4.5 4.5 20.25 20.25
21 Maintenance 1 5 6 30 30
22 Tooling 2 3 4.5 13.5 27
23 Kantor 1 7.5 12 90 90
24 Pos Satpam 1 3 3 9 9
67
25 Kantin 1 4 4 16 16
26 Mess Karyawan 1 7.5 10.5 78.75 78.75
27 Musholla 1 4.5 7.5 33.75 33.75
28 Toilet 10 2.5 3 7.5 75
Lanjutan Tabel 7.1
29 Loker 1 7.5 10.5 78.75 78.75
30 Limbah Umum 1 3 3 9 9
31 Titik Kumpul 1 4 5 20 20
32 Pantry 1 3 4 12 12
33 Klinik 1 6 8 48 48
34 Parking 1 30 15 450 450
35 Rest area 1 9 9 81 81
Total 3714.75
D. Pembahasan
Area Allocation Diagram (AAD) proses pembuatan pulley pada
Gambar 7.1 merupakan gambaran hasil desain peletakan antar departemen
berdasarkan Activity Relationship Diagram (ARD) yang telah dibuat pada
praktikum sebelumnya. Blok-blok pada AAD didapatkan dari ARD yang
telah digambarkan pada praktikum sebelumnya, hanya saja blok-blok
tersebut telah di desain ulang ukuran dan peletakkannya sesuai kebutuhan
masing-masing departemen. Hal pertama yang harus dilakukan dalam
menyusun departemen-departemen tersebut agar peletakan tiap departemen
efektif dan efisien adalah dengan membuat ukuran luas masing-masing
departemen (hasil perkalian antara panjang dan lebar area) berdasarkan
kebutuhan tiap departemen (data yang telah diberikan saat praktikum),
kemudian menyusun peletakkan masing-masing departemen pada sterofom
berdasarkan peletakkan departemen pada ARD. Jarak masing-masing
departemen juga harus ditentukan berdasarkan kebutuhan aktivitas pada
pabrik dalam pembuatan ADD. Ketentuan pengukuran jarak masing-masing
departemen sebagai berikut : jarak sepanjang 0,5 cm untuk jarak departemen
68
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Area Allocation Diagram (AAD) proses pembuatan pulley dilakukan
dengan membuat blok-blok departemen yang telah diukur berdasarkan
kebutuhan (data yang diberikan) dan pengukuran jarak masing-masing
departemen adalah 0,5 cm untuk skat, 1 cm untuk dinding dan 2 cm
untuk area yang digunakan sebagai transportasi (perpindahan material
atau tenaga kerja).
2. Penggambaran AAD proses pembuatan pulley diharapkan mampu
mengatur peletakkan setiap departemen agar lebih efisien dan efektif
berdasarkan ARD yang telah dibuat.
69
BAB VII
DESAIN PABRIK BARU
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pada proses pengolahan di sebuah sebuah pabrik, bahan mentah
dirubah menjadi produk yang laku untuk dijual. Bahan mentah dan
produk akhir dapat merupakan bahan yang berbentuk gas, cairan dan
padat, atau dapat juga berupa campuran dari bahan yang berbeda.
Produk yang dijual berupa bahan jadi ataupun bahan setengah jadi yang
memerlukan pengolahan pada proses selanjutnya. Pada proses
pengolahannya perlu adanya perencanaan agar berjalan dengan lancar.
Perancangan pabrik menggambarkan desain perencanaan dan
pengaplikasian pengolahan terutama bahan pangan yang akan
dikembangkan menjadi produk, bahan mentah, dan teknologi mesin.
Pengembangan ini meliputi karakteristik produk, analisis pasar, respon
terhadap harga produk, ketersediaan bahan mentah, harga bahan mentah
dan biaya transportasi. Karakteristik produk mencakup aspek hukum
dan komersial, serta tren konsumsi. Oleh karena itu, praktikum
perancangan ulang pabrik baru perlu dilakukan untuk mengefisienkan
dan mengefektifkan tata letak masingmasing departemen produksi.
2. Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum yang sudah dilaksanakan adalah :
a. Merancang desain pabrik pembuatan pulley yang baru.
b. Menentukan jarak material handling dalam desain pabrik baru.
3. Manfaat
Adapun manfaat praktikum yang sudah dilaksanakan adalah :
a. Mengatur peletakan setiap departemen pada pabrik agar lebih efisien
dan efektif.
b. Mengetahui keefektifan material handling dari rancangan pabrik
yang baru.
70
B. Landasan Teori
1. Pengertian Pabrik
Gomez, (2005). Pabrik merupakan tempat mengelola bersama-sama
faktor-faktor seperti manusia, mesin, material, energi, uang, informasi
didalam suatu sistem produksi guna menghasilkan suatu produk atau
jasa. Istilah pabrik berbeda dengan istilah industri, namun
penggunaannya sering tidak benar. Industri memiliki arti yang lebih
luas. Pabrik pada dasarnya adalah salah satu jenis industri yang terutama
akan menghasilkan produk jadi (finished goods products) seperti halnya
yang dijumpai dalam industri manufaktur. Berdasarkan aktivitas yang
umum dilakukan, pabrik dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Pabrik Penghasil Bahan Baku
Pabrik dengan aktivitas produksi mengolah sumber daya alam guna
menghasilkan bahan baku maupun bahan tambahan lainnya yang
dibutuhkan oleh industri penghasil produk atau jasa. Contoh : pabrik
industri perminyakan, pabrik industry pengolahan bijih besi, dan
lainlain.
b. Pabrik Manufaktur
Pabrik yang memproses bahan baku guna dijadikan bermacam-
macam bentuk/model produk, baik yang masih berupa produk
setengah jadi (semifinished good) ataupun produk jadi (finished
goods product). Di sini akan terjadi transformasi proses baik secara
fisik maupun kimiawi terhadap input material dan akan memberi
nilai mtambah terhadap material tersebut. Contoh: pabrik industri
permesinan, pabrik industri mobil, dan lain-lain.
c. Pabrik Pelayanan Jasa Pabrik yang bergerak di bidang pelayanan
atau jasa, baik untuk melayanidan menunjang aktivitas industri
yang lain maupun langsung mmemberikan pelayanan/jasa kepada
konsumen. Contoh : Bank, jasa angkutan, asuransi,rumah sakit,
hotel, dan lain-lain.
71
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan adalah berdasarkan aktivitas
kerja yang dilakukan dalam proses pembuatan pulley. Gambar 8.1
merupakan hasil pengumpulan data yang dilakukan dalam bentuk Activity
Relationship Chart (ARC), worksheet, Activity Tamplate Block Diagram
(ATBD), Activity Relationship Diagram (ARD) dan Area Allocation
Diagram (AAD) berdasarkan proses pembuatan pulley. Proses-proses
tersebut dilakukan secara bertahap sehingga dihasilkan desain layout pabrik
baru.
C Cutting saw 2 3 2 6 12
Lanjutan Tabel 8.1
D Gerinda 2 2 2 4 8
E Mesin bubut 8 3 2 6 48
F Mesin las 5 2 2 4 20
G Shoot blasting 1 5 7 35 35
H Pengecetan 1 5 8 40 40
I Pengeboran 1 2 2 4 4
J Tungku Pemanas 1 5 8 40 40
K Pendempulan 1 3 4,5 13,5 13,5
L Pengamplasan 1 3 3 9 9
M Cetakan 3 23 30 690 2070
N Pemecah batu bara 1 3,5 3,5 12,25 12,25
O Quality Control 3 4,5 6 27 81
P Oven 1 4,5 9 40,5 40,5
Q Limbah Produksi 2 2,5 1,5 3,75 7,5
R Finishing 1 4.5 4.5 20.25 20.25
S Gudang Barang 1 6 9 54 54
Jadi
T Gudang Setengah 2 4.5 4.5 20.25 20.25
Jadi
U Maintenance 1 5 6 30 30
V Tooling 2 3 4.5 13.5 27
W Kantor 1 7.5 12 90 90
X Pos Satpam 1 3 3 9 9
Y Kantin 1 4 4 16 16
Z Mess Karyawan 1 7.5 10.5 78.75 78.75
AA Musholla 1 4.5 7.5 33.75 33.75
BB Toilet 10 2.5 3 7.5 75
CC Loker 1 7.5 10.5 78.75 78.75
74
DD Limbah Umum 1 3 3 9 9
EE Titik Kumpul 1 4 5 20 20
FF Pantry 1 3 4 12 12
Lanjutan Tabel 8.1
GG Klinik 1 6 8 48 48
HH Parking 1 30 15 450 450
II Rest area 1 9 9 81 81
Setiap departemen memiliki masing-masing kode agar lebih mudah
dalam pembacaannya, kode-kode tersebut ditentukan sesuai dengan tabel
8.1. Pada maket layout desain pabrik baru juga diberi arah mata angin untuk
menentukan posisi dimana letak pabrik.
D. Pembahasan
Desain pabrik baru merupakan perancangan kembali layout pabrik
yang sudah ada sebelumnya. Penataan ulang layout ini diharapkan mampu
mengefektifkan dan mengefisienkan proses produksi dalam pabrik. Desain
pabrik baru ini didapatkan dari beberapa tahapan atau metode sebelum
akhirnya didapatkan sebuah desain yang benar-benar efektif dan efisien
sesuai prinsip tata letak fasilitas atau pabrik. Pada desain pabrik baru ini
terdapat perbedaan dengan yang sudah ada sebelumnya. Perbedaan dari
pabrik yang sebelumnya dengan desain pabrik yang baru jarak antar
departemen produksi yang saling berdekatan, aliran produksi yang tidak
bolak balik (back-tracking), pemanfaatan area pabrik, mengurangi resiko
kecelakaan kerja, mengurangi delaydan mengurangi jarak perpindahan
barang. Tahap pertama yaitu menentukan perancangan aliran barang yang
dapat dilakukan dengan pembuatan Operation Process Chart (OPC),
kemudian menggambarkan Activity Relationship Chart (ARC).
Berdasarkan ARC, dapat dibuat worksheet untuk merekap hasil
ARC, Setelah dibuatkan worksheet, tahap selanjutnya adalah Activity
Template Block Diagram (ATBD). ATBD digambarkan dalam bentuk
kotak yang berisi nama departemen dan derajat kedekatan untuk masing-
masing departemen. Selanjutnya menggambarkan Activity Relationship
75
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam pembuatan layout pabrik baru proses pembuatan pulley
diharapkan mampu mengatur peletakkan setiap departemen,
mengurangi jarak perpindahan barang produksi mulai dari bahan baku
sampai barang jadi dan proses produksi yang lebih singkat agar lebih
efisien dan efektif.
2. Pada desain pabrik baru pembuatan pulley mempunyai jarak material
handling sebesar 187.5 meter.
77
BAB IX
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan akhir dari praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas
(PTLF) adalah sebagai berikut:
1. Tahapan dalam perancangan tata letak pabrik/fasilitas adalah
menentukan perancangan aliran barang yang dapat dilakukan dengan
pembuatan Operation Process Chart (OPC), menggambarkan Activity
Relationship Chart (ARC), membuat worksheet, menggambarkan
Activity Template Block Diagram (ATBD), menggambarkan Activity
Relationship Diagram (ARD) dan Area Allocation Diagram (AAD).
2. Besar material handling yang didapatkan dari perancangan tata letak
pabrik pembuatan pulley adalah 187.5 meter.
3. Kelebihan dari penataan ulang layout pabrik yang telah dilakukan
adalah urutan departemen yang sudah tertata sesuai derajat kedekatan
masing-masing departemen, material handling yang sudah diatur dan
diminimalisir, pembagian masing-masing departemen jelas dan
dipisahkan dengan dinding sehingga pekerja akan lebih fokus.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari praktikum Perancangan Tata Letak
Fasilitas (PTLF) adalah sebagai berikut:
1. Laboratorium kurang nyaman, sebaiknya ditambah areanya agar lebih
luas dan nyaman dipakai untuk praktikum.
2. Koordinasi aslab dalam memberikan materi lebih ditingkatkan agar
tidak terjadi kesalahpahaman sehingga harus mengulang rancangan.
3. Kepada para asleb sebaiknya tidak makan di laboratorium waktu
praktikum berlangsung, karna bau makanan cukup menggangu
konsentrasi jika memang sangat dibutuhkan untuk makan sekiranya
dapat makan di luar laboratorium,
78
DAFTAR PUSTAKA
Hadiguna, R. A., dan Setiawan, H., 2008, “Tata Letak Pabrik”. Yogyakarta:
Hadiguna, Rika Ampuh dan Setiawan, Heri. (2008), “Tata Letak Pabrik”,
ANDI. Yogyakarta, Yogyakarta.