Komkep Bu Nuria SGD
Komkep Bu Nuria SGD
Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik
dan struktural disebut penyakit degeratif yang menyebabkan lansia akan
mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999).
3. Sistem integgumen
Perubahan yang terjadi adalah penurunan perlindungan terhadap trauma dan
pajanan matahari, penurunan perlindungan terhadap suhu yang ekstrim,
berkurangnya sekresi minyak alami dan kringat. Terlihat pada lansia kulit
nampak tipis ddan kriput, keluhan yang sering muncul tidak tahan panas da
mudah cedera.
4. Sistem reproduksi
Pada wanita perubahan yang terjadi adalah penyempitan dan penurunan
elastisitas vagina serta penurunan sekresi vagina sehingga menyebabkan nyeri
saat berhubungan kelamin bahkan bias terjadi perdarahan vagina setelah
erhubungan seksual, gatal, dan iritasi vagina serta orgasme terlambat.Pada pria
perubahan yang terjadi adalah penurunan ukuran penis dan testis, ereksi dan
pencapaiaan orgasme melambat.
Sedangkan pada pria dan wanita perubahan yang sama terjadi yaitu respon
seksual yang melambat.
5. Sistem muskuluskletal
Perubahan yang terjadi adalah kehilangan kepadatan tulang, kehilangan
ukuran dan kekuatan otot serta degenerasi tulang rawan sendi. Terjadi pada
penurunan darah tinggi badan, rentan terhada fraktur, kifosis, keluhan nyeri
punggung bahkan sampai kehilangan kekuatan, flekisbelitas, dan ketahanan.
Keluhan yang paling sering muncul adalah nyeri sendi.
6. Sistem Genitourinarius
Pada pria dan wanita perubahan yang terjadi adalah kapasitas kandung kemih
enurun, dan keerlambatan merasa ingin berkemih. Biasanya terjadi retensi
urin, kesulitan berkemih, urgensi, frekuensi, dan inkontinensia urin.
7. Sistem Gastrointestinal
Terjadi penurunan salivasi, kesulitan menelan makanan, perlambata
pengosongan esophagus dan lambung serta penurunan motilitas
gastrointestinal. Keluhan yang biasanya muncul adalah mulut kering, sesak,
nyer ulu hati, dan gangguan pencernaan. Tiidak sedikit pula mengeluh
konstipasi, flatulens, dan ketidaknyamanan abdomen.
8. Sistem saraf
Perubahan yang terjadi adalah berkurangnya penurunan kecepatan konduksi
saraf, cepat bingung saat sakit fisik dan kehilngan orientasi lingkungan
(bingung saat dimasukan kerumah sakit), penurunan sirkulasi serebral
(pingsan, kehilangan keseimbangan), respond an reaksi melambat.
Komunikasi dengan pasien lanjut usia dapat menjadi lebih sulit dibandingkan
dengan komunikasi pada populasi biasa sebagai akibat dari angguan sensori yang
terkait usia dan penurunan memori.
Orang ketiga juga dapat menjadi bagian dari interaksi, karena pasien lanjut usia
seringkali ditemani oleh anggota keluarga yang dicintai yang aktif terlibat pada
perawatan pasien dan berpastisipasi dalam kunjungan. Ada banyak faktor lain
yang mempengaruhi efektifitas komunikasi dengan pasien lanjut usia. Pasien
lanjut usia sering hadir dengan masalah yang kompleks dan beberapa keluhan
utama yang memerlukan waktu untuk menyelesaikannya.
Masalah usia atau dikenal dengan istilah ageism juga merupakan hal yang lazim
dijumpai pada perawatan kesehatan dan secara tidak sengaja berperan terhadap
buruknya komunikasi dengan pasien lanjut usia (Ory, dkk., 2003).
D. Prinsip Komunikasi Untuk Lansia
Prinsip komunikasi untuk lansia (Ebersole dan Hass dalam Bunner dan Sinddarth,
1996) adalah:
1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
2. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
4. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
5. Jangan berbicara berbicara dengan keras dan berteriak, berbicara langsung
dengan telinga yang dapat mendengar dengan baik. Berdiri di depan klien.
6. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
7. Beri kesempatan pada klien untuk mengenang.
8. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang
tua, kegiatan rohani.
9. Membuat rujukan pada trapi werapi wicara dan kegiatan sosial sesuai
kebutuhan.
10. Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
11. Selalu menanyakan respon, terutama ketika mengajarkan sesuatu tugas atau
keahlian.
Sering kali terjadi bahwa baik pihak keluarga maupun medis melupakanatau
tidak memperhatikan berbagai hambatan yang ada untuk tercapainya
komunikasi yang efektif pada pasien lanjut usia yang akhirnya dapat
mengakibatkan interpretasi yang keliru terhadap pesan yang disampaikan
maupun yang diterima oleh mereka (Smith & Buckwalter, 1993).
c. Menghindari Ageism
Salah satu hal terpenting yang harus diingat ketika berkomunikasi dengan
pasien lanjut usia adlah menghindarkan ageism. Ageism, suatu istilah yang
pertama disampaikan oleh Robert Butler, direktur pertama the National
Institute On Aging, adalah systematic stereotyping dan diskriminasi
terhadap seseorang karena mereka berusia lanjut ( Butler, 1969). Ageism
adalah hal yang lazim pada perawatan kesehatan dan dapat di refleksikan
dalam tindakan seperti meremehkan masalah medis, menggunakan bahasa
yang bersifat merendahkan, hanya memberikan sedikit edukasi tentang
regiment preventif, menawarkan sedikit pengobatan untuk masalah
kesehatan mental, menggunakan panggilan yang bernada menghina,
menghabiskan lebih sedikit masalah psikosoial, dan membuat stereotipe
orang tua (Ory et al., 2003). Untuk menghindarkan ageism mulailah
mengenal pasien lanjut usia sebagai satu pribadi dengan riwayat dan
penyelesaian yang jelas. Pendekatan ini memungkinkan anda untuk
menemui setia pasien lanjut usia sebagai individu yang unik dengan
pengalaman seumur hidup yang berharga bukan orang tua yang tidak
produktif dan lamah (Roter, 2000). Juga penting untuk tidsk
mengasumsikan bahwa semua pasien lanjut usia adalah sama. Bisa saja
dijumpai “orang berjiwa muda” dengan usia 85 tahun serta “orang berjiwa
tua” dengan usia 60 tahun. Setiap pasien dan setiap maslah harus
diperlakukan dengan unik.
d. Mengenal Kultur Dan Budaya
Mengenal latar belakang kultur dan budaya pasien untuk kemudian
mengaplikasikannya dalam komunikasi dokter-pasien lanjut usia merupakan
hal penting dalam mempengaruhi presepsi pasien terhadap baik dan
berkualitasnya pelayanan kesehatan yang diberikan dokter (Ong et al.,
1995).