LP Cos (Cidera Kepala Sedang)
LP Cos (Cidera Kepala Sedang)
DI RUANGAN IGD
RSU WONOLANGAN
Dosen Pembimbing:
Di Susun Oleh:
Umi Asiseh
14201.07.15024
PROBOLINGGO
2018 – 2019
LEMBAR PENGESAHAN
“ANSIETAS ”
DI RUANGAN RANAP I
Mahasiswa
Kepala Ruangan
A. ANATOMI
B. FISIOLOGI
a. Otak
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi
yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri
ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan
sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem
vertebrobasilaris ini jmemperdarahi medula oblongata, pons, serebelum,
otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan
cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus
oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
(Sylvia A. Price, 2012).
C. DEFINISI
D. ETIOLOGI
1. Trauma tumpul
2. Trauma tembus
E. KLASIFIKASI STROKE
3. Morfologi
F. PATOFISIOLOGI
b. Fraktur tengkorak
c. Cedera otak
d. Komosio
e. Kontusio
f. Hemoragi cranial
b) Hematoma subdural
a. Gangguan kesadaran
b. Konfusi
c. Sakit kepala, vertigo, gangguan pergerakan
d. Tiba-tiba defisit neurologik
e. Perubahan TTV
f. Gangguan penglihatan
g. Disfungsi sensorik
h. lemah otak
G. PATHWAYS
Trauma kepala
Gangguan suplai
darah Resiko Nyeri - Perubahan
infeksi autoregulasi
- Perdarah - Oedema serebral
an
- Iskemia
hematom
a
Hipoksia Perubahan perfusi kejang
jaringan
Herniasi unkus
Tonsil cerebrum tergeser Kompresi medula oblongata
Messenfalon tertekan
Resiko gangg.
Resiko injuri
Gangg. Integritas kulit
kesadaran immobilitasi
Kurangnya
cemas
perawatan diri
H. MANIFESTASI KLINIS
1. Hematom epidural.
2. Hematom subdural.
a) Akut :
I. Gejala 24 – 48 jam.
b) Sub Akut :
c) Kronis :
3. Hematom intrakranial.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
b. Aniografi Cerebral
c. X-Ray
e. Elektrolit
J. PENATALAKSANAAN
d. Obati kejang: kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera kepala dan
harus diobati. Mula-mula berikan diazepam 10 mg intravena perlahan-
lahan dan dapat diulangi sampai 3 kali bila masih kejang. Bila tidak
berhasil dapat diberikan fenitoin 15 mg/kgBB diberika intravena
perlahan-lahan dengan kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit.
Penatalaksanaan Khusus
K. KOMPLIKASI
a. Edema Pulmonalis
Komplikasi paru-paru yang serius pada cedera kepala
adalah edema paru. Ini mungkin terutama berasal dari
gangguan neurologis atau akibat dari sindrom distress
pernapasan dewasa. Edema paru dapat akibat dari cedera otak
yang menyebabkan adanya Refleks Cusihing. Peningkatan
pada tekanan darah simtemik terjadi sebagai respons dari
system saraf simpatis pada peningkatan TIK.
b. Kejang
A. Pengkajian (Assesment)
Anamnesis pada Cidera otak sedang meliputi identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga dan pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, no register dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Sering kali menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalahpasien tidak tersadarkan diri, terjadi perdarahan,
tidak dapat berkomonikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
merupakan rangkaian kejadianmulai dari terjadinya trauma sehingga
klien masuk rumah sakit. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala perdarahan
atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau
perubaha pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan didalam
intrakranial. Keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, terjdi letargi, tidak resporsif dan koma.
d. Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hiprtensi, riwayat strok sebelumnya, diabetes
meletus, penykit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi
oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian
pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian
obat anti hipertensi, anti lepedemia, penghambat beta, dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Penyakit riwayat ini dapat mendukung pengkajian
dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebih jauh dan untuk memberika tindakan selanjutnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Meliputi susunan anggota keluarga khususnya yang kemungkinan
biasa berpengaruh pada kesehatan anggota keluarga yang lain.
B. Pemeriksaan Fisik :
4. Hidung
Kesemetrisan, kebersihan
5. Telinga
Kesemtrisan, kebersihan dan tidaknya kelainan fungsi
pendengaran
6. Mulut dan bibir
Kesemetrisan bibir, kelembaban, mukosa, kebersihan mulut.
7. Gigi
Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan, ada tidaknya
peradangan pada gusi, ada tidaknya caries.
8. Leher
Posisi trakea ( deviasi trachea ), ada tidaknya pembesaran kelenjar
tiroid atau vena jugularis.
9. Integumen
Meliputi warna, kebersihan, turgor, tekstur kulit, dan kelembaban,
perubahan bentuk dan warna pada kulit.
10. Thorax
Dikaji kesemetrisannya, ada tidaknya suara redup pada perkusi,
kesemetrisan ekspansi dada, ada tidaknya suara ronchi dan
whezzing.
11. Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen. Asites, nyeri tekan
12 .Ektremitas atas dan bawah
Kesemetrisannya, ada tidaknya oedema, pergerakan dan tonus otot,
serta kebersihan
D. Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2015)
1. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan
intraserebral
2. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan Gangguan sistem saraf pusat.
E. Intervensi
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
A. Batasan karakteristik :
a. Embolisme
b. Hipertensi
c. Koagulopati (missal, anemia sel sabit)
(Heather,252)
B. NOC :
P: perfusi jaringan serebral (Sue Moorhead ,451)
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Sakit kepala
2 Kegelisahan
3 Muntah
7 Kelesuan
No Kode Indikator 1 2 3 4 5
1 090901 Kesadaran
2 193102 Mengidentifikasikan
faktor resiko stroke
3 19310 Memiliki
kemampuan untuk
memodifikasi faktor
resiko
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
C. NIC
a Manajemen edema serebral
a) Monitor adanya kebingungan, perubahan pikiran, keluhan pusing,
pingsan
b) Rencanakan asuhan keperawatan untuk memberikan periode
istirahat
c) Posisikan tinggi kepala tempat tidur 30 derajat atau lebih
b Pencegahan emboli
a) Ganti posisi pasien 2 jam, dorang mobilisasi dini atau ambulasi
sesuai toleransi
b) Instruksikan pasien untuk menghindari kegiatan yang
menghasilkan valsava manuver (misalnya, mengejan saat buang
air besar )
c) Anjurkan pasien untuk tidak menyilangkan kaki dan menghindari
duduk untuk waktu yang lama dengan kaki tergantung
c Monitor Tekanan Intra Kranial (TIK)
a) Monitor tekanan aliran darah otak
b) Letakkkan kepala dan leher pasien dalam posisi netral, hindari
fleksi pinggang yang berlebihan
c) Berikan ruang untuk perawat agar meminimalkan elevasi TIK
d. Monitor neurologi
a) Monitor tingkat kesadaran
b) Monitor tanda-tanda vital(suhu, tekanan darah,denyut
nadi,dan respirasi
c) Monitor kekuatan pegangan
d) Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis yang sesuai
e. Identifikasi risiko
a) Instruksikan faktor resiko dan rencana untuk mengurangi
faktor resik.
b)Pertimbangkan kriteria yang berguna dalam
memprioritaskan area-area untuk mengurangi faktor
resiko(misalnya tingkat kesadaran dan motivasi efektifitas,)
c) Implementasikan aktivitas-aktivitas pengurangan resiko.
d)Rencanakan monitor resiko kesehatan dalam jangka panjang.
e) Rencanakan tindak lanjut strategi dan aktivitas pengurangan
resiko jangka panjang
f. Pencegahan pendarahan subarakhnoid
a) Monitor intrakranial (TIK) dan tekanan perfusi serebral jika
diindikasikan
b) Monitor denyut nadi dan tekanan darah pasien
c) Monitor status neurologi pasien
d) Batasi pengunjung jika diindikasikan
e) Monitor keluaran dan karakteristik cairan serebrispinal jika
diindikasikan
( Gloria M. Bulechek, 569)
No Kode Indikator 1 2 3 4 5
No Kode Indikator 1 2 3 4 5
No Kode Indikator 1 2 3 4 5
C. NIC
a. Manajemen nutrisi
a) Monitor kalori dan asupan makanan
b) Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
c) Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake
makanan (misalnya,buku harian makanan).
b. Monitor nutrisi
a) Lakukan evaluasi kemampuan menelan (misalnya,
fungsi motorik wajah mulut, otot otot lidah:reflek
menelan :
b) Monitor diet dan asupan kalori
c) Monitor adanya mual dan muntah
c. Terapi menelan
a) Monitor tanda-tanda kelelahan selama makan, minum
dan menelan
b) Monitor pergerakan lidah pasien selama makan
c) Bantu untuk menjaga intake cairan dan kalori yang
adekuat
( Gloria M. Bulechek, 505)
No Kode Indikator 1 2 3 4 5
No Kode Indikator 1 2 3 4 5
1 090901 Kesadaran
C. NIC
a. Mendengarkan aktif
a) Tujukkan kesadaran dan rasa sensitif terhadap
emosi yang ditunjukkan klien
b) Dengarkan isi pesan maupun perasaan yang tidak
terungkup selama percakapan
c) Klarifikasi pesan yang diterima dengan
menggunakan pertanyaan maupun memberikan
umpan balik
b. Peningkatan komunikasi: kurang pendengaran
a) Lakukan atau atur pengkajian dan scrining rutin
terkait dengan fungsi pendengaran
b) Dengarkan dengan penuh perhatian, sehingga
memberikan waktu yang adekuat bagi pasien
untuk menanggapi dan memproses komunikasi
c) Gunakan gerakan tubuh bila diperlukan
c. Peningkatan komunikasi: kurang bicara
a) Monitor kecepatan bicara, tekanan, kecepatan,
kuantitas, volume,
b) Monitor proses kognitif, anatomis dan fisiologis
terkait dengan kemampuan berbicara
misalnya(memori pendengaran, )
c) Sediakan rujukan pada terapis bicara patologis
( Gloria M. Bulechek, 539).
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M.; Butcher, Howard K.; Dochterman, Joanne M.; Wagner,
Cheryl M. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) (Edisi 6). Elsevier.
Nurrarif, Amin Huda dan Kusuma Hardi. 2013. Nanda nic-noc jilid 2. Jakarta:
media Action